Anda di halaman 1dari 14

KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN JIWA

EXISTENSIAL

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

YUTIA FERIANTI YUNUS PADU (14220170014)


SITI HADIJAH SYAM (14220170015)
NURHAZIZA HAMSUL (14220170016)
NURHAINI (14220170017)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2018

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang maha kuasa, karena berkat
penyelenggaraan- nya, makalah yang berjudul “Konseptual Model Keperawatan
Jiwa Existensial” ini bisa diselesaikan.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah
terlibat dalam proses penulisannya, terlibih kepada teman-teman seangkatan
Program Studi Ilmu Keperawatan 2017 Universitas Muslim Indonesia. Akhirnya,
harapan penulis semoga makalah yang berjudul “Konseptual Model Keperawatan
Jiwa Existensial.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Penulis telah
berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis
menyadari makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini.

Makassar, 11 Oktober 2018

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konseptual Model Keperawatan Jiwa .............................................3
B. Model Keperawatan Jiwa Existensial ..............................................4
C. Proses Terapi ......................................................................................6
D. Peran Pasien Perawat dalam Keperawatan Jiwa ...........................9
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang
situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat didalamnya. Model
konseptual keperawatan jiwa sebagai usaha-usaha untuk menguraikan
fenomena mengenai keperawatan jiwa. Teori keperawatan jiwa digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan dan
model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan.
Salah satu model keperawatan jiwa yaitu model keperawatan jiwa
eksistensial. Model keperawatan jiwa ini berfokus pada pengalaman individu
pada saat ini model ini merupakan perilaku atau gangguan jiwa yang terjadi
bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.Pada saat ini
banyak sekali masalah-masalah model eksistensial terjadi dalam hidup ini.
Disinlah peran perawat dalam mengatasi permasalahan pada individu yang
mengalami gangguan prilaku atau gangguan jiwa yang terjadi pada individu
tersebut.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak
kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan
peran perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperwatan
terhadap klien Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat materi
model keperawatan jiwa eksistensial dalam penulisan makalah ini..

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan konseptual model keperawatan jiwa?
2. Apakah yang dimaksud model keperawatan jiwa existensial?
3. Bagaimana proses terapi keperawatan jiwa model existensial?
4. Bagaimanakah peran perawat dalam keperawatan jiwa?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan penulisan dari
makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui konseptual model keperawatan jiwa.
2. Untuk mengetahui model keperawatan jiwa existensial.
3. Untuk mengetahui proses terapi keperawatan jiwa model existensial.
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam keperawatan jiwa.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseptual Model Keperawatan Jiwa
1. Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks.
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau
skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang
keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu
dan perkembangannya. Model konseptual keperawatan jiwa mengurai
situasi yang terjadi dalam situasi lingkungan atau stresor yang
mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan perubahan yang
adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang
tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang
positif unutk mengatasi stresor ini.
Tujuan dari model konseptual keperawatan:
a. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
f. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku paien yang berperan pada
fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa
individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American
nurses’ association mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa
sebagai suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang

3
menerapkan teori perilaku manusia sebaai ilmunya dan penggunaan
diri yang bermanfaat sebagai kiatnya
2. Macam-macam model konsep keperawatan jiwa
a. Model Psikoanalisa
b. Interpersonal
c. Sosial Model
d. Eksistensi Model
e. Medical

B. Model Keperawatan Jiwa Existensial


Model eksistensial menyatakan bahwa gangguan perilaku atau gangguan
jiwa terjadi apabil individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya. Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan
disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku,
penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya
dan lingkungan. Keasingan akan dirinya dan lingkungan dapat terjadi karena
hambatan atau larangan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih,
sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri yang mencegah
partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Menurut
pandangan eksistensialis, regresi ke cara invantil, bukan saja merupakan gejala
gangguan, tetapi sekaligus juga merupakan usaha mencari suatu permulaan
baru. Bila kemampuan tidak cukup dan harapan anak tidak terpenuhi dalam
proses pematangannya melalui saling berhubungan dengan orang lain, maka
kecemasan ekstensial dan rasa salah akan menyertainya sampai dewasa, dan
mengurungnya dalam suatu “tempurung autistik” (autistic shell) yang
dikelilingi oleh kengerian tak-ada. Akan tetapi, pada setiap perkembangan
manusia, daya penyembuh unsur kasih sayang yang ada pada dirinya akan
dapat mengatasi kecemasan egosentrisitas yang defensif itu.
Martin heidegger (1889/1976) dianggap sebagai bapak pemikiran
eksistensial sekarang ini. Konsepnya “ada-di-dunia” (teing-in-the-word)
mencakup polaritas yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan dunia dalam

4
“situasi kini-dan-di-sini” (here-and-now-situation). “ada-di-situ”
menimbulkan keperihatinan tentang konsep yang mencakup kecemasan dan
kasih sayang. Komponen kecemasan itu berasal dari ketakutan terhadap tidak-
ada. Khusus ketakutan terhadap kematian dilihat oleh heidegger sebagai
“keaslian ada-di-situ” (authenticity of being-there) dalam penyelesaian umtuk
menerima nasibnya, menerima kematian sebagai suatu kemungkinan yang
selalu saja ada. Paul tillich (1886/1965) menerangkan keaslian sebagai
“keberanian untuk ada” (courage to be), meskipun terhadap ancaman
kemungkinan tag-ada (not to be). Tokoh: Perls, Glasser, Ellis, Rogers, Frankl.
Psikiatri eksistensial (eksistensial psychiatry atau Daseinanalysis)
beranggapan bahwa pasien berada dalam dunianya sendiri yang tidak dapat
didiami sepenuhnya bersama orang lain yang berorientasi pada patokan dan
nilai pikiran sehat.
Edmund husserl (1859/1938), seorang fenomenolog pernah menganjurkan
agar semua sarjana pada waktunya melepaskan dirinya dari semua
anggapannya, mengesampingkan segala ide yang terbentuk sebelumnya untuk
mendapatkan perspektif baru tentang fenomena yang sedang diamatinya.
Seorang psikiater akan mendesakkan suatu pandangan hidup kepada
pasiennya melalui khotbah atau persuasi halus, akan tetapi secara pasti akan
memancarkan pandangan hidupnya yang dipraktikannya sendiri. Terapis akan
berusaha agar kecemasan dan rasa salah yang tersembunyi pada pasien yang
dihadapinya secara nyata. Pasien itu akan merasakan kembali kesedihan yang
mendalam mengenai permusuhan dalam suatu pemberontakan terhadap
nasibnya dengan perlahan-lahan ia akan menjadi yakin bahwa ia dapat
bertahan terhadap kegagalan (prustasi) yang dahulu sewaktu dia masih kanak-
kanak dirasakan terlalu besar. Melalui keinsyafan tentang keadaan yang lalu
dan yang sekarang dia dibebaskan kecemasan sehingga ia dapat mengambil
keputusan yang bertanggung jawab serta dapat menghadapi masa depannya.
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.

5
Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan
mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya.
C. Proses Terapi
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang
lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan (experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik
atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self
and control behavior).
Proses terapi: Orang dibantu untuk mengalami hubungan yang murni.
Terapi seringkali dilakukan dalam kelompok. Pasien didorong untuk
menerima diri dan mengambil kendali perilaku. Terapis berusaha
menunjukkan klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan
keyakinan irrasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap
rasional dan mampu memisahkan keyakinan irasional dengan rasional, setelah
klien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran irasional,
maka terapis menunjukkan pemikiran klien yang irasional, serta klien
berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi rasional, terapis berusaha agar
klien menghindarkan diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor berusaha
menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakkan
diri, proses terakhir terapis adalah terapis berusaha menantang klien untuk
mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak
kehidupan yang irrasional dan fiktif.
Psikoterapi memperkuat proses pembelajaran seseorang untuk sepenuhnya
menjadi dirinya sendiri. Rogers yakin bahwa penyakit jiwa terjadi akibat
kegagalan mengembangkan diri sendiri sepenuhnya sebagai manusia. Ahli
terapi harus tulus dan tanpa ada yang ditutup-tutupi ketika berhubungan
dengan klien. Ahli terapis harus bersikap aktif dan mengekspresikan perasaan
serta emosinya sendiri secara langsung dan jujur. Perilaku klien berubah

