Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN SP

“ISOLASI SOSIAL ”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Keperawatan Anak


Program Profesi Ners Keperawatan

Disusun Oleh :
DANTI ETRIA MAHARANI, S.Kep.
NPM : 22.14901.14.23

Dosen Pembimbing : Ns. Mareta Akhriansyah, S.Kep, M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : ISOLASI SOSIAL

II. Proses terjadinya masalahan


a. Pengertian
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu
dan dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam. Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan
klien dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien
mengungkapkan perasaan klien dengan kekerasan (Sukaesti, 2018 dalam Putri
& Pardede, 2022). Isolasi sosial adalah kondisi dimana pasien selalu merasa
sendiri dengan merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman (Ningsih, 2021).

Isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang yang mengalami penurunan


bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain karena
mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak mampu menjalin hubungan yang
baik antar sesama (Lombu, 2021). Isolasi sosial merupakan keadaan dimana
seseorang individu mengalami perilaku menarik diri, serta penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, terutama
untuk mengungkapkan dan mengonfirmasi perasaan negatif dan positif yang
dialaminya (Harefa, 2021).

b. Faktor predisposisi
Predisposisi adalah ada juga faktor presipitasi yang menjadi penyebab antara
lain adanya stressor sosial budaya serta stressor psikologis yang dapat
menyebabkan klien mengalami kecemasan (Arisandy, 2017).
1. Aspek Biologis Sebagian besar faktor predisposisi pada klien yang
diberikan terapi latihan ketrampilan sosial adalah adanya riwayat
genetik yaitu sebanyak 66,7%. Faktor genetik memiliki peran
terjadinya gangguan jiwa pada klien yang menderita skizofrenia
2. Aspek Psikologis Faktor predisposisi pada aspek psikologis sebagian
besar akibat adanya riwayat kegagalan/kehilangan.Pengalaman
kehilangan dan kegagalan akan mempengaruhi respon individu dalam
mengatasi stresornya
3. Aspek sosial budaya Dimana pada klien kelolaan didapatkan aspek
sosial budaya sebagian besar adalah pendidikan menengah dan sosial
ekonomi rendah masingmasing

c. Faktor presipitas
Presipitasi Merupakan faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami isolasi sosial: menarik diri adalah adanya tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan
komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah
yang dianut dalam keluarga serta faktor biologis berupa gen yang diturunkan
dari keluarga yang menyebabkan klien menderita gangguan jiwa (Arisandy,
2017).
d. Tanda dan gejala

Data objek Data subjek


1. Banyak diam Pasien mengatakan :
2. Tidak mau bicara 1. Perasaan sepi
3. Menyendiri 2. Perasaan tidak aman
4. Tidak mau 3. Perasan bosan dan waktu terasa lambat
berinteraksi 4. Ketidakmampun berkonsentrasi
5. Tampak sedih 5. Perasaan di tolak
6. Ekspresi datar
dan
dangkal
7. Kontak mata
kurang

e. Batasan karakteristik
Karakteristik perilaku isolasi sosial yang dapat ditemukan antara lain:
Karakteristik Mayor
1. Mengeskpresikan perasaan kesepian, dan penolakan.
2. Keinginan untuk kontak lebih banyak dengan orang lain tetapi tidak mampu.
3. Melaporkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial.
4. Menggambarkan kurang hubungan yang berarti
Karakteristik Minor
1. Merasakan waktu berjalan lambat
2. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan mengambil keputusan
3. Perasaan tidak berguna
4. Perasaan penolakan
5. Kurang aktivitas secara verbal maupun fisik
6. Tampak depresif, cemas atau marah
7. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya
8. Sedih, afek dangkal
9. Tidak komunikatif
10. Menarik diri
11. Kontak mata buruk
12. Larut dalam pikiran dan ingatan sendiri

f. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan social diantanranya perilaku menarik diri atau
isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias dialamipasien
dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan
dan kecemasan.Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi
atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian dan
kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan
tingkah laki masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dalam kenyataan, sehingga
berakibat lanjut halusinasi (Eko prabowo, 2014).

g. Rentang respon
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon
adapatif dan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku.
Sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu
untuk menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma sosial
dalam budaya setempat. Berikut rentang respon sosial menurut Stuart (2016) :
Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Kesendirian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Ketergantungan Narcisisme
Saling
tergantung

1. Respons adaptif
a. Solitude (menyendiri)
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk mengendalikan perilaku
mereka sendiri saat menerima dukungan saat bantuan dari orang yang
berarti dan diperlukan (Stuart,2016). Respon yang dilakukan individu
dalam merenungkan hal yang terjadi atau dilakukan dengan tujuan
mengevaluasi diri untuk kemudian menentukan rencana-rencana
(Sutejo, 2019).
b. Otonomi
Kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku mereka sendiri,
membangun ikatan afektif yang kuat untuk kepribadian yang matang
(Stuart,2016).
c. Mutualisme atau bekerja sama
Kemampuan individu untuk menerima,membangun ikatan afektif yang
kuat dengan orang lain (Stuart,2016). Kemampuan individu untuk
saling memberi dan menerima dalam hubungan sosial (Sutejo, 2019).
d. Interdependen atau saling ketergantungan
Dalam hubungan antara manusia biasanya mengembangkan
keseimbangan perilaku dependen dan independen (Stuart, 2016).

2. Respons maladaptive
a. Merasa sendiri (kesepian) merasa tidak tahan atau yang lain
menganggap bahwa dirinya sendirian dalam menghadapi masalah,
cenderung pemalu, sering merasa tidak percaya diri dan minder
(Muhith, 2015).

b. Menarik diri suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan


dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Muhith,
2015).
c. Tergantungan (Dependen) Seseorang yang gagal mengembangkan
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses, merasa kesulitan yang
beresiko menjadi gangguan depresi dan gangguan cemas sehingga
berkecenderungan berpikiran untuk bunuh diri (Muhith, 2015).
d. Manipulasi perilaku dimana orang memperlakukan orang lain sebagai
objek dan bentuk hubungan yang berpusat di sekitar isu- isu kontrol
dan perilaku mereka sulit dipahami (Stuart, 2016). gangguan sosial
yang memperlakukan sebagai objek, dimana hubungan terpusat pada
pengendalian masalah orang lain dan individu cenderung berorientasi
pada diri sendiri, atau sikap mengontrol yang digunakan sebagai
pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi yang dapat digunakan
sebagai alat berkuasa atas orang lain (Sutejo, 2019).
e. Impulsif suatu keadaan marah ketika orang lain tidak mendukung
ketidak mampuan untuk merencanakan sesuatu, ketidak mampuan
belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan (Stuart, 2016).
respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak
mampu untuk belajar dari pengalaman dan tidak dapat melakukan
penilaian secara objektif (Sutejo, 2019).
f. Narcisme orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki harga
diri yang rapuh, mendorong mereka untuk mencari pujian dan
kekaguman secara terus-menerus, penghargaan, sikap yang egosentrik,
iri hati dan marah ketika orang lain tidak mendukungnya (Stuart,
2016). Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris,

h. Sumber koping
Sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk
memutuskan mengenai apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu
masalah. Dalam menghadapi stressor klien dapat menggunakan koping yang
dimilikinya baik internal ataupun eksternal (Satrio, dkk, 2015).
1. Kemampuan Personal
Pada klien dengan isolasi sosial sosial kemampuan personal yang harus
dimiliki meliputi kemampuan secara fisik dan mental. Kemampuan
secara fisik teridentifikasi dari kondisi fisik yang sehat. Kemampuan
mental meliputi kemampuan kognitif, afektif, perilaku sosial.
Kemampuan kognitif meliputi kemampuan yang sudah atau pun yang
belum dimiliki klien didalam mengidentifikasi masalah, menilai dan
menyelesaikan masalah, sedangkan kemempuan afektif meliputi
kemampuan untuk meningkatkan konsep diri kliendan kemampuan
perilaku terkait dengan kemampuan melakukan tindakan yang adekuat
dalam menyelesaikan stressor yang dialami (Satrio, dkk, 2015).
2. Dukungan Sosial
Sumber dukungan isolasi social pada klien dengan isolasi social
meliputi dukungan yang di miliki klien baik yang di
dapatkan dari keluarga, perawat maupun dari lingkungan sekitar klien.
Dukungan yang di berikan dapat berupa dukungan fisik dan psikologis.
Dukungan fisik di peroleh melalui dukungan dan keterlibatan aktif dari
keluarga, perawat, dokter serta tenaga kesehatan lainnya. Untuk
mampu memberikan dukungan sosial kepada klien dengan isolasi
social keluarga harus mengenal masalah, menentukan masalah, dan
menyelesaikan masalah ( Satrio, dkk 2015).
3. Aset material
Aset material yang dapat diperoleh meliputi dukungan financial, sistem
pembiayaan layanan kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun
program layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, kemudahan
mendapatkan fasilitas dan layanan kesehatan serta keterjangkauan
pembiayaan pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana transportasi
untuk mencapai layanan kesehatan selama dirumah sakit maupun
setelah pulang (Satrio, dkk. 2015).
4. Keyakinan positif
Keyakinan positif adalah keyakinan diri yang menimbulkan motivasi
dalam menyelesaikan segala stressor yang dihadapi. Keyakinan positif
diperoleh dari keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengatasi
ketidakmampuan klien dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar
(Satrio, dkk. 2015).
i. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengacam dirinya, kecemasa koping yang sering
yang digunakan adalah regras dan isolasi (Fairly,2018). Mekanisme koping
yang berhubungan dengan respons sosial yang maladaptif merupakan upaya
untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan ancaman atau kesepian
yang dialami. Namun, cara ini tidak sehat dan sering memiliki efek yang tidak
diinginkan mengarahkan orang – orang menjauh. Dengan demikian orang
tersebut selalu terperangkap dalam konflik mendekat dan menghindar dari
dilema membutuhkan dan menakutkan, mencari hubungan anatara manusia di
satu sisi dan mendorong orang – orang pergi di sisi lain. Orang manipulatif
melihat orang lain sebagai objek. Pertahanan mereka melindungi diri dari rasa
sakit psikologis yang potensial berhubungan dengan hilangnya orang yang
penting dalam hidupnya. Orang dengan ganggua kepribadian antisosial sering
menggunakan pertahanan proyeksi dan pemisahan (Stuart, 2016).
1. Proyeksi
Menempatkan tanggung jawab atas peilaku isolasi sosial diluar diri sendiri
2. Pemisahan
Karakteristik dari seeseorang isolasi sosial. Pemisahan adalah
ketidakmampuan untuk mengintegrasikan aspek baik dan buruk dari diri
sendiri dan berbagai objek
3. Identifikasi proyektif
Mekanisme pertahanan yang kompleks. Klien memproyeksikan bagian
dari dirinya kepada orang lain, yang sering tidak menyadari hal tersebut
(Stuart, 2016).

III. Pohon masalah


Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronik

IV. Masalah keperawatan dan data yang perlu di kaji


a.Masalah keperawatan ( diagnosa)
1. Gangguan sensori persepsi : isolasi social

b. Analisa data

NO DATA MASALAH
DS: Isolasi sosial
Pasien mengatakan :
1. Perasaan sepi
2. Perasaan tidak aman
3. Perasan bosan dan waktu
terasa lambat
4. Ketidakmampun
berkonsentrasi
Perasaan di tolak
DO:
1. Banyak diam
2. Tidak mau bicara
3. Menyendiri
4. Tidak mau
5. berinteraksi
6. Tampak sedih
7. Ekspresi datar dan
8. dangkal
9. Kontak mata
10. kurang

a. Rencana tindakan keperawatan

DX Rencana tindakan keperawatan Rasional


Keperawat Tujuan Kriteria hasil Intervensi
an

Isolasi TUM : Klien Setelah 2 X  . Bina hubungan saling Hubungan


sosial mampu interaksi klien percaya dengan : saling percaya
berinteraksi menunjukan tanda- - beri salam setiap merupakan
dengan tanda percaya berinteraksi langkah awal
orang lain kepada atau - Perkenalkan nama, nama untuk
terhadap perawat : panggilan perawat, dan melakukan
TUK 1 :  Wajah cerah, tujuan perawat berkrnalan interaksi.
Klien dapat tersenyum - Tanyakan dan panggil
membina  Mau nama kesukaan klien
hubungan berkenalan - Tunjukan sikap jujur dan
saling  Ada kontak menepati janji setiap kali
percaya mata berinteraksi
 Bersedia - Tanyakan perasaan dan
menceritakan masalah yang dihadapi
perasaan klien
 Berseddia - Buat kontrak interaksi
mengungkap yang jelas
kan
 - Dengarkan dengan penuh
masalahnya
perhatian ekspresi
perasaan klien

TUK 2 : 2.Setelah 2 kali  Tanyakan pada klien Dengan


Klien interaksi klien tentang : mengetahui
mampu dapat menyebutkan - Orang yang tinggal tanda dan gejala
menyebutka minimal satu serumah atau dengan kita dapat
n penyebab penyebab menarik sekamar klien mengetahu
tanda dan diri : - Orang yang paling dekat intervensi
gejala isolasi  Diri Sendiri ddengan klien dirumah selanjutnya.
sosial  Orang lain atau diruangan perawatan
 Lingkungan - Apa yang membuat klien
dekat dengan orang
tersebut
- Orang yang tidak dekat
dengan klien dirumah
atau diruangan perawat
- Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
- Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang tersebut

 Diskusikan dengan klien


penyebab menarik diri /
tidak mau bergaul dengan
orang lain

 Beri pujian terhadap


kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya


TUK 3 : 3.Setelah 2 X  Tanyakan pada klien Reinforcement
Klien interaksi dengan tentang : dapat
mampu klien dapat - Manfaat hubungan sosiial meningkatkan
menyebutka menyebutkan - Kerugian menarik diri harga diri klien
n keuntungan
keuntungan berhubungan  Diskusikan bersama klien
berhubungan sosial, misalnya : tentang manfaat
sosial dan  Banyak teman berhubungan sosial dan
kerugian  Tidak kerugian menarik diri
menarik diri kesepian
 Saling  Beri pujian terhadap
menolong kemampuan klien
mengungkapkan
Dengan kerugian perasaannya
menarik diri
misalnya :
 Sendiri
 Kesepian
 Tidak bisa
diskusi
TUK 4 : 4.Setelah 2 X  Observasi perilaku klien Mengetahui
Klien dapat interaksi klien tentang berhubungan sejauh mana
melaksanaka dapat sosial pengetahuan
n hubungan melaksanakan klien tentang
sosial secara hubungan soosial  Beri motivasi dan bantuu berhubungan
bertahap secara bertahaap klien untuk berkenalan / dengan orang
dengan : berkomunikasi dengan lain.
 Perawat perawat lain, klien lain,
 Perawat lain kelompok
 Kelompok
 Libatkan klien dalam
terapi aktivitas kelompok
sosialisasi

 Diskusikan jadwal harian


yang dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
 Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
jadwal yang telah dibuat

 Beri pujian terhadap


kemampuan klien
memperluas pergaulanya
melalui aktifitas yang
dilaksanakan

 1.Diskusikan dengan
TUK 5 : Setelah 2X klien tentang Agar klien lebih
Klien interaksi klien perasaanya setelah percaya diri
mampu dapat menyebutkan berhbungan sosial untuk
menjelaskan perasaanya setelah dengan : berhungan
perasaanya berhubungan sosial dengan orang
 -Orang lain
setelh dengan : lain.
- Kelompok
berhubungan  Orang lain
sosial.  Kelompok
 2.Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaaanya.

Setelah 2X kali  1.Diskusikan pentingya Agar klien lebih


TUK : 6 pertemuan, peran serta percaya diri dan
Klien keluarga dapat keluarganay sebagai tau akibat tidak
mendapat menjelaskan : pendukung untuk berhubungan
dukungan  pengertian mengatasi perilaku dengan orang
keluarga menarik diri menarik diri lain
dalam  tanda dan  2.Diskusikan potensi
memperluas gejala keluarga untuk
hubyngan menarik diri membantu klien
sosial  penyebab dan mengatasi perilaku
akibat menarik diri
menarik diri  3.Jelaskan pada
 cara merawat keluarga tentang :
klien menarik  -pengertian menarik
diri. diri
 -tanda dan gejala
menarik diri
 -penyebab dan akibat
menarik diri
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama : Isolasi Sosial

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak
diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang
lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b. Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan :Isolasi sosial
B. Strategi pelaksanaan tindakan:
1. Tujuan khusus :
a. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya
isolasi sosial
b. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
c. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang
lain
d. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
2. Tindakan keperawatan.
a. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
dan mengajarkan pasien berkenalan

ORIENTASI (PERKENALAN):
“Selamat pagi ”
“Saya ..............., Saya senang dipanggil ....., Saya mahasiswa UNIMUS yang akan
merawat Ibu.”
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman ibu ? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Mau berapa lama, bu? Bagaimana kalau 15 menit”
KERJA:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat ibu jarang bercakap-cakap
dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? O.. ibu merasa sendirian? Siapa saja
yang ibu kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?”
“Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”
”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah
kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah ya ibu ? belajar bergaul dengan orang lain ?
«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang
dipanggil T. Asal saya dari Flores, hobi memancing”
“Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:
Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan
saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”
” ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke
pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap


(berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-)
ORIENTASI :
“Selamat pagi bu! ”
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan perawat ! »
« Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak ibu mencoba
berkenalan dengan teman saya perawat T. Tidak lama kok, sekitar 10 menit »
« Ayo kita temui perawat T disana »
KERJA :
( Bersama-sama klien saudara mendekati perawat N)
« Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N »
« Baiklah bu, ibu bisa berkenalan dengan perawat T seperti yang kita praktekkan
kemarin « 
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat T : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada perawat T . coba tanyakan tentang keluarga
perawat T »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu
bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat T, misalnya jam 1 siang nanti »
« Baiklah perawat T, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan ibu akan kembali ke
ruangan ibu. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat T untuk melakukan terminasi
dengan klien di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan perawat T”
” ibu tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti ibu coba sendiri.
Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”
SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang
kedua-seorang pasien)

ORIENTASI:
“Selamat pagi bu! Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Tkemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat T kemarin siang”
”Bagus sekali ibu menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau begitu ibu ingin punya banyak teman lagi?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita temui dia di ruang makan”
KERJA:
( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )
« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »
« Baiklah bu, ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah ibu lakukan
sebelumnya. » 
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama
panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »
« Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada O»
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu
bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »
(ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
« Baiklah O, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan ibu. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi
dengan S di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan O”
”Dibandingkan kemarin pagi, T tampak lebih baik saat berkenalan dengan O”
”pertahankan apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan O jam 4 sore nanti”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari ibu dapat berbincang-bincang
dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu
bisa bertemu dengan T, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya ibu
bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana ibu, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman ibu. Pada jam yang
sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”
3. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Tujuan:
setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
Tindakan:
Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu
pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu
bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah
meliputi:
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan tentang:
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
2) Penyebab isolasi sosial.
3) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
a) Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap
peduli dan tidak ingkar janji.
b) Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan
tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.
c) Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
d) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
c. Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
d. Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,
mendiskusikan yang dihadapi.
e. Menjelaskan perawatan lanjutan

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah


isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien
dengan isolasi sosial
Peragakan kepada pasangan saudara komunikasi dibawah ini
ORIENTASI:
“Selamat pagi Pak”
”Perkenalkan saya perawat Y....., saya yang merawat, anak bapak”
”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak sekarang?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya”
”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau
setengah jam?”

KERJA:
”kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak bapak? Apa yang sudah
dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah
dengan orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus
sabar menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak bapak, keluarga perlu
melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya
dengan anak bapak yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak dan
jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada
anak bapak untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah
pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”
« Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap
dengan anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama,
melakukan kegiatan rumah tangga bersama.” 
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
” Begini contoh komunikasinya, Pak: anak bapak, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa
bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang
sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara
yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di
rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama
keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana anak bapak, kamu mau coba kan, nak ?”
”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”
”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”
TERMINASI:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”
“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial »
« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang
mengalami masalah isolasi sosial »
« Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut »
«Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. »
«  Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ? »
« Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa
hari yang lalu?”
“Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba
30 menit.”
”Sekarang mari kita temui anak bapak”
Kerja:
”Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?”
”Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal
kegiatannya!”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari lalu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang
telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”
« «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang
Pak »
« Sampai jumpa »

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

ORIENTASI :
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan lanjutan
di rumah.”
”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja”
”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA:
”Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di
rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau
bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa
anak bapak ke rumah sakit”
TERMINASI:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak.
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silakan selesaikan administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA

Arisandy, W. (2017). Pengaruh Penerapan Terapi Musikal Pada Pasien Isolasi Sosial
Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Dirumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2017. In Proceeding Seminar Nasional Keperawatan. 3(1), 285-292.
Http://Www.Conference.Unsri.Ac.Id/Index.Php/SNK/Article/View/785
Harefa, A. R. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan Masalah
Isolasi Sosial.
Ningsih, Y. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. K Dengan Masalah
Isolasi Sosial Di Wih Nongkal Toa.
Sutejo (2019). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Stuart, G., Keliat, A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa
(edisi Indonesia). Singapura: Elsever.
Satrio, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Lampung: LP2M
1.

Anda mungkin juga menyukai