“WAHAM”
Disusun Oleh :
DANTI ETRIA MAHARANI, S.Kep.
NPM : 22.14901.14.23
I. Masalah Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Waham
b. Faktor predisposisi
1. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
2. Neurobiologis :adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
3. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III
5. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli
c. Faktor presipitas
1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu
2. Batasan karakteristik
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya
tambang emas.”
2. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
3. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.”
4. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan
bahwa ia sakit kanker).
5. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan
ke dalam pikirannya.
7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan
di luar dirinya.
