Anda di halaman 1dari 5

Nama : Elza Welma Pesireron

Nim : 21110002
1. Apa saja pengkajian yang masih perlu dilakukan pada kasus diatas?
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah keterangan lain
mengenai identitas pasien.
 Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di
bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia <
40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40
tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
o Riwayat penyakit sekarang
 Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
o Riwayat penyakit dahulu
 Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya
memicu resiko katarak.
 Riwayat penggunaan obat – obatan
 Riwayat kesehatan keluarga
o Aktifitas istirahat
 Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
o Neurosensori
 Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur /
tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa
di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya /
pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma akut).
 Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada
pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea
berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).
o Nyeri / kenyamanan
 Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba /
berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
o Pembelajaran / pengajaran
 Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin

2. Apakah pemeriksaan fisik pada mata yang tepat pada kasus diatas?
Pemeriksaan tes ketajaman mata (visus) menggunakan snelen crd
Lapang pandang
3. Lakukan analisa data pada kasus diatas!
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan – kehilangan
vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
4. Buatlah rencana tindakan keperawatan pada kasus diatas!
No Diagnosa Tujuan Krikteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Gangguan Tujuan : Kriteria Hasil : INTERVENSI RASIONAL
persepsi sensori- Meningkatkan  Mengenal gangguan sensori dan  Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat
perseptual ketajaman berkompensasi terhadap apakah satu atau dua mata terlibat.
penglihatan penglihatan dalam perubahan.  Observasi tanda-tanda disorientasi.
berhubungan batas situasi  Mengidentifikasi/memperbaiki  Orientasikan klien tehadap lingkungan.
dengan gangguan individu, potensial bahaya dalam  Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara
penerimaan mengenal lingkungan. dengan menyentuh.
sensori/status gangguan sensori  Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan
organ indera. dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan
berkompensasi tetes mata.
terhadap  Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang
perubahan. tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen,
pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
 Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi.
 Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat
mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
 Meningkatkan keamanan mobilitas dalam
lingkungan.
 Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah
diterima dengan jelas.
 Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman
setelah penggunaan tetes mata dilator.
 Membantu penglihatan pasien.
 Memudahkan pasien untuk berkomunikasi

2 Resiko tinggi Tujuan: Kriteria hasil : INTERVENSI RASIONAL


terhadap cedera Menyatakan  Menunjukkan perubahan  Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska
berhubungan pemahaman perilaku, pola hidup untuk operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan,
dengan kerusakan terhadap factor menurunkan factor resiko balutan mata.
fungsi sensori yang terlibat dalam dan untuk melindungi diri  Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau
penglihatan – kemungkinan dari cedera. miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
kehilangan cedera.  Mengubah lingkungan sesuai  Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-
vitreus,pandanga dengan indikasi untuk tiba, menggaruk mata, membongkok.
n kabur, meningkatkan keamanan.  Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi
perdarahan khusus bila sembuh dari anestesi.
intraokuler.  Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan
dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan,
disorientasi, gangguan balutan.
 Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
 Kondisi mata post operasi mempengaruhi visus
pasien
 Posisi menentukan tingkat kenyamanan pasien.
 Aktivitas berlebih mampu meningkatkan tekanan
intra okuler mata.
 Visus mulai berkurang, resiko cedera semakin
tinggi.
 Pengumpulan Informasi dalam pencegahan
komplikasi

Anda mungkin juga menyukai