PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam bermasyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami
hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit
mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi
negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka ganguan jiwa yang
sering muncul yakni harga diri rendah.
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang
dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran
yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan
dipertimbangan (Townsend, 2005). Hasil survei Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) tahun 2000 menyatakan tingkat gangguan jiwa orang di Indonesia tinggi
dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa di dunia. Hal ini ditunjukkan
dengan data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun
2000 yaitu rata-rata 40 dari 100.000 orang di Indonesia melakukan bunuh diri,
sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000 orang, rata-rata orang
bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari atau 48.000 orang bunuh diri
pertahun.(Depkes, 2009)
Tingginya hasil hasil survei dari tingkat gangguan jiwa di Indonesia
menyebabkan penulis tertarik untuk mengangkat dan membahas makalah yang
berjudul “konsep dasar dan asuhan keperawatan harga diri rendah”.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahu konsep dasar dan asuhan keperawatan dari
harga diri rendah
1
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dari harga diri rendah
b. Mahasiwa dapat menjelaskan tanda dan gjala dari harga diri rendah
c. Mahasiwa dapat menjelaskan rentang respon harga diri rendah
d. Mahasiwa dapat menyebutkan pengkajian pada harga diri rendah
e. Mahasiwa dapat menyebutkan diagnosa pada harga diri rendah
f. Mahasiswa dapat menyebutkan intervensi pada harga diri rendah
g. Mahasiswa dapat menyebutkan evaluasi pada harga diri rendah
C. Sistematika penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam 3 bab yang terdiri
dari : Bab I Pendahuluan : berisi latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan; Bab II Tinjauan teori : berisi konsep dasar dan asuhan
keperawatan pada harga diri rendah; Bab III Tinjauan kasus : berisi
pengkajian, diagnosa, implementasi dan evaluasi; Bab IV Penutup : berisi
kesimpulan dan saran; Daftar Pustaka
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Menurut fitria (2009) harga diri rendah dibagi menjadi dua, yaitu:
a. harga diri rendah situsional
keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif
mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap
suatu kejadin (kehilangan, perubahan)
b. harga diri rendah kronik
keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
megenai diri atau kemampuan dalam waktu lama
2. Tanda dan gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
c. Sulit bergaul
d. Perasaan tidak mampu
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
3. Rentang respon harga diri rendah
a. Respon adaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
4
d. Konsep diri positif
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara
positif dan realistis.
e. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
f. Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan
kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendiri dan orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa
tidak nyata dan asing baginya.
5
5) Transisi peran sehat-sakit.
c. Perilaku
1) Citra tubuh
a) Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
b) Menolak bercermin.
c) Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
d) Menolak usaha rehabilitasi.
e) Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
f) Menyangkal cacat tubuh.
2) Harga diri rendah
a) Mengkritik diri sendiri/orang lain.
b) Produktivitas menurun.
c) Gangguan berhubungan.
d) Merasa diri paling penting.
e) Destruktif pada orang lain.
f) Merasa tidak mampu.
g) Merasa bersalah dan khawatir.
h) Mudah tersinggung/marah.
i) Perasaan negatif terhadap tubuh.
j) Ketegangan peran.
k) Pesimis menghadapi hidup.
l) Keluhan fisik.
m) Penolakan kemampuan diri.
n) Pandangan hidup bertentangan.
o) Destruktif terhadap diri.
p) Menarik diri secara sosial.
q) Penyalahgunaan zat.
r) Menarik diri dari realitas
3) Kerancuan identitas
a) Tidak ada kode moral.
b) Kepribadian yang bertentangan.
6
c) Hubungan interpersonal yang eksploitatif.
d) Perasaan hampa.
e) Perasaan mengambang tentang diri.
f) Kerancuan gender.
g) Tingkat ansietas tinggi.
h) Tidak mampu empati terhadap orang lain.
i) Masalah estimasi.
4) Depersonalisasi
d. Mekanisme Koping
1) Pertahanan jangka pendek
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis,
seperti kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
seperti ikut kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c) Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik.
7
d) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti
penyalahgunaan obat.
2. Diagnosis
a. Pohon Masalah
8
b. Daftar Diagnosis
1) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
2) Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri
rendah.
3) Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping
individu inefektif.
4) Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan
perubahan penampilan peran.
3. Rencana intervensi
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosis yang
ditemukan. Pada rencana intervensi berikut memberikan gambaran pada
gangguan konsep diri, yaitu harga diri rendah.
a. Tindakan Keperawatan pada Pasien
1) Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan.
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
e) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
2) Tindakan keperawatan
a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien.
(1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di
rumah, serta adanya keluarga dan lingkungan terdekat
pasien.
(2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
9
b) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan.
(1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
dapat digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
(2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
(3) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif
c) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai
dengan kemampuan.
(1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari.
(2) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien
lakukan secara mandiri, aktivitas yang memerlukan
bantuan minimal dari keluarga, dan aktivitas yang perlu
bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat
pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang
dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat
daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
d) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai
kemampuan.
(1) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan
dilatihkan.
(2) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan pasien.
(3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan
yang diperlihatkan pasien.
e) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya.
10
(1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba
kegiatan yang telah Dilatihkan
(2) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
(3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas
(4) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga
(5) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan.
(6) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan pasien.
b. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1) Tujuan
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki.
b) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai
kemampuan.
c) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan latihan yang dilakukan.
d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan
kemampuan pasien.
2) Tindakan keperawatan
a) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
b) Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan
yang dimiliki.
c) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam
melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan pasien dengan
perawat.
d) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan
perilaku pasien.
11
4. Evaluasi
a. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
1) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien.
2) Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
3) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki.
b. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.
1) Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
2) Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap
kemampuannya melakukan aktivitas
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Fiktif
Nn B usia 28 tahun bekerja sebagai sekretaris pada perusahaan internasional. Pasien
akan dilakukan operasi pengangkatan payudara kiri karena kanker. Hasil
pengkajian didapatkan data pasien tampak murung, tidak mau makan apa yang
disajikan. Menurut orang tua pasien sejak didagnosa kanker dan akan dilakukan
pengangkatan payudara pasien menjadi pendiam, murung, tidak mau memulai
pembicaraan dan bila menjawab hanya seperlunya. Menurut orang tua pasien tidak
dapat tidur sejak 2 hari yang lalu dan sering menangis pada malam hari. Padahal
selama ini pasien merupakan anak yang ceria dan banyak bercerita tentang kejadian
yang dialami selama pasien meninggalkan rumah untuk bekerja atau beraktifitas.
Hasil pemeriksaan didapatkan data TD 130?90 Mm Hg, Nadi 90 x permenit.,
pasien lebih banyak mendominasi pembicaraan dan selalu bertanya tentang
penyakitnya. Fokus pertanyaan hanya berkisar kepada bagaimana operasi
pengangkatan payudara.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a. Nama pasien : Nn. B
b. Umur : 28 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status perkawinan : Belum nikah
e. Orang yang berarti : suami/istri/anak/ibu
f. Pekerjaan :TNI/Polisi/PNS/Swasta
g. Pendidikan : Strata 1
h. Tanggal masuk : 20 Agustus 2018
i. Tanggal pengkajian : 20 Agustus 2018
j. Diagnosa Medik : Pre Operatif Carcinoma Mammae sinistra
13
2. Keluhan Utama Klien dan Keluarga:
Menurut orang tua pasien sejak didagnosa kanker dan akan dilakukan
pengangkatan payudara pasien menjadi pendiam, murung, tidak mau
memulai pembicaraan dan bila menjawab hanya seperlunya.
Menurut orang tua pasien tidak dapat tidur sejak 2 hari yang lalu dan sering
menangis pada malam hari. Padahal selama ini pasien merupakan anak yang
ceria dan banyak bercerita tentang kejadian yang dialami selama pasien
meninggalkan rumah untuk bekerja atau beraktifitas.
Keluarga mengatakan sangat khawatir melihat perubahan sikap dan perilaku
yang dilakukan oleh anaknya belakangan ini.
Tanyakan
a. Apa yang terjadi dirumah sampai pasien dibawa ke rumah sakit
b. Apa yang dirasakan keluarga hingga pasien dibawa ke rumah sakit
c. Perilaku apa yang diperlihatkan pasien hingga pasien dibawa ke rumah
sakit
3. Faktor predisposisi :
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya Tidak √
Petunjuk: (tanyakan pada keluarga atau pasien)
1) Tanyakan apakah pernah mengalami gangguan jiwa? Jika Ya ini perawatan
yang keberapa?
2) Tanyakan pertama kali pasien dirawat di RS jiwa atau mulai kapan pasien
mengalami gangguan jiwaKapan terakhir pasien dirawat di RS dan Berapa
lama dirawat?
3) Apakah pasien pulang atas persetujuan dokter atau pulang paksa.
4) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien kembali dirawat
b. Pengobatan sebelumnya
Berhasil Kurang berhasil Tidak berhasil
Petunjuk
1) Tanyakan bagaimana pengobatan (minum obat dan perawatan dirumah oleh
keluarga) apakah ada yang membantu untuk mengingatkan minum obat dan
14
mengajarkan perawatan dirumah
2) Bila kurang /tidak berhasil, kenapa ?
c. Riwayat Penganiayaan
15
Tanyakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yang
mempengaruhi dan menghantui kehidupan klien hingga saat ini sehingga
mengakibatkan pasien mengalami gangguan jiwa.
4. Fisik
a. Tanda vital :
TD: 130/90 mmHg Nadi: 90 x/ menit Suhu: 37,5 °C Pernafasan: 18 x /
menit
Ukur : TB : 155 CM
b. Keluhan fisik :
√ Ya Tidak
Jelaskan :
Terlihat murung dan sering kali tampak memegang payudara sebelah kirinya
Masalah keperawatan :…………………………………………………………
Tanyakan :
1) Apakah pasien mengalami keluhan fisik? Bila Ya apa keluhan tersebut
2) Apakah keluhan fisik pasien mengakibatkan gangguan jiwa atau maslah
lainnya.
5. Genogram
Jelaskan :
Dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan :
Petunjuk :
a. Buat genogram tiga generasi
b. Jelaskan hubungan pasien dengan keluarga terutama yang mengalami
gangguan jiwa
16
6. Konsep Diri
Gambaran diri : Pasien menilai dirinya sekarang bukan wanita yang
sempurna karena pada bagian payudara kiri akan diangkat
dan pasien berfikir bahwa setelah dilakukan operasi hanya
memiliki satu payudara.
Identitas : Klien merupakan anak pertama dari kedua orangtuanya,
sebelum sakit pasien bekerja sebagai seorang sekretaris dari
perusahaan internasional.
Peran : Pasien tampak murung bicara seperlunya saja dan jika
ditanya menjawab dengan seadanya begitu pula di
lingkungan sekitar pasien tidak berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya. Semenjak pasien di diagnosa kanker
payudara, pasien murung dan tidak melakukan pekerjaan
apapun, selalu berdiam diri dirumah.
Ideal diri : Klien ingin melewati masa sedinya, klien harus menerima
kenyataan bahwa payudara klien akan di angkat dan klien
butuh motivasi atau semangat dari orang sekitar
Harga diri : Klien merasa harga dirinya rendah karna harus kehilangan
satu payudaranya
Jelaskan :
Klien menilai dirinya sekarang sudah bukan wanita yang sempurna
karena pada bagian payudara kiri akan diangkat, dan berfikir bahwa setelah
dilakukan operasi akan memiliki satu payudara. Klien merupakan anak
pertama dari kedua orantuanya, sebelum sakit pasien bekerja sebagai seorang
sekretaris dari perusahaan internasional.
Pasien tampak murung, bicara seperlunya saja dan jika ditanya menjawab
dengan seadanya begitu pula di lingkungan sekitarnya klien tidak berinteraksi
dengan masyarakat sekitarnya. Klien ingin bisa melewati rasa sedihnya, klien
harus menerima kenyataan bahwa payudara klien akan diangkat dan klien
membutuhkan motivasi dan semangat dari orang-orang disekitarnya. Klien
merasa harga dirinya rendah.
17
7. Hubungan sosial.
a. Orang yang berarti :
Orang tua, karena pasien sangat dekat dengan orang tuannya dan hanya
mempercayai orang tuanya.
b. Peran serta dalam kelompok :
Pasien adalah seorang sekretaris di salah satu perusahaan
internasional,pasien merupakan anak yang ceria dan banyak bercerita
tentang kejadian yang dialaminya selama di luar rumah untuk bekerja
ataupun beraktifitas.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Sebelum pasien terdiagnosa kanker payudara pasien merupakan pribadi
yang ceria dan banyak bercerita, namun setelah mengetahui mengenai
kanker payudara yang di idapnya pasien menjadi seorang yang pendiam
,murung dan tidaak mau memulai pembicaraan dan menjawab pertanyaan
dengaan seperlunya.
8. Spritual.
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien beragama islam, menurut keluarga pasien tidak meyakini bahwa
penyakit yang dideritnya merupakan sebuah ujian yang kelak memberikan
kenikmatan bagi dirinya dan pasien selalu menjawab bahwa ini tidak adil
padahal Allah memberikan sebuah ujian kepada umat-Nya sesuai dengan
kemampuannya.
b. Kegiatan Ibadah :
Pasien menjalani sholat lima waktu dengan baik tidak pernah tidak.
Menurut keluarga, sebelum didiagnosis penyakit kanker payudara pasien
menjalani ibadah solat engan rajin. Tetapi semenjak didiagnosa kanker
payudara, pasien mengalami kekecewaan yang sangat berat terhadap Allah
dan menganggapnya tidak adil dan Allah idak menyayanginya sehingga
kekecewaannya itu membuat ia tidak melakukan kegiatan ibadah yaitu
solat.
18
9. Status mental.
a. Penampilan.
b. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan √
c. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Agitasi
Tremor Gelisah √
19
d. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif √ Defensif
Mudah tersinggung Kontak mata kurang √ Curiga
e. Alam Perasaan
20
B. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. Ds : Ketidakmampuan Kerusakan
- Keluarga mengatakan klien menjadi koping diri interaksi sosial
pendiam, murung, tidak mau
memulai pembicaraan , kurang
interkasi sosial
- Keluarga mengatakan semenjak di
diagnosa penyakit kanker payudara
dan mengetahui akan dioperasi untuk
pengangkatan payudara sebelah
kirinya, pasien tidak lagi bekerja
seperti biasanya hanya mampu
berdiam diri dan terus menangis di
dalam kamar.
Do :
- Pasien diam
- Pasien tidak merespon pembicaraan
dan terus mengalihkan pandangan
mata
- Pasien tampak murung dan melamun
21
payudaranya akan diangkat pasien
mengatakan malu, ia merasa tidak
berguna sebagai wanita, dan ia terus
memikirkan masa depannya.
- Menurut keluarga pasien, pasien selalu
merendahkan dirinya dan selalu
mengatakan bahwa ia bukan wanita
yang utuh dan ia tlah gagal sebagai
wanita karena kehilangan salah satu
payudaranya
- Menurut keluarganya, pasien
memutuskan segala hubungan
pertemanan atau hubungan jalin kasih
dengan calon suaminya karena ia
tidak mau mereka mengetahuinya dan
membuat calon suaminya kecewa
melihat keadaannya.
Do :
- Klien tampak malu dan sedih saat
berbicara kepada perawat
- klien tampak enggan berbicara dengan
siapapun
- Klien selalu berteriak untuk menyuruh
pergi
- Klien selalu memegang payudara
sebelah kiri
- Klien selalu bersembunyi dibalik
selimut
- Klien selalu berteriak bahwa ia tidak
sempurna
- Klien selalu berteriak malu
22
C. Pohon Masalah
Kerusakan
interaksi sosial
Effect
Causa
D. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan interaksi sosial.
2. Harga diri rendah kronis
3. Koping individu tidak efektif
E. Intervensi Keperawatan
Adapun tindakan keperawatan yang lazim dilakukan pada klien dengan waham
kebesaran menurut Kelliat (1998) antara :
No Dx. Kep Perencanaan
Dx Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Evaluasi
1 Harga Tujuan Ekspresi 1.1 Bina 1.1 Hubungan
Diri Umum: wajah hubungan saling percaya
Rendah Klien bersahabat, saling percaya merupakan
kronis mengalami menunjukkan dengan dasar untuk
peningkatan rasa senang, menggunakan hubungan
harga ada kontak prinsip interaksi
23
diri rendah mata, komunikasi selanjutnya.
mau berjabat terapeutik:
Tujuan tangan dan a. Sapa klien
Khusus : menyebut dengan ramah
1. Klien nama, mau baik dengan
dapat menjawab verbal maupun
membina salam, klien non verbal,
berhubung mau duduk b.Perkenalkan
an saling berdampinga diri dengan
Percaya n dengan sopan.
perawat, mau c. Tanyakan
mengutaraka nama lengkap
n masalah klien dan
yang nama
dihadapi. panggilan
yang disukai
klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan,
jujur dan
menepati janji.
e. Tunjukkan
sikap
menerima
klien apa
adanya
f. Beri perhatian
kepada kllien
dan perhatikan
kebutuhan
dasar klien.
24
Tujuan Kriteria Intervensi: Rasional :
Khusus: Evaluasi :
2. Daftar 2. 1 Diskusikan 2.1 Diskusika
Klien dapat kemampuan kemampuan n tingkat
mengidentifi yang dimiliki dan aspek kemampuan
kasi klien di RS, positif yang klien seperti
kemampuan rumah, dimiliki menilai
dan aspek sekolah dan klien, realitas,
positif yang tempat kerja., Keluarga dan kontrol diri
dimiliki. daftar positif lingkungan atau integritas
keluarga dan buat ego diperlukan
klien, daftar daftarnya. sebagai
positif dasar asuhan
lingkungan keperawatann
klien ya.
25
Tujuan Kriteria Intervensi : Rasional:
Khusus: Evaluasi : 3.1 Diskusikan 3.1 Diskusikan
3. Klien menilai dengan klien pada klien
Klien dapat kemampuan kemampuan tentang
menilai yang dapat yang masih kemampuan
kemampuan digunakan di digunakan yang dimiliki
yang rumah sakit, selama sakit adalah
digunakan klien menilai prasyarat
kemampuan untuk berubah
yang dapat
digunakan 3.2 Diskusikan 3.3Pengertian
dirumah kemampuan tentang
yang dapat kemampuan
dilanjutkan yang dimiliki
kemampuanny diri
a di rumah memotivasi
sakit untuk tetap
Pengertian mempertahank
tentang an
kemampuan kemampuanny
yang dimiliki a.
diri
memotivasi
untuk tetap
mempertahank
an
kemampuanny
a.
26
Tujuan Kriteria Intervensi : Rasional :
Khusus: Evaluasi : 4.1 Minta klien 4.1 Klien adalah
untuk individu yang
4. Klien memilih satu bertanggung
klien dapat memiliki kegiatan jawab
merencanaka kemampuan yang mau terhadap
n kegiatan yang akan dilakukan di dirinya sendiri
sesuai dengan dilatih, klien rumah sakit.
kemampuan mencoba,
yang dimiliki susun jadwal
harian 4.2 Beri pujian 4.2 Sebagai
atas motivasi
keberhasilan tindakan yang
klien akan
dilakukan oleh
klien
27
4.4Rencanakan 4.4Contoh peran
bersama yang dilihat
klien klien akan
aktivitas memotovasi
yang dapat klien untuk
dilakukan melaksanakan
setiap hari kegiatan.
sesuai
kemampuan
28
klien dengan
keluarga
29
2 Kerusaka Tujuan Kriteria Intervensi : Rasional :
n Umum : Evaluasi :
interaksi Klien dapat 1. Klien 1.1Bina hubungan 1.1 Meningkatkan
sosial berhubungan mampu saling kepercayaan klien
dengan orang mengident percaya: kepada perawat
lain ifikasi a. Sikap terbuka atau orang lain.
kesulitan dan empati
Tujuan yang b. Terima klien
Khusus : dimilikiny apa adanya
1. Klien a c. Sapa klien
dapat 2. Klien dengan ramah
membina mampu d. Tepati janji
hubungan mengungk Jelaskan
saling apkan tujuan
percaya kesulitann pertemuan
dengan ya dalam e. Pertahankan
perawat. berinterak kontak mata
si selama
3. Klien interaksi
mampu f. Penuhi
mengungk kebutuhan
apkan dasar klien
perasaann saat itu.
ya
30
Tujuan Intervensi : Rasional:
Khusus : 2.1 Kaji 2.1 Untuk
2. Klien pengetahuan mengeta hui
dapat klien tentang pengetahuan
mengenal prilaku klien dan
perasaan menarik diri alasan
yang menarik diri
menyebab 2.2 Beri 2.2 Mengetahui
kan kesempatan bagaimana
perilaku pada klien perasaan klien
menarik untuk dan penyebab
diri. mengungkap menarik diri.
kan perasaan
penyebab
menarik diri
31
Tujuan Intervensi : Rasional :
Khusus : 3.1 Diskusikan 3.1 Meningkatkan
tentang pemahaman
3.
manfaat klien tentang
Klien dapat
berhubungan berhubungan
mengetahui
dengan orang dengan orang
keuntungan
lain mening lain
berhubungan
katkan
dengan orang
pemahaman
lain.
klien tentang
berhubungan
dengan orang
lain.
3.2 Dorong klien 3.2 Mengkaji
untuk pengetahuan
menyebutkan kliententang
kembali manfaat
manfaat berhubungan
berhubungan dengan orang
dengan orang lain.
lain.
32
Tujuan Intervensi : Rasional :
Khusus : 4.1 Dorong klien 4.1 Meningkatka
4. Klien untuk n interaksi
dapat menyebutkan klien dengan
berhubun cara lingkungan.
gan berhubungan
dengan dengan orang
orang lain lain.
secara
bertahap 4.2 Dorong dan 4.2 Meningkatka
bantu klien n interaksi
berhubungan klien dengan
dengan orang lingkungan.
lain secara
bertahap
antara lain:
a. Klien -
perawat
b.Klien –
perawat –
perawat lain
c. Klien –
perawat –
perawat lain –
klien lain
d.Klien –
kelompok kecil
Terapi Aktivitas
Kelompok
(TAK)
e.Klien –
keluarga
33
4.3Reinforcement 4.3 Pujian akan
positif atas mendorong
keberhasilan klien untuk
yang telah melakukan
dicapai klien. kegiatannya.
34
makan,
ibadah dan
rekreasi.
35
Tujuan Kriteria Intervensi : Rasional :
Khusus : evaluasi :
2. Klien Mengidentifi 2.1 Diskusikan 2.1Mempermudah
dapat kasi dan dengan klien klien dalam
menilai mengembang tentang menganalisa
koping kan koping koping yang masalahnya.
yang yang konstruktif
konsruktif konstruktif 2.2 Memberi
dalam 2.2 Beri dorongan dan
pemecahan reinforcemen motivasi
permasalahan t dalam kepada klien
nya setiap aspek
positif klien
36
penilaian negatif dari
yang negatif klien sehingga
pada klien respon klien
tidak
berkurang
G. Evaluasi Keperawatan
Menurut Keliat (2005), evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada klien.Evaluasi dilakukan untuk secara terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil atau evaluasi sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan. Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan harga
direndah kronis antara lain :
1) Klien tidak menarik diri dan mau berhubungan dengan orang lain
2) Klien dapat menunjukkan peningkatkan rasa harga diri
3) Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
( Keliat, 2002, hal. 15).
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah berkembangnya persepsi diri yang negatif
dalam berespon terhadap situasi yang sedang terjadi (Nanda,2005). Coopersmith
dalam buku Stuart dan Sundeen (2002) menyatakan bahwa ada empat hal yang
dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu: memberi kesempatan untuk berhasil,
menanamkan idealisme, mendukung aspirasi/ide, dan membantu membentuk
koping. Tanda dan gejala dari harga diri yang rendah yaitu : Mengejek dan
mengkritik diri, Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri, Sulit bergaul, Perasaan tidak mampu, Penolakan terhadap kemampuan
diri. Rentang respon harga diri rendah terdiri dari Respon adaptif, Respon
maladaptif, Aktualisasi diri, Konsep diri positif , Harga diri rendah, Kekacauan
identitas dan Depersonalisasi.
Hal yang harus di kaji pada harga diri rendah terdiri dari : Faktor
predisposisi, Faktor presipitasi, Perilaku, serta Mekanisme Koping. Diagosa yang
sering muncul pada harga diri rendah yakni ; Isolasi sosial: menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah, Risiko perilaku kekerasan berhubungan
dengan harga diri rendah, Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan
koping keluarga inefektif, Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan
dengan perubahan penampilan peran. Setelah asuhan keperawatan dilaksanakan
pada pasien harga diri rendah diharapkan pasien dapat mengungkapkan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, pasien dapat membuat
rencana kegiatan harian serta pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati.2015.Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Nurhalifah eka. 2016. Konsep dasar harga diri rendah. Link :http://repository
.up.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH%20BAB%20II.pdf.
Diakses Pada senin, 20 Agusus 2018. Pukul 11.00
Indrajaya, Fajar. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn.I Dengan Gangguan Harga
Diri Rendah Di Ruang Benteng Rumah Sakit Provinsi Kalimantan
Barat . Link: http://www.academia.edu/9606072/Asuhan_Keperawa
tan_Pada_Tn._I_Dengan_Gangguan_Harga_Diri_Rendah_Di_Ruang_
Banteng_Rumah_Sakit_Jiwa_Provinsi_Kalimantan_Barat_Akademi_K
eperawatan_Poltekkes_Kemenkes_Pontianak. Diakses : Pada senin, 20
Agusus 2018. Pukul 18.00
39