PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa
dewasa. Pada masa remaja anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisik
maupun perkembangan psikis. Remaja bukanlah anak-anak baik bentuk badan maupun cara
berpikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Santrock, 2003).
Remaja mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan
fisik (Hurlock, 1994). Masa remaja berlangsung antara usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun
bagi perempuan dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria (Monks,dkk, 2004). Pada
kalangan remaja sering muncul berbagai isu permasalahan, salah satunya adalah penilaian
terhadap bentuk tubuh yang ideal yang harus dicapai untuk mendukung penampilan fisiknya
(Ratnawati & Sofiah, 2012). Beraman (2006) mengatakan bahwa secara umum jika
dibandingkan dengan remaja laki-laki, remaja perempuan kurang puas dengan tubuhnya dan
memiliki body image yang lebih negative selama pubertas (dalam Santrock, 2012). Remaja
perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak body
image negatif, hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang
perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh
dari bentuk tubuh yang ideal (Santrock, 2003).
Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
pengalaman-pengalaman baru setiap individu (Stuart dan Sundeen, dalam Keliat 1992).
Menurut (Cash & Pruzinsky, 2002). Body image individu dipengaruhi oleh empat faktor
yaitu : 1) Jenis kelamin. 2). Budaya dan media. 3) Pengalaman interpersonal. 4) Karakteristik
fisik atau perubahan fisik dan penampilan pada setiap fase tumbuh kembang manusia. 5)
Faktor personal. Body image yang positif mendukung pengembangan performa yang positif
dan berfungsi sebagai pertahanan terhadap peristiwa yang mengancam body image
seseorang. Tingkat body image individu dapat dilihat melalui seberapa jauh individu merasa
puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan. Ketika body
image negative / tingkat body image rendah akan menyebabkan kurangnya rasa percaya diri
sehingga mengakibatkan kerentaan menjadi korban perilaku bullying.