Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

A. Definisi
Infeksi  saluran  pernafasan  akut  (ISPA)  adalah  radang  akut  saluranpernafasan  atas
maupun bawah yangdisebabkan oleh infeksi jasad renik ataubakteri, virus, maupun reketsiatanpa
atau  disertai  dengan  radang  parenkimparu.
ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalamsaluran
pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsungsampai 14 hari.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.  Sebagian
besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA


a. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau
kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis
simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan
penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus,
Coxsackie, dan Echo.
b. Manusia
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (2013) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua.
Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
saluran nafasnya masih sempit.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (2012), menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.

3.Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian
terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena
penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya
daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit
penyakit dalam tubuh.

4. Berat Badan Lahir


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram.
Menurut Tuminah (2012), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada
bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah
penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.

5. Status ASI Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor
antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6
hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan
(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting
untuk melindungi bayi dari infeksi.

6.Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan
pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam
pemeliharaan kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2012), dengan desain cross
sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada
balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan
mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.

2. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini
berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak
memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran
udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

4. Kepadatan Hunian Rumah


Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2014) menemukan proses
kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat
dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian
Chahaya tahun 2012, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar
9 kali.

5. Penggunaan Anti Nyamuk


Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
6. Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas
udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar
nasional pada tahun 2012, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan
penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.

7. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri
dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon
Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons  (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil
penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua
umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.

8. Status Ekonomi dan Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2013), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa
anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan
bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.

Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomia.


a. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, otitismedia, faringitis.

b. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)


Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampaidengan alveoli, dinamakan
sesuai dengan organ saluran nafas, sepertiepiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis,
bronkiolitis, pneumonia.
B.Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara
lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,hemofilus, bordetella, dan korinebacteriu
m. Virus penyebabnya antara laingolongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus,
mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab  ISPA
diantaranyabakteri  stafilokokus dan  streptokokus  serta virus influenzayangdiudarabebasakan 
masuk  dan  menempel  pada  saluran  pernafasan  bagian  atas  yaitutenggorokan dan
hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2tahun yang
kekebalan  tubuhnya  lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan
juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa  faktor  lain  yang  diperkirakan  berkontribusi  terhadap  kejadianISPA pada 
anak  adalah  rendahnya  asupan  antioksidan,  status gizi  kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.

C. Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi
hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi
gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum.

D. Tanda dan gejala


Pilek biasa, Keluar sekret cair dan jernih dari hidung, Kadang bersin-bersin, Sakit
tenggorokan, Batuk, Sakit kepala, Sekret menjadi kental, Demam, Nausea, Muntah, Anoreksia
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem
kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal,
gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus
menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan
mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan
berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat
dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan
tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh
dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan
wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.

Tanda-tanda laboratoris
a. Hypoxemia
b.Hypercapnia dan
c. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak
golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya
menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran
menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.
E. Patofisiologi
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang
terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar
penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang
penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
Walaupun saluran pernapasan atas (akut) secara langsung terpajan lingkungan, namun
infeksi relatif jarang terjadi berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang
mengenai bronchus dan alveoli.
Terdapat beberapa mekanisme protektif di sepanjang saluran pernapasan untuk mencegah
infeksi, refleksi batuk mengeluarkan benda asing dan mikroorganisme, dan membuang mucus
yang tertimbun, terdapat lapisan mukosilialis yang terdiri dari sel-sel dan berlokasi dari bronchus
ke atas yang menghasilkan mucus dan sel-sel silia yang melapisi sel-sel penghasil mucus.
Silia bergerak dengan ritmis untuk mendorong mucus, dan semua mikroorganisme yang
terperangkap di dalam mucus, ke atas nasofaring tempat mucus tersebut dapat dikeluarkan
melalui hidung, atau ditelan. Proses kompleks ini kadang-kadang disebut sebagai system
Eksalator mukolisiaris.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut dan mengkoloni saluran napas
atas, maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ketiga yang penting
(system imum) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai di saluran napas bawah.
Respons ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih lainnya
misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat proses peradangan
berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme pertahanan di bidang pernapasan, atau
mikroorganismenya sangat virulen, maka dapat timbul infeksi saluran pernapasan bawah.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium:
Pada pemeriksaan ditemukan gambaran sebagai berikut:
a. Hb menurun, nilai normal L: 13-16gr%, P: 12-14gr%
b. Leukosit meningkat, nilain normal 500-1000/mm3
c. Eritrosit menurun, nilai normal 4,5-5,5 juta/mm3
d.Urine biasanya lebih tua, mungkin terdapat albuminuria karena suhu tubuh meningkat.

