Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERPAJAKAN

“Pajak Negara Dan Pajak Daerah”

Disusun oleh :

Nama: Aris Ria Irawan

NPM : 191003742016946

Kelas : E1

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS

SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib
kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Mardiasmo. 2019). Dengan berlakunya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan perubahan terakhir
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada Pasal 2 dijelaskan
pengelompokan jenis pajak yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota
(Mardiasmo. 2019). Pajak Provinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok sedangkan Pajak Kabupaten atau Kota
terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak
Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Mardiasmo.
2019).

Peranan pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan


berbagai potensi daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah (Safri, 2017).
Ciri utama yang menunjukan suatu daerah otonom mampu berotonomi, adalah
daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali
sumber-sumber keuangan sendiri, sedangkan ketergantungan pada bantuan
pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah
(PAD) harus menjadi bagian terbesar dari pendapatan keuangan daerah (Safri,
2017). Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Besarnya persentase PAD terhadap total pendapatan daerah menunjukan
besarnya sumbangan PAD daerah terhadap total pendapatan daerah (Safri,
2017). Semakin besar persentase PAD terhadap total pendapatan maupun
terhadap total belanja, sangat diharapkan dalam rangka pelaksanaan
penyelenggaraan otonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (Safri, 2017).
Sejak tahun 2001 telah dilakukan perubahan terhadap tata pemerintahan
di Indonesia yang sangat berarti dan bersifat fundamental yaitu telah terjadi
perubahan didalam pola pengaturan hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (Erly, 2013). Pola yang semula sentralistik diubah menjadi
desentralisasi dan otonomi daerah guna membentuk kemandirian daerah (Erly,
2013). Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah
mempunyai peranan penting dalam pembangunan daerah (Erly, 2013). Hal ini
dapat dilihat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sebagaimana peranan
Pendapatan Asli Daerah diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga
utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah (Erly, 2013).
Sumber Pendapatan Asli Daerah di antaranya adalah pajak daerah dan
retribusi daerah dimana daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan
pemungutan berbagai jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang berkaitan
dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat (Erly, 2013). Hal ini digunakan
untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan
daerah (Erly, 2013). Disini perlu dipahami oleh masyarakat bahwa pemungutan
pajak daerah dan retribusi daerah ini sebagai sumber penerimaan yang
dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah
(Erly, 2013). Untuk mengatur tentang pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah yang aturan pelaksanaannya berdasarkan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Undang-Undang
No. 28 Tahun 2009). Retribusi Daerah selain sebagai salah satu sumber
penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan faktor yang dominan
peranannya dan kontribusinya untuk menunjang pemerintah daerah (Erly, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pajak Negara, Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah?
2. Apa saja objek dan subjek dalam Retribusi Daerah?
3. Bagaimana prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi Daerah?
4. Bagaimana tata cara pemungutan Retribusi Daerah?
5. Bagaimana pemanfaatan Retribusi Daerah?
6. Bagaimana daluwarsa penagihan Retribusi Daerah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Pajak Negara, Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
2. Mengetahui jenis objek dan subjek dalam Retribusi Daerah
3. Mengetahui prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi Daerah
4. Mengetahui tata cara pemungutan Retribusi Daerah
5. Mengetahui pemanfaatan Retribusi Daerah
6. Mengetahui daluwarsa penagihan Retribusi Daerah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Negara, Pajak Daerah Dan Retribusi Pajak


Menurut Mardiasmo (2016) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan
oleh rakyat kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan
pada undang-undang serta pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas
jasa. Iuran tersebut digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas
kepentingan umum. untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum.
Unsur ini memberikan pemahaman bahwa masyarakat dituntut untuk membayar
pajak secara sukarela dan penuh kesadaran sebagai warganegara yang baik
(Mardiasmo, 2016). Penerimaan pajak adalah merupakan sumber penerimaan
yang dapat diperoleh secara terus–menerus dan dapat dikembangkan secara
optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat (Mardiasmo,
2016).
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam buku Perpajakan Edisi
Revisi (2013) menjelaskan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbul (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Mardiasmo (2016) Pajak Daerah adalah kesatuan
masyarakathukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Mardiasmo (2016) Pajak Daerah
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Windhu (2018) restribusi daerah adalah iuran yang dibayarkan
oleh rakyat kepada daerah yang dapat dipaksakan yang mendapat prestasi
kembalinya secara langsung.
Menurut Yoyo (2017) Restribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
Menurut Marihot (2016) retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa restribusi
daerah adalah daerah provinsi, kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali
potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis restribusi selain
yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan
sesuai dengan aspirasi masyarakat.

B. Objek Dan Subjek Dalam Retribusi Daerah


Menurut Windhu (2018) objek restribusi daerah dapat dikelompokkan ke
dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut:
1. Restribusi jasa umum adalah pemungutan atas pelayanan yang disediakan
atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Jenis retribusi jasa umum adalah:
a. Retribusi pelayanan kesehatan merupakan pungutan atas pelayanan
kesehatan di pukesmas, balai pengobatan, RSU daerah dan tempat
pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki atau dikuasai
oleh pemerintah daerah.
b. Retribusi pelayanan persampahan atau kebersihan merupakan pungutan
atas palayanan persampahan atau kebersihan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah, meliputi: pengambilan, pengangkutan dan
pembuangan serta penyediaan lokasi.
c. Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan
sipil merupakan pungutan atas pelayanan KTP, kartu keterangan
bertempat tinggal, kartu indentitas kerja, kartu penduduk sementara,
kartu indentitas penduduk musiman, kartu keluarga, dan akta catatan
sipil.
d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat merupakan
pungutan atas pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang
meliputi pelayanan penguburan atau pemakaman termasuk penggalian
dan pengurungan, pembakaran atau pengabuan mayat dan sewa tempat
pemakaman atau pembakaran mayat yang dikelola oleh daerah.
e. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum merupakan pungutan atas
pelayanan parkir di tepi jalan umum yang disediakan oleh daerah.
f. Retribusi pelayanan pasar merupakan pungutan atas penggunaan
fasilitas pasar tradisional berupa peralatan, los yang dikelola pemerintah
daerah dan khusus disediakan untuk pedagang, kecuali pelayanan
fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor merupakan pungutan atas
pelayanan pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan diselenggarakan oleh daerah.
h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran merupakan pungutan
atas pelayanan pemeriksaan atau pengujian alat pemadam kebakaran,
alat penanggulangan kebakaran dan alat penyelamatan jiwa oleh
pemerintah daerah.
i. Retribusi penggantian biaya cetak peta merupakan pungutan atas
pemanfaatan peta yang dibuat oleh pemerintah daerah.
j. Retribusi penyediaan atau penyedot kakus merupakan pungutan atas
pelayana penyedotan kakus atau jamban yang dilakukan oleh daerah.
k. Retribusi pengelolahan limbah cair merupakan pungutan yang
dikenakan atas pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga,
perkantoran dan industri yang dimiliki dan dikelola pemerintah daerah.
l. Retribusi pelayanan tera ulang merupakan pungutan atas pelayanan
pengujian alat ukut, takar, timbang dan perlengkapannya dan pengujian
barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan
ketentun perundang-undangan.
m. Retribusi pelayanan pendidikan merupakan pungutan yang dikenakan
atas pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh
pemerintah daerah.
n. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi merupakan pungutan
yang dikenakan atas pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi.
o. Retribusi pengendalian lalu lintas merupakan pungutan yang dikenakan
atas penggunaan ruas jalan tertentu, koridor tertentu, kawasan tertentu
pada waktu tertentu dan tingkat kepadatan tertentu.

2. Restribusi jasa usaha adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi
pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau pelayanan oleh pemerintah
daerah sepanjang tahun dapat disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
Jenis retribusi jasa usaha adalah:
a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah merupakan pungutan atas
pemakaian kekayaan daerah antara lain pemakaian tanah dan bangunan,
pemakaian ruangan untuk pesta, pemakaian kendaraan atau alat berat
atau alat besar milik daerah.
b. Retribusi pasar grosir atau pertokoan merupakan pungutan atas
penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai fasiitas pasar grosir berbagai
jenis barang.
c. Retribusi tempat pelelangan merupakan pungutan atas pemakaian
tempat pelelangan yang secara khusus disediakan pemerintah daerah
untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan
termasuk jasa pelelangan serta fasilias lainnya yang disediakan ditempat
pelelangan.
d. Retribusi terminal merupakan pungutan tas pemakaian tempat pelayanan
parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan
usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal yang dimiliki dan
dikelola daerah.
e. Retribusi tempat khusus parkir merupakan pungutan atas pemakaian
tempat parkir yang khusus disediakan dikelola oleh pemerintah daerah,
BUMN, BUMD dan pihak swasta.
f. Retribusi tempat penginapan atau pesanggarahan/villa merupakan
pungutan atas pelayanan tempat penginapatan atau pesanggrahan atau
villa yang dikelola oleh pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan pihak
swasta.
g. Retribusi rumah potong hewan merupakan pemungutan atas pelayanan
penyediaan fasilitas pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan
pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah di potong yang
dimilki dan dikelola oleh pemerintah daerah.
h. Retribusi pelayanan kepelabuhan merupakan pungutan atas pelayanan
jasa kepelabuhan termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan
yang disediakan dan dikelola oleh pemerintah daerah.
i. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga merupakan pungutan atas
pemakaian tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga yang dimiliki dan
dikelola oleh daerah.
j. Retribusi penyeberangan di air merupakan pungutan atas pelayaran dan
penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di
atas air yang dikelola oleh daerah.
k. Retribusi penjualan produksi usaha daerah merupakan penjualan hasil
produksi usaha pemerintah daerah dikecualikan oleh retribusi penjualan
produksi usaha adalah penjualan oleh pemerintah, BUMN, BUMD dan
pihak swasta.
3. Restribusi perizinan tertentu adalah pungutan atas pelayanan perizinan
tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan serta kegiatan pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana dan
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu adalah:
a. Retribusi izin mendirikan bangunan merupakan pungutan atas pelayanan
pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan.
b. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol merupakan
pungutan tas pelayanan pemberian izin untuk melakukan penjualan
minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.
c. Retribusi izin gangguan merupakan pungutan atas pelayanan
pemberianizin tempat usaha dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan
bahaya, kerugian tidak termasuk tempat usaha yang telah ditentukan
daerah.
d. Retribusi izin trayek merupakan pungutan atas pelayanan pemberian izin
usaha untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada
satu atau beberapa trayek tertentu.
e. Retribusi izin usaha perikanan merupakan pungutan atas pemberian izin
untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.
f. Retribusi perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA)
adalah pungutan atas pemberian izin perpanjangan IMTA kepada
pemberi kerja tenaga kerja asing.
Menurut Windhu (2018) subjek restribusi daerah dapat dikelompokkan
ke dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut:

1. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang
mengunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
2. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang
mengunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari pemerintah.

C. Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi Daerah


Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum
ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas
pelayanan tersebut (Windhu, 2018). Biaya dimaksud meliputi biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal (Windhu, 2018). Dalam hal
penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan
tarif hanya untuk menutup sebagian biaya (Windhu, 2018). Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Retribusi Penggantian
Biaya Cetak Peta hanya memperhitungkan biaya pencetakan dan
pengadministrasian (Windhu, 2018).
Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha
didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak (Windhu,
2018). Keuntungan yang layak dimaksud adalah keuntungan yang diperoleh
apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi
pada harga pasar (Windhu, 2018).
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perizinan Tertentu
didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan (Windhu, 2018). Biaya
penyelenggaraan pemberian izin meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan
di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari
pemberian izin tersebut (Windhu, 2018).
Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
Peninjauan tarif Retribusi dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian. Penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah (Windhu, 2018).

D. Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah


Menurut undang-undang nomor 18 tahun 1997 pasal 26 pemungutan
retribusi tidak dapat diborongkan. Artinya seluruh proses kegiatan pemungutan
retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Retribusi dipungut dengan
menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain
yang dipersamakan (Windhu, 2018). SKRD adalah surat ketetapan retribusi
yang menentukan besarnya pokok retribusi. Retribusi dipungut dengan
menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain
yang dipersamakan. SKRD merupakan surat ketetapan retribusi yang
menentukan besarnya pokok retribusi (Windhu, 2018).
Dokumen lain yang dipersamakan antara lain, berupa karcis, kupon, dan
kartu langganan (Windhu, 2018). Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak
membayar retribusi tepat pada waktunya atau kurang membayar, maka
kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar dua persen
setiap bulan dari retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih
dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD) (Windhu, 2018).
STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi
administrasi berupa bunga dan atau denda (Windhu, 2018). Tata cara
pemungutan retribusi ditetapkan dengan peraturan kepala daerah menurut
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 pada pasal 161 menetapkan bahwa
pemanfaatan masing-masing jenis retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan
yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan
(Windhu, 2018).
Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara
tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi. Tingkat penggunaan jasa yang
dimaksud adalah jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban
biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang
bersangkutan. Apabila tingkat penggunaan jasa sulit diukur maka tingkat
penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat oleh Pemerintah
Daerah. Rumus dimaksud harus mencerminkan beban yang dipikul oleh
Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan jasa tersebut. Tarif Retribusi
adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung
besarnya Retribusi yang terutang. Tarif Retribusi dapat ditentukan seragam atau
bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif
Retribusi.

E. Pemanfaatan Retribusi Daerah


Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan
retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Permasalahan yang dihadapi oleh Daerah pada umumnya dalam kaitan
penggalian sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah, yang merupakan
salah satu komponen dari PAD, adalah belum memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Untuk
mengantisipasi desentralisasi dan proses otonomi daerah, tampaknya pungutan
pajak dan retribusi daerah masih belum dapat diandalkan oleh daerah sebagai
sumber pembiayaan desentralisasi. Berikut beberapa manfaat dari retribusi
daerah menurut Windhu (2018) :
1. Sumber Pendapatan Daerah
Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang
termasuk dalam APBD.
2. Pengatur Kegiatan Ekonomi Daerah
Retribusi daerah yang diperoleh nantinya akan digunakan sebagai pengatur
kegiatan ekonomi daerah oleh pemerintah daerah.
3. Stabilitas Ekonomi Daerah
Retribusi daerah merupakan modal penting untuk membuat solusi seperti
lapangan kerja, mengontol harga pasar dan lain sebagainya, retribusi ini
mengatasi berbagai masalah di bidang ekonomi.

F. Daluwarsa Penagihan Retribusi Daerah


Menurut Undang-undang nomor 28 tahun 2009 pasal 167, sebagaimana
undang-undang nomor 18 tahun 1997 pasal 32, menentukan bahwa hak untuk
melakukan penagihan retribusi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu
tiga tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib
retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. Kedaluwarsa penagihan
retribusi tertangguh apabila terpenuhi keadaan dibawah ini:
1. Diterbitkan surat teguran. Dalam hal diterbitkan surat teguran, kedaluwarsa
penagihan retribusi dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran
tersebut.
2. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun
tidak langsung. Pengakuan utang secara langsung maksudnya adaah wajib
retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang
retribusi dan belum melunasinya kepada pemerintah daerah. Pengakuan
utang tidak langsung adalah waib retribusi tidak secara nyata langsung
mengatakan bahwa ia mengakui mempunyai utang retribusi kepada
pemerintah daerah.
Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 mengatur tentang
pedoman tata cara penghapusan piutang retribusi daerah yang kedaluwarsa
diatur dengan peraturan pemerintah dan peraturan pemerintah Nomor 20 Tahun
1997 tentang retribusi daerah pada pasal 11 telah menetukan tata cara
penghapusan piutang retribusi daerah yang kedaluwarsa yang kemudian diubah
dengan peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 pasal 14.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada negara yang
masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang serta
pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa. Pajak Daerah adalah
kesatuan masyarakathukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan APBD, tetapi pajak dan retribusi daerah itu hasus dilaksanakan
dengan benar dan adil oleh pemerintah maupun pembayar pajak, dikenakannya
sanksi terhadap orang yang menunggak atau menyalahkan aturan adalah hal
yang benar, seperti yang terdapat dalam Undang-Undanf Nomor 34 tahun 2000
tentang pajak dan retribusi daerah.

B. Saran

1. Perlunya peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah


khususnya Direktorat Jendral Pajak terhadap jajaran pegawainya yang
mengelola dana dari pemenuhan pajak penghasilan agar tidak terjadi lagi
kasus korupsi yang dilakukan oleh aparat pemerintah.
2. Wajib pajak sendiri selayaknya memahami pentingnya pemenuhan pajak
penghasilannya, karena pajak penghasilan yang dibayar oleh wajib pajak
akan digunakan sebagai biaya bagi pembangunan nasional yang dilakukan
oleh pemerintah, maka wajib pajak harus memenuhi pajak penghasilannya
setiap tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Edisi Revisi. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.


Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
78/PMK.03/2016 Tentang Sanksi Wajib Pajak Terlambat Membayar Pajak
Bumi dan Bangunan, Lembaran Negara Indonesia Tahun 2016 Nomor 78.
Kurnia Rahayu, Siti. 2010. Perpajakan Indonesia “Konsep dan Aspek
Formal”.Yogyakarta: Graha Ilmu
Putra, Windhu. 2018. Tata Kelola Ekonomi Keuangan Daerah. PT Rajagrafindo.
Persada. Depok. Rahman, Hasanuddin. Manajemen Fit And Profer Test
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus 4. Salemba Empat. Jakarta.
Safri. 2017. Pengantar Ilmu Perpajakan. Jakarta: Granit

Suandy, Erly. 2013. Hukum Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat

Sudirman, Rismawati dan Ammirudin antong. 2016. Perpajakan, Pendekatan, Teori


dan Praktek. Empatdua Media, Makassar

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu


Lintas dan Retribusi Perpanjangan IMTA

Warno & Zumrotun Nafiah. 2018. “ Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib
Pajak, dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan ( Studi Kasus Kecamatan Candisari Kota Semarang ). Dalam Journal of
Accounting, Vol 10 (1), hlm 101.

Widiastuti, R. & Laksito, H. 2019. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan


Pajak Bumi dan Bangunan (Studi pada WP di Kabupaten Klaten)”, dalam
Diponegoro Journal of Accounting, 3 (2), hlm. 1-15.

Anda mungkin juga menyukai