Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadimasa yang yang
menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang harus dilalui
seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadidewasa ini. Tantangan yang dihadapi orangtua
dan petugas kesehatan dalammenangangi problematika remaja pun akan semakin kompleks.
Namun ada penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengankarakter
yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatankomunitas pada kelompok
remaja.Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yangsemakin canggih
membawa dampak pada semua kehidupan, terutama padagenerasi penerus bangsa khususnya
pada remaja. Salah satunya dampak negative banyak para pelajar di kalangan remaja sudah
merokok, berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri, minum-minuman dan
penggunaan zat yang merusak kesehatan.Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan
masalah yangkomplek, ditandai oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus
menerus digunakan, walaupun mengalami dampak yang negative danmenimbulkan gangguan
fungsi sehari-hari baik dirumah, sekolah maupun dimasyarakat.

B.Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep teori tentang remaja.?


b. Apa saja perubahan yang terjadi pada remaja?
c. Apa saja tugas perkembangan remaja
d. Bagaimana pengkajian kesehatan remaja?
e. Bagaimana pengkajian sosial, psiko, kultural dan spiritual?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum:

Agar mahasiswa / mahasiswi STIKES Bhakti Kencana Bandung memperoleh informasi dan gambaran
tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Remaja.

Tujuan Khusus:

a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang remaja.

1
b. Mampu menjelaskan perubahan yang terjadi pada remaja
c. Mampu menjelaskan tugas perkembangan remaja
d. Mampu menjelaskan pengkajian kesehatan remaja
e. Mampu menjelaskan pengkajian sosial, psiko, kultural dan spiritual

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP REMAJA
1. Pengertian Remaja

Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa, yaitu antara usia 12-13 tahun hingga usia 20-an,
perubahan yang terjadi termasuk drastis pada semua aspek perkembangannya yaitu
meliputi perkembangan fisik, kognitif, kepribadian, dan sosial (Gunarsa, 2006 : 196).
Menurut Pieget (dalam Hurlock) mengatakan secara psikologis remaja adalah usia
dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah ikatan orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang
sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 2001 : 206).
Remaja disebut juga "pubertas" yang nama berasal dari bahasa latin yang berarti
"usia menjadi orang" suatu periode dimana anak dipersiapkan untuk menjadi individu
yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melanjutkan keturunannya atau
berkembang biak (Gunarsa, 2007 : 27).
Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang remaja
yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut
berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2010).

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, seiring dengan perubahan fisik, biologis dan
psikis untuk menuju pada kematangan, jasmani, berfikir, seksual dan kematangan
emosional.

2. Batasan Usia Remaja


Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja

3
ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun
adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir
(Ali & Asrori, 2006). Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap
telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti pada
ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah
menengah (Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006).
Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia dua
puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan dalam semua
ranah perkembangan (Papalia, dkk., 2008). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12
sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.
Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009). Berdasarkan
uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja pada perempuan relatif lebih muda
dibandingkan dengan usia remaja pada laki-laki. Hal ini menjadikan perempuan memiliki
masa remaja yang lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki.

3. Tahapan Remaja
Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja,
yaitu :
1) Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada
lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit
untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas danmulai
berfikir abstrak.
2) Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja merasa senang
jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan “narcistic”, yaitu
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang
sama pada dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena ia
tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini mulai timbul
keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas
seksual sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka
inginkan.
3) Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan
pencapaian 5 hal, yaitu :
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

4
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan dalam
pengalaman-pengalaman yang baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan publik.
4. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja, selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orangtuanya.
Menurut Sidik Jatmika,8 kesulitan itu berangkat dari fenomena remaja sendiri dengan
beberapa perilaku khusus, yakni:
1) Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan
pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan
perselisihan, dan bias menjauhkan remaja dari keluarganya.
2) Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka masih
kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak remaja
berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan
perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal
mode pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus
mutakhir.
3) Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun
seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan,
membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.
4) Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini bersama-sama
dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat
dan pengarahan oangtua.

B. PERUBAHAN FISIK, PSIKOLOGIS DAN SOSIAL PADA REMAJA


Masa remaja sering disebut juga dengan masa pubertas. Hurlock (1997:274) berpendapat
bahwa masa puber adalah fase dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari
makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Adapun Root (dalam Al-Mighwar, 2006:17)
berpendapat bahwa masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan saat terjadi
kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan
perubahan-perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan somatis dan perspektif
psikologis, seperti pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, emosi, dan psikososial.
1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja meliputi perubahan progresif yang
bersifat internal maupun eksternal. Perubahan internal meliputi perubahan ukuran alat

5
pencernaan makanan, bertambahnya besar dan berat jantung dan paru-paru, serta
bertambah sempurnanya sistem kelenjar endoktrin atau kelamin dan berbagai jaringan
tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi dan berat badan,
bertambahnya proporsi tubuh, bertambahnya ukuran besarnya organ seks, dan
munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti pada laki-laki tumbuh kumis dan
janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak, di dada, di
k aki, di lengan, dan di sekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada
perempuan, tumbuhnya payu dara, pinggul membesar, suara menjadi halus, tumbuh
bulu di ketiak dan di sekitar kemaluan (Ali.M dan Asrori.M, 2006:20).
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Tanda-tanda seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat
kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11
atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram.
Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya
haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan
sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28
hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause
bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).
b. Tanda-tanda seks sekunder
Menurut Widyastuti dkk (2009) tanda-tanda seks sekunder pada wanita antara
lain:
1) Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja
laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak
setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang
warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak
keriting
2) Pinggul.
Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai
akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah
kulit.
3) Payudara.
Seiring pinggul membesar, maka payudara jugamembesar dan puting susu
menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang

6
dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan
lebih bulat.
4) Kulit.
Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori
membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih
lembut.
5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat.
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar
lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk
sebelum dan selama masa haid.
6) Otot.
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya
akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
7) Suara.
Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita. Empat
pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan ialah pertambahan
tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan
pertumbuhan rambut kemaluan (Malina, 1991; Tanner, 1991; dalam
Santrock, 2002).
2. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif pada remaja menurut Jean Piaget (dalam Desmita, 2008:195)
adalah telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational
thought) yaitu sudah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis, serta sudah mampu
berpikir tentang sesuatu yang akan atau mungkin terjadi. Mereka juga sudah mampu
memikirkan semua kemungkinan secara sistematik (sebab-akibat) untuk memecahkan
dan menyelesaikan masalah-masalah.
3. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi pada remaja menurut Granville Stanley Hall (dalam Al-
Mighwar, 2006:69) belum stabil sepenuhnya atau masih sering berubah-ubah.
Kadang-kadang mereka semangat bekerja tetapi tiba-tiba menjadi lesu, kadang-kadang
mereka terlihat sangat gembira tiba-tiba menjadi sedih, kadang-kadang mereka terlihat
sangat percaya diri tiba-tiba menjadi sangat ragu. Hal ini disebabkan karena mereka
memiliki perasaan yang sangat peka terhadap rangsangan dari luar.
4. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial yang terjadi pada remaja yaitu, remaja mulai mencari
identitas jati dirinya. Remaja mulai menyadari adanya rasa kesukaan dan ketidak

7
sukaan atas sesuatu, sudah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai di masa
depan, sudah mempunyai kekuatan dan hasrat untuk mengontrol kehidupan sendiri.
Dalam menjalin hubungan relasi, remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan
teman sebayanya dari pada dengan orang tuanya, sehingga lebih terjalin kedekatan
secara pribadi dengan teman sebaya daripada dengan orang tua. Hal itu membuat
mereka lebih suka bercerita masalah-masalah pribadi seperti masalah pacaran dan
pandangan-pandangan tentang seksualitas kepada teman sebayanya. Sedangakan
masalah-masalah yang mereka ceritakan kepada orang tua hanya seputar masalah
sekolah dan rencana karir. (Desmita, 2008:217-222
5. Perkembangan sosial
Sebagai seorang teoritis dalam bidang perkembangan rentang hidup, Erikson
menjelaskan salah satu tugas perkembangan selama masa remaja adalah
menyelesaikan krisis identitas, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang
stabil pada akhir masa remaja. Remaja yang berhasil mencapai suatu identitas diri
yang stabil, akan memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami
perbedaan dan persamaannya dengan orang lain, menyadari kelebihan dan kekurangan
diri sendiri, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengambil
keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan masa depan, serta mengenal
perannya dalam masyrakat. Jika remaja mengalami kegagalan maka akan
membahayakan masa depan remaja. Sebab, seluruh masa depan remaja sangat
ditentukan oleh penyelesaian krisi tersebut (Desmita, 2008; 214)
Sebelum memasuki masa remaja, individu sudah ada keterkaitan hubungan yang lebih
erat antara anak-anak yang sebaya. Sering juga timbul kelompok-kelompok anak,
perkumpulan-perkumpulan untuk bermain bersama atau membuat rencan bersama,
misalnya untuk berkemah, atau saling tukar pengalaman, merencanakan aktivitas
bersama misalnya aktivitas terhadap suatu kelompok lain. Aktivitas tersebut juga bisa
bersifat agresif, kadang-kadang kriminal seperti mencuri, penganiayaan dan lain-lain,
dalam hal ini dapat dilakukan kelompok anak nakal (Monks dkk, 1996; 268).
Berdasarkan uraian tersebut, beberapa aspek yang membahas tentang perkembangan
sosial yang penting selama masa remaja adalah:
1) Perkembangan Individuasi dan Identitas
Menurut Dusek, 1991 (dalam Desmita, 2008; 210) merumuskan sebuah
definisi yang memadai tentang identitas itu tidaklah mudah, karena identitas
masing-masing orang merupakan suatu hal yang kompleks, yang mencakup
banyak kualitas dan dimensi yang berbeda-beda, yang lebih ditentukan oleh
pengalaman subjektif daripada objektif, serta berkembang atas dasar eksplorasi
sepanjang proses kehidupan.

8
Dalam psikologi, konsep identitas pada umumnya merujuk kepada suatu
kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang
relatif stabil sepanjang rentang kehidupan, sekalipun terjadi berbagai
perubahan. Menurut Erikson, seseorang yang sedang mencari identitas akan
berusaha “menjadi seseorang,” yang berarti berusaha mengalami diri sendiri
sebagai “AKU” yang bersifat sentral, mandiri, unik, yang mempunyai suatu
kesadaran akan kesatuan batinnya, sekaligus juga berarti menjadi “seseorang”
yang diterima dan diakui oleh orang banyak. Lebih jauh dijelaskannya bahwa
orang yang sedang mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan
“siapakah” atau “apakah” yang diinginkannya pada masa mendatang. Bila
mereka telah memperoleh identitas, seperti kesukaan atau ketidak sukaannya,
aspirasi, tujuan masa depan yang diantisipasi, perasaan bahwa ia dapat dan
harus mengatur orientasi hidupnya (Desmita, 2008; 211).
Menurut Jones dan Hartmann, 1998 (dalam Desmita, 2008; 211) dijelaskan
bahwa dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas
merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan
tercapai pada masa akhir remaja. Meskipun tugas pembentukan identitas ini
telah mempunyai akar-akarnya pada masa anak-anak, namun pada masa remaja
ia menerima dimensi-dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-
perubahan fisik, kognitif dan relasional. Selama masa remaja ini, kesadaran
akan identitas menjadi lebih kuat, karena itu ia berusaha mencari identitas dan
mendefinisikan kembali “siapakah” ia saat ini dan akan menjadi “siapakah”
atau menjadi “apakah” ia pada masa yang akan datang. Perkembangan
identitas selama masa remaja ini juga sangat penting karena ia memberikan
suatu landasan bagi perkembangan psokososial dan relasi interpersonal pada
masa dewasa.
Proses pencarian identitas adalah proses dimana seseorang remaja
mengembangkan suatu identitas, personal, atau sense of self yang unik,
berbeda dan terpisah dari orang lain, dan hal ini disebut dengan individuisasi
(individuation). Proses ini terdiri dari empat sub tahap yang berbeda, tetapi
saling melengkapi, yaitu diferensiasi, praktis dan eksperimentasi, penyesuaian,
serta konsolidasi diri. Namun yang termasuk dalam sub tahap remaja awal
yaitu diferensiasi dan praktis dengan karateristiknya remaja menyadari bahwa
ia berbeda secara psikologis dari orang tuanya dan remaja percaya bahwa ia
mengetahui segala-galanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah.
Kesadaran ini sering membuatnya mempertanyakan dan menolak nilai-nilai
dan nasehat-nasehat orang tuanya, sekalipun nilai-nilai dan nasehat tersebut

9
masuk akal. Ia juga menyangkal kebutuhan akan peringatan atau nasehat dan
menantang orang tuanya pada setiap kesempatan. Ia mempunyai komitmen
yang kuat kepada teman sebayanya.
2) Perkembangan Hubungan dengan Orang Tua
Salah satu ciri yang menonjol dari remaja yang mempengaruhi relasinya
dengan orang tua adalah perjuangan untuk memperoleh otonomi, baik secara
fisik maupun psikologis. Mereka meluangkan waktu lebih banyak ke teman
sebaya daripada ke orang tua. Namun peran orang tua yang positif dan suportif
akan menimbulkan pengungkapan perasaan positif dan negatif pada remaja,
yang membantu perkembangan kompetensi sosial dan otonomi mereka
menjadi lebih bertanggung jawab.
3) Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Hubungan remaja dengan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting.
Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan, menekankan bahwa melalui hubungan
teman sebaya anak dan remaja belajar tentang hubungan timbal balik yang
simetris. Mereka juga mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan dan
perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan integritas dirinya dalam
aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan (dalam Desmita, 2008; 220).
Pada masa ini remaja membutuhkan adanya teman yang dapat memahami dan
menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Dari sini
mulai muncul dorongan untuk mencari pedoman hidup, mencari suatu yang
dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dihormati (Panuju dan
Umami, 1999; 12).
Kelly dan Hansen, 1987 (dalam Desmita, 2008; 220-221) menyebutkan enam
fungsi positif dari teman sebaya:
- Mengontrol impuls-impuls agresif
Remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan- pertentangan dengan
cara-cara yang lain selain dengan tindakan agresi langsung.
- Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen
Dorongan yang diperoleh remaja dari teman-teman sebaya akan
menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja pada dorongan keluarga
mereka.
- Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial
Melalui percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar
mengekspresikan ide-ide dan perasaan- perasaan serta mengembangkan
kemampuan mereka memecahkan masalah.
- Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis

10
kelamin
Remaja belajar mengenai tingkah laku dan sikap-sikap yang mereka
asosiasikan dengan menjadi laki-laki dan perempuan muda.
- Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai
Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba mengambil keputusan
sendiri. Remaja mengevaluasi nilai- nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki
oleh teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar.

- Meningkatkan harga diri


Menjadi orang yang disukai oleh sejumlah besar teman- teman sebayanya
membuat remaja merasa senang tentang dirinya.
4) Hubungan Remaja dengan Guru
Guru menempati tempat yang istimewa bagi sebagian besar remaja. Guru
adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengannya. Remaja percaya
bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai
kepadanya, dan mereka menjadikan guru sebagai contoh dari masyarakat
secara keseluruhan (Panuju dan Umami. 1999; 127-128).
5) Sikap Remaja Terhadap Orang Dewasa
Remaja pada umumnya suka kepada orang terpandang, pemimpin masyarakat,
pejabat pemerintah dan pemuka agama yang mau memahami kebutuhan dan
keadaan mereka yang sedang mencari identitas diri dan berusaha
mendapatkan perhatian dan penerimaan orang-orang tersebut. Bisa jadi mereka
menjadikan suri tauladan atau idola dalam hidupnya. Namun, remaja akan
menjadi kecewa jika orang yang telah mereka jadikan teladan mempunyai
kekurangan, bahkan menjadi gunjingan banyak orang. Mereka juga akan
menunjukkan sikap negatif. Berawal dari hal tersebut muncul kegoncangan
emosi, bahkan menjadi goncangan jiwa, patah hati, dan sebagainya dengan
melakukan hal-hal yang kurang layak seperti tawuran, mengganggu di jalanan,
dan lain-lain (Panuju dan Umami. 1999; 133-134).

C. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA


Remaja mengalami growth spurt yaitu pertumbuhan fisik yang sangat pesat, yang ditandai
oleh ciri-ciri perkembangan pada masa pubertas. Otot-otot tubuh mengeras, tinggi dan berat
badan meningkat cepat, begitu pula dengan proporsi tubuh yang semakin mirip dengan
tubuh orang dewasa, termasuk juga dengan kemasakan fungsi seksual, hal ini terjadi
disebabkan adanya proses biologis yang berkaitan dengan perubahan hormonal didalam

11
tubuh remaja. Dengan demikian, pada saat ini remaja menjadi manusia seksual yang
memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Keadaan emosi selama masa remaja, secara tradisional remaja dianggap sebagai periode
"badai dan tekanan", suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Ketegangan emosi ini diperoleh dari kondisi sosial yang
mengelilingi remaja masakini. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki
dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan
selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-
keadaan itu (Hurlock, 2001 : 212-213).
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun benar juga sebagian besar
remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha
penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Meskipun emosi
remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali dan tampaknya irasional, tetapi pada
umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional.
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak- kanak, perbedaannya
terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada
pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka, misalnya perlakuan
sebagai "anak kecil" atau secara tidak adil membuat remaja sangat marah dibandingkan
dengan hal-hal lain.
Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir
masa remaja tidak "meledakkan" emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat
dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih
dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai situasi
secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional.
Minat pendidikan pada umunya remaja muda suka mengeluh tentang sekolah dan larangan-
larangan, pekerjaan rumah, kursus wajib, makanan di kantin, dan cara pengelolaan sekolah.
Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada
pekerjaan kalau remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka
pendidikan akan dianggap batu loncatan (Hurlock, 2001 : 220).
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan
perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Harlock
dalam Ali adalah berusaha :
1) Mampu menerima keadaan fisiknya
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
4) Mencapai kemandirian emosional

12
5) Mencapai kemandirian ekonomi
6) Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7) Memahami dan menginternalisasikan orang-orang dewasa dan orang tua
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki
dunia dewasa
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab keluarga (Ali dan Asrori,
2006 : 10).
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan
kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan percapaian fase kognitif akan sangat
membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik.
Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan
kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.
D. PENGKAJIAN KESEHATAN PADA REMAJA
Remaja perlu lingkungan adaptif untuk bertanya & membentuk karakter
bertanggung jawab terhadap dirinya. Kesan pada remaja seks itu menyenangkan,
puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan.
Berkembang opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba
(sexpectation). Saat remaja tumbuh dalam lingkungan maladaptif perilaku amoral yg
merusak masa depan remaja.
- Hambatan terhadap kesehatan reproduksi pada remaja
1. Kurangnya Pengetahuan dan Informasi
Remaja kurang pengetahuan dasar tentang anatomi & fisiologi reproduksi,
bagaimana terjadi nya hamil, bagaimana mencegahnya & bagaimana
mendapatkan perlindungan Orangtua yang merasa kurang aman, malu
menceritakan tentang seks dengan anaknya Orangtua & orang dewasa yang
memiliki pemahaman yang baik ingin sekali melindungi anaknya, mereka
percaya pendidikan tentang seks & kesehatan reproduksi seksual aktif
2. Kurangnya akses terhadap pelayanan dan program
Remaja tidak punya uang untuk membayar pelayanan, kurang sarana
transport/tidak tahu bagaimana menggunakan pelayanan tersebut. Nakes
mungkin menghakimiremajaa yang berprilaku seksual aktif, Nakes mungkin
tidak memeiliki info baru tentang kontraspesi yang aman bagi remaja klinik
tidak membuka jam-jam tertentu yang tepat untuk remaja. Klinik dirancang

13
untuk perempuan yang sudah menikah bahkan untuk perempuan lajang/laki-
laki Persyaratan utk tes medis & pemeriksaan panggul mungkin tidak
mendukung remaja mencari kontrasepsi Kebijakan kesehatan nasional menjadi
hambatan legal bagi remaja untuk mencari info/layanan kesehatan reproduksi.
3. Terbatas karena hambatan sosial dan psikologis
Remaja takut mengatakan mereka sudah melakukan seksual aktif Remaja
memiliki gambaran yang tidak realistis tentang kehamilan Remaja khawatir
bahwa kontrasepsi akan merusak kesehatannya & kesuburannya kelak Remaja
mudah terkena kekerasan & peleceh Remaja perempuan mungkinn segan
mendiskusikan isu kesehatan reproduksi, khawatir pengetahuan tersebut akan
diterjemahkan sebagai perempuan yang mudah diajak untuk melakukan seks
Remaja laki-laki mungkin segan bertanya tentang seks, khawatir bahwa
kurangnya pengetahuan berarti kehilangan status di kelompoknya Seksual
aktif sering dilihat sebagai jalan bagi remaja laki-laki untuk mendapat
perlakuan status bagi kelompoknya Media cenderung menekankan bahwa seks
itu menyenangkan tapi tidak bertanggung jawab terhadap perilaku seks.
 PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Permasalahan yang dihadapi remaja membutuhkan perhatian dari banyak pihak
Hasil dari konferensi internasional mengenai kependudukan & pembangunan,
International Conference on Population and Development (ICPD) mendorong
pemerintah & LSM untuk mengembangkan program yang tanggap terhadap
permasalahan remaja.

E. PENGKAJIAN ASPEK PSIKOLOGIS, SOSIAL, KULTURAL DAN SPIRITUAL


F. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA REMAJA
a. Pengkajian
Pengkajian berikut dilakukan menurut teori Community as Partner/Client pada kelompok
remaja :
1. Data inti, terdiri dari :
a) Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja sangat mempengaruhi perilaku remaja,
semakin lama remaja tinggal di suatu wilayah, semakin melekat kebiasaan dan adat
istiadat dari daerah tersebut pada diri remaja.
b) Demografi
c) Vital statistik
 Kelahiran

14
 Mortalitas :
Karena penyakit : HIV/AIDS : HIV/AIDS kelompok usia 15-19 berjumlah 151 orang
(4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%)
Bukan karena penyakit :
1. Sebagian besar karena kecelakaan : berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia
PBB (WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu orang per
tahun
2. Persalinan : Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2-5 kali resiko
kematian ketika persalinan dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25
tahun akibat persalinan macet, perdarahan, maupun faktor lain. Ahmad (2004)
dari laporan Save the Children : 1 dari 10 persalinan dialami oleh ibu yang masih
anak2, berusia 11-12 tahun menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan
membunuh 70,000 remaja puteri tiap tahun
 Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada remaja yang dapat dikelompokkan
menjadi 2 :
Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada remaja antara lain : fraktur karena
trauma, penyakit kulit, tipoid, penyakit infeksi, DBD, dan lain-lain.
1. HIV/AIDS kelompok usia 15 - 19 berjumlah 151 orang (4,14%) ; 19-24
berjumlah 930 orang (25,50%).
2. Jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003
adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun
3. Penyakit menular seksual (PMS) sepertiga dari infeksi PMS di Negara-negara
berkembang terjadi pada mereka yang berusia 13-20 tahun.
Bukan karena penyakit
1. Kecelakaan : Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO), kecelakaan
lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun
2. Komplikasi aborsi yang tidak aman akibat kehamilan yang tidak diinginkan.
Survey di Negara-negara berkembang hamper 60 % kehamilan dibawah usia 20
tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan pendidikan formal pada
tahun 2006, SLTP dan SLTA menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus,
SD dengan 8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus (anonim,2007)
d) Tipe Keluarga : remaja biasanya tinggal di lingkungan kelurga, antara lain : orang tua
yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh dan tidak punya waktu untuk
keluarga, orang tua dengan kemampuan ekonomi yang kurang, orang tua dengan
kemampuan ekonomi di atas rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi
pembentukan kepribadian remaja.

15
e) Status perkawinan : sebagian besar remaja belum menikah namun ada pula remaja yang
sudah menikah.
f) Kelompok etnis :
 Praktek perkawinan yang di atur oleh orang tua pada gadis di bawah usia 14 tahun
masih sangat umum
 Beberapa budaya menyatakan bahwa pria muda diharapkan mendapatkan pengalaman
pertama kali melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersil (PSK)
 Di negara berkembang kehidupan remaja jalanan memaksa mereka melakukan
“survival sex” yakni menukar seks untuk memperoleh uang, makanan, jaminan
keamanan maupun obat terlaran
 Beberapa etnis di Indonesia menggunakan alkohol pada acara tertentu sebagai bentuk
perayaan
g) Nilai dan keyakinan :
 Pekerja Seks Komersil (PSK) berusia remaja kebanyakan dijual oleh orangtua mereka
sendiri untuk biaya hidup anggota keluarga yang lain
 Orang tua yang kurang perhatian kepada anaknya dan pengaruh teman yang sesama
perokok meyebabkan tingginya jumlah perokok remaja di Indonesia
 Merokok dianggap sebagai tanda kedewasaan, kejantanan dan keglamoran
2. Komponen sub sistem, terdiri dari :
a. Lingkungan fisik Pengkajian lingkungan fisik
1) Perumahan dan Lingkungan
 Lingkungan perumahan yang kumuh dan kotor memungkinkan remaja lebih
banyak melakukan kegiatan negative
 Perumahan mewah tidak memungkinkan remaja berinteraksi dengan baik
dengan tetangga
2) Lingkungan terbuka
3) Batas
4) Kebiasaan :
 Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid, warung-warung pinggir
jalan dan lain-lain
 Waktu kumpul-kumpul : setelah pulang sekolah, saat libur sekolah
 Kebiasaan remaja : positif (belajar, berorganisasi, mengaji, kursus, dan lain-
lain), negatif (merokok, mencoba narkoba, tawuran, berkelahi, membolos,
nongkrong, minum alkohol, free sex, dan lain-lain)

16
5) Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam tahap berkembang menyebabkan
sikap pemberontakan dalam dirinya, biasanya ditunjukkan dengan sikap : ngebut-
ngebutan
6) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat pelayanan KRR di sekolah
(meliputi : informasi akurat PMS, kontrasepsi, keterampilan remaja menghadapi
tekanan kelompoknya dan meningkatkan tanggungjawab remaja), pelatihan kader
remaja untuk menjadi edukator dan pemberi dukungan
7) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di mall, pasar, pusat
perbelanjaan
8) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura
9) Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi
10) Media : TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman
11) Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen dan anak jalanan.
Ada yang disebabkan karena kondisi ekonomi yang sulit dan bahkan ada remaja
yang kabur dari rumahnya karena perseteruan denagn orang tua sehingga menjadi
glandangan.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial :
 Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas, posyandu remaja
 Fasilitas di luar komunitas, misalnya konseling konseling yang berhubungan
dengan gender, kekerasan, perilaku seksual bertanggung jawab dan PMS
c. Ekonomi
 Karakteristik finansial : sebagian besar remaja tidak memiliki penghasilan sendiri
dan masih bergantung pada orang tua. Namun ada sebagian remaja yang
mempunyai pekerjaan sehingga mempunyai penghasilan sendiri, namun
kebanyakan penghasilan tersebut hanya digunakan untuk menambah uang saku.
 Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja belum memiliki pekerjaan karena
mereka masih sekolah. Namun, ada pula remaja yang putus sekolah (kebanyakan
karena masalah ekonomi) dan memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan yang biasa
dilakukan oleh remaja antara lain, berjualan kue, koran, pelayan restoran,
mengamen, bahkan banyak pula remaja yang menjadi PSK, dan lain- lain.
d. Keamanan dan transportasi : transportasi yang sering dipakai oleh remaja adalah
sepeda motor, namun sebagian kecil memakai mobil dan sepeda mini. Dan sering
pula remaja kurang memperhatikan keamanan dirinya karena sering mengebut saat
mengendarai kendaraaan mereka.
e. Politik dan pemerintahan

17
Kelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh remaja, antara lain
: Karang Taruna, PMR, Pramuka, PKS
f. Komunikasi
 Komunikasi formal : Koran, Radio, TV
 Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang narkoba, free sex,
merokok), internet
g. Pendidikan : institusi pendidikan pada remaja antara lain : SD, SMP, dan SMA.
Program UKS biasanya dijalankan di sekolah-sekolah untuk kesehatan remaja. Selain
itu pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) telah dilakukan atas dukungan
Depkes dan WHO di sekolah dan lembaga pendidikan.
h. Rekreasi :
 Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan baik yang positif
maupun negatif. Positif : kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, les pelajaran
tambahan, les minat dan bakat, mengaji di masjid, dan lain-lain. Negatif :
nongkrong sampai malam, main game sampai larut malam
 Media hiburan yang digunakan remaja, misalnya mall, tempat rekreasi, pusat
perbelanjaan, warnet, dan lain-lain.
ii. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang dapat diangkat dari pengkajian diatas antara lain :
a) Penggunaan NAPZA di kalangan remaja
b) Resiko penyimpangan seksual
c) Resiko tinggi konflik keluarga
d) Resiko terjadi kenakalan pada Remaja
e) Gangguan citra tubuh
f) Perilaku destruktif
g) Perubahan pemeliharaan kesehatan
h) Depresi
i) Nutrisi kurang/lebih j)Resiko cedera
j) Kurang Perawatan diri l)Kurang pengetahuan
Diagnosa dari permasalahan di atas, yaitu :
1. Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja di RT X RW Y Kelurahan Z
Surabaya berhubungan dengan
a. kurangnya kasih sayang dari orang tua
b. dasar-dasar agama yang kurang
2. Resiko terjadinya kenakalan remaja di RW X kelurahan X Surabaya berhubungan dengan
:

18
a. Kurang pengetahuan remaja tentang tumbuh kembang dan masalah- msalah
kenakalan remaja dan akibatnya.
b. Tidak berfungsinya wadah remaja untuk melakukan kegiatan
3. Resiko cedera pada remaja di di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya kebut-kebutan dijalan raya
4. Potensial dukungan LSM di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya untuk memaksimalkan
potensi yang dimiliki remaja
iii. Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan : Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja
Intervensi yang dilakukan :
a) Pada Klien :
Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA mengatasi masalah ketergantungan
Intervensi :
a. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara meningkatkan
motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan
b. Menganjurkan remaja untuk tidak berinteraksi dengan teman yang dapat memberi
pengaruh yang buruk
c. Melatih cara meningkatkan motivasi dan mengontrol keinginan
d. Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam kelompok
e. Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya

b) Pada Keluarga : Tujuan :


 Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota
keluarganya berhenti menggunakan NAPZA
 Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti
 Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA
 Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk Intervensi :
1. Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga
2. Diskusikan tentang masalah yang dihadapai keluarga dalam merawat klien
3. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan atau keterganungan zat
(tanda gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien
(pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi)
4. Diskusikan kondisi klien NAPZA yang perlu dirujuk ke RS
5. Diskusi dengan keluarga untuk selalu memfasilitasi remaja agar terbuka pada
keluarganya
6. Memperhatikan pergaulan klien

19
7. Memperkenalkan pada kelurga tentang fase perkembangan remaja dan tugas
perkembangan remaja
c) Pada Masyarakat :
Tujuan : Dapat mengurangi stigma negatif masyarakat mengenai keadaan klien yang
sedang menjalani proses rehabilitasi
Intervensi :
1. Diskusikan bersama masyarakat mengenai proses rehabilitasi pasien NAPZA
ketika sudah kembali di masyarakat
2. Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya
3. Diskusi dengan kader untuk memberikan kegiatan pada remaja dalam karang
taruna
4. Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang
penggunaan NAPZA dan akibatnya
2. Masalah Keperawatan : Resiko penyimpangan seksual Intervensi yang dilakukan:
a) Pada Klien :
Tujuan : Menghindarkan remaja dari perilaku penyimpangan seksual Intervensi :
1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat mempengaruhi
psikologis dan sosial remaja
2) Diskusi tentang bahaya free sex bagi kesehatan tubuh dan akibat dari free sex
bagi kehidupan social
3) Menganjurkan remaja untuk menghindari bergaul dengan teman yang dapat
memberi dampak yang buruk
4) Menganjurkan untuk sering berdiskusi dengan orang tua tentang perasaannya
5) Membantu remaja mengenali tahap perkembangan dan tugas yang akan
dilaluinya
6) Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial, emosional dan
situasi etis untuk meningkatkan proses belajar dan otonomi dan tanggung jawab
7) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya
b) Pada Keluarga Tujuan :
 Keluarga dapat mengetahui masalah yang di hadapi klien
 Keluarga mengetahui fase dan tugas perkembangan remaja Intervensi :
1. Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi psikologis dan sosial remaja
2. Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi remaja
sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan yang dimiliki
keluarga.
3. Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan

20
4. Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan yang sebagian besar
merupakan dampak dari penyimpangan sex agar dapat bertanggung jawab
5. Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan tugas
yang akan dilalui oleh remaja
c) Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi angka penyimpangan seksual di kalangan remaja Intervensi :
1) Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang
akibat penyimpangan sex
2) RT setempat memberikan jam malam (maksimal jam 21.00) untuk remaja berada
di luar rumah sehingga meminimalisasi kegiatan remaja yang kurang bermanfaat
yang dapat memberikan dampak yang buruk
3) Memaksimalkan kemampuan yang dimiliki remaja untuk melakukan berbagai
kegiatan positif melalui karang taruna
2. Resiko cedera
a. Pada Klien :
Tujuan : Menghindari cedera pada remaja (kecelakaan lalu lintas) Intervensi :
1) Diskusi tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas dan akibatnya jika
dilanggar
2) Diskusi tentang semakin banyaknya pelajar yang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas
3) Diskusi cara untuk menghindari kecelakaan lalu lintas
4) Menganjurkan remaja untuk selalu memakai atribut pengaman dalam
berkendara
b. Pada Keluarga
Tujuan : - Keluarga dapat mempertimbangkan penggunaan kendaraan bermotor
untuk remaja
 Keluarga dapat memberikan pengertian pada remaja tentang bahaya
berkendara kebut-kebutan
Intervensi :
1) Diskusi tentang upaya memberi pengertian pada remaja bahaya berkendara
kebut-kebutan dan pentingnya menaati peraturan lalu lintas
2) Diskusi tentang pentingnya memakai helm saat berkendara
3) Menganjurkan keluarga untuk selalu memantau pergaulan anaknya (misalnya
anak berteman dengan geng motor)
c. Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi kecelakaan lalu lintas dikalangan remaja Intervensi :

21
1) Bekerja sama dengan Polres setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang
cara berkendara yang baik dan dampak melanggar peraturan lalu lintas
b. Intervensi dari Pemerintah
a) Melalui Puskesmas
a. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan,menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya,
serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Singkatnya,
PKPR adalah pelayanan kesehatan kepada remaja yang mengakses semua
golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Tujuan umum dari adanya program ini adalah Optimalisasi pelayanan
kesehatan remaja di Puskesmas. Kemudian tujuan umumnya yakni:
1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja
yang berkualitas
2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja
dalam pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja.
4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan kesehatan remaja.
Langkah langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR di Puskesmas
1. Identifikasi masalah melalui kajian sederhana:
a. Gambaran remaja di wilayah kerja :
 Jumlah remaja, pendidikan, pekerjaan.
 Perilaku berisiko: Seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan
lainnya.
 Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV/AIDS, penyalah-
gunaan NAPZA
b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai
berhubungan dengan perilaku berisiko, masalah kesehatan yang ingin
diketahui, dan pelayanan apa yang dikehendaki
c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana termasuk buku-buku
pedoman tentang kesehatan remaja. Metoda kajian adalah dengan
mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan

22
swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung (remaja) atau tidak
langsung (orang tua, guru, pengurus asrama remaja dan sebagainya).
Hasil kajian ini diperlukan sebagai bahan perencanaan lanjutan untuk
menentukan:
1. Materi KIE yang digunakan untuk remaja sesuai dengan tingkat
pendidikan dan permasalahan yang dihadapi
2. Penekanan materi dalam pelatihan petugas sesuai besaran masalah
remaja di wilayah kerja.jenis pelayanan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan remaja di wilayahnya
3. Kelompok sasaran prioritas yang akan diintervensi
4. Terobosan dan inovasi kegiatan
5. Strategi advokasi sebelum dilaksanakannya PKPR
6. Strategi menjalin kemitraan
7. Data dasar untuk menilai dampak keberhasilan PKPR di kemudian
hari.
2. Melalui BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
a. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja)
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) adalah suatu
wadah kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh dan untuk
remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang
Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta kegiatan-
kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama generik. Untuk
menampung kebutuhan program PKBR dan menarik minat remaja datang
ke PIK remaja, nama generik ini dapat dikembangkan dengan nama-
nama yang sesuai dengan kebutuhan program dan selera remaja setempat.
Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk memberikan informasi
PKBR, Pendewasaan Usia Perkawianan, Keterampilan Hidup (Life
Skills), pelayanan konseling dan rujukan PKBR. Disamping itu, juga
dikembangkan kegiatan-kegiatan lain yang khas dan sesuai minat dan
kebutuhan remaja untuk mencapai Tegar Remaja dalam rangka tegar
Keluarga guna mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian
informasi KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan, Keterampilan Hidup
(Life Skills), pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan
dukungan, serta kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri
dan minat remaja.

23
PIK Remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah administrasi seperti
tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota atau provinsi.
Artinya PIK Remaja dapat melayani remaja lainnya yang berada di luar
lokasi wilayah administrasinya. PIK Remaja dalam penyebutannya bisa
dikaitkan dengan tempat dan institusi pembinanya seperti PIK Remaja
Sekolah, PIK Remaja Masjid, PIK remaja Pesantren, dan lain-lain.
Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang pnya komitmen
dan mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti pelatihan
dengan mempergunakan modul dan kurikulum standard yang telah
disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja terdiri
dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan,
Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya.
Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberikan dukungan
dan aktif membina PIK Remaja, baik yang berasal dari Pemerintah,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi
kepemudaan/remaja lainnya, seperti:
1. Pemerintah: kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota, pimpinan
SKPDKB
2. Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok organisasi
masyarakat (seperti: pengurus masjid, partor, pendeta, pedande,
bukisu) dan pimpinan kelompok dan organisasi pemuda.
3. Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio, dan TV)
4. Rektor/dekan, kepala SLTP, kepala SLTA, pimpinan pondok
pesantren, komite sekolah.
5. Orang tua, melalui Bina Keluarga Remaja (BKR), majlis ta’lim,
program PKK.
6. Pimpinan kelompok sebaya melalui program karang taruna, pramuka,
remaja masjid/gereja/vihara.
b. Program Sekolah dan Lembaga Pendidikan
Program kesehatan Remaja yang termasuk dalam Program Indonesia
Sehat 2010 di atur oleh Program Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23
tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha
Kesehatan Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah.Program ini
bertujuan meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui
peningkatan derajat kesehatan. Dan tujuan khusus dari program ini:
1. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat

24
2. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk
perilaku masyarakat sekolah yang sehat
3. Memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan masyarakat sekolah Sebagai suatu institusi
pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategi
dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian
besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan
dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah
5.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam
proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah
12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam
sekolah (sumber: Depdiknas,2007).
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk
menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3
kegiatan utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b)
pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan (c) upaya pendidikan
yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan
istilah TRIAS UKS.
Kegiatan Promkes ini antara lain:
1. Membangun jamban sekolah dan sarana cuci tangan
2. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
3. Penggalakan cuci tangan dengan sabun
4. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek
kesehatan individu, dan kesehatan masyarakat
5. Program pemberantasan kecacingan
6. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
7. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
8. Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
9. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain
yang terlibat di sekolah,mencakup:
 Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian,
pembagian tugas guru pembina dan Komite Sekolah
 Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi
keluarganya
c. Pencegahan Penanggulangan

25
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN)
Tujuan : Membentuk masyarakat / organisasi yg kompeten dalam
berpartisipasi mengenali keberadaan dan dampaknapza
Komponen : Tokoh masyarakat, pemuda (kartar), PKK, Tenaga
kesehatan (perawatkomunitas), LSM-LSM dan BNP.
Kegiatan :
1. Demand Reduction (Preventif, Kuratif, Rehabilitatif) Supply Control
(Pengawasan, Pemberantasan, Harm Reduction)

26
BAB III

TELAAH KASUS

KASUS

Hasil pengkajian perawat di wilayah kerja PKM Kiara terhadap kesehatan


populasi remaja adalah sebagai berikut : kelompok remaja di Rw 05
berjumlah 50 orang, hasil perngkajian kesehatan 10 remaja mengkonsumsi/
menyalah gunakan dextro untuk mabuk, 30 remaja memiliki kebiasaan
merokok dan 5 orang remaja menderita penyakit menular seksual pranikah.
Kelompok remaja tersebut tinggal di daerah pinggir kota, sebagian besar
remaja tidak tamat sekolah dan waktu luang di pergunakan untuk
berkumpul dan mengamendi jalanan, bahkan sebagian remaja jarang pulang
kerumah masing masing.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA DI WILAYAH PKM KIARA


A. PENGKAJIAN
1. Data inti, terdiri dari :
a) Sejarah : -
b) Demografi: Kelompok remaja di RW 05 berjumlah 50 orang, kelompok remaja tersebut
tinggal di daerah pinggir kota
c) Vital statistik
 Kelahiran:-
 Mortalitas :-
 Sebagian besar karena kecelakaan : -
 Persalinan : -
 Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada remaja yang dapat dikelompokkan
menjadi 2 :
- Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada remaja antara lain :
2) HIV/AIDS
3) Jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba
4) Penyakit menular seksual (PMS) : 5 orang remaja mengidap PMS
pranikah
- Bukan karena penyakit
1) Kecelakaan –

27
2) Komplikasi aborsi yang tidak aman: -
3) Penyalahgunaan alcohol: 10 remaja mengkonsumsi atau
menyalahgunakan dextro untuk mabuk
4) Merokok: 30 remaja memiliki kebiasaan merokok
d) Tipe Keluarga : -
e) Status perkawinan : -
f) Kelompok etnis : -
g) Nilai dan keyakinan :-
2. Komponen sub sistem, terdiri dari :
a) Lingkungan fisik Pengkajian lingkungan fisik
1) Perumahan dan Lingkungan:-
2) Lingkungan terbuka
3) Batas
4) Kebiasaan :
5) Transportasi : -
6) Pusat pelayanan : -
7) Tempat belanja : -
8) Tempat ibadah : -
9) Politik :
10) Media : -
11) Orang jalanan : waktu luang di pergunakan untuk berkumpul dan mengamendi
jalanan, bahkan sebagian remaja jarang pulang kerumah masing masing.
b) Pelayanan kesehatan dan sosial :
 Fasilitas dalam komunitas: puskesmas
 Fasilitas di luar komunitas: -
c) Ekonomi
 Karakteristik finansial : -
 Karakteristik pekerjaan: -
d) Keamanan dan transportasi : -
e) Politik dan pemerintahan
f) Komunikasi
 Komunikasi formal :-
 Komunikasi informal : -
g) Pendidikan : -
h) Rekreasi :

28
Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan baik yang positif
maupun negatif. Positif : waktu luang di pergunakan untuk berkumpul dan
mengamen di jalanan, bahkan sebagian remaja jarang pulang kerumah masing
masing.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Resiko Penggunaan NAPZA di kalangan remaja
b) Resiko penyimpangan seksual

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Masalah Keperawatan : Resiko terjadinya penggunaan NAPZA di
kalangan remaja
Intervensi yan g dilakukan :
a) Pada Klien :
Tujuan : Dapat membantu remaja mencegah penggunaan NAPZA
Intervensi :
1) Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan,
dan cara mengontrol keinginan
2) Menganjurkan remaja untuk tidak berinteraksi dengan teman
yang dapat memberi pengaruh yang buruk
3) Melatih cara meningkatkan motivasi dan mengontrol keinginan
4) Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam
kelompok
5) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya

b) Pada Keluarga :
Tujuan :
- Keluarga dapat meningkatkan motivasi remaja untuk menghindari
NAPZA
1) Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga
2) Diskusi dengan keluarga untuk selalu memfasilitasi remaja agar
terbuka pada keluarganya
3) Memperhatikan pergaulan klien
4) Memperkenalkan pada kelurga tentang fase perkembangan remaja
dan tugas perkembangan remaja

29
c) Pada Masyarakat :
Tujuan : Dapat membantu mencegah penggunaan NAPZA pada remaja
Intervensi :
1) Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya
2) Diskusi dengan kader untuk memberikan kegiatan pada remaja dalam
karang taruna
1. Masalah Keperawatan : Penyimpangan seksual
Intervensi yang dilakukan:
a) Pada Klien :
Tujuan : mengobati dan mencegah PMS terus berlanjut
Intervensi :
1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi psikologis dan sosial remaja
2) Diskusi tentang bahaya free sex bagi kesehatan tubuh dan akibat dari
free sex bagi kehidupan social
3) Menganjurkan remaja untuk menghindari bergaul dengan teman yang
dapat memberi dampak yang buruk
4) Menganjurkan untuk sering berdiskusi dengan orang tua tentang
perasaannya
5) Membantu remaja mengenali tahap perkembangan dan tugas yang
akan dilaluinya
6) Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial,
emosional dan situasi etis untuk meningkatkan proses belajar dan
otonomi dan tanggung jawab
7) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya
8) Merujuk remaja ke RS terdekat untuk pengobatan
b) Pada Keluarga
Tujuan :
 Keluarga dapat mengetahui masalah yang di hadapi klien
 Keluarga mengetahui fase dan tugas perkembangan remaja
Intervensi :

30
1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi psikologis dan sosial remaja
2) Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi
remaja sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan yang
dimiliki keluarga.
3) Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan
4) Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan yang sebagian
besar merupakan dampak dari penyimpangan sex agar dapat
bertanggung jawab
5) Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan
tugas yang akan dilalui oleh remaja
6) Memotivasi remaja untuk kesembuhan
c) Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi angka penyimpangan seksual di kalangan remaja
Intervensi :
1) Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan
tentang akibat penyimpangan sex
2) RT setempat memberikan jam malam (maksimal jam 21.00) untuk
remaja berada di luar rumah sehingga meminimalisasi kegiatan remaja
yang kurang bermanfaat yang dapat memberikan dampak yang buruk
3) Memaksimalkan kemampuan yang dimiliki remaja untuk melakukan
berbagai kegiatan positif melalui karang taruna

31
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadimasa yang yang
menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang harus dilalui seseorang
dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas
kesehatan dalam menangani problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada
penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan karakter yang kuat,
salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatankomunitas pada kelompok remaja.
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di manaindividu mengalami
perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun.
Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan
perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan
abstraksi.
Asuhan keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pada masyarakat
khususnya remaja. Remaja dengan jiwa yangmasih labil masih perlu bimbingan melalui
penyuluhan agar resiko peningkatan angka kematian dan perubahan pemeliharaan kesehatan
pada remaja dapat teratasi.

B. SARAN
Bagi para pembacaMakalah ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan untuk menambah
wawasan mengenai asuhan keperawatan komunitas khususnyaremaja diharapkan para pembaca
dapat menyempurnakan makalah inilebih baik lagi

32
DAFTAR PUSTAKA

Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan, edisi 4. Jakarta: EGC


Mubarak, dkk. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Mighwar, M. 2006.Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia

33

Anda mungkin juga menyukai