Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


KETIDAKBERDAYAAN DI DESA SENGGRENG
KECAMATAN SUMBER PUCUNG KABUPATEN MALANG

Disusun Oleh:

Putri Vega Pujiati S.Kep


203106102

SUB DEPARTEMEN PROFESI NERS


STIKes WIDYA CIPTA HUSADA MALANG
2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : ………………………………………………


NIM : ………………………………………………
Ruang : ………………………………………………
Tanggal : ………………………………………………
Judul : ………………………………………………

Disetujui Oleh:

Pembiming Akademik (Institusi) Pembimbing Klinik (Lapangan)

…………………………………… ……………………………………
Tanggal : ………………………… Tanggal : …………………………
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
KETIDAKBERDAYAAN

A. Definisi Ketidak Keberdayaan


Ketidakberdayaan adalah prepsesi bahwa tindakan yang dilakukan
individu akan memberikan hasil yang bermakna sehingga menyebabkan
hilangnya kontrol atas situasi saat ini maupun yang akan terjadi. Klien
merasa bahwa tidak akan ada upaya yang akan mengubah luka yang
diderita. Emosi seperti rasa takut, perasaan kehilangan, dan kesedihan, pada
umumnya yang akan terjadi (Febriyani, 2017)
Ketidakberdayan merupakan pengalaman hidup kurang pengendalian
terhadap situasi dirinya, termasuk mengenai persepsi tentang hal yang
dilakukan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh
(NANDA, 2018). Ketidakberdayaan juga diartikan sebagai sebuah persepsi
individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna, kurangnya kontrol terhadap kontrol terhadap situasi tertentu atau
kejadian baru yang dirasakan (Utami, 2019)
B. Etiologi
Menurut Townsend (2016), terdapat lima etiologi dari
ketidakberdayaan yaitu:
a. Tidak memiliki kemampuan memutuskan
b. Kesehatan lingkungan
c. Proses berduka yang rumit
d. Kurangnya umpanbalik yang positif
e. Selalu diberikan umpan balik negatif
C. Penyebab Faktor Predisposisi dan Presiptasi
Menurut Rahayu (2016) penyebab ketidakberdayaan terbagi menjadi 2
yaitu:
1. Faktor predisposisi
a. Biologis :
a) Tidak ada riwayat krturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
b) Gaya hidup (tidak merokok, alkohol, obat dan zat adiktif) dan
pengalaman penggunaan zat terlarang
c) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek
up, tanggal terakhir priksa
d) Ada riwayat penderita penyakit jantung, paru-paru, yang
menganggu aktivitas harian pasien
e) Adanya riwayat kejang, panas dengan waktu yang lama atau
trauma kepala
f) Riwayat penderita penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, seperti penyakit terminal.
b. Psikologis
a) Perubahan gaya hidup seseorang akibat lingkungan tempat
tinggalnya
b) Ketidak mampuan mengambil keputusan dan komunikasi
verbal yang kurang atau kurang dapat mengekpresikan
perasaan terkait dengan penyakitnya ataukondisi dirinya
c) Ketidak mampuan menjalankan eran akibat penyakit yang
secara progesif menimbulkan ketidakmampuan,
misalnyalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
d) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
e) Merasa frutasi dengan kondisi kesehatannya dan
kehidupannya yang sekarang
f) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayngi
g) Motivasi : penerimaan umpan balik negatif yang konsisten
selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang
minat dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
h) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban
maupun sebagai saksi
i) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,
mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak
berdaya
j) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup
c. Sosial budaya
a) Usia 30- meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
b) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami
ketidakberdayaan tergantung dari peran yang dijalaninnya
dalam kehidupannya
c) Pendidikan rendah
d) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih
dari 6 bulan)
e) Adannya norma individu atau masyarakat yang menghargai
kontrol (misalnya: kontrol lokus internal)
f) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan
orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial
kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain
g) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di
masyarakat
h) Kurang telibat dalam kegiatan politik baik secara aktif
maupun secara pasif
2. Fakto presipitasi

Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi


ketidakberdayaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal.
Kondisi internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik
atau dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasannya keluarga
dan internal dan eksternal. Kondisi internal dimana pasien kurang dapat
menerima perubahan fisik atau dan psikologis yang terjadi. Kondisi
eksternal biasannya keluarga dan masyarakat kurang mendukung atau
mengakui keberadaannya yang sekarang terait kurang lebih 6 bulan
terakhir, dan waktu terjadinnya dapat bersamaan, silih berganti atau
hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan
mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat mestiulasi
ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan yang
dialami oleh klien.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi
timbulnya ketidakberdayaan adalah sebagai berikut:
1. Biologis
a. Menderita suatu penyakit atau harus dilakukan terapi tertentu,
program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya
(misalnya: jangka panjang, sulit dan kompeks), (proses
intoksifikasi dan rehabilitasi).
b. Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
c. Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan
lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic
d. Terdapat gangguan sistem endokrin
e. Penggunaan alkohol, obat-obatan , kafein, dan tembakau
f. Mengalami gangguan tidur atau istirahat
g. Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik
dan gender
h. Adannya perubahan gaya berjalan, koorninasi dan
keseimbangan
2. Psikologis
a. Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
b. Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan
c. Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri,
kehilangan pekerjaan.
d. Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena
ketidakmampuan melakukan tanggung jawab peran.
e. Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan
orang lain.
3. Sosial budaya
a. Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi
kesehatan atau kehidupannya yang sekarang
b. Tinggal dipelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan)
c. Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakit maupun
penyebab yang lain
d. Kehilangan kempuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
buan terakhir)
e. Adannya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif
f. Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan ketidakmampuan beraptisiasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat.
D. Manifestasi
Ketidakberdayaan sebagai kondisi dimana individu atau kelompok
merasa kekurangan kontrol atas pribadi atau situasi yang memberi dampak
atau pandangan, tujuan dan gaya hidup. Keberdayaan merupakan dapak
terbesar dari penyakit kronis sebagai hasil dari penerimaan diri dan
perubahan gaya hidup klien dengan penyakit kronis (Ramadia,2019)
E. Rentang respon
Respon
Menurut Rasiddin (2015), rentang respon ketidak berdayaanMaladaftif
yaitu
Respon adaftif

har kese Ketida B Ti P


apa mpa kpasti a da u
an k t
1. Harapan
Harapan akan mempengaruhi respon psikologis terhadap penyakit
fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir
dengan penggunaan mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada
beberapa kasus, koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan masalah
kesehatan jiwa
2. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu
memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi
kemampuan individu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang
akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasa
pesimis dan putus asa.
3. Putus asa
Putus asa ditandai dengan prilaku pasif, perasaan sedih dan harapan
hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.
F. Patofisiologi
Menurut Rasiddin (2015), proses terjadinya ketidak berdayaan yaitu :
a. Patofisiologi
Setiap proses penyakit, baik akut maupun kronis, dapat
menyebabkan ketidakberdayaan atau berperan menyebabkan
ketidakberdayaan. Diantarannya yaitu:
1. Berhunungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi, sekunder
akibat VA, trauma servikal, infark miokard, nyeri.
2. Berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung jawab
peran, sekunder akibat pembedahan, trauma, artitis
3. Berhubungan dengan proses penyakit yang melemahkan, sekunder
akibat sklerosis multipel, kanker terminal
4. Berhubungan dengan penyalahangunaan zat
5. Berhubungan dengan distrosis kongnitif, sekunder akibat depresi
b. Situasional (personal, lingkungan)
1. Berhubungan dengan berubahan status kuratif menjadi paliatif
2. Berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol dan pembatasan
gaya hidup, sekunder akibat (sebutkan)
3. Berhubungan dengan pola makan yang berlebihan
4. Berhubungan dengan karakteristik personal yang sangan
mengontrol nilai (mia, lokus kontrol internal)
5. Berhubungan dengan dengan pengaruh pembatasan rumah sakit
atau lembaga
6. Berhubungan dengan gaya hidup berupa ketidakmampuan
(helplessness)
7. Berhubungan dengan rasa takut akibat penolakan (ketidaksetujuan)
8. Berhubungan dengan kebutuhan dependen yang tidak terpenuhi
9. Berhubungan dengan umpan balik negatif yang terus-menerus
10. Berhubungan dengan hubungan abusive jangka panjang
11. Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
12. Berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak adekuat
c. Maturasional
1. Anak remaja: berhubungan dengan masalah pengasuhan anak
2. Dewasa: berhubungan dengan peristiwa kehilangan lebih dari satu
kali, sekunder akibat penuaan (mis, pensieun, defisit sensori, defisit
motorik, uang, orang terdekat.
G. Pathway

Efek:
Harga diri rendah

Core problem:
ketidak berdayaan

Cause:
Disfungsi proses berduka. Kurangnya umpan balik
positif. Umpan balik negatif yang konsisten
H. Sumber Koping
Menurut Husna (2017), sumber koping klien dengan ketidakberdayaan
yaitu:
1. Personal ability
a. Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
b. Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
c. Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
d. Kemampuan dalam memecahkan masalah.
2. Sosial support
a. Caregiver utama dalam keluarga.
b. Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
c. Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.
3. Material asset
a. Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki
(tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama
proses gangguan fisiologis.
b. Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
c. Arah/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
4. Positive belief
a. Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang
dirasakan: tidak ada.
b. Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.

