Disusun Oleh:
Disetujui Oleh:
…………………………………… ……………………………………
Tanggal : ………………………… Tanggal : …………………………
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
KETIDAKBERDAYAAN
Efek:
Harga diri rendah
Core problem:
ketidak berdayaan
Cause:
Disfungsi proses berduka. Kurangnya umpan balik
positif. Umpan balik negatif yang konsisten
H. Sumber Koping
Menurut Husna (2017), sumber koping klien dengan ketidakberdayaan
yaitu:
1. Personal ability
a. Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
b. Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
c. Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
d. Kemampuan dalam memecahkan masalah.
2. Sosial support
a. Caregiver utama dalam keluarga.
b. Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
c. Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.
3. Material asset
a. Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki
(tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama
proses gangguan fisiologis.
b. Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
c. Arah/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
4. Positive belief
a. Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang
dirasakan: tidak ada.
b. Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.
I. Mekanisme Koping
Menurut Husna (2017), mekanisme koping klien dengan
ketidakberdayaan yaitu:
1. Konstruktif
2. Destruktif
J. Penatalaksanaa
1. Terapi generalis latihan afirmasi positif
Menurut Agustin et al., (2015), asuhan keperawatan yang
dilakukan pada klien lansia ini berada di tatanan komunitas atau
masyarakat. Oleh sebab itu, upaya kesehatan yang dilakukan salah
satunya melalui CMHN (Community Mental Heath Nursing) yang
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di masyarakat. Melalui
CMHN ini lansia yang berisiko diberikan tindakan-tindakan agar tidak
mengarah pada gangguan jiwa. Penanganan diagnosa ketidakberdayaan
sendiri belum optimal bila dibandingkan dengan diagnosa pada lansia
yang lain. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan ketidakberdayaan pada lansia bertujuan untuk:
a. Klien mampu meningkatkan harga diri
b. Meningkatkan sumber daya individu
c. Memiliki mekanisme koping yang lebih efektif
d. Mampumemulai hubungan atau interaksi dengan orang lain
e. Dapat mengembangkan dan meningkatkan hubungan atau
interaksi sosial dengan orang lain
2. Terapi okupasi
Menurut Rasiddin (2015), Terapi kerja atau terapi okupasi adalah
suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus
pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang
agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain. Adapun
tujuan terapi okupasi adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental:
1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan
dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
2) Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
4) Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan
diagnosa dan terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik :
1) Meningkatkan gerak, sendi, otot dan koordinasi gerakan.
2) Mengajarkan adl seperti makan, berpakaian, bak, bab dan
sebagainya.
3) Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di
rumah.
4) Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan
kemampuan yang dimiliki.
5) Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien
untuk mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan,
kemampuan bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.
6) Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah
klien kembali di lingkungan masyarakat.
Menurut Amasati (2017), klien dengan ketidakberdayaan dilakukan
tindakan sesuai asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan psikososial yang dikembangkan generalis keperawatan
jiwa terdiri dari dua strategi pelaksanaan:
1) Tindakan keperawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan yaitu
dengan latihan berpikir positif
2) Evaluasi ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan harapan
positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan.
Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada
ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji
masalah ketidakberdayaan. Dalam melakukan pendekatan perawat
menggunakan:
1) Komunikasi terapeutik
2) Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan
respon emosional dan menerima pasien apa adanya.
3) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri
perawat sendiri (misalnya ; rasa marah, frustasi dan simpati).
4) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya
supportif, beri waktu klien untuk berespon.
5) Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan
klarifikasi.
6) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi
area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam
kemampuannya untuk mengontrol.
7) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap ketidakberdayaan.
8) Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya
untuk menyimpulkan.
9) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau substitusi.
10) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif.
11) Evaluasi ketetapan presepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat
klien.
12) Identifikasi presepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional.
13) Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.
14) Bantu untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan
perubahannya yang terjadi.
15) Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang
ingin dicapai. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas
perawatan dirinya.
16) Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
17) Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika
klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus.
Motivasi untuk mempertahankan penampilan / kegiatan tersebut.
18) Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan,
berikan penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk
mendapatkan tujuan yang realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini
bukan pada kegiatan masa lalu.
19) Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang
dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat
diidentifikasi oleh klien.
20) Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien. Dorong untuk
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan
penguatan positif untk partisipasi dalam pencapaian.
21) Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien
menurunkan perasaan ketidakberdayaan.
22) Dorong kemandirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan.
23) Libatkan klien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas
keperawatan. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan
perawatan kepada klien.
24) Adakan suatu konferensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan
mengembangkan perawatan rutin klien.
Menurut Amasati (2017), indakan keperawatan untuk keluarga
yaitu penjelasan kondisi pasien dan cara merawat serta evaluasi peran
keluarga merawat pasien, dengan cara latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan antara lain :
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengenali dan mengekspresikan emosinya
3) Memodivikasi pola kognitif yang negatif
4) Berpartisispasi dalam mengambil keputusan yang berkenan
dengan perawatannya sendiri
5) Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
Subjektif :
1) Tidak berpartisipasi dalam perawatan
2) Pengasingan
e. kondisi klinis terkait
1) Diagnosis yang tidak terduga atau baru
2) Peristiwa traumatis
3) Diagnosis penyakit kronis
4) Diagnosis penyakit terminal
5) Rawat inap
SLKI (PPNI, 2018)
Keberdayaan
a. Pernyataan mampu melakukan aktivitas
b. Pernyataan keyakinan tentang kinerja peran
c. Berpartisipasi dalam perawatan
d. Pernyataan frustasi ketergantungan pada orang lain
e. Perasaan diasingkan
f. Perasaan kurang kontrol
g. Pernyataan rasa malu
h. Perasaan tertekan (depresi)
i. Pengasingan
Objektif
1) Berbicara pelan dan lirih
2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
3) Berjalan menunduk
4) Postur tubuh menunduk
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif : sulit berkonsentrasi
Objektif
1) Kontak mata kurang
2) Lesu dan tidak bergairah
3) Pasif
4) Tidak mampu membuat keputusan
e. Kondisi klinis terkait
1) Cedera traumatis
2) Pembedahan
3) Kehamilan
4) Kondisi baru terdiagnosis (mis. Diabetes melitus)
5) Stroke
6) Penyalahgunaan zat
7) Demensia
8) Pengalaman tidak menyenangkan
SLKI (PPNI, 2018)
Harga diri
1) Penilaian diri positif
2) Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif
3) Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri
4) Minat mencoba hal baru
5) Berjalan menampakkan wajah
6) Postur tubuh menampakkan wajah
7) Konsentrasi
8) Tidur
9) Kontak mata
10) Gairah aktivitas
11) Aktif
12) Percaya diri berbicara
13) Perilaku asertif
14) Kemampuan membuat keputusan
15) Perasaan malu
16) Perasaan bersalah
17) Perasaan tidak mampu melakukan apapun
18) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
19) Ketergantungan pada penguatan secara berlebihan
20) Pencarian penguatan secara berlebihan
SIKI (PPNI, 2018)
Manajemen perilaku
Observasi :
1) Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
Terapeutik
1) Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
2) Jadwalkan kegiatan terstruktur
3) Ciptakan dan pertahankan lingkungan kegiatan perawatan
konsisten setiap dinas
4) Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
5) Batasi jumlah pengunjung
6) Bicara dengan nada rendah dan tenang
7) Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
8) Cegah perilaku pasif dan agresif
9) Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan
perilaku
10) Lakukan pengengkangan fisik sesuai indikasi
11) Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan
pembicaraan
12) Hindari sikap mengancam dan berdebat
13) Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah
ditetapkan
Edukasi
1) Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
Daftar Pustaka
Amasati, N. N. (2017). Gambaran Ketidakberdayaan Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik Syaraf
RS. PMI Bogor. (IV), 69. Retrieved from
http://repository.poltekkesbdg.info/files/original/9b387ea5d4f99d0a44342df68b0ed24c.
pdf
Febriyani. (2017). Perasaan Ketidakberdayaan Dengan Kealitas Hidup Pasien Ulkus Diabetes.
Nursing Journal. Vol.VII. No.1. 2017
Husna, H. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Ketidakberdayaan.
Retrieved from
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/53551732/LP_HABIBAH_HUSNA_2015102010
92_4B.doc
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Intervensi Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keprawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Rahayu, Hutam Lestyo. (2016). Asuhan Keperawatan Ketidak Berdayaan Pada Klien Dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2. Lampung
Ramadia, Arya. (2018). Hubungan Kemampua Mengubah Pikiran Negatif Dengan Depresi Dan
Ketidakberdayaan Pada Klien Strok. Jurnal Keperawatan (Journal Of Nursing
Sciences). Volume 8, No.1. 2019
Rasiddin, M. (2015). Laporan Pendahuluan Ketidakberdayaan. Retrieved from
https://id.scribd.com/document/273287158/Laporan-Pendahuluan-Ketidakberdayaan
Townsen, M.C (2016). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiater Rencana Asuhan &
Medikasi Psikoterapik. Edisi 5. Jakarta. EGC
Utami, Tanti Widyarti. (2019). Hubungan Bullying Dengan Ketidakberdayaan Pada Remaja.
Jurnal Keperawatan Jiwa. Vol.7. No.2. 2019
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak seperti tidak sesuai biasanya
Jelaskan : klien hanya menggunakan kaos dan sarung
Diagnosa Keperawatan :-
2. Kesadaran
Kwantitatif/ penurunan kesadaran]
compos mentis apatis/ sedasi somnolensia
sopor subkoma koma
Kwalitatif
tidak berubah berubah
meninggi gangguan tidur : sebutkan susah tidur
hipnosa disosiasi : sebutkan
3. Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
4. Aktivitas Motorik/ Psikomotor
Kelambatan:
hipokinesia, hipoaktivitas sub stupor katatonik
katalepsi flexibilitas serea
Peningkatan:
hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik
TIK grimase tremor gagap
stereotipi mannarism katalepsi akhopraxia
command automatism atomatisma nagativisme reaksi konversi
verbigerasi berjalan kaku/ rigit kompulsif lain-2 sebutkan
5. Afek/ Emosi
adequat tumpul dangkal/ datar labil
inadequat anhedonia marasa kesepian eforia
ambivalen apati marah depresif/ sedih
cemas: ringan sedang berat panik
Jelaskan : klien merasa klien belum siap menerima kenyataan bahwa harus berpisah dengan
suaminya
Diagnosa Keperawatan : Ansietas Ringan dan ketidakberdayaan
6. Persepsi
halusinasi ilusi depersonalisasi derealisasi
Macam Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan lain-lain, sebutkan...................
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
7. Proses Pikir
Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking pengulangan pembicaraan/ persevarasi
tangansial sirkumstansiality logorea
neologisme bicara lambat bicara cepat irelevansi
main kata-kata afasi assosiasi bunyi lain2 sebutkan..
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
Isi Pikir
obsesif ekstasi fantasi
bunuh diri ideas of reference pikiran magis
alienasi isolasi sosial rendah diri
preokupasi pesimisme fobia sebutkan.........................
waham: sebutkan jenisnya
agama somatik, hipokondrik kebesaran curiga
nihilistik sisip pikir siar pikir kontrol pikir
kejaran dosa
Jelaskan : klien sudah merasa pasrah dan putus asa dengan keadaanya saat ini
Diagnosa Keperawatan : ketidakberdayaan
Bentuk Pikir
realistik nonrealistik
autistik dereistik
8. Memori
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini amnesia, sebutkan.........................
paramnesia, sebutkan jenisnya........................................................
hipermnesia, sebutkan ...................................................................
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :-
Diagnosa Keperawatan :-
10. Kemampuan Penilaian
gangguan ringan gangguan bermakna
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
11. Daya Tilik Diri/ Insight
mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
12. Interaksi selama Wawancara
bermusuhan tidak kooperatif mudah tersinggung
kontak mata kurang defensif curiga
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
VI. FISIK
1. Keadaan umum
2. Tanda vital : TD: 1500/80 N: 80x/menit S: 36,5°C R : 18x/menit
3. UKur : TB : 152cm BB : 65kg turun naik
4. Keluhan fisik : tidak ya, Jelaskan :
5. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : simetris, kulit kepala bersih, tidak ada iritasi bentuk bulat
b. Rambut : tumbuh merata, bersih dan tidak berbau
c. Wajah : warna kulit sawo matang, bentuk bulat dan simetris
d. Mata : simetris, isokor, bening dan bersih
e. Hidung : simetris, pernafasan tidak menggunakan cuping hidung
f. Telinga : normal, simetris dan bersih
g. Mulut : mukosa bibir kering, gigi dan gusi bersih, lidah bersih dan orofaring tidak ada
odema
h. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar, tidak ada odema
i. Paru : tidak terdapat napas tambahan
j. Jantung :
k. Integument : kulit tampak bersih, CRT kembali dalam 2 detik, terdapat luka dibagian
kaki sebelah kiri klien
l. Mukuloskeletal : otot tampak simetris dan tidak ada odema, tidak dapat menggerakan
ekstremitas kanan
Jelaskan :-
Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Genogram
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Klien :
Hubungan :
Tinggal serumah :
3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat : Ny. A mengtakan orang terdekat adalah suaminya. Pada saat klien
tidak dapat mengatasi masalah atau persoalan yang dialaminya, klien pasti
menceritakan keluh kesahnya kepada suaminya.
b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat : Ny. A aktif dalam kegiatan yang ada di
masyarakat sekitar
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Ny. A tidak memiliki hambatan dalam
berkomunikasi dengan tetangga atau orang lain disekitarnya
Diagnosa Keperawatan : -
4. Spiritual dan kultural
a. Nilai dan keyakinan : Ny. A beragama islam dan melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
dengan agama islam
b. Konflik nilai/ keyakinan/ budaya : Ny. A tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu
c. Kegiatan ibadah: Ny. A melakukan kegiatan sesuai dengan ajaran agamanya seperti shalat
5 waktu
DiagnosaKeperawatan : -
VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)
1. Makan
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : Jam 12.30 s/d 14.30
Tidur malam lama : Jam 22.30 s/d 04.00
Aktivitas sebelum / sedudah tidur : Jam 06.00 s/d 21.30
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
Sistem pendukung Ya Tidak
8. Aktivitas di dalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
Mencuci pakaian Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya Tidak
Efek:
Duka Cita
Core problem:
ketidak berdayaan
Cause:
Disfungsi proses berduka. Kurangnya umpan
balik positif. Umpan balik negatif yang
konsisten
ANALISIS DATA
NO DATA PROBLEM
1. DS : Duka Cita
- Perasaan sedih, menangis.
- Perasaan putus asa, kesepian
- Mengingkari kehilangan
- Kesulitan mengekspresikan perasaan
- Konsentrasi menurun
- Kemarahan yang berlebihan
- Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
- Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
- Reaksi emosional yang lambat
- Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat
aktivitas
DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sering melamun
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sering menangis
- Klien tampak tidak mau makan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan (SIKI)
Hari/Tanggal Waktu
Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi
Senin, 11 Januari 1. Kognitif, klien mampu : 1. Kaji tanda dan gejala berduka dan identifikasi 10.00
2021 a. Memahami proses kehilangan kehilangan yang terjadi
yang dialami
2. Jelaskan proses terjadinya berduka sesuai
b. Mengetahui cara mengatasi
kehilangan secara bertahap dengan tahapan kehilangan, berduka, yaitu :
2. Psikomotor, klien mampu: mengingkari, marah, tawar – menawar,
a. Menyadari respon kehidupan
depresi dan menerima
b. Menyebutkan faktor – faktor
kehilangan 3. Latih melalui tahap kehilangan atau berduka
c. Melakukan manajemen rasa
marah
d. Melatih diri bergerak dari
harapan ke realita
e. Melatih diri melihat aspek positif
f. Melatih rencana yang baru
3. Afektif, klien mampu :
a. Merasakan manfaat latihan
b. Merasa mampu beradaptasi
dengan keadaan
c. Merasakan lebih optimis
IMPLEMENTASI