G. Penatalaksanaan     
1.  Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian
multivitamin dll.

2.  Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO :Pneumonia rawat jalan  yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin, Ampisillin,Penisillin
Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

H. Komplikasi 
ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease yangsembuh
sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPAyang tidak
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakitseperti :
semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco
pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas.( Whaley and Wong,
2000 ).
ASKEP TEORITIS
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS

A. Pengkajian
Riwayat kesehatan:
1. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan).
2. Riwayat penyakit sekarang (Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak,
sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan
sakit tenggorokan).
3. Riwayat penyakit dahulu (Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit
sekarang).
4. Riwayat  penyakit  keluarga  (Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut).
5. Riwayat sosial (Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya).

Pemeriksaan fisik :
B1 (Breath)  :
        Inspeksi :
o  Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan.
o  Tonsil tanpak kemerahan dan edema.
o  Tampak batuk tidak produktif,
o  Tidak ada jaringna parut pada leher,
o  Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung,
tachypnea, dan hiperventilasi.

        Palpasi :
o  Adanya demam.
o  Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis.
o  Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
        Perkusi : 
o  Suara paru normal (resonance).

        Auskultasi :
o  Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi.


B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga,
terjadi  gangguan penciuman.
B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan.
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit,
nyeri telan pada tenggorokan.
B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010).

Pemeriksaan Penunjang :
1)   Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman.

2)   Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.

3)   Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

B. Diagnosa keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
 Tujuan  :
suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C.
  Pasien akan menunjukkan termoregulasi (keseimbangan antara produksi
panas, peningkatan panas, dan kehilangan panas).
 Kriteria Hasil : Suhu tubuh kembali normal
Nadi : 60-100 denyut per menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
RR : 16-20 kali per menit

3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
 Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
 Kriteria hasil : Nyeri berkurang skala 1-2

4)Risiko  tinggi  penularan  infeksi  b.d  tidak  kuatnya  pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun).
 Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi Meminimalisir penularan infeksi
lewat udara
 Kriteria hasil : Anggota keluarga tidak ada yang tertular ISPA

C. Intervensi
1. Intervensi diagnose 1:
a.Observasi tanda-tanda vital
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila
c. Anjurkan  klien  untuk  menggunakan  pakaian  yang  tipis  dan  dapat
menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari
f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g. Kolaborasi dalam pemberian therapy:
- Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
- Antipiretika

Rasionalisasi:
a.  Pemantauan  tanda  vital  yang  teratur  dapat  menentukanperkembangan perawatan
selanjutnya.
b.  Dengan  memberikan  kompres,  maka  akan  terjadi  proseskonduksi/perpindahan panas
dengan bahan perantara.
c.  Proses  hilanganya  panas  akan  terhalangi  untuk  pakaian  yang  tebaldan tidak akan
menyerap keringat.
d.  Penyediaan udara bersih.
e.  Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
f.   Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.
g.  Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas.

2. Intervensi diagnose 2:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0–10),faktoryang  memperburuk  atau 
meredakan  nyeri,  lokasi,  lama,  dan karakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia,  asap  rokok, 
dan  mengistirahatkan/meminimalkan  bicara  bila suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
d. Kolaborasi dalam pemberian therapy: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan
inhalasi, & analgesik)

Rasionalisasi:
a. Identifikasi  karakteristik  nyeri  dan  faktor  yang  berhubungan merupakan suatu hal yang
amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari
terapi yang diberikan.
b.Mengurangi bertambah beratnya penyakit. 
c. Peningkatan  sirkulasi  pada  daerah  tenggorokan  serta  menguranginyeri tenggorokan.
d.  Kortikosteroid digunakan untuk mencegah  reaksi alergi/menghambat pengeluaran  histamin
dalam  inflamasi  pernafasan.  Analgesik  untuk mengurangi nyeri.

3. Intervensi diagnose 3:
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
d. Tingkatkandaya tahan tubuh, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A da
nmineral  seng  atau  anti  oksidan  jika  kondisi  tubuh  menurun/asupanmakanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur

Rasionalisasi:
a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius.
b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan memperbaikipertahanan klien
terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
d.Malnutrisi  dapat  mempengaruhi  kesehatan  umum  dan  menurunkan tahanan terhadap
infeksi.
e. Dapat diberikan untuk  organisme  khusus  yang  teridentifikasi dengankultur  dan  sensitifitas 
atau  diberikan  secara  profilaktik  karena  risiko tinggi.

D. Implementasi Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
1. Mengukur tanda tanda vital
2. Menganjurkan kompres air hangat
3. Memberikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian berbahan
tipis
4. Berkolaborasi dalam pemberian therapy obat penurun panas sesuai dengan dosis dan
tepat waktu
2 . Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil
1. Meningkatkan istirahat
2. Memberikan informasi tentang nyeri kepada klien seperti penyebab nyeri,  berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan dari prosedur
3. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.

3. Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder


1. Membatasi pengunjung
2. Mempertahankan teknik isolasi
3. Memperbanyak istirahat

Anda mungkin juga menyukai