Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Anisatul Mufarihah (30901700005)
2. Arviani Syaputri (30901700009)
3. Berliantika Ardita O. (30901700013)
4. Desy Rahmadanti (30901700018)
5. Dita Noviana (30901700022)
6. Evi Puji Lestari (30901700027)
7. Gita Maharani (30901700031)
8. Ida Khusnul Karomah (30901700035)
9. Indah Rahma Ningrum (30901700039)
10. Khusnul Alifianingrum (30901700043)
11. Meidinda Yumnaning Hasna (30901700047)
12. Muhammad Husni Imron (30901700052)
13. Muhammad Yusuf Pahlawan (30901700054)
Sejak HIV dan AIDS pertama kali terdeteksi di Indonesia pada tahun 1987
hingga bulan Juni tahun 2013 dilaporkan sebanyak 4.841 kasus baru HIV. Sementara
itu kasus AIDS yang dilaporkan baru sebanyak 320 orang. Berdasarkan data tersebut,
secara kumulatif pengidap HIV di Indonesia sampai akhir Juni 2013 sebanyak
108.600 orang dan pengidap AIDS sebanyak 43.667 orang dengan kematian 8.340
orang.3 Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah ODHA, pemerintah
menemukan bahwa penyakit ini tidak hanya berdampak negatif terhadap ODHA itu
sendiri. Tetapi problem ini juga akan berdampak negatif terhadap suatu Negara atau
Daerah. Puncaknya di bulan Maret 2014 dilaporkan terdapat 134.042 kasus HIV dan
54.231 kasus AIDS (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014). Sementara di DIY sampai
Maret 2014 terdapat 1.084 kasus HIV dan 1.504 kasus AIDS.(Komisi
Penanggulangan AIDS DIY, 2016).
Informasi yang salah tentang kesehatan reproduksi yang diperoleh dapat
memicu persepsi yang salah dan dapat menyebabkan perilaku seks bebas yang
berakibat pada terjadinya transmisi infeksi menular seksual termasuk HIV dan AIDS,
kanker servik, kehamilan tidak diinginkan, aborsi dan pernikahan dini dikalangan
remaja. Memperhatikan dampak yang dapat terjadi pada remaja karena perilaku seks
bebas (zina), maka diperlukan analisis lebih lanjut antara keterkaitan akses media
informasi dan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seks bebas
pada remaja di Indonesia (Wijaya, 2012).
Penyakit HIV/AIDS antara 80 % - 90 % penyebabnya adalah berzina dalam
pengertiannya yang luas yang menurut ajaran Islam merupakan perbuatan keji yang
diharamkan dan dikutuk oleh Allah swt. Tidak hanya pelakunya yang dikenai sanksi
hukuman yang berat, tetapi seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan perzinaan.
Dalam sebuah Hadis Nabi bahkan dengan tegas disebutkan, yang artinya :
bahwa apabila zina dan riba telah menjadi fenomena dalam suatu negeri, maka berarti
penduduk negeri tu telah menghalalkan azab Allah.
“Allah melaknat orang-orang yang membuat tato, orang-orang yang minta dibuatkan
tato, orang-orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu
matanya, dan orang-orang yang merenggangkan gigi untuk mempercantik wajah,
dan mereka yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Muslim)
“Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya, melakukan tato di wajahnya
(mutawasshimah), menghilangkan rambut dari wajahnya, menyambung giginya, demi
kecantikan, mereka telah merubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari)
Tatto adalah menusuk-nusukkan jarum atau yang sejenisnya kepada kulit
sehingga mengalirkan darah kemudian diberikan alkohol atau yang sejenisnya
sehingga menjadi biru. Tato ini biasa dilakukan di tangan, wajah, badan bahkan kaki
dan juga di bagian tubuh lainnya. Melakukan tato pada kulit adalah perbuatan yang
diharamkan Allah swt, sebagaimana disebutkan didalam sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Alqomah bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ”Allah melaknat
orang-orang yang mentato dan yang minta untuk ditato.” (HR. Bukhori)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menganggap bahwa penerapan etika
berdasar pandangan islam terhadap kasus HIV/AIDS sangatlah penting. Terutama kita
sebagai perawat yang setiap hari akan bertemu serta membantu menolong berbagai
masalah kesehatan termasuk HIV/AIDS. Mengingat kita sebagai umat islam yang
harus menerapkan aqidah islamiyah dalam kehidupan.
