Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH HIDROTERAPHY TERHADAP PENURUNAN TEKANAN

DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI BALAI


PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDA (BPSTW) CIPARAY
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metedologi Penelitian
Dosen Pembimbing : Yuyun Sarinengsih, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun oleh :

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Bimo Aji Saputra AK.1.16.062
Eva Dalva Dalilah AK.1.16.067
Fiska Al Andini AK.1.16.070
Giovani Marisa N AK.1.16.071
Lita Nurmalasari AK.1.16.078
Mila Irmayanti R AK.1.16.082
Moch Ridwan AK.1.16.084
Resa Madaniah AK.1.16.096
Siti Gina Nurfadilah AK.1.16.101

Fakultas Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat dan ridho-Nya kami bisa menyelesaikan makalah “Penerapan Latar
Belakang Penelitian” dengan dibantu oleh beberapa sumber sehingga makalah ini
dapat selesai.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas kuliah
Metodologi Penelitian. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kerjasama team
yang baik, oleh sebab itu kami menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini, banyak sekali
kerkurangan maupun kesalahan dalam penulisan. Maka dari itu kritikan dan saran
akan membantu kami untuk menyusun makalah yang lebik bak.

Bandung, 10 Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penerapan Latar Belakang........................................................................ 5
2.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 9
2.3 Tujuan ...................................................................................................... 9
2.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
2.5 Variabel Penelitian ................................................................................ 10
2.6 Definisi Konseptual dan Operasional .................................................... 12
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penulisan karya ilmiah biasanya dilakukan untuk menemukan atau
memecahkan suatu permasalah yang terkait dalam bidang ilmu pengetahuan.
Dalam pembuatan karya ilmiah peneliti biasanya menghadapi banyak kesulitan
diantaranya yakni tatacara penulisan, penggunaan metode penelitian dan
instrument penelitian. Karya ilmiah adalah karya tulis atau bentuk lainnnya
yang mengikuti pedoman ilmiah yang telah disepakati dan ditetapkan.
Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk laporan, informasi baru, gagasan
ataupun hasil penelitian yang dibuat dengan sebenar-benarnya untuk
memberikan suatu wawasan pengetahuan kepada masyarakat pada umumnya
dan dunia keilmuan pada khususnya.
Penelitian dilakukan dengan adanya kesenjangan yang terjadi pada suatu
kondisi atau situasi yang mengharuskan dilakukannya penelitian. Mulai dari
sini peneliti akan mengangkat suatu masalah yang melatar belakangi kagiatan
penelitian dan apa tujuan dari penelitian itu. Konsep dasar dari suatau penelitian
adalah timbulnya suatu masalah yang terjadi. Masalah ini bisa dipecahkan
dengan berbagai macam bentuk penelitian sesuai dengan masalah yang melatar
belakanginya. Salah satu metode yang dilatarbelakangi permasalahan seperti
tidak meratanya kesehatan disuatu wilayah atau lingkungan sekolah atau
perguruan tinggi tertentu yang dibabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu
kami akan membahas mengenai penerapan latar belakang masalah itu bisa
diangkat menjadi tema dari sebuah karya ilmiah, cara untuk merumuskan
masalah dan tujuan diadakannya penelitian terhadap permasalahan yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Penerapan Latar Belakang?
2. Bagiamana Rumusan Masalah?
3. Bagaimana penerapan Tujuan?
4. Bagaimana penerapan Manfaat Penelitian?

3
5. Bagaimana penerapan Variabel Penelitian?
6. Bagaimana penerapan Definisi Konseptual dan Operasional?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa/wi mampu memahami Bagaimana Penerapan Latar Belakang
Penelitian.
2. Mahasiswa/wi mampu memahami Bagiamana Penerapan Rumusan
Masalah penelitian.
3. Mahasiswa/wi mampu memahami Bagaimana penerapan Tujuan penelitian.
4. Mahasiswa/wi mampu memahami Bagaimana penerapan Manfaat
Penelitian.
5. Mahasiswa/wi mampu memahami Bagaimana penerapan Variabel
Penelitian.
6. Mahasiswa/wi mampu memahami Bagaimana penerapan Definisi
Konseptual dan Operasional.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penerapan Latar Belakang


Lanjut usia adalah kelanjutan dari usia dewasa yang merupakan proses
alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho, 2008).
Sistem tubuh pada lanjut usia akan mengalami penurunan diberbagai aspek baik
biologis, fisiologis, psikososial, maupun spiritual yang merupakan suatu proses
penuaan (Stanley & Beare, 2006). Dalam perkembangan lansia, penurunan
fungsi tubuh akan banyak terjadi pada lansia diakibatkan karena proses
penuaan.
Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia
adalah sistem kardiovaskuler (Maryam ekasari, Rosidawati, Jubaedi &
BatuBara, 2008). Secara alamiah lansia akan mengalami penurunan fungsi
organ dan mengalami perubahan tekanan darah. Oleh sebab itu lansia
dianjurkan untuk selalu memeriksakan tekanan darah secara teratur agar dapat
mencegah penyakit kardiovaskuler khususnya hipertensi (Martono & Pranaka,
2009).
Hipertensi merupakan kenaikan pada tekanan darah. Baik itu terjadi pada
sistol, diastole ataupun pada keduanya. Ketika tekanan darah >140 mmHg dan
diastolik >90mmHg. Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-
140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang yang
hipertensi akan mengalami keluhan seperti sakit kepala, pandangan kabur,
sering berkemih (Corwin, 2009). Hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah dalam arteri yang
berfungsi mengangkut darah dari jantung dan memompa ke seluruh jaringan
tubuh secara terus menerus (Irianto, 2014).
Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit berbeda
dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan pada usia lanjut
terutama adalah; a) Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron
akibat proses menua. Hal ini meyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi-

5
glomerulo- sklerosis- hipertensi yang berlansung terus menerus, b) Peningkatan
sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin lanjutnya usia makin sensitif
terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium, c) Penurunan elastisitas
pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meingkatkan resistensi
pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi
sistolik, d) Perubahan ateromatous akibat proses menua meyebaban disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukkan berbagai sitokin dan substansi
kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resobsi natrium di tubulus ginjal,
meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang
berakibat pada kenaikan tekanan darah. Berdasarkan klasifikasi Hipertensi Pada
Usia Lanjut dapat dibedakan menjadi; a) Hipertensi Sistolik saja (Isolated
Systolic Hypertension), terdapat pada 6- 12% pendeita diatas usia 60 tahun,
terutama pada wanita. Insidensi meningkat dengan bertambahnya umur, b)
Hipertensi Diastolik (Diastolic Hypertension), terdapat antara 12-14%
penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insidensi menurun dengan
bertambahnya umur, c) Hipertensi Sistolik- Diastolik: terdapat pada 6-8%
penderita usia >60 tahun, lebih banyak pada wanita.
Menurut Triyanto (2014) ketika hipertensi tidak ditangani dengan baik, hal
ini akan mempunyai dampak yang besar atau dapat menimbulkan berbagai
komplikasi seperti terjadinya stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan penyakit
jantung koroner.
Hasil utama Riskesdas (2018) menunjukan bahwa prevalensi hipertensi
pada penduduk berusia > 18 tahun menurut karakteristiknya, terbagi kedalam
beberapa tahapan usia. Mulai dari usia 55-64 tahun sebanyak (55,2%), usia 65-
74 tahun sebanyak (63,2%), rata-rata usia yang terjangkit hipertensi yaitu paling
banyak terjadi pada usia 75 tahun keatas sekitar (69,5%) yang diantaranya laki-
laki (31,3%) dan perempuan (36,9%).
Menurut data Dinas Kesehatan di kota bandung (2011), terdapat prevalensi
penyakit hipertensi diperingkat ke dua dari 10 besar penyakit terbanyak di kota
bandung yaitu sebanyak 12,10%. Di Indonesia hipertensi pada lansia
menempati posisi pertama mulai dari usia 55-64 tahun sebanyak 45,9%, lansia

6
yang berusia 65-74 sebanyak 57,6% dan usia 75 tahun keatas sebanyak 63,8 %
(Kemnkes RI, Riskesdas, 2013).
Penanganan hipertensi secara umum yaitu dapat diatasi secara
farmakologis dan nonfarmakologis (Kusuma, 2006). Pengobatan secara
nonfarmakologis dapat dilakukan dengan cara mengubah gaya hidup yang lebih
sehat menurunkan berat badan, olahraga dengan teratur, diet rendah lemak serta
garam, berhenti merokok, berhenti dari mengkonsumsi alkohol, serta terapi
komplementer. Banyak terapi komplementer yang telah dikembangkan untuk
mengatasi masalah hipertensi pada lansia, diantaranya, terapi relaksasi otot
progresif, senam lansia, akupresure serta, hidroterapi. Hidroterapi merupakan
terapi air yang menggunakan modalitas air hangat (Setyoadi dan Kushariyadi,
2011).
Pemberian intevensi terapi relaksasi otot progresif dilakukan harus selalu
dalam arahan petugas kesehatan dan tekhniknya harus benar. Terapi akupresure
dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi karena sterilisasi jarum yang
tidak adekuat, mengakibatkan memar di daerah tempat penusukan. Senam
lansia harus menyesuaikan terhadap gerakan-gerakan yang tepat untuk
dilakukan oleh lansia dan tidak menimbulkan efek samping setelah senam.
Selain itu, penggunaan obat-obatan herbal tidak semua cocok terhadap zat yang
terkandung didalamnya sehingga jika tidak cocok akan menyebabkan efek
alergik terhadap lansia tersebut. Penggunaan Hidroterapi relative lebih mudah
dilakukan, lebih sederhana dibandingkan dengan relaksasi otot progresif,
akupresur dan senam karena hanya menggunakan modalitas air hangat
(Setyoyadi dan Kusharyadi, 2011)
Hidroterapi dapat bekerja secara konduksi dimana terjadi perpindahan air
hangat ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan
penurunan ketegangan otot. Air memiliki panas khusus beberapa ribu kali lebih
besar dari pada udara, sehingga setiap unit air yang berdekatan dengan kulit
menyerap kuantitas panas lebih besar dari pada udara (Guyton, 1994). Oleh
karena itu ketika air panas berkonduksi kedalam tubuh maka air tersebut akan
menyerap panas dan mengakibatkan pelebaran pembuluh darah. Pelebaran

7
pembuluh darah ini dapat mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada
sinus kortikus dan arkus aorta kemudian dapat merangsang sistem saraf
parasimpatis yang mengakibatkan penurunan output jantung. Ketika pembuluh
darah melebar, maka ventrikel dengan mudahnya mendorong darah ke seluruh
tubuh dan masuk ke jantung kemudian dapat menurunkan tekanan sistolik. Pada
saat venrtikel berelaksasi, tekanan di dalam ventrikel menjadi turun, sehingga
dapat menyebabkan aliran darah menjadi lancar dan menurunkan tekanan
diastolik (Roni, Setiawan, Fatimah, 2009).
Berdasarkan Hasil penelitian Kusumawati, Meilirianti dan Rustandi
(2018) menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik
lansia penderita hipertensi yang mendapatkan intervensi hidroterapi jika
dibandingkan dengan lansia penderita hipertensi yang menjadi kelompok
kontrol saja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Agung
Santoso (2015) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh Hidroterapi terhadap
penurunan tekanan darah lansia penderita hipertensi. Hasil ini juga didukung
penelitian yang dilakukan oleh Inggrid Evi dan Erlisa (2017) yang melakukan
intervensi Hidroterapi air hangat dengan suhu 39-40 derajat dengan pemberian
2 kali sehari dalam durasi waktu selama 10 menit dan dilakukan selama 6 hari.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hidroterapi efektif dapat menurunkan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan ke BPSTW Ciparay pada tanggal
08 Mei 2019, data yang didapatkan bahwa jumlah lansia yang tinggal disana
ada sekitar 95 orang. Dimana laki-laki berjumlah 55 orang (57.9%), dan
perempuan berjumlah 40 orang (47,2%). Jika dilihat dari pembagian usia ada
tiga tahapan yaitu usia elderly (60-74) berjumlah 52 orang, usia old (75-90)
berjumlah 35 orang dan usia very old (>90) berjumlah 3 orang. Dari data yang
dilihat banyak sekali para lansia yang mengalami penyakit ataupun gangguan
tubuh lainnya. Salah satu dari semua penyakit yang paling tertinggi dan paling
banyak diderita lansia yaitu penyakit Hipertensi dengan jumlah penderita 70
orang (73.3%). Saat ditanyakan kepada petugas di BPSTW, program yang telah
dilakukan untuk menangani hipertensi pada lansia diantaranya yaitu selalu

