Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara (Kusumawati.F 2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra.
Halusinasi merupakan suatu gelaja gangguan jiwa dimana seseorang mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus yeng sebetulnya tidak ada.
(Yusuf, Rizki &Hanik, 2015)

B. RENTANG RESPON NEUROLOGIS HALUSINASI

Adaptif Maladaptif

a. Pikiran logis a. Pikiran kadang a. Gangguan


b. Persepsi
R akurat menyimpang pikiran
c. Emosi
e konsisten b. Ilusi b. Halusinasi
1. Respon adaptif
dengan
s c. Reaksi emosi c. Sulit merespon
pengalaman
p tidak stabil emosi
d. Perilaku
o sesuai d. Perilaku aneh / d. Perilaku
e. Berhubungan
n tidak biasa disorganisasi
sosial e. Menarik diri e. Isolasi sosial
a
1. Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki
& Hanik, 2015) Meliputi :
a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat di terima akal.
b. Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang sesuatu peristiwa
secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa kemantepan perasaan jiwa yang
timbul sesuai dengan peristiwa yang pernah di alami.
d. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut di wujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
bertentangan dengan moral.
e. Hubungan sosial dapat di ketahui melalui hubungan seseorang dengan orang
lain dalam pergaulan di tengah masyarakat.
2. Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki
& Hanik, 2015) meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan
walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial.
b. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah
terhadap rangsangan.
c. Ketidak teraturan perilaku berupa ketidak selarasan antara perilaku dan
gerakan yang di timbulkan.
d. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu karna
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

C. ETIOLOGI
Faktor penyebab halusinasi menurut Stuart (2007)
a. Faktor predisposisi
1.) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai di pahami. Ditujukan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia, luka pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin di kaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kontrikal menunjukan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis di temukan pelebaran lateral ventrikel. Atropi korteks
bagaian depan dan atropi otak kecil ( cerebellum).Temuan kelainan anatomi
otak tersebut di dukung oleh otopsi ( post –mortem ).
2.) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3.) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi ganggaun orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi di sertai stres.
b. Faktor presipitasi
1.) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
2.) Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan.
3.) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menaggapi stresor .

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Yosep, 2011) yaitu:
1. Halusinasi pendengaran
Data subyektif :
• Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
• Mendengar suara atau bunyi
• Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
• Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau yang
membahayakan

Data obyektif :

• Mengarahkan telinga pada sumber suara

• Bicara atau tertawa sendiri

• Marah-marah tanpa sebab

• Menutup telinga mulut komat kamit

• Ada gerakan tangan


2. Halusinasi penglihatan
Data subyektif :
• Melihat orang yang sudah meninggal
• Melihat makhluk tertentu
• Melihat bayangan
• Melihat sesuatu yang menakutkan
• Melihat cahaya yang sanat terang
Data obyektif :
• Tatapan mata pada tempat tertentu
• Menunjuk kearah tertentu
• Ketakutan pda objek yang dilihat
3. Halusinasi penghidu
Data subyektif :
• Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau masakan, dan
parfum yan menyengat
• Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu
Data obyektif :

• Ekspresi wajah seperti sedang mencium

• Adanya gerakan cuping hidung

• Mengarahkan hidung pada tempat tertentu


4. Halusinasi peraba
Data subyektif:
• Klien mengatakan seperti ada sesuatu di tubuhnya
• Merasakan ada sesuatu di tubuhnya
• Merasakan ada sesuatu di bawah kulit
• Merasakan sangat panas, atau dingin
• Merasakan tersengat aliran litrik
Data obyektif :
• Mengusap dan menggaruk kulit
• Meraba permukaan kulit
• Menggerak gerakan badanya
• Memegangi terus area tertentu
5. Halusinasi pengecap
Data subyektif :
• Merasakan seperti sedang makan sesuatu
• Merasakan ada yang dikunyah di mulutnya
Data obyektif :
• Seperti mengecap sesuatu
• Mulutnya seperti mengunyah
• Meludah atau muntah
6. Halusinasi Chenesthetic dan kinestetik
Data subyektif :
• Klien mengatakan tubuh nya tidak ada fungsinya
• Merasakan tidak ada denyut jantung
• Perasaan tubuhnya melayang laying
Data obyektif :
• Klien menatap dan melihati tubuhnya sendiri
E. PSIKODINAMIKA

Risiko perilaku kekerasan (akibat)

Gangguan sensori persepsi: halusinasi (masalah utama)

Isolasi sosial (penyebab)

Harga diri rendah

F. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi (Muhith,
2015):
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-harI
2. Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggungjawab kepada orang lain atau sesuatu benda
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien

G. SUMBER KOPING
Menurut Stuart Sundeen, 1998 sumber koping dapat meliputi :
a. Aset ekonomi.
b. Kemampuan dan keahlian.
c. Teknik defensif.
d. Sumber sosial.
e. Motivasi.
f. Kesehatan dan energi.
g. Kepercayaan.
h. Kemampuan memecahkan masalah.
i. Kemampuan sosial.
j. Sumber sosial dan material.
k. Pengetahuan.
l. Stabilitas budaya.

Sumber koping yang dapat dilakukan pasien dengan halusinasi adalah


1. Personal ability: Ketidakmampuan memecahkan masalah, ada gangguan dari
kesehatan fisiknya, ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain, pengetahuan
tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang tidak adekuat.
2. Social support: Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat tidak
adekuat, komitmen dengan jaringan sosial tidak adekuat
3. Material asset: Ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros atau santa
pelit, tidak mempunyai uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki
kekayaan dalam bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat tinggal
4. Positif belief : Distress spiritual, tidak memiliki motivasi, penilaian negatif terhadap
pelayanan kesehatan, tidak menganggap itu suatu gangguan

H. PENATALAKSANAAN (Kusmawati & Hartono, 2010).


1. Psikofarmakologis
Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat. Obat
yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka atau
psikotropika atau pherentropika. Terapi gangguan jiwa dengan menggunakan
obat-obatan disebut dengan psikofarmakoterpi atau medikasi psikotropika yaitu
obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental penderita
karena kerjanya pada otak / sistem saraf pusat. Obat bias berupa haloperidol,
Alprazolam, Cpoz, Trihexphendyl.
2. Terapi Somatis

Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan ganggua
jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladatif menjadi perilaku adaptif
dengan melakukan tindakan yang di tujukan pada kondisi fisik kien.Walaupun
yang di beri perilaku adalah fisik klien,tetapi target adalah perilaku klien. Jenis
somatic adalah meliputi pengingkatan, terapi kejang listrik,isolasi, dan
fototerapi.
a. Pengingkatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera
fisik sendiri atau orang lain.

b. Terapi kejang listrik / Elekrto convulsive Therapy (ECT)


Adalah bentuk terapi pada klien dengan menimbulkan kejang (grandma)
dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2- 8joule) melalui
elektroda yang ditempelkan beberapa detik pada pelipis kiri / kanan (lobus
frontal) klien (Stuart, 2007).

3. Terapi Modalitas
Terapi Modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa.Tetapi
diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dan perilaku yang maladaftif
menjadi perilaku adaftif.Jenis terapi modalitas meliputi psikoanalisis,
psikoterapi.terapi perilaku kelompok, terapi keluarga, terapi rehabilitas, terapi
psikodrama, terapi lingkungan (Stuart, 2007).
Obat – obat antipsikotik konvensional (seperti klorpromazin, flufenazin,
haloperidol, loksapin, perfenazin, trifluoperazin dan tioridazim) terbukti
mampu mengurangi gejala skizofrenia dan secara signifikan menurunkan risiko
simtomatik dan dirawat inap ulang. Namun efek samping neurologis yang
serius menyebabkan obat ini sulit ditoleransi oleh banyak pasien dengan
skizofrenia (Stuart, 2013). Berikut adalah golongan obat berdasarkan fungsinya:
1. Anti psikotik
Jenis : clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP).
Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor dopamine dan otak sebagai
penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi insomnia, sangat
efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses
berpikir.
Efek samping :
a. Gejala ekstrapiraidal, kekakuan atau spasme otot, berjalan menyeret
kaki, postur condong kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti
topeng, disfagia, akatisia (kegelisahan motorik), sakit kepala, kejang
b. Takikardi, aritmia, hipertensi, hipotensi, pandangan
kabur, glaucoma
c. Gastrointestinal : mulut kering, anoreksia, mual, muntah,
konstipasi, diare, berat badan berkurang
d. Sering berkemih, retensi urine, impotensi, amenorea
e. Anemia, leukopenia, dermatitis

Kontraindikasi : gangguan kejang, glaukoma, klien lansia, hamil dan menyusui.

2. Anti ansietas
Jenis : atarax, diazepam (chlordiazepoxide)
Mekanisme kerja : meredamkan ansietas atau ketengangan yang
berhubungan dengan stimulus tertentu
Efek samping:
a. Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, binggung, tremor, letih,
depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, kejang, delirium, kaki lemas,
ataksia, bicara tidak jelas.
b. Hipotensi, takikardi, perbuahan EKG, pandangan kabur.
c. Anoreksia, mual mulut kering, muntah, diare, konstipasi,
kemerahan dermatitis, gatal – gatal.

Kontaindikasi : penyakit hati, klien lansia, penyakit ginjal, glaucoma,


kehamilan, menyusui, penyakit pernafasan

3. Anti depresan
Jenis : asendin, anafranil, norpramin, sinequan, tofranil,
pamelor, vivactil, surmontil.
Mekanisme kerja : mengurangi gejala depresi, sebagai penenang
Efek samping :
a. Tremor, gerakan tersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas,
lemas, insomnia.
b. Takikardi, aritmia, palpitasi, hipotensi, hipertensi.
c. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, mual, muntah, diare,
ikterus.
4. Anti manik
Jenis obat : lithobid, klonopin lamictal
Mekanisme kerja : menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi
sensifitas reseptor dopamine.
Efek samping : sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori, suara
tidak jelas, otot lemas hilang koordinasi, letargi, stupor.
Kontaindikasi : hipersensitif, penyakit kardiovaskular, gangguan kejang,
dehidrasi, penyakit ginjal, hamil atau menyusui.

5. Anti Parkinson
Jenis obat : levodova, tryhexipenidil (THP)
Mekanisme kerja : meningkatkan reseptor dopamine, untuk mengatasi
gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat
antipsikotik, menurunkan ansietas, iritabilitas
Efeksamping : sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.) Gangguan sensori persepsi: halusinasi
2.) Isolasi sosial
3.) Resiko perilaku menciderai diri
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Fokus masalah: gangguan sensori persepsi: halusinasi

No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
1. Gangguan TUM : klien mampu Klien dapat menunjukkan : Bina hubungan saling percaya dengan
sensori persepsi mempunyai mengungkapkan prinsip komunikasi
1. Ekspresi wajah
halusinasi realitas yang terapeutik :
bersahabat
penglihatan dan baik (Rusdi, 1. Sapa klien dengan ramah baik
2. Menunjukkan rasa senang
pendengaran 2013) verbal maupun nonverbal.
3. Ada kontak mata
TUK I : klien dapat 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
membina 4. Mau berjabat tangan
3. Tanyakan nama lengkap klien
hubungan saling
5. Mau menyebutkan nama dan nama penggilan yang disukai
percaya dengan
klien.
6. Mau menjawab salam
perawat
4. Jelaskan tujuan pertemuan.
7. Klien mau duduk
5. Tunjukkan sikap empati dan
berdampingan dengan
menerima klien apa adanya.
Perawat
6. Beri perhatian kepada klien dan
8. Mau mengutarakan perhatikan kebutuhan dasar klien
masalah yang
dihadapinya
TUK II : Klien dapat Klien dapat mengenali 1. Observasi tingkah laku klien
mengenal halusinasinya; waktu, isi, yang terkait dengan
halusinasinya frekuensi serta perasaan halusinasinya: Bicara dan tertawa
terhadap halusinasinya. tanpa stimulus, Memandang ke
kiri atau kanan atau ke depan
seolah-olah ada teman bicara.
2. Bantu klien mengenal
halusinasinya:
a. Diskusikan dengan klien
jenis, isi, waktu, frekuensi,
situasi yang dapat
menimbulkan halusinasinya.
b. Diskusikan dengan klien
tentang apa yang
dirasakannya jika terjadi
halusinasi (marah atau takut,
sedih, dan senang)
3. Beri kesempatan kepada klien
Untuk mengungkapkan perasaannya.
TUK III: Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan 1. Identifikasi bersama klien
mengontrol tindakan yang biasanya tindakan yang dilakukan jika
halusinasinya. dilakukan untuk terjadi halusinasi (tidur, marah,
mengendalikan menyibukkan diri, dll).
halusinasinya. 2. Diskusikan manfaat dan cara
2. Klien dapat menyebutkan yang digunakan klien, jika
cara mengontrol bermanfaat beri pujian kepada
halusinasi. klien.
3. Klien dapat 3. Diskusikan dengan klien tentang
cara baru mengontrol
mendemonstrasikan cara
halusinasinya :
menghardik atau
a. Menghardik atau
mengusir atau tidak
memedulikan mengusir atau tidak
halusinasinya. meperdulikan
halusinasinya.
4. Klien dapat
b. Bercakap-cakap dengan
mendemonstrasikan
orang lain jika
bercakap-cakap dengan
halusinasinya muncul.
orang lain.
c. Melakukan kegiatan
5. Klien dapat
sehari-hari.
mendemonstrasikan d. Diskusikan dengan klien
pelaksanaan kegiatan tentang jenis obat yang
sehari-hari. diminum (nama, warna,
6. Klien dapat dan besarnya).

mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat
untuk mencegah
halusinasi
TUK IV: Klien 1. Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan keluarga.
mendapat menyebutkan pengertian,
a. Gejala halusinasi yang
dukungan tanda, dan tindakan untuk
dialami klien.
keluarga dalam mengendalikan
b. Cara yang dapat dilakukan
Mengontrol halusinasi.
klien dan keluarga untuk
halusinasinya. 2. Keluarga dapat memutuskan halusinasi
menyebutkan jenis, dosis, c. Cara merawat anggota
waktu pemberian dan keluarga yang halusinasi di
manfaat dari obat rumah : beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian
bersama.
d. Beri informasi tentang
waktu tindak lanjut atau
kapan perlu mendapat
bantuan: halusinasi tidak
terkontrol, dan resiko
mencederai orang lain.
2. Diskusikan dengan keluarga
tentang jenis, dosis, waktu
pemberian, manfaat, dan efek
samping obat
4. Anjurkan untuk selalu
mendukung klien dalam
mengontrol halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Muhith, Abul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi
Hartono, Y. & Kusumawati, F. (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba
Medika
Dermawan, D. & Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa: konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Anda mungkin juga menyukai