BAB II
ISI
Para ahli tafsir berpendapat bahwa pengertian perbuatan keji (fahisyah) dalam
ayat tersebut ialah dosa besar yang mudaratnya tidak hanya menimpa diri pelaku
perbuatan dosa tersebut, melainkan juga dapat menimpa orang lain, seperti zina dan
riba. Selain bersabar, kita juga diperintahkan untuk tidak berputus asa dari rahmat
Allah swt., sebagaimana firman-Nya :
Artinya : Barang siapa membesuk orang sakit, maka akan ada Malaikat yang
menyerunya dari langit ‘engkau telah berbuat baik dan baik pua langkahmu
dan engkau akanmenempati rumah di surga kelak’.
Meski demikian, tanpa mengurangi perlakuan baik kepada orang yang sakit,
Islam mengajarkan agar kita mewaspadai dan menghindari kemungkinan penularan
virus penyakit dari orang yang sakit dengan mengorbankan orang orang sehat.
Ajaran Islam sarat dengan tuntunan untuk selalu menghindari hal-hal yang
dapat membahayakan dirinya sendiri atau membahayakan orang lain, termasuk untuk
berhati-hati terhadap penyakit yang berpotensi menular. Sabda Nabi saw. :
Penyakit HIV/AIDS antara 80 % - 90 % penyebabnya adalah berzina dalam
pengertiannya yang luas yang menurut ajaran Islam merupakan perbuatan keji yang
diharamkan dan dikutuk oleh Allah swt. Tidak hanya pelakunya yang dikenai sanksi
hukuman yang berat, tetapi seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan perzinaan.
Hadist Tattoo :
Tatto adalah menusuk-nusukkan jarum atau yang sejenisnya kepada kulit
sehingga mengalirkan darah kemudian diberikan alkohol atau yang sejenisnya
sehingga menjadi biru. Tato ini biasa dilakukan di tangan, wajah, badan bahkan
kaki dan juga di bagian tubuh lainnya. Melakukan tato pada kulit adalah perbuatan
yang diharamkan Allah swt, sebagaimana disebutkan didalam sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Alqomah bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ”Allah melaknat
orang-orang yang mentato dan yang minta untuk ditato.” (HR. Bukhori)
“Allah melaknat orang-orang yang membuat tato, orang-orang yang minta
dibuatkan tato, orang-orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta
dicabut bulu matanya, dan orang-orang yang merenggangkan gigi untuk
mempercantik wajah, dan mereka yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Muslim)
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya EC. Akses Informasi, Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Perilaku
Seksual Pranikah Pada Remaja di Indonesia (Analisis Lanjut Data SDKI 2012). Jember:
Universitas Jember; 2015
Komisi Penanggulangan AIDS DIY (KPA DIY). (2016). Data Kasus HIV AIDS DIY s/d
Maret 2016. Yogyakarta.
Departemen Agama RI, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Dirjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji Depag, Jakarta, 2003
Jalal al-Din al-Suyuthi, Jami’ al-Shaghir, Juz I, Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah,
Indonesia, tt
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz I, Mushthafa al-Babi al-Halabi, , Mesir, tt.
Abdussattar Abd al-Ghurrah, ed., Qararat wa Taushiyat Majma’ al-Fiqh al- Islamy, Cet. II,
Dar al-Qalam, Damaskus, 1418 H/ 1998 M
Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, Juz VII, hlm. 32; Bandingkan : Imam
Taqyuddin, Kifayat al-Akhyar, Juz III
Abdussattar Abd al-Ghurrah, ed., Op. Cit., hlm. 206; Imam Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-
Muhazzab, Juz XVI, hlm. 265-266; Perhatikan : UU No. 1/1974 tentang Perkawinan pasal
39; jo PP No. 9/1975 pasal 19; jo Kompilasi Hukum Islam.
Baharrudin, Moh. (2016). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penderita Hiv/Aids Dan Upaya
Pencegahannya. ASAS. Vol. 2, No. 2.