Anda di halaman 1dari 19

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA


“Stimulasi Persepsi : Defisit Perawatan Diri”

Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Wahyu Endang Setyowati, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Desy Rahmadanti (209020000016)
2. Yusuf Rifky Himawan (209020000081)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
A. LATAR BELAKANG
Asuhan keperawatan jiwa merupakan suhan keperawatan yang bersifat
spesialistik, tetapi asuhan kepda klien harus dilakukan secara holistic. Pendekatan
asuhan keperawatan selain harus sifokuskan pada perilaku klien, difokuskan juga
pada kondisi fisik, sosial, budaya dan spiritual. Berbagai terapi keperawatan yang
dikembangkan difokuskan kepada klien secara individu, kelompok ataupun
komunitas.
Berdasarkanpengalaman dan survey di berbagai rumah sakit jiwa, masalah
keperawatan yang paling banyak ditemukan adalah perilaku kekerasan, halusinasi,
isolasi sosial dan harga diri rendah. satu masalah keperawatan lagi yaitu deficit
perawatan diri yang umumnya dialami oleh klien gfangguan jiwa, turut disertakan
dalam peket terapi aktivitas kelompok.
Tindakan keperawatan ditunjukan pada system klien baik secara individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan upaya yang menyeluruh dalam
menyelesaikan masalah klien. Terapi aktivitas kelompo (TAK) merupakan terapi,
modalitas keperawayan ditunjukan pada kelompok klien dengan masalah yang
sama.

B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak
rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan
menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat. (Yusuf
dkk, 2015)
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan
terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.
(Damaiyanti M & Iskandar, 2014)

2. Tanda & Gejala


Adapun tanda & gejala defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :
a. Mandi / Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian / Berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan
pada tingkat memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya
kemulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang
diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup
makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB / BAK dengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bawah
e) Penampilan tidak rapi
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3) Sosial
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berprilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri. (Damaiyanti M & Iskandar, 2014).
3. Etiologi
Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan yang termasuk
perawatan diri
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah / lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
a) Kebiasaan Seseorang
Kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampo, dll
b) Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemempuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya. (Damaiyati M & Iskandar,
2014).

4. Proses Terjadinya
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri dan
toileting (BAB dan BAK) secara mandiri. (Yusuf dkk, 2015)

5. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan


diri seimbang kadang tidak perawatan diri

a. Polaperawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu


untuk berperilaku adaptif, maka polaperawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatandiri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak. Saat klien mendapatkan stressor
kadang-kadang klien tidak memperhatikan perawatandirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri. Klien mengatakan tidak peduli dan tidak
bias melakukan perawatan saat menghadapi stressor. (Damaiyanti M &
Iskandar,2014).
6. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana,
tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif
dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha
mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak
tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan
realitas dari pada kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor interval
atau lingkungan dengan adekuatnya. (Damaiyanti M & Iskandar, 2014).

7. Jenis
Menurut NANDA-I (2012) dalam Damaiyanti M & Iskandar (2014), jenis
perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit Perawatan Diri : Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
c. Defisit Perawatan Diri : Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan sendiri
d. Defisit Perawatan Diri : Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri

8. Mekanisme Koping (Damaiyanti M & Iskandar, 2014) :


a. Regresi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara kembali ke level perilaku sebelumnya
untuk mengurangi kecemasan, membebaskan seseorang agar merasa lebih
nyaman dan membiarkan sikap ketergantungan
b. Penyangkalan
Adalah penolakan bawah sadar untuk menghadapi pemikiran-pemikiran
realita yang sangat berat
c. Isolasi Diri, Menarik Diri
Proses memisahkan perasaan yang tak dapat diterima, ide atau impuls dari
pemikiran seseorang juga mengarah pada isolasi emosional
d. Intelektualisasi
Hal ini mengarah pada tindaka transfer emosional terhadap lingkungan
intelektual.

9. Perilaku
Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku klien tidak
lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa bersalah atau
bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal menyediakan
kehidupan penuh cinta dan dukungan klien bahwa mereka gagal menyediakan
kehidupan dirumah dan dukungan.

10. Penatalaksanaan
Terapi pengobatan pada klien skizofrenia sangat beragam tergantung pada jenis
dan gejala yang dimunculkan. Terkait dengan gejala negatif seperti defisit
perawatan diri, obat yang dapat diberikan adalah risperidon yang juga berfungsi
memperbaiki gejala positif skizofrenia. Risperidon termasuk antipsikotik
turunan benzisoxazole. Risperidon merupakan antagonis monoaminergik selektif
dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik
D2. Risperidon berikatan dengan reseptor α1-adrenergik. Risperidon tidak
memilki afinitas terhadap reseptor kolinergik. Meskipun risperidon antagonis D2
kuat, dan aman dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut
menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi
dibanding neuroleptik klasik yang terjadi.
Adapun Penataklaksannan lainnya, yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercyaan diri
 Bina hubungan saling percaya
 Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
 Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
 Bantu klien merawat diri
 Ajarkan keterampilan secara bertahap
 Buat jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
 Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perwatan diri
 Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien
 Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman

KLIEN
1. Karakteristik Klien
a. Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan
diri: defisit perawatan diri.
b. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku
agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
c. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang tidak dalam
keadaan sakit, terinfus dan terpasang alat medis lainnya.
d. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
2. Proses Seleksi
a. Mengumpulkan data klien
b. Menganalisis data klien
c. Obsevasi di ruangan klien
d. Menentukan klien
3. Data Klien
a. .
b. .
c. .
d. .
e. .
f. .

C. PENGORGANISASIAN
1. Waktu Pelaksanaan
Terapi aktivitas kelompok dilaksanakan pada
Hari/Tanggal : Senin, 06 September 2021
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Tamu
2. Tim Terapis dan Tugasnya
a. Tim Terapi
1) Leader: Yusuf Rifky
2) Co. Leader: Yusuf Rifky
3) Fasilitator: Desy Rahmadanti
4) Observer: Desy Rahmadanti
b. Tugas Terapi
1) Tugas Leader
a) Menyusun rencana TAK
b) Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK
c) Mengarahkan kelompok dalam pencapaian tujuan, memimpin
jalannya TAK
d) Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok
e) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik
f) Sebagai role model
g) Memberi motivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan
memberi reinforcement positif
h) Evaluasi tindak lanjut
2) Tugas Co. Leader
a) Membantu leader dalam pengorganisasian anggota kelompok
b) Mengingatkan pemimpin bila diskusi menyimpang
c) Bersama leader menjadi contoh bentuk kerja sama yang baik
3) Tugas fasilitator
a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
b) Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok
untuk aktif mengikuti berlangsungnya TAK.
c) Mengikuti arahan dari leader dalam mengikuti kegiatan kelompok
4) Tugas Observer
a) Mencatat serta mengamati respon klien  (dicatat pada format yang
tersedia), dinamika jalannya TAK, keadaan peserta (aktif, pasif,
kooperatif)
b) Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses
hingga penutupan
c) Memberikan umpan balik kepada leader, co-leader, fasilitator
tentang jalannya TAK

3. Setting
a. Terapis dengan klien duduk bersama membentuk lingkaran
b. Ruang nyaman dan tenang

Contoh Denah

Keterangan :
: Leader, Co-Leader : Observer, fasilitator

: Klien

D. ANTISIPASI MASALAH
1. Beri Perhatian khusus dalam penyampain Materi dan Peragaan.
2. Bimbing sebisa mungkin peserta TAK mengikuti perintah terapis.
3. Buatlah kontrak dengan seluruh peserta TAK untuk dispilin selama proses
berjalannya TAK dengan tidak meninggalkan tempat pelaksaan sesuai dengan
kontrak waktu.
E. PROSES PELAKSANAAN
Sesi I: Memperkenalkan diri, Menyebutkan Manfaat Perawatan Diri dan
Cara Menjaga Kebersihan Diri.
1. Tujuan
a. Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap,
nama panggilan, dan asal
b. Klien mampu menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diri
c. Klien mampu menyebutkan cara  menjaga kebersihan diri
d. Klien mampu menyebutkan akibat apabila tidak melakukan perawatan diri
2. Kriteria Anggota
Kriteria klien sebagai anggota yang mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok ini
adalah:
a. Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan
diri: defisit perawatan diri
b. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku
agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang
c. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
3. Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah: 4 orang
Berikut adalah nama-nama klien yang mengikuti pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok yakni:
a. .
b. .
c. .
d. .
4. Alat
a. Name tag
b. Hp (MP3)
c. Bola kecil
d. Buku catatan dan Bulpoin
e. Jadwal kegiatan klien
f. Peralatan mandi (Ember, gayung, sabun, shampoo, pasta gigi dan sikat gigi)
g. Peralatan hias (Bedak, Hand body, Sisir, Lipstik dan Minyak)

5. Metode dan Media


a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan Tanya jawab
c. Simulasi

6. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Memilih klien dengan indikasi, yaitu Defisit perawatan diri.
2) Membuat kontrak dengan klien.
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam Terapeutik
2) Salam dari terapis kepada klien
3) Terapis dan klien memakai papan nama
c. Evaluasi/validasi
Menanyakan kepada klien apakah sudah pernah terlibat dalam TAK
d. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
2) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan manfaat
perawatan diri dan cara menjaga kebersihan diri serta akibat apabila tidak
melakukan perawatan diri.
3) Menjelaskan aturan main berikut.
4) Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis.
5) Lama kegiatan 30 menit.
6) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
e. Tahap Kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan
dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam
(yaitu kearah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok
yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
2) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
3) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama
panggilan dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
4) Ulangi poin kedua dan ketiga sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran.
5) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
f. Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri
kepada orang lain di kehidupan sehari-hari.
b) Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk menerapkan cara yang
telah dipelajari dalam perawatan diri.
c) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri dan manfaat perawatan
diri pada jadwal kegiatan harian klien.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu tata cara berhias
b) Menyepakati waktu dan tempat.
g. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja yang menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
sesi 1, dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan
nonverbal, kemampuan klien menyebutkan manfaat pentingnya keperawatan
diri, cara menjaga kebersihan diri dan akibat apabila tidak melakukan
perawatan diri dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:

1) Kemampuan Verbal

Nama Klien
No: Aspek yang Dinilai

1. Menyebutkan Nama Lengkap


2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan manfaat
pentingnya perawatan diri
5. Menyebutkan cara menjaga
kebersihan diri
6. Menyebutkan akibat apabila
tidak melakukan perawatan diri
Jumlah

2) Kemampuan Non-verbal

Nama Klien
No: Aspek yang Dinilai

1. Menyebutkan Nama Lengkap


2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan asal
Jumlah
Petunjuk:
 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama peserta Untuk tiap
Peserta, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan manfaat  pentingnya
perawatan diri, cara menjaga kebersihan diri dan akibat apabila tidak melakukan
perawatan diri Beri tanda jika klien mampu dan tanda jika klien tidak mampu.
 Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.

Sesi II : Tata Cara Berhias


1. Tujuan
a. Klien dapat mengenal dan menyebutkan alat-alat yang berhias.
b. Klien mampu menyebutkan cara berpakaian, cara berhias dan menyisir
rambut dan bercukur untuk pria.
c. Klien mampu menggunakan alat-alat yang diberikan untuk berhias
d. Klien mampu menjelaskan manfaat berhias
2. Alat
Peralatan berhias dan bercukur
3. Metode
a. Diskusi dan Tanya jawab
b. Bermain peran/simulasi
4. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam Terapeutik
2) Salam dari terapis kepada klien
3) Klien dan terapis pakai papan nama
c. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien tentang berhias yang dilakukan selama
ini
d. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara berhias untuk mempercantik diri
2) Menjelaskan cara main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis dan Setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai
e. Tahap Kerja
1) Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk
berhias, manfaat dan tata cara berhias dan bercukur untuk pria. Ulangi
sampai semua klien mendapat giliran.
2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
3) Terapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk berhias, manfaat dan
mendemonstrasikan tata cara berhias dan bercukur untuk pria.
4) Meminta klien untuk mendemonstrasikan kembali tata cara berhias
(menyisir rambut).
5) Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara berhias.
6) Memberikan pujian kepada klien
7) Upayakan semua klien mampu berhias dan sudah mencoba
f. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah berhias
b) Menanyakan ulang cara baru yang baik dan benar cara berhias
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari untuk
berhias.
b) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu tata cara makan dan minum
yang baik
b) Menyepakati waktu dan tempat.
g. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan
adalah cara berhias yang benar dan baik, keuntungan berhias dan akibat tidak
berhias. Kemampuan berhias untuk mencegah defisit perawatan diri.
Menyebutkan
Menyebutkan Menyebutkan
No Nama Klien alat untuk
tata cara berhias akibat tidak berhias
berhias
1.
2.
3.

4.

Petunjuk:
 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
 Berikan penilaian pada masing-masing peserta TAK mengenai
kemampuan dalam menyebutkan alat untuk berhias, tata cara berhias dan
akibat bila tidak berhias.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti M & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi II. Refika
Aditama: Bandung

Keliat. 2004. Keperawatan Jiwa Teori Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.

Yusuf, AH, Fitryasari R dan Hanik EN. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Salemba Medika : Jakarta.

Keliat Budi Anna. Pawirowiyono Akemat. 2014. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai