Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KEKRITISAN SISTEM NEUROLOGIS:


STROKE, CEDERA KEPALA &
CEDERA MEDULA SPINALIS
Oleh : Kelompok 2 STr Reg 2
KELOMPOK 2
Tingkat 3 Reguler 2

YENI NUR JAMIL AZIZAH 1914301052


AMRI WIJAYA RAHMAN 1914301094
MUSTIKA AYU PITALOKA 1914301068
FEBRI ANI CESARIA 19143010100
SERLI ERA TANIA 1914301092
ALFIATURROHMI 1914301066
TOPIK : Asuhan Keperawatan Pada
Kekritisan System Neurologis :

Cedera
Cedera
Stroke Medula
Kepala
Spinalis
1.
Asuhan Keperawatan Pada
Kekritisan System Neurologis :
Stroke
Konsep Stroke
A. Pengertian : Stroke adalah gangguan perfusi jaringan
otak yang disebabkan oklusi (sumbatan), embolisme serta Penatalaksanaan Medis :
perdarahan (patologi dalam otak itu sendiri bukan karena 1) Penatalaksanaan umum 5 B dengan
faktor luar) yang mengakibatkan gangguan permanen
penurunan kesadaran : Breathing, Blood ,
atau sementara (Rosjidi & Nurhidayat, 2014).
Brain , Bladder , Bowel 
B. Etiologi : Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh 2) Menurunkan kerusakan sistemik.
darah otak atau leher) , Embolisme cerebral , Iskemia 3) Mengendalikan Hypertensi dan
Peningkatan TIK
C. Manifestasi Klinis : 4) Terapi Farmakologi
A. Gangguan Motorik
5) Pembedahan
B. Gangguan Sensorik
C. Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
D. Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
E. Gangguan Kemampuan Fungsional
F. Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari
Asuhan Keperawatan Stroke
A. Pengkajian

a) Identitas Klien

b) Keluhan Utama : Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.

c) Riwayat penyakit sekarang : Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain

d) Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
kegemukan
lanjutan
A. Pengkajian

● Riwayat penyakit keluarga :


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
● Riwayat psikososial :
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

Pemeriksaan fisik
● a.    Keadaan umum
● 1)   Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
● 2)   Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara
● 3)   Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
Pengkajian
● b.   Pemeriksaan integument
● 1)   Kulit : tampak pucat (jika < O2) dan turgor kulit jelek (< cairan). Kaji tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus
bed rest 2-3 minggu
● 2)   Kuku : lihat adanya clubbing finger, cyanosis
● 3)   Rambut : umumnya tidak ada kelainan
● c.     Pemeriksaan kepala dan leher
● 1)   Kepala : bentuk normocephalik
● 2)   Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
● 3)   Leher : kaku kuduk jarang terjadi
● d.   Pemeriksaan dada
● Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun
suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan
menelan.
pengkajian
● e.    Pemeriksaan abdomen
● Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kembung.
● f.    Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
● Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
● g.   Pemeriksaan ekstremitas
● Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
● h.   Pemeriksaan neurologi
● 1)   Pemeriksaan nervus cranialis : Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan
XII central.
● 2)   Pemeriksaan motorik : Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
● 3)   Pemeriksaan sensorik : Dapat terjadi hemihipestesi.
● 4)   Pemeriksaan reflex
● Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari
refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis
pengkajian
a.    Aktivitas dan istirahat b.   Sirkulasi
DS:   - Kesulitan dalam beraktivitas ; DS:   - Riwayat penyakit jantung ( 
kelemahan, kehilangan sensasi atau penyakit katup jantung, disritmia, gagal
paralisis. jantung , endokarditis bacterial ),
- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri polisitemia.
atau kejang otot ) DO:  -  Hipertensi arterial
  -  Disritmia, perubahan EKG
DO:  - Perubahan tingkat kesadaran -  Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Perubahan tonus otot  ( flaksid atau -  Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka
spastic),  paraliysis ( hemiplegia ) , atau aorta abdominal
kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
 
c.    Integritas ego e.    Makan/ minum
DS:   -  Perasaan tidak berdaya, hilang DS:   - Nafsu makan hilang
harapan - Nausea / vomitus menandakan
DO:  -  Emosi yang labil dan marah adanya PTIK
yang tidak tepat, kesedihan , - Kehilangan sensasi lidah , pipi ,
kegembiraan tenggorokan, disfagia
-  Kesulitan berekspresi diri - Riwayat DM, peningkatan lemak
dalam darah
d.   Eliminasi DO:  - Problem dalam mengunyah
DS:   -  Inkontinensia, anuria ( menurunnya reflek palatum dan
- Distensi abdomen ( kandung kemih faring )
sangat penuh ),  tidak adanya suara - Obesitas ( faktor resiko )
usus ( ileus paralitik )
 
f.    Sensori neural berkurangnya reflek tendon dalam 
DS:   - Pusing / syncope  ( sebelum CVA / ( kontralateral )
sementara selama TIA ) - Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  - Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi
atau perdarahan sub arachnoid. bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata
terkena terlihat seperti lumpuh/mati komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Penglihatan berkurang - Kehilangan kemampuan mengenal atau
- Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi melihat, pendengaran, stimuli taktil
kolateral pada ekstremitas dan pada muka - Apraksia : kehilangan kemampuan
ipsilateral ( sisi yang sama ) menggunakan motorik
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman - Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi
dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
DO:  - Status mental ; koma biasanya menandai
stadium perdarahan , gangguan tingkah laku
(seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis
( kontralateral pada semua jenis stroke,
genggaman tangan tidak seimbang,
g.   Nyeri / kenyamanan
DS:   - Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
DO:  - Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
 
h.   Respirasi
DS:   - Perokok ( faktor resiko )
DO:  - Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
- Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
- Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
 
i.     Keamanan
DS:   - Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
   kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang
kesadaran diri
IV.   Pemeriksaan Penunjang
1.   Pemeriksaan radiologi
a.       CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-
kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan
otak.
b.      MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami
hemoragik.
c.       Angiografi serebral : untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
d.      Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan
keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis
pada penderita stroke.
2.   Pemeriksaan laboratorium
a.       Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang
kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu
hari-hari pertama. b.      Pemeriksaan darah rutin
c.       Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum
dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d.      Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada
darah itu sendiri.
Diagnosa Keperawatan

● Dx.1. Gangguan ferfusi jaringan a.       Berikan penjelasan kepada


otak b.d oklusi otak, perdarahan, keluarga klien tentang sebab-sebab
vasospasme dan edema otak peningkatan TIK dan akibatnya
● Tujuan : Perfusi jaringan otak dapat b.      Anjurkan kepada klien untuk bed
tercapai secara optimal rest total
Kriteria hasil : c.       Observasi dan catat tanda-tanda
1. Klien tidak gelisah vital dan kelain tekanan intrakranial tiap
2. Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, dua jam
kejang. d.      Berikan posisi kepala lebib tinggi
3. GCS 456 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal
4. Pupil isokor, reflek cahaya (+) tipis)
5. Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 e.       Anjurkan klien untuk menghindari
kali permenit, suhu: 36-36,7 C, batuk dan mengejan berlebihan
pernafasan 16-20 kali permenit) f.       Ciptakan lingkungan yang tenang
dan batasi pengunjung
g.      Kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian obat neuroprotektor
Diagnosa Keperawatan

DX. 2. bersihan jalan nafas tidak efektif Intervensi


b.d menurunnya refleks batuk dan a.       Berikan penjelasan kepada klien
menelan, imobilisasi dan keluarga tentang sebab dan akibat
ketidakefektifan jalan nafas
Tujuan : Jalan nafas tetap efektif b.      Rubah posisi tiap 2 jam sekali,
Berikan posisi semi fowler
Kriteria hasil : c.       Berikan intake yang adekuat
-    Klien tidak sesak nafas (2000 cc/ hari)
-    Tidak terdapat ronchi, wheezing d.      Observasi pola, frekuensi nafas
ataupun suara nafas tambahan dan Auskultasi suara nafas
-    Tidak retraksi otot bantu pernafasan e.       Ajarkan klien untuk latihan nafas
-    Pernafasan teratur, RR 16-20 x per dalam sesuai dengan keadaan umum
menit klien
Diagnosa Keperawatan
DX. 3. Gangguan mobilitas fisik b.d keadaan neurologi muskuler, kelemahan , paraestesia, flaciad, paralisis.

Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya


Kriteria Hasil :
1.   Tidak terjadi kontraktur sendi
2.   Bertambahnya kekuatan otot
3.   Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
 
Intervensi :
a.    Kaji kemampuan fungsional otot, Klasifikasi dengan skala 0-4
b.   Rubah posisi tiap 2 jam, ( supinasi, sidelying ) terutama pada bagian yang sakit
c.    Berikan posisi prone satu atau dua kali sehari jika pasien dapat mentolerir.
d.   Mulai ROM. Aktif/pasif untuk semua ekstremitas .
e.    Sangga ekstremitas pada posisi fungsional, gunakan footboard selama periode placid paralisis, pertahankan
posisi kepala netral.
f.    Observasi sisi yang sakit seperti warna, edema, atau tanda lain seperti perubahan sirkulasi.
g.   Anjurkan pasien untuk membantu melatih sisi yang sakit dengan ektremitas yang sehat.
h.   Tinggikan kepala dan tangan
i.     Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
2.
Asuhan Keperawatan Pada
Kekritisan System Neurologis :
Cidera kepala
Konsep Cidera Kepala
A.pengertian. 5. Kecemasan
cedera kepala adalah suatu cedera yang disebabkan oleh 6. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal
trauma benda tajam maupun benda tumpul yang yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga
menimbulkan perlukaan pada kulit, tengkorak, dan jaringan (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
otak yang disertai atau tanpa pendarahan.
Penatalaksanaan Medis:
B.Etiologi .
adanya trauma pada kepala meliputi trauma oleh benda/ Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah
serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari mencegah terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak
kekuatan/energi yang diteruskan ke otak dan efek sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi
percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak.
otak, selain itu dapat disebabkan oleh Kecelakaan, Jatuh,
Trauma akibat persalinan.

C. Manifestasi Klinis
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Pusing kepala
4. Terdapat hematoma
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) airway
2) breathing
3) circulation
4) disability
5) exposure

b. Pengkajian sekunder
6) Identitas :
7) Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian,
pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
8) Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda :Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia, cara berjalan tidak tegang.
Lanjutan..
4. Sirkulasi
Gejala :Perubahanbtekanandarah (hipertensi)bradikardi, takikardi.

5. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan impulsif.

6. Makanan/cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelan.

7. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami gangguan fungsi.

8. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope, kehilanganpendengaran,
gangguan pengecapan dan penciuman, perubahan penglihatan seperti ketajaman.

Tanda :Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku
dan memoris.
9. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa
istirahat, merintih.

10. Pernafasan
Tanda: Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi nafas berbunyi)

11. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan
secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
12. Interaksi sosiaL
Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang, disartria .
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas darah.
2. CT-Scan (dengan atau tanpa kontra s:mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan
ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
3. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
4. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan jaringan
otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
5. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun thorak.
6. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
7. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
8. Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
tekanan intrakranial. (Musliha, 2010).
Diagnosa Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai