PENDAHULUAN
Kegagalan dalam berinteraksi dengan orang lain, menurut Nasir dan Muhith
(2011, hlm.9) akan menimbulkan respons fisiologis maupun psikologis pada
remaja ketika keinginan tersebut tidak tercapai. Kondisi ini terjadi karena
seseorang tidak mau belajar dari sebuah proses interaksi dengan orang lain
sehingga ia tidak pernah mengukur kemampuannya dengan standar orang lain.
Akibatnya, timbullah perasaan tertekan. Hal ini ditandai dengan menurunnya
minat juga motivasi dalam belajar dan masalah psikologis, seperti menurunnya
harga diri.
Faktor lingkungan dan koping yang tidak adaptif dalam menghadapi masalah
dan gangguan menjadi penyebab terjadinya masalah harga diri rendah (Fitria,
Sriati, dan Hernawaty, 2013, hlm.28). Nasir dan Muhith (2011, hlm.271)
menerangkan, salah satu upaya meminimalisir ataupun mencegah akibat lanjut
dari sumber koping yang tidak adaptif, terdapat beberapa jenis terapi modalitas
yaitu terapi okupasi, individual, kognitif, keluarga, kelompok, perilaku, bermain
dan salah satunya terapi lingkungan. Terapi lingkungan merupakan suatu
tindakan atau proses penyembuhan suatu gangguan yang disebabkan oleh
sumber-sumber gangguan, dapat berupa orang, lingkungan, benda atau kegiatan-
kegiatan yang membawa ke arah penyembuhan, salah satunya adalah terapi
rekreasi.Terapi rekreasi permainan sendiri merupakan aktivitas yang bertujuan
untuk dilakukan secara berkelompok dan meningkatkan hubungan interpersonal
pemainnya.
Dari uraian diatas, maka kelompok mengambil salah satu daari hasil
penelitian mengenai bagaimana sikap dan perilaku remaja itu sendiri dalam
1
menerima perlakuan bullying, bagaimana bullying bisa menimbulkan harga diri
rendah situasional dan dampak dari bulliying tersebut dapat diminimalisir
dengan terapi yang akan diberikan. Salah satunya dengan terapi permainan
“Crocodile River”
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Harga diri rendah situasional menurut Dalami, et al. (2009, dalam Fitria,
2013, hlm.26) adalah evaluasi diri yang terjadi bila seseorang secara tiba-tiba
mengalami trauma. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuan seseorang.Sehingga
kesimpulannya, harga diri rendah situasional adalah keadaan yang terjadi pada
3
seseorang akibat adanya trauma yang di dapat secara tiba-tiba akibat adanya
evaluasi diri yang negatif.
Terapi rekreasi bisa berupa kegiatan olahraga, pariwisata, hobi dan juga
permainan. Terapi rekreasi permainan sendiri merupakan aktivitas yang
bertujuan untuk dilakukan secara berkelompok dan meningkatkan hubungan
interpersonal pemainnya.
2.2 Penyebab
Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering
disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai
masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau
pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan
dan menuntut lebih dari kemampuannya.( Yosep,2009)
4
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
b. Faktor presipitasi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang
negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan
awal.(Townsend,2008).
5
2.3 Jenis
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
b. Respon Maladaptif
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
a. Faktor predisposisi
7
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
a) Penolakan
b. Faktor presipitasi
8
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi
secara situasional maupun kronik.
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang
membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi
konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi
saat individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat
dipenuhi.
3) Perilaku
(a) Citra tubuh Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu,
menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh,
9
menolak usaha rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri yang tidak tepat dan
menyangkal cacat tubuh.
(b) Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain, produkstivitas
menurun, gangguan berhubungan ketengangan peran, pesimis menghadapi
hidup, keluhan fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan,
distruktif kepada diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri paling
penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah, mudah
tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh.
10
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
i. Merasionalisasi penolakan
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri
rendah yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
c. Merendahkan martabat
f. Menciderai diri.
2.7 Akibat
11
berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan
cenderung menyendiri dan menarik diri.( Eko P,2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial.( DEPKES,2003).
Jangka pendek :
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan
fantasi, disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk ). (Stuart,2006).
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Terapi rekreasi bisa berupa kegiatan olahraga, pariwisata, hobi dan juga
permainan. Terapi rekreasi permainan sendiri merupakan aktivitas yang
bertujuan untuk dilakukan secara berkelompok dan meningkatkan hubungan
interpersonal pemainnya.
3.2 Tujuan
13
2. Mampu memecahkan masalah,
3. Meningkatkan kualitas kerja,
4. Mampu berkerjasama dengan kelompok dalam sinergi,
5. Berkomunikasi secara efektif, dan
6. mampu bertahan menghadapi stres.
3.3 Fungsi
3.4.Kriteria Pasien
Kriteria pasien sebagai anggota yang mengikuti terapi rekreasi degan terapi
bermain ini adalah:
14
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
4. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
5. Bertanggungjawab terhadap program antisispasi masalah.
d. Observer, bertugas :
1. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan Terapi rekeasi bermain dari
awal sampai akhir.
2. Mencatat semua aktivitas dalam terapi rekreasi bermain.
3. Mengobservasi perilaku pasien.
Lama : 60 Menit
Persiapan : 15 menit
Kegiatan : 45 menit
3.7 Metode
1. Dinamika kelompok
3. Bermain peran/simulasi
15
3.6 Media/Alat
1. Laptop
2. Musik/lagu
3. Karton 2
5. Name tag 15
6. Tape recorder
L CL
P P
P P
F F
P P
P P
OBS
Keterangan Gambar:
L : Leader
16
CL : Co-Leader
Nurul Fajar
O : Observer
F : Fasilitator
P : Pasien
Tujuan :
17
3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih.
Setting
1. Laptop
2. Musik/lagu
3. Karton 2
4. Buku catatan dan pulpen
5. Name tag 15
6. Tape recorder
7. Spidol 2
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapetis pakai papan nama
b. Evaluasi / Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
18
2) Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien.
c. Kontak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif pada klien
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Terapis mengawali kegiatan dengan membaca do’a
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan
positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih.
b. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di
whiteboard
c. Berikan pujian
d. Lakukan ulang secara bergantian
e. Terapis memilih satu dari daftar whiteboard. Kegiatan yang paling
banyak dipilih klien diambil untuk dilatih
f. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan / kemampuan yang dipilih
dengan cara:
1) Terapis memperagakan dan menjelaskan cara permainannya
2) Tape rekorder dinyalakan, buat 2 kelompok
3) Masing masing kelompok diberi 2 karton
4) Setiap kelompok harus dapat berpindah dari satu tempat ke
tempat lain dengan berada di atas kertas karton dan jangan
sampai kaki menyentuh lantai.
5) Dilakukan selama 2 kali putaran dan dilakukan sampai batas
tempat yang telah ditentukan
6) Klien memperagakan ulang permainan
7) Berikan reinforcement positif pada setiap kelompok
19
e. Kegiatan tersebut dapat diulang kembali untuk kemampuan yang
berbeda.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti Terapi.
2) Memberikan reinforcement positif terhadap kelompok
b. Tindak lanjut
1) Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih
pada jadwal kegiatan sehari-hari.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati terapi yang akan datang untuk hal positif lain.
2) Menyepakati waktu dan Tempat sampai aspek positif selesai
dilakukan.
d. Do’a Penutup
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan Terapi. Untuk Terapi terhapap harga diri
rendah situasional sesi 2, kemampun yang diharapkan adalah memiliki
satu hal positif yang akan dilatih dan memperagakannya.
20
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut terapi pada kolom nama
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ukang
daftar hal positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan
memperagakan kegiatan positif tersebut. Beri tanda jika klien mampu
dan tanda x jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi rekreasi dengan bermain dapat menurunkan tingkat harga
diri rendah pada klien akibat bullying sesuai dengan hasil pada jurnal dan
dapat digunakan sebagai terapi.
4.2 Saran
Bagi perawat semoga dapat memodifikasi terapi permainan yang
dapat dilakukan pada klien dengan harga diri rendah situasional lainnya
dan khusunyan untuk mahasiswa agar dapat memodifikasi terapi sesuai
dengan kondisi klien.
22
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N., Sriati, A., & Hernawaty, T.(2013). Laporan Pendahuluan tentang
Masalah Psikososial. Jakarta : Salemba Medika.
Hebert, W.M, Sanders, C.E., & Phye, G.D. (2004). Bulliying, Implicationts For
The Classroom. Edited by: Sanders,C.E., Phye, G.D USA : Elsevier Academic
Press
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika
23
Siswanto. (2008). Kesehatan Mental ; Konsep, Cakupan, dan Perkembangan
Ed.1. Yogyakarta : ANDI.
Suryanto, S.B. (2007). Bulliying Bikin Anak Depresi dan Bunuh Diri.
www.migasindonesia.net.
Yusuf, Ah. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
24