6
kearah fungsi diri yang positif bila ahli terapinya mau menerima, menghargai
dan secara tulus berempati terhadap klien.
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta
dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan
mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui
feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
1. Rasional Emotif Therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya.
Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana adanya bukan karena
apa yang akan dilakukan.
Rasional Emotif Therapy Konfrontasi digunakan untuk bertanggung
jawab terhadap perilakunya. Klien didorong untuk menerima dirinya,
bagaimana adanya bukan karena apa yang akan dilakukan. Konsep dasar
RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagai berikut:
a. Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional.
Reaksi emosional yang sehat maupun yang tidak, bersumber dari
pemikiran itu.
b. Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional.
Dengan pemikiran rasional dan inteleknya manusia dapat terbebas dari
gangguan emosional.
c. Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat
pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
d. Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.
e. Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan symbol-simbol bahasa.
f. Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization. Yaitu mengatakan
sesuatu terus-menerus kepada dirinya.
g. Pemikiran tak logis-irrasional dapat dikembalikan pada pemikiran
logis dengan reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak
7 emosionalnya. Ide-ide irasional bahkan
dan merendahkan diri melalui
dapat menimbulkan neurosis dan psikosis. Sebuah contoh ide irasional
adalah “seorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan
diri secara kompeten dan adekuat, agar ia dapat mencapai kehidupan
yang layak dan berguna bagi masyarakat”. Pemikiran lain adalah “sifat
jahat, kejam, dan lain-lain harus dipersalahkan dan dihukum”.
RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara
berpikir keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional,
sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang
optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri
seperti: benci, takut, rasa bersalah, was-was, marah sebagai akibat berpikir
yang irasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi
kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri,
nilai-nilai dan kemampuan diri.
2. Terapi Logo
Merupakan terapi orientasi masa depan (future orientated therapy).
Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti tidak eksis.
Tujuan: agar individu sadar akan tanggung jawabnya. Atau klien akan
dapat menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta.
Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas
dari masalah tersebut. Terapi logo masih menginduk kepada aliran
psikoanalisis, akan tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai
teknik terapinya digunakan semua teknik yang kiranya sesuai dengan
kasus yang dihadapi. Tampaknya kemampuan menggali hal-hal yang
bermakna dari klien, amat penting.
3. Terapi realitas
Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya dan cara untuk
mencapainya. Klien didasarkan akan alternatif yang tersedia.

D. Peran Pasien Perawat dalam Keperawatan Jiwa


Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai
muncul pada tahun 1950an. Weis menggambarkan beda perawatan jiwa
dengan perawatan umumnya yaitu adanya terapi. Perawatan kesehatan jiwa

8
adalah proses berhubungan yang meningkatkan dan mempertahankan prilaku
yang akan menyokong integritas fungsi. Yang dimaksud klien meliputi
individu, kelompok, keluarga, organisasi atau masyarakat. Menurut American
Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa, mendefinisikan
perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek keperawatan
yang menggunakan ilmu prilaku manusia dan diri sendiri secara terpeutik
unutk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien dan
meningkatkan kesehatan
1. Peran pasien perawat
a. Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta

dalam suatu pengalaman berarti untuk mempelajari tentang dirinya

yang sebenarnya

b. Terapis :

1) Membantu pasien untuk mengenali diri

2) Mengklarifikasi realita dari suatu situasi

3) Mengenali pasien tentangperasaan tulus

4) Memperluas kesadaran diri pasien

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong
orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping
yang positif unutk mengatasi stresor ini. Macam-macam Konsep Model
Keperawatan jiwa yaitu Model Psikoanalisa, Model Interpersonal, Model
Sosial, Model Eksistensi, Model Komunikasi, Model Prilaku, Model Medikal.
Psikiatri eksistensial (eksistensial psychiatry atau Daseinanalysis)
beranggapan bahwa pasien berada dalam dunianya sendiri yang tidak dapat
didiami sepenuhnya bersama orang lain yang berorientasi pada patokan dan
nilai pikiran sehat.
Model keperawatan jiwa eksistensial yaitu teori berfokus pada pengalaman
individu pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi terhadap
penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus
hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Terdapat dua proses pada model
keperawatan jiwa eksistensial yaitu Rasional Emotif Therapy dan terapi logo.

B. Saran
Diharapkan lebih mengetahui dan memahami tentang berbagai macam
model keperawatan jiwa yang dapat diterapkan kepada pasien. Diharapkan
dapat melayani dan menangani klien yang mengalami gangguan psikososial
maupun gangguan jiwa Diharapkan dapat mempelajari berbagai macan model
keperawatan jiwa sehingga dapat diterapkan pada lingkungan kerja nantinya.
.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nihayati, Hanik Endang dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keparawatan: Keperawatan Jiwa.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditma.

11

Anda mungkin juga menyukai