I. Mekanisme Koping
Menurut Husna (2017), mekanisme koping klien dengan
ketidakberdayaan yaitu:
1. Konstruktif

a. Menilai pencapaian hidup yang realistis.


b. Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status
kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal.

c. Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan


perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami.

d. Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami


perubahan kondisi kesehatan.

2. Destruktif

a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau


meminta bantuan.

b. Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.

c. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami


ketegangan peran, konflik peran).

d. Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.

e. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum,


kebersihan diri, istirahat dan tidur dan berdandan

f. Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada


orang lain).

g. Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

J. Penatalaksanaa
1. Terapi generalis latihan afirmasi positif
Menurut Agustin et al., (2015), asuhan keperawatan yang
dilakukan pada klien lansia ini berada di tatanan komunitas atau
masyarakat. Oleh sebab itu, upaya kesehatan yang dilakukan salah
satunya melalui CMHN (Community Mental Heath Nursing) yang
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di masyarakat. Melalui
CMHN ini lansia yang berisiko diberikan tindakan-tindakan agar tidak
mengarah pada gangguan jiwa. Penanganan diagnosa ketidakberdayaan
sendiri belum optimal bila dibandingkan dengan diagnosa pada lansia
yang lain. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan ketidakberdayaan pada lansia bertujuan untuk:
a. Klien mampu meningkatkan harga diri
b. Meningkatkan sumber daya individu
c. Memiliki mekanisme koping yang lebih efektif
d. Mampumemulai hubungan atau interaksi dengan orang lain
e. Dapat mengembangkan dan meningkatkan hubungan atau
interaksi sosial dengan orang lain
2. Terapi okupasi
Menurut Rasiddin (2015), Terapi kerja atau terapi okupasi adalah
suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus
pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang
agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain. Adapun
tujuan terapi okupasi adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental:
1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan
dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
2) Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
4) Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan
diagnosa dan terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik :
1) Meningkatkan gerak, sendi, otot dan koordinasi gerakan.
2) Mengajarkan adl seperti makan, berpakaian, bak, bab dan
sebagainya.
3) Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di
rumah.
4) Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan
kemampuan yang dimiliki.
5) Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien
untuk mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan,
kemampuan bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.
6) Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah
klien kembali di lingkungan masyarakat.
Menurut Amasati (2017), klien dengan ketidakberdayaan dilakukan
tindakan sesuai asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan psikososial yang dikembangkan generalis keperawatan
jiwa terdiri dari dua strategi pelaksanaan:
1) Tindakan keperawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan yaitu
dengan latihan berpikir positif
2) Evaluasi ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan harapan
positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan.
Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada
ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji
masalah ketidakberdayaan. Dalam melakukan pendekatan perawat
menggunakan:
1) Komunikasi terapeutik
2) Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan
respon emosional dan menerima pasien apa adanya.
3) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri
perawat sendiri (misalnya ; rasa marah, frustasi dan simpati).
4) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya
supportif, beri waktu klien untuk berespon.
5) Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan
klarifikasi.
6) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi
area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam
kemampuannya untuk mengontrol.
7) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap ketidakberdayaan.
8) Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya
untuk menyimpulkan.
9) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau substitusi.
10) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif.
11) Evaluasi ketetapan presepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat
klien.
12) Identifikasi presepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional.
13) Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.
14) Bantu untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan
perubahannya yang terjadi.
15) Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang
ingin dicapai. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas
perawatan dirinya.
16) Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
17) Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika
klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus.
Motivasi untuk mempertahankan penampilan / kegiatan tersebut.
18) Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan,
berikan penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk
mendapatkan tujuan yang realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini
bukan pada kegiatan masa lalu.
19) Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang
dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat
diidentifikasi oleh klien.
20) Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien. Dorong untuk
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan
penguatan positif untk partisipasi dalam pencapaian.
21) Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien
menurunkan perasaan ketidakberdayaan.
22) Dorong kemandirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan.
23) Libatkan klien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas
keperawatan. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan
perawatan kepada klien.
24) Adakan suatu konferensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan
mengembangkan perawatan rutin klien.
Menurut Amasati (2017), indakan keperawatan untuk keluarga
yaitu penjelasan kondisi pasien dan cara merawat serta evaluasi peran
keluarga merawat pasien, dengan cara latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan antara lain :
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengenali dan mengekspresikan emosinya
3) Memodivikasi pola kognitif yang negatif
4) Berpartisispasi dalam mengambil keputusan yang berkenan
dengan perawatannya sendiri
5) Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis

K. Strategi keperawatan mengatasi respon ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan perasaan yang absolut yang di
ekspresikan melalui sikap dimana seseorang atau klien akan menghadapi
suatu situasi dengan mengeksplorasi pengalaman perasaan
ketidakberdayaannya termasuk dalam menghadapi tren isu yang turut
menjadi penyebab rasa tidak berdaya. Menurut Amasati (2017), terdapat
beberapa kategori strategi yang bertujuan untuk meningkatkan
ketidakberdayaan yaitu :
1. Memodifikasi Lingkungan
Perawat perlu memodifikasi lingkungan ruangan dirumah sakit
seperti menyiapkan bel untuk panggilan, telepon dan semua
kebutuhan yang diperlukan klien menyerupai lingkungan rumah,
diperlukan untuk kenyamanan klien dan meminimalkan perasaan
ketidakberdayaan.
2. Menetapkan tujuan yang realistis
Setiap individu ingin dihargai dan menetapkan tujuan yang realistis
sehingga memberikan peluang bagi klien dalam berpartisipasi total
dalam mengidentifikasi tujuan yang saling menguntungkan antara
perawat dan klien dengan memvalidasi pengkajian dan
mengkonfirmasinya kembali dianggap sebagai sesuatu kekuatan yang
unik dalam meningkatkan asumsi responsibilitas terhadap hasil yang
dicapai klien.
3. Meningkatkan pengetahuan
Pengetahuan merupakan sumber daya untuk mengontrol situasi
sebagai upaya meningkatkan pengetahuan tentang situasi saat
individu mengalami perasaan tidak berdaya. Klien dengan penyakit
kronis sangat membutuhkan beberapa informasi pengetahuan tentang
penyakit serta penatalaksanaannya sehingga dapat mengambil
keputusan dan tindakan yang relative terkait penyakit kronisnya.
Kemampuan mengambil keputusan dan tindakan diperlukan klien
untuk dapat mengendalikan perasaan tidak berdaya. Perubahan
informasi secara psikologis, respon positif terhadap terapi dan hasil
terapi dapat meningkatkan kontrol persepsi klien.
4. Meningkatkan kepekaan tim kesehatan
Faktor sistem pelayanan kesehatan secara signifikan
mempengaruhi penyebab ketidakberdayaan pada klien dengan
penyakit kronis termasuk lingkungan rumah sakit yang bersih dapat
meningkatkan rasa tidak berdaya. Tim kesehatan yang professional
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kepekaan karena
ketidakberdayaan dengan menjalin hubungan yang humanistik
dengan klien.
5. Mendorong mengekspresikan perasaan secara verbal
Mengekpresikan perasaan tidakberdaya merupakan dasar dalam
mengatasi masalah diharapkan meningkatkan dan mengendalikan
perasaan ketidakberdayaan klien. Klien mungkin mengidentifikasi
faktor yang turut mempengaruhi perasaan ketidakberdayaan dan
mencari alternative pemecahannya. Sikap terbuka klien dilaporkan
dapat mengatasi rasa ketidakberdayaan pada kondisi seperti ansietas
yang digeneralisir secara verbal.
Konsep Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan
A. Pengkajian
a. Informasi umum
Meliputi inisial klien, usia, jenis kelamin, suku, status perkawinan,
alamat.
b. Kondisi atau keluhan saat ini
1) Tanyakan apa yang menjadi keluhan utama, waktu terjadinya dan
kronologisnya, serta keluhan fisik yang menyertai
2) Hasil pemeriksaan fisik
3) Hasil pemeriksaan penunjang
c. Psikososial
Bagaimana perasaan klien terhadap sakit yang dialami, bagaimana
hubungan social klien sejak mengalami sakit tersebut, apakah karena
sakit yang dialamai mengakibatkan perubahan psikologis atau
perasaan, perubahan tingkat ekonomi atau pekerjaan.
d. Konsep diri
Apakah penyakit fisik yang dialami mempengaruhi citra tubuh,
identitas diri, peran, ideal diri, harga diri.
e. Riwayat Kesehatan sebelumnya
Cari riwayat penyakit yang relevan dengan kondisi saat ini seperti
riwayat tumbuh kembang, riwayat sakit fisik atau kronik yang pernah
diderita sebelumnya, riwayat penyakit genetik atau keturunan, riwayat
hospitalisasi, riwayat cedera atau trauma, riwayat pengobatan atau
pembedahan, terpapar zat kimia atau radiasi, gangguan nutrisi,
kebiasaan merokok dan alkohol.
f. Penilaian terhadap masalah
Bagaimana penilaian klien terhadap kondisinya saat ini (akibat
penyakit fisik atau kronis yang dialami), meliputi : apa yang klien
pikirkan terhadap kondisi penyakit fisik saat ini, bagaimana perasaan
klien, apakah karena kondisi penyakit saat ini, mempengaruhi atau
memperberat kondisi kesehatan fisik klien secara keseluruhan, apakah
karena kondisi penyakit fisik klien saat ini mempengaruhi perilaku dan
kebiasaan klien.
g. Sumber koping
Uraikan sumber koping yang dimiliki klien seperti kemampuan
personal klien, keyakinan klien terhadap kondisi yang dialami,
dukungan sosial dari keluarga dan kelompok teman jika ada, akses
terhadap pelayanan kesehatan terjangkau atau terdapat kendala
h. Status mental
Kaji secara lengkap tentang status mental klien. Menurut Rasiddin
(2015), pada pengkajian data-data yang ditampilkan pada pasien
ketidakberdayaan yaitu:
a. Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau
mempengaruhi situasi
b. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
c. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
d. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan
diberikan
e. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
f. Apatis pasif
g. Ekspresi muka murung
h. Bicara dan gerakan lambat
i. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
j. Tidur berlebihan
k. Menghindari orang lain.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
1. Ketidakberdayaan
SDKI (PPNI, 2016)
a. Definisi : persepsi bahwa Tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada
situasi saat ini atau yang akan datang
b. Penyebab :
1) program perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka
panjang
2) lingkungan tidak mendukung perawatan/ pengobatan
3) interaksi interpersonal tidak memuaskan
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : mengatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan
aktivitas sebelumnya
Objektif : bergantung pada orang lain
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1) Merasa diasingkan
2) Menyatakan keraguan tentang kinerja peran
3) Menyatakan kurang kontrol
4) Menyatakan rasa malu
5) Merasakan tertekan (depresi)

Subjektif :
1) Tidak berpartisipasi dalam perawatan
2) Pengasingan
e. kondisi klinis terkait
1) Diagnosis yang tidak terduga atau baru
2) Peristiwa traumatis
3) Diagnosis penyakit kronis
4) Diagnosis penyakit terminal
5) Rawat inap
SLKI (PPNI, 2018)
Keberdayaan
a. Pernyataan mampu melakukan aktivitas
b. Pernyataan keyakinan tentang kinerja peran
c. Berpartisipasi dalam perawatan
d. Pernyataan frustasi ketergantungan pada orang lain
e. Perasaan diasingkan
f. Perasaan kurang kontrol
g. Pernyataan rasa malu
h. Perasaan tertekan (depresi)
i. Pengasingan

SIKI (PPNI, 2018)


Promosi harapan
Observasi
a. identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam mencapai hidup
Terapeutik
a. Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
b. Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
c. Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
d. Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat
pencapaian tujuan sendiri sampai dengan kompleks
e. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok
f. Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikkan kebutuhan
spiritual
Edukasi
a. Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap konsisi dengan
realistis
b. Anjurkan mempertahankan hubungan (mis. Menyebutkan nama
orang yang dicintai)
c. Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang lain
d. Latih menyusuan tujuan yang sesuai dengan harapan
e. Latih cara mengembangkan spiritual diri
f. Latih cara mengenang dan menikmati masalalu (mis. Prestasi,
pengalaman)

2. Harga Diri Rendah Situasional


SDKI (PPNI, 2016)
a. Pengertian : evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini
b. Penyebab :
1) Perubahan pada citra tubuh
2) Perubahan peran sosial
3) Kketidakadekuatan pemahaman
4) Perilaku tidak konsisten dengan nilai
5) Kegagalan hidup berulang
6) Riwayat kehilangan
7) Riwayat penolakan
8) Transisi perkembangan
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Menilai diri negatif (mis. Tidak berguna, tidak tertolong)
2) Merasa malu/bersalah
3) Melebihlebihkan penilaian negative tentang diri sendiri
4) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

Objektif
1) Berbicara pelan dan lirih
2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
3) Berjalan menunduk
4) Postur tubuh menunduk
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif : sulit berkonsentrasi
Objektif
1) Kontak mata kurang
2) Lesu dan tidak bergairah
3) Pasif
4) Tidak mampu membuat keputusan
e. Kondisi klinis terkait
1) Cedera traumatis
2) Pembedahan
3) Kehamilan
4) Kondisi baru terdiagnosis (mis. Diabetes melitus)
5) Stroke
6) Penyalahgunaan zat
7) Demensia
8) Pengalaman tidak menyenangkan
SLKI (PPNI, 2018)
Harga diri
1) Penilaian diri positif
2) Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif
3) Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri
4) Minat mencoba hal baru
5) Berjalan menampakkan wajah
6) Postur tubuh menampakkan wajah
7) Konsentrasi
8) Tidur
9) Kontak mata
10) Gairah aktivitas
11) Aktif
12) Percaya diri berbicara
13) Perilaku asertif
14) Kemampuan membuat keputusan
15) Perasaan malu
16) Perasaan bersalah
17) Perasaan tidak mampu melakukan apapun
18) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
19) Ketergantungan pada penguatan secara berlebihan
20) Pencarian penguatan secara berlebihan
SIKI (PPNI, 2018)
Manajemen perilaku
Observasi :
1) Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku

Terapeutik
1) Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
2) Jadwalkan kegiatan terstruktur
3) Ciptakan dan pertahankan lingkungan kegiatan perawatan
konsisten setiap dinas
4) Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
5) Batasi jumlah pengunjung
6) Bicara dengan nada rendah dan tenang
7) Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
8) Cegah perilaku pasif dan agresif
9) Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan
perilaku
10) Lakukan pengengkangan fisik sesuai indikasi
11) Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan
pembicaraan
12) Hindari sikap mengancam dan berdebat
13) Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah
ditetapkan

Edukasi
1) Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
Daftar Pustaka
Amasati, N. N. (2017). Gambaran Ketidakberdayaan Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik Syaraf
RS. PMI Bogor. (IV), 69. Retrieved from
http://repository.poltekkesbdg.info/files/original/9b387ea5d4f99d0a44342df68b0ed24c.
pdf
Febriyani. (2017). Perasaan Ketidakberdayaan Dengan Kealitas Hidup Pasien Ulkus Diabetes.
Nursing Journal. Vol.VII. No.1. 2017
Husna, H. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Ketidakberdayaan.
Retrieved from
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/53551732/LP_HABIBAH_HUSNA_2015102010
92_4B.doc
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Intervensi Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keprawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Rahayu, Hutam Lestyo. (2016). Asuhan Keperawatan Ketidak Berdayaan Pada Klien Dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2. Lampung
Ramadia, Arya. (2018). Hubungan Kemampua Mengubah Pikiran Negatif Dengan Depresi Dan
Ketidakberdayaan Pada Klien Strok. Jurnal Keperawatan (Journal Of Nursing
Sciences). Volume 8, No.1. 2019
Rasiddin, M. (2015). Laporan Pendahuluan Ketidakberdayaan. Retrieved from
https://id.scribd.com/document/273287158/Laporan-Pendahuluan-Ketidakberdayaan
Townsen, M.C (2016). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiater Rencana Asuhan &
Medikasi Psikoterapik. Edisi 5. Jakarta. EGC
Utami, Tanti Widyarti. (2019). Hubungan Bullying Dengan Ketidakberdayaan Pada Remaja.
Jurnal Keperawatan Jiwa. Vol.7. No.2. 2019

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT: - TANGGAL DIRAWAT / Jam : -


I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. A
Umur : 45 Tahun
Alamat : Dusun Ngerancah RT 25 RW 08 Desa Senggreng
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Informan : Ny. I
Tanggal Pengkajian /jam : 11-01-2021
II. KELUHAN UTAMA
Keluarga mengatakan klien mengurung diri, tidak mau makan dan terus menangis
semenjak ditinggal suaminya meninggal karena kecelakaan. Menurut keluarga, klien sering
melamun dan mengaku merindukan sosok suaminya. Rikwayat penyakit Hipertensi.
III. FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Provocative/Polliative
a. Apa penyebabnya :
Klien mengatakan merasa belum bisa menerima kalau ditinggal suaminya.
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Anak – anaknya selalu berusaha menghibur klien untuk membuat klien sedikit tenang
2. Quantity/Quality
a. Bagaimana dirasakan :
Klien merasa takut dan merindukan suaminya
b. Bagaimana dilihat :
Klien tampak banyak diam, dan banyak melamun
3. Region
a. Dimana lokasinya : -
b. Apakah menyebar : tidak
4. Time
Setiap saat

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


 RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ya tidak
Bila ya jelaskan
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang) ya tidak
Bila ya jelaskan :
 RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku/ usia Korban/ usia Saksi/ usia
1. Aniaya fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga
5. Tindakan kriminal
Jelaskan : Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio,
kultural, spiritual) :
Diagnosa Keperawatan:
6. Kesan Kepribadian klien: extrovert introvert lain-lain:
 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? ya tidak
Diagnosa Keperawatan: -

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak seperti tidak sesuai biasanya
Jelaskan : klien hanya menggunakan kaos dan sarung
Diagnosa Keperawatan :-
2. Kesadaran
 Kwantitatif/ penurunan kesadaran]
compos mentis apatis/ sedasi somnolensia
sopor subkoma koma
 Kwalitatif
tidak berubah berubah
meninggi gangguan tidur : sebutkan susah tidur
hipnosa disosiasi : sebutkan
3. Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
4. Aktivitas Motorik/ Psikomotor
Kelambatan:
hipokinesia, hipoaktivitas sub stupor katatonik
katalepsi flexibilitas serea
Peningkatan:
hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik
TIK grimase tremor gagap
stereotipi mannarism katalepsi akhopraxia
command automatism atomatisma nagativisme reaksi konversi
verbigerasi berjalan kaku/ rigit kompulsif lain-2 sebutkan

5. Afek/ Emosi
adequat tumpul dangkal/ datar labil
inadequat anhedonia marasa kesepian eforia
ambivalen apati marah depresif/ sedih
cemas: ringan sedang berat panik

Jelaskan : klien merasa klien belum siap menerima kenyataan bahwa harus berpisah dengan
suaminya
Diagnosa Keperawatan : Ansietas Ringan dan ketidakberdayaan
6. Persepsi
halusinasi ilusi depersonalisasi derealisasi
Macam Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan lain-lain, sebutkan...................
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
7. Proses Pikir
Arus Pikir
koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking pengulangan pembicaraan/ persevarasi
tangansial sirkumstansiality logorea
neologisme bicara lambat bicara cepat irelevansi
main kata-kata afasi assosiasi bunyi lain2 sebutkan..
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
Isi Pikir
obsesif ekstasi fantasi
bunuh diri ideas of reference pikiran magis
alienasi isolasi sosial rendah diri
preokupasi pesimisme fobia sebutkan.........................
waham: sebutkan jenisnya
agama somatik, hipokondrik kebesaran curiga
nihilistik sisip pikir siar pikir kontrol pikir
kejaran dosa
Jelaskan : klien sudah merasa pasrah dan putus asa dengan keadaanya saat ini
Diagnosa Keperawatan : ketidakberdayaan
Bentuk Pikir
realistik nonrealistik
autistik dereistik
8. Memori
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini amnesia, sebutkan.........................
paramnesia, sebutkan jenisnya........................................................
hipermnesia, sebutkan ...................................................................
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :-
Diagnosa Keperawatan :-
10. Kemampuan Penilaian
gangguan ringan gangguan bermakna
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
11. Daya Tilik Diri/ Insight
mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
12. Interaksi selama Wawancara
bermusuhan tidak kooperatif mudah tersinggung
kontak mata kurang defensif curiga
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :

VI. FISIK
1. Keadaan umum
2. Tanda vital : TD: 1500/80 N: 80x/menit S: 36,5°C R : 18x/menit
3. UKur : TB : 152cm BB : 65kg turun naik
4. Keluhan fisik : tidak ya, Jelaskan :
5. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : simetris, kulit kepala bersih, tidak ada iritasi bentuk bulat
b. Rambut : tumbuh merata, bersih dan tidak berbau
c. Wajah : warna kulit sawo matang, bentuk bulat dan simetris
d. Mata : simetris, isokor, bening dan bersih
e. Hidung : simetris, pernafasan tidak menggunakan cuping hidung
f. Telinga : normal, simetris dan bersih
g. Mulut : mukosa bibir kering, gigi dan gusi bersih, lidah bersih dan orofaring tidak ada
odema
h. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar, tidak ada odema
i. Paru : tidak terdapat napas tambahan
j. Jantung :
k. Integument : kulit tampak bersih, CRT kembali dalam 2 detik, terdapat luka dibagian
kaki sebelah kiri klien
l. Mukuloskeletal : otot tampak simetris dan tidak ada odema, tidak dapat menggerakan
ekstremitas kanan
Jelaskan :-
Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan diri

VII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)


1. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Ny. A mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya
b. Identitas : Ny. A mengatakan selama sakit aktifitasnya dibantu keluarga
c. Peran : Ny. A mengatakan berperan sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-
anaknya
d. Ideal diri : Ny. A mengatakan ingin segera sembuh agar bisa melakukan kegiatan
sehari-hari tanpa bantuan dari keluarga dan dapat membantu suami
mencari nafkah untuk membantu ekonomi keluarganya.
e. Harga diri : merasakan diperhatikan oleh keluarga dan merasakan membebani
anggota keluarga lainya.
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah situasional

2. Genogram

Keterangan :
 Laki-laki :
 Perempuan :
 Klien :
 Hubungan :
 Tinggal serumah :
3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat : Ny. A mengtakan orang terdekat adalah suaminya. Pada saat klien
tidak dapat mengatasi masalah atau persoalan yang dialaminya, klien pasti
menceritakan keluh kesahnya kepada suaminya.
b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat : Ny. A aktif dalam kegiatan yang ada di
masyarakat sekitar
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Ny. A tidak memiliki hambatan dalam
berkomunikasi dengan tetangga atau orang lain disekitarnya
Diagnosa Keperawatan : -
4. Spiritual dan kultural
a. Nilai dan keyakinan : Ny. A beragama islam dan melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
dengan agama islam
b. Konflik nilai/ keyakinan/ budaya : Ny. A tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu
c. Kegiatan ibadah: Ny. A melakukan kegiatan sesuai dengan ajaran agamanya seperti shalat
5 waktu
DiagnosaKeperawatan : -
VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)
1. Makan
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : Jam 12.30 s/d 14.30
Tidur malam lama : Jam 22.30 s/d 04.00
Aktivitas sebelum / sedudah tidur : Jam 06.00 s/d 21.30
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Sebagian Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak
Sistem pendukung Ya Tidak
8. Aktivitas di dalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
Mencuci pakaian Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya Tidak

9. Aktivitas di luar rumah


Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak
Jelaska :
Diagnosa Keperawatan:

IX. MEKANISME KOPING


Adatif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya ...................... Lainnya : Terlalu berfikir yang tidak-tidak
dengan penyakitnya
Diagnosa Keperawatan : Koping tidak efektif
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan
Masalah dengan pendidikan, uraikan
Masalah dengan pekerjaan, uraikan
Masalah dengan perumahan, uraikan
Masalah dengan ekonomi, uraikan : Ny. A dan keluarga memiliki ekonomi menengah kebawah

Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan


Masalah lainnya, uraikan : Ny. A mengatakan merasa tidak dapat menerima kenyataan harus
berpisah dengan suaminya
Diagnosa Keperawatan : Duka Cita
XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presiptasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya
Diagnosa Keperawatan :
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : Hipertensi
Terapi medik : -

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ansietas
2. Koping tidak efektif
3. Ketidakberdayaan
4. Defisit pengetahuan
5. Gangguan integritas kulit/jaringan
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Duka Cita
XV. POHON MASALAH

Efek:
Duka Cita

Core problem:
ketidak berdayaan

Cause:
Disfungsi proses berduka. Kurangnya umpan
balik positif. Umpan balik negatif yang
konsisten
ANALISIS DATA

NO DATA PROBLEM
1. DS : Duka Cita
- Perasaan sedih, menangis.
- Perasaan putus asa, kesepian
- Mengingkari kehilangan
- Kesulitan mengekspresikan perasaan
- Konsentrasi menurun
- Kemarahan yang berlebihan
- Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
- Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
- Reaksi emosional yang lambat
- Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat
aktivitas
DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sering melamun
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sering menangis
- Klien tampak tidak mau makan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan (SIKI)
Hari/Tanggal Waktu
Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi
Senin, 11 Januari 1. Kognitif, klien mampu : 1. Kaji tanda dan gejala berduka dan identifikasi 10.00
2021 a. Memahami proses kehilangan kehilangan yang terjadi
yang dialami
2. Jelaskan proses terjadinya berduka sesuai
b. Mengetahui cara mengatasi
kehilangan secara bertahap dengan tahapan kehilangan, berduka, yaitu :
2. Psikomotor, klien mampu: mengingkari, marah, tawar – menawar,
a. Menyadari respon kehidupan
depresi dan menerima
b. Menyebutkan faktor – faktor
kehilangan 3. Latih melalui tahap kehilangan atau berduka
c. Melakukan manajemen rasa
marah
d. Melatih diri bergerak dari
harapan ke realita
e. Melatih diri melihat aspek positif
f. Melatih rencana yang baru
3. Afektif, klien mampu :
a. Merasakan manfaat latihan
b. Merasa mampu beradaptasi
dengan keadaan
c. Merasakan lebih optimis
IMPLEMENTASI

NO Hari/tanggal DX. Implementasi Evaluasi Waktu


1 Senin, 11 Ansietas 1. Mengkaji tanda dan gejala berduka dan S: 16.00
- Perasaan sedih, menangis.
Januari identifikasi kehilangan yang terjadi - Perasaan putus asa, kesepian
2021 2. Menjelaskan proses terjadinya berduka - Mengingkari kehilangan
- Kesulitan mengekspresikan
sesuai dengan tahapan kehilangan, perasaan
- Konsentrasi menurun
berduka, yaitu : mengingkari, marah, - Kemarahan yang berlebihan
tawar – menawar, depresi dan menerima - Tidak berminat dalam
berinteraksi dengan orang
3. Melatih melalui tahap kehilangan atau lain.
berduka - Merenungkan perasaan
a. Mengingkari : diskusikan fakta – fakta bersalah secara berlebihan.
tentang kehilangan, misalnya : - Reaksi emosional yang
1) Kehilangan kesehatan : sampaikan lambat
hasil pemeriksaan penunjang - Adanya perubahan dalam
2) Kehilangan orang yang dicintai : kebiasaan makan, pola tidur,
sampaikan proses kematian tingkat aktivitas
b. Marah : latih relaksasi dan O:
mengekspresikan emosi dengan - Klien tampak gelisah
kontruksi - Klien tampak sering
c. Tawar – menawar : diskusikan harapan melamun
atau rencana yang tidak tercapai dan - Klien tampak lemah
kaitkan dengan kenyataan - Klien tampak sering
d. Depresi : latihan mengidentifikasi aspek menangis
positif dari kehilangan dan kehidupan - Klien tampak tidak mau
yang masih dijalani makan
e. Menerima : latih melakukan kegiatan A:
hidup sehari – hari dengan - Masalah teratasi sebagian
pendampingan P:
- Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai