Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

BERDUKA ANTISIPASI

Berduka antisipasi (sekarang Berduka, NANDA 2007-2008) adalah Proses


kompleks normal yang meliputi respons emosi, fisik, spiritual, sosial, dan
intelektual dan perilaku oleh individu, keluarga, dan komunitas berhubungan
dengan kehilangan secara aktual, antisipasi atau yang dirasakan dalam
kehidupannya sehari-hari (NANDA, 2007-2008).

Berduka antisipasi adalah kerja emosional yang mulai sebelum kehilangan


seseorang, objek atau konsep yang bermakna secara aktual (Stuart & Laraia,
2005). Mungkin terjadi pada individu yang mengalami kehilangan perinatal atau
kehilangan bagian tubuh atau pada pasien dengan diagnosis terminal untuk dirinya
sendiri atau orang yang disayangi. Penderitaan mental yang berat atau perasaan
sedih yang mendalam mungkin dialami oleh pasien dan keluarganya karena harus
menghadapi penyakit jangka panjang atau ketidakmampuan. Berduka adalah
aspek dari kondisi manusia yang dapat dialami oleh setiap manusia, tetapi
responsnya sangat bervariasi. Proses dipengaruhi oleh usia, gender, dan kultur
dan juga kekuatan dan kemampuan personal dan intra keluarga.

Data yang perlu dikaji:


 Perubahan tingkat aktivitas
 Perubahan fungsi imun
 Perubahan fungsi neuroendokrin
 Perubahan pola tidur
 Perubahan pola mimpi
 Marah atau bermusuhan
 Menyalahkan
 Menarik diri
 Putus asa
 Disorganisasi
 Mengalami pemulihan
 Mempertahankan hubungan dengan objek yang hilang
 Mengartikan kehilangan
 Nyeri
 Perilaku panik
 Perkembangan personal
 Distres psikologis
 Perasaan menderita
 Pasien dan anggota keluarga mengekspresikan perasaan yang
merefleksikan perasaan kehilangan
 Menyangkal potensi kehilangan
 Menangis Denial of potential loss
 Tawar-menawar
 Depresi
 Perubahan pola makan
 Perubahan libido
 Perubahan pola komunikasi
 Rasa takut
 Tidak berdaya
 Distorsi realitas

Faktor yang berhubungan


 Kehilangan antisipasi terhadap objek yang signifikan (mis., posesi,
pekerjaan, status, rumah, bagian-bagian atau proses tubuh)
 Kehilangan antisipasi terhadap kehilangan orang lain
 Kematian orang lain yang signifikan
 Kehilangan objek yang signifikan (mis., posesi, pekerjaan, status, rumah,
bagian dan proses tubuh)

Diagnosa Keperawatan: Berduka antisipasi

Kriteria Hasil
Pasien atau keluarga memverbalisasikan perasaam dan membentuk serta
mempertahankan sistem dukungan fungsional.

Intervensi Keperawatan:

Pengkajian
 Identifikasi perilaku yang mendukung proses berduka (lihat Karakteristik)
Manifestasi berduka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia,
gender dan kultur. Yang diobservasi oleh pemberi perawatan adalah
produk perasaan ini setelah dimodifikasi oleh faktor tersebut. Perawat
dapat masuk ke dalam wilayah yang berbahaya jika berusaha
mengkategorikan berduka sesuai, berlebihan atau tidak sesuai. Berduka
adalah proses sederhana. Jika tidak diekspresikan membahayakan orang
lain, maka berduka adalah normal dan sesuai.

 Kaji tingkat berduka yang diekspresikan oleh pasien atau orang terdekat
lainnya: menyangkal, marah, tawar-menawar, depresi, dan menerima.
Meskipun berduka diantisipasi, pasien mungkin bergerak bertahap dan
kembali lagi sebelum penerimaan terjadi. Sistem ini mengkategorikan
tahap berduka bermanfaat dalam mengajarkan seseorang tentang proses
berduka
 Kaji pengaruh faktor berikut pada koping: kemampuan penyelesaian
masalah masa lalu, latar belakang sosioekonomik, persiapan pendidikan,
keyakinan kultur, dan keyakinan spiritual.
Faktor-faktor ini berperan dalam bagaimana berduka akan bermanifestasi
pada pasien atau keluarga. Perawat perlu mencatat setiap pernyataan
individu terhadap kultur atau usia yang akan selalu memanifestasikan
perilaku berduka yang diduga. Berduka sangat individual dan mewakili
pengalaman personal.

 Kaji apakah pasien dan orang terdekat lain berbeda di setiap tahap berduka
Orang dalam sistem keluarga yang sama dapat menjadi tidak sabar jika
mereka tidak mengeluarkan perasaannya sesegara mungkin.

 Identifikasi sistem pendukung yang ada, seperti sebagai berikut: keluarga,


dukungan teman sebaya, dokter primer, dokter konsultan, staf perawat,
ahli terapis, atau konselor, dan kelompok profesional atau kelompok
pendukung.
Jika pendukung utama pasien adalah objek dari kehilangan yang
dirasakan, akan tampak kebutuhan pasien terhadap pertolongan dalam
mengidentifikasi dukungan

 Identifikasi potensi terhadap respons berduka patologis.


Berduka antisipasi bermanfaat dalam mempersiapkan individu terhadap
kerja berduka yang aktual. Orang yang tidak berduka yang diantisipasi
mungkin berisiko lebih tinggi terhadap terjadinya berduka disfungsional

 Evaluasi kebutuhan rujukan pada jaminan pengaman sosial, konsultan


legal, atau kelompok pendukung
Dapat bermanfaat agar keluarga berperan dala dukungan ini sesegera
mungkin sehingga pertimbangan finansial dan kebutuhan khusu lain
dapat
diatasi sebelum terjadi kehilangan sebenarnya.

 Observasi komunikasi nonverbal


Bahasa tubuh dapat mengkomunikasikan informasi yang sangat besar,
terutama jika pasien dan keluarganya tidak mampu mengemukakan
kekhawatiran.

Intervensi Terapeutik
 Lakukan pertemuan dengan pasien dan orang terdekat; cobalah untuk
mempertahankan kesinambungan perawatan. Dengarkan dan anjurkan
pasien atau orang terdekat untuk memverbalisasikan perasaan
Hal ini dapat membuka komunikasi dan memfasilitasi resolusi berduka

 Kenali tahapan berduka; lakukan tindakan keperawatan yang bertujuan


pada tahap spesifik
Syok dan ketidakpercayaan adalah respons awal terhadap kehilangan.
Realitas ini mungkin berlebihan; menyangkal, panik, dan ansietas
mungkin akan tampak.

 Berikan lingkungan yang aman untuk mengekspresikan berduka


Mengasumsikan toleransi terhadap ekspresi berduka pasien (mis.,
kemampuan untuk melihat seorang lelaki menangis, melihat orang yang
berduka dengan gestur mengguncang-guncang tangan dan tubuhnya,
bicara keras dan menangis)

 Minimalkan stresor atau stimulus lingkungan. Berikan lingkungan tenang


dan privasi tanpa gangguan
 Tetap bersama pasien selama waktu-waktu sulit. Hal ini memerlukan
keberadaan perawat selama prosedur, kesulitan diskusi, dan pertemuan
dengan anggota keluarga lain atau anggota tim kesehatan lain
Pasien atau keluarga memerlukan orang yang dapat dipercaya untuk
mewakili perasaan jika tidak mampu mengekspresiknnya. Maka
diperlukan seseorang yang menyaksikan bersama mereka.

 Tunjukan penerimaan kebutuhan pasien atau keluarga untuk menyangkal


kehilangan sebagai bagian dari proses berduka normal.
Perawat perlu melihat peristiwa ini pada waktunya dimana individu atau
keluarga mengkonsolidasi kekuatannya untuk melanjutkan tahap berduka
selanjutnya. Orang yang berduka dapat berhenti melanjutkan proses
berduka antisipasi, tidak mampu berduka terhadap kehilangan lebih lanjut
sampai kehilangan benar-benar terjadi. Realiasai dan penerimaan hanya
dapat terjadi dalam minggu-minggu sampai bulanan setelah kehilangan.
Realitas dapat terus berlebihan; rasa sedih, marah, rasa bersalah,
bermusuhan mungkin tampak.

 Antisipasi peningkatan perilaku afektif


Semua perilaku afektif mungkin meningkat atau tambah berat selama
masa ini

 Kenali kebutuhan pasien atau keluarga untuk mempertahankan harapan


untuk masa depan
Mereka mungikin terus menyangkal ketidak sesuaian kehilangan sebagai
cara memprtahankan beberapa harapan. Setelah kehilangan
memunculkan manifestasi, orang yang berduka muai menerima aspek
kehilangan, sediit-demi sedikit, sampai memproleh keseluruhannya

 Berikan informasi yang realistik tentang status kesehatan tanpa jaminan


yang salah atau menghilangkan harapan.
Defensif dapat trjadi selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
setelah kehilangan. Pasien berupaya mempertahankan kehilangan;
menyangkal, pemikiran harapan, ketidakmauan berpartisipasi dalam
perawatan diri dan pembedaan mungkin terjadi

 Kenali bahwa regresi mungkin menjadi mekanisme adaptif


Rekonstitusi dan rekonstruksi emosi harus diselesaikan setelah kehilangan
terjadi memungkinkan kecukupan waktu untuk mengembalikan energi
yang diperlukan.

 Tunjukkan dukungan dan penguatan positif terhadap upaya pasien untuk


melanjutkan hidupnya dan aktivitas harian normal, menekankan pada
kekuatan pasien dan keluarga untuk merasa mampu melakukannya.
Kekuatan setiap anggota keluarga akan digunakan untuk merekonstitusi
kehidupan setelah kehilangan

 Diskusikan kemungkinan kebutuhan terhadap sistem pendukung dari luar


(mis., teman sebaya, kelompok)
Penerimaan dapat terjadi berbulan-bulan. Pasien perlahan menyadari
dampak kehilangan; depresi, ansietas dan kegetiran hidup. Kelompok
pendukung terdiri dari orang-orang yang pernah mengalami peristiwa
serupa mungkin berguna.

 Bantu pasien memprioritaskan pentingnya kebutuhan rehabilitasi.


Hal ini membantu pemberi perawatan an pasien berfokus pada energi
rehabilitatif pada hal-hal yang besar kepentingannya bagi pasien

 Anjurkan pasien atau orang terdekat secara aktif terlibat dengan tim
rehabilitasi
Adaptasi terjadi selama tahun pertama atau kemudian, setelah
kehilangan. Pasien terus mengorganisasi kembali sumber-sumber,
kemampuan, dan citra tubuh. Berduka adalah proses unik dan individual
yang terjadi dalam masa tertentu

 Kenali kebutuhan pasien untuk mengulangi kembali pengalaman sakit


Salah satu cara pasien atau keluarga mengintegrasi peristiwa dalam
pengalamannya. Menceritakan peristiwa memberikan kesempatan untuk
mendengar menjelaskan peristiwa dan memperoleh perspektif pada
peristiwa

 Fasilitasi reorganiasi dengan meninjau ulang perkembangan


Jika dipandang sebagai kesatuan, proses reorganisasi setelah kehilangan
tampaknya berlebihan, tapi mengulangi kemajuan pasien tehadap
perkembanganya sangat bermanfaat dan memberi persepektif pada
keseluruhan proses.
 Diskusikan kemungknan keterlibatan dengan teman sebaya atau organisasi
(mis., kelompok pendukung stroke, yayasan artritis) yang bekerja sesuai
dengan kondisi medis pasien.
Dukungan dalam proses berduka dapat dalam berbagai bentuk. Pasien
dan anggota keluarga seringkali menemukan dukungan orang lain yang
juga memiliki pengalaman yang sama.

 Kenali bahwa setiap pasien unik dan akan berkembang sesuai dengan
keunikannya
Kultur, agama, etnik, dan perbedaan individu mempengaruhi cara
seseorang berduka

Lakukan berikut ini selama setiap tahap berduka:


 Berikan privasi sedapat mungkin
 Biarkan pasien menggunakan penyangkalan dan mekanisme prtahanan lain

 Hindari mendukung penyangkalan


 Berikan pasien informasi yang berkelanjutan, diagnosis, prognosis,
perkembangan da rencama perawatan
 Libatkan pasien dan keluarga dalam pembuatan keputusa dalam semua isu
sekitar perawatan

Pengakuan hak-hak dan tanggung jawabnya terhadap pengarahan diri


sendiri dan otonomi

 Anjurkan orang terdekat untuk membantu perawatan fisik pasien


Keinginan untuk memberikan perawatan dan untuk masing-masing tidak
hilang dengan penyakitnya; melibatkan keluarga dalam perawatan
meningkatkan hubungan yang dimiliki pasien dengan keluarganya.

 Jika pasien dirumahsakitkan atau dipindahkan jauh dari rumah, fasilitasi


jam kunjungan yang fleksibel dan meliputi anak yang lebih kecil dan
keluarga ekstensi.
Tidak ada individu yang dikecualikan untuk berada brsama pasien kecuali
keinginan pasien. Pedoman kunjungan RS membantu anggota staf yang
mengorganisasi perawatan.

 Bantu pasien dan orang terdekat saling membagi perasaan,kekawatiran,


rencana dan haraan bagi masing-masing termasuk pasien.
Kerahasiaan jarang membantu selama waktu krisis. Saling berbagi secara
terbuka dan prtukaran informasi meudahkan mengatasi isu yang penting
dan memfsilitasi proses keluarga yang efektif. Masa stress ini dapat
digunakan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan keluarga.
Stres dapat menjadi hal yang penting dan kadang kesempatan akhir untuk
menyelesaikan konflik dan isu, juga dapat digunakan untuk perkembangan
potensi personal dan intrakeluarga.

 Bantu pasien dan orang terdekat untuk memahami bahwa marah


diekspresikan selama masa tersebut mungkin berfungsi banyak hal dan
tidak boleh dirasakan sebagai serangan personal
 Anjurkan orang terdekat mempertahankan kebutuhan perawatan dirinya
sendiri untuk instrahat, tidur, nutrisi, aktivitas waktu luang dan waktu jauh
dari pasien.
Keluhan somatik sering menyertai berduka; perubahan pola tidur dan
makan, dan interupi rutinitas normal biasa terjadi. Perawatan arus
ditujukan pada gejala ini sehingga rekonstitusi emosi tidak bertambah
rumit karena penyakitnya.

Jika diduga terjadi kematian pada pasien:


 Fasilitasi diskusi dengan pasien dan orang terdekat pada pertemuan akhir;
jika mungkin diskusikan penguburan, otopsi, pendonoran organ,
pemakaman, pengacara yang kuat, dan warisan
 Tingkatkan dskusi pada apa yang diharpkan jika terjadi kematian
 Anjurkan orang terdekat dan pasien berbagi harapan tentang anggota
keluarga yang hadir saat pemakaman.
 Bantu orang terdekat menerima bahwa ketidakhadiran pada saat kematian
bukan menunjukkan kurangnya rasa cinta atau sayang
 Jika di RS, gunakan metode visual untuk mengidentifikasi status kritis
pasien (mis., penanda pintu diberi kode)
Untuk menginformasikan semua personil terhadap status pasien daam
upaya memastikan staf tidak bertindak atau brespons tidak tepat pada
situasi krisis

 Mulailah proses untuk menyediakan dukungan dan sumber-sumber


tambahan seperti ahli ibadah atau dokter
 Sediakan bimbingan antisipasi dan tindak lanjut sesuai perkembangan
kondisi

Pendidikan kesehatan

 Libatkan orang terdekat dalam diskusi. Membantu pemahaman bahwa


semua individu terlibat
 Rujuk pada sumber-sumber lain (mis., konseling, dukungan ahli ibadah,
atau terapi kelompok).

Pasien atau orang terdekat mungkin memerlukan bantuan lain untuk


menghadapi kekhawatiran individu.
STRATEGI PELAKSANAAN I: PASIEN
BERDUKA ANTISIPASI

(Membantu pasien mengenali tahap berduka yang dialami dan cara mengatasinya)

I. Orientasi :

1. Salam terapeutik : Assalamuaalaikum WW... Selamat pagi ibu. Saya suster ......,
mahasiswa dari FIK UI, Biasa dipanggil Suster ..... Nama ibu siapa ? Biasanya
dipanggil apa ?

2. Evaluas / validasi : Bagaimana perasaan ibu pagi ini, apakah ibu sudah
merenungkan apa yang sudah dibicarakan dengan dokter kemarin?

3. Kontrak :

a. Topik : Seperti yang sudah dibicarakan dengan dokter kemarin, Bagaimana bu


kalau kita bicara tentang prosedur pengangkatan kaki ibu yang akan kita
lakukan siang nanti?

b. Tempat : menurut ibu dimana enaknya kita berbincang – bincang ?


Bagaimana kalau diruang ini saja?

c. Waktu : Berapa lama ibu bersedia berbincang – bincang dengan saya ?


Bagaimana jika 30 menit saja?

II. Kerja :

Apakah ibu sudah memahami mengapa kami harus melakukan prosedur


tersebut? Bagaimana pemahaman ibu tersebut, bisa ibu ceritakan pada saya?
Betul sekali bu, jika tidak dilakukan amputasi, luka di kaki ibu akan semakin
memburuk dan akibatnya akan lebih berbahaya bagi keselamatan ibu.
Bagaimana perasaan ibu tentang prosedur tersebut? Ibu, saya berada di sini untuk
membantu ibu mengeluarkan perasaan ibu tersebut, perasaan marah dan ttidak
menerima, menangis adalah wajar dirasakan oleh seseorang yang merasa akan
kehilangan sesuatu. Begitu juga dengan ibu, dengan ibu mengeluarkan perasaan
ibu akan membantu ibu menghadapi rasa kehilangan yang amat sangat nantinya.

Apakah ibu sudah pernah mengalami kehilangan sebelumnya? Peristiwa apa


yang sebelumnya terjadi, bisa ibu ceritakan pada saya? Bagaimana perasaan ibu
saat peristiwa lalu terjadi? Apa yang sudah ibu lakukan terhadap rasa kehilangan
tersebut? Apakah menurut ibu cara tersebut berhasil menghilangkan perasaan
tersebut? Berapa lama setelah cara tersebut dilakukan ibu mulai menghilangkan
rasa kehilangan tersebut dan kembali percaya diri? Menurut ibu apakah cara
tersebut dapat bermanfaat bagi ibu? Apa saja manfaat bagi ibu? Menurut ibu
apakah cara ibu tersebut dapat merugikan diri ibu dan orang lain? (Jika ada) bisa
ibu sebutkan?

Bagus, apa yang ibu lakukan itu sudah benar. Saat ibu merasakan kegalauan
akibat kehilangan, ibu menangis. Itu hal yang wajar bu. Menangis adalah ekspresi
perasaan, ibu bisa mencurahkan perasaan ibu melalui menangis. Saya punya cara
lain untu menghilangkan perasaan sementara itu yaitu teknik relaksasi nafas
dalam, disertai meditasi, perenungan. Caranya ibu tarik nafas melalui hidung,
rasakan paru-paru ibu penuh dengan ketenangan, kemudian hembuskan melalui
mulut, sambil membuang jauh-jauh rasa kehilangan yang dialami ibu. Bisa kita
lakukan bu? Bagus apa yang ibu sudah lakukan.

Kemudian ibu coba lakukan perenungan, ibu cari dulu apa arti kehilangan
tersebut bagi ibu, lalu ibu pahami alasan mengapa harus mengalami kehilangan
tersebut dari pandangan yang positif. Ibu bisa mengingat apa yang ibu bisa
lakukan terhadap kehilangan tersebut. Dahulu ibu katakan, ibu mengikuti kegiatan
sosial untuk mengurangi rasa kehilangan orangtua ibu. Pada kondisi saat ini,
mungkin ibu bisa mencari kemampuan ibu yang lain yang tanpa harus
mengandalkan kaki ibu? Menurut ibu kemampuan apa yang ibu miliki? Bagus bu,
ibu sudah banyak menceritakan banyak hal yang bermanfaat bagi ibu untuk
menghadapi kehilangan nanti. Wajar bagi ibu untuk merasakan kesedihan
tersebut selama beberapa waktu, namun saya yakin ibu akan menghadapinya
secara positif nantinya. Saya rasa ibu sudah siap secara mental.
III .Terminasi

a. Evaluasi subyektif :

Nah ... ibu, kita sudah bagaimana ibu menghadapi prosedur nanti / Bagaimana
perasaan ibu sekarang ? Adakah manfaat yang ibu dapatkan?

b.Evaluasi objektif :

 Coba ibu sebutkan tadi, bagaimana ibu akan menghadapi


rasa kehilangan setelah prosedur siang ini? Betul sekali ...... bagus ibu
mengingat dengan baik.

c. Rencana tindak lanjut :

Baiklah bu sesuai dengan waktu yang kita sepakati kita telah berbincang –
bincang selama 30 menit. Kalau begitu bu ... ibu bisa mulai latihan relaksasi dan
belajar memahami kehilangan setelah ini.

d. Kontrak yang akan datang :

 Topik : Bu ..... nanti saya akan kesini lagi. Mungkin saya tidak mendampingi ibu
saat prosedur. Tapi saya akan kembali setelah ibu pulih dan kembali ke
ruang perawatan. Kita coba belajar teknik relaksasi pada situasi nanti.
 Tempat : Mungkin nanti kita akan bertemu lagi di ruang ini.
 Waktu : Ibu, prosedur akan selesai sekitar jam 12, dan terdapat waktu sampai
ibu pulih dan kembali ke ruang rawat, sekitar pukul 13.30 saya akan
kembali ke sini. Baiklah ibu.... Saya permisi dulu . Assalamualaikum WW.

Anda mungkin juga menyukai