8
mengajak lansia untuk senam dan pemberian obat-obatan untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “ Pengaruh hidroterapi terhadap penurunan tekanan darah pada Lansia
penderita hipertensi di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werda (BPSTW)
Ciparay “.

2.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan hasil latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil
dari penelitian ini adalah mengenai “Apakah terdapat Pengaruh hidroterapi
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Balai
Perlindungan Sosial Tresna Werda (BPSTW) Ciparay.?”

2.3 Tujuan
2.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh hidroterapi terhadap penurunan tekanan
darah pada Lansia penderita hipertensi di Balai Perlindungan Sosial
Tresna Werda (BPSTW) Ciparay.
2.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi nilai tekanan darah sistolik dan diastolik
sebelum di berikan intervensi hidroterapi terhadap tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi di Balai Perlindungan Sosial Tresna
Werda (BPSTW) Ciparay.
2. Untuk mengetahui nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah
di berikan intervensi hidroterapi terhadap tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werda
(BPSTW) Ciparay.
3. Untuk mengetahui pengaruh hidroterapi terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Balai
Perlindungan Sosial Tresna Werda (BPSTW) Ciparay.

9
2.4 Manfaat Penelitian
2.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu inovasi baru
terhadap ilmu pengetahuan saat ini, terutama bagi para praktisi
kesehatan khususnya dibidang keperawatan yang dapat diterapkan
dilapangan, karena Hidroteraphy dapat menurunkan tekanan darah
sistole dan diastole pada lansia penderita hipertensi.
2.4.2 Manfaat Praktik
1. Manfaat bagi tempat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan agar intervensi Hidroteraphy
dapat digunakan sebagai salah satu tindakan intervensi keperawatan
terapi modalitas dalam mempertahankan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada lansia di BPSTW Ciparay.
2. Manfaat bagi perawat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi baru
dan masukan bagi petugas kesehatan di BPSTW, rumah sakit
maupun puskesmas, khususnya bagi perawat agar dapat
menggunakan terapi hidroteraphy sebagai salah satu terapi non
farmakologi untuk menurunkan tekanan darah pada lansia.
3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
untuk penelitian selanjutnya dan tambahan informasi untuk
mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat lainnya
dari Hidroterapi yang bisa dijadikan intervensi keperawatan bagi
para lansia.

2.5 Variabel Penelitian


Menurut (Bisma Murti, 1996) variabel didefinisikan sebagai suatu
fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara
kualitatif dan kuantitatif. (Menurut (Sugiyono, 2007) variabel penelitian adalah

10
sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Adapun dalam penelitian ini menggunakan dua
variabel, yaitu :
2.5.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel ini disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
atecedent. Dalam bahasa indonesia disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono 2007). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah : hidroteraphy
2.5.2 Variabel Terikat (Dependen)
Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah : Tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werda
(BPSTW) Ciparay.

2.6 Definisi Konseptual dan Operasional


2.6.1 Definisi Konseptual
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah dalam arteri yang
berfungsi mengangkut darah dari jantung dan memompa ke seluruh
jaringan tubuh secara terus menerus (Irianto, 2014). Tekanan darah
merupakan kekuatan yang dihasilkan pada dinding arteri dengan
memompa darah dari jantung. Darah mengalir diakibatkan adanya
perubahan tekanan, dimana terjadi perpindahan dari area
bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah. Tekanan darah

11
sistemik atau arterial merupakan indikator yang paling baik untuk
kesehatan kardiovaskuler. Kekuatan kontraksi jantung akan
mendorong kedalam aorta. Puncak tekanan maksimum saat ejeksi
terjadi disebut tekanan sistolik. Saat ventrikel berelaksasi, darah
yang tetap berada di arteri menghasilkan tekanan minimal yang
dihasilkan terhadap dinding arteri pada tiap waktu (Potter & Perry,
2009).
2. Definisi Hidoterapi
Hidroterapi merupakan bentuk dari terapi latihan yang
menggunakan modalitas air hangat. Air menjadi media yang tepat
untuk pemulihan, dan secaar ilmiah air hangat memiliki dampak
fisiologis bagi tubuh seperti beban pada sensi-sendi serta
hangatnya air dapat membuat sirkulasi darah menjadi lancar
(Setyoadi & Kusharyadi, 2011).
2.6.2 Definisis Operasional
Definisi Operasional merupakan penggambaran suatu variabel
yang akan diaplikasikan dalam penelitian atau batasan-batasan dari
suatu variabel sesuai karakteristiknya, memungkinkan peneliti
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena (Notoadmojo, 2012).

12
Tabel 1.1
Definisi Operasional
Pengaruh Hidroteraphy Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi Di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werda (Bpstw)
Ciparay

No Variabel Sub Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur
Variabel Operasional Ukur
1. Dependen Tekanan Tekanan yang Tensi meter Pasang Ordinal Normal = 120-
darah dihasilkan ketika digital yang mangset sesuai 140 mmHg
jantung sudah ukuran, tekanan
memompa darah dikalibrasi pastikan sensor
sistolik dan
dan beristirahat. denyut nadi
tekanan
Yang diukur ada di bawah,
diastolik 80-
melalui tekan tombol
90 mmHg
pengukuran start dan
tekanan darah tunggu hingga
sehingga angka tekanan
menghasilkan darah muncul
tekanan sistol dan
diastole
2. Independe Hidroth Hidroterapi Prosedur - - -
n erapy merupakan Kerja
bentuk dari terapi Hidroterapi
latihan yang
menggunakan
modalitas air
hangat. Air
menjadi media
yang tepat untuk
pemulihan, dan
secaar ilmiah air
hangat memiliki

13
dampak fisiologis
bagi tubuh seperti
beban pada sensi-
sendi serta
hangatnya air
dapat membuat
sirkulasi darah
menjadi lancar

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyusunan Latar belakang penelitian biasanya mengenai keadaan atau
fakta aktual yang menarik perhatian penulis untuk diteliti dan mengungkapkan
gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran
untuk memunculkan permasalahan-permasalahan dan kerugian-kerugian yang
muncul jika masalah tersebut tidak ditangani. Terdapat empat langkah dalam
penyusunan pendahuluan yaitu mengidentifikasi masalah riset, menetapkan
masalah riset, merumuskan judul riset dan merumuskan tujuan riset.

15
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth J. Corwin. 2009 .Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.

Inggrid Evi Dilianti, Erlisa Candrawati, Ragil Catur Adi W. 2017. Efektivitas
hidroterapi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi di panti wreda al- islah malang. Nursing News. Volume 2 nomor
3.

Irianto Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabet

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes Ri.

Kemenkes Ri. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes Ri

Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Kusumawati R.,Meilirianta, Rustandi B. 2018. .Hidroterapi air hangat terhadap


penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Sosial
Tresna Werdha Senjarawi Bandung. Jurnal Keperawatan Aisyiyah.

Martono H dan Kris Pranaka. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geiatri (Ilmu
Kesehatan Lanjut Usia). Edisi ke 4 Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara. 2008. Mengenal Usia Lanjut
dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho. W. 2008. Keperawa tan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.

Roni, Setiawan, Fatimah. 2009. Fisiologi Kardiovaskular berbasis masalah


keperawatan. Jakarta: EGC.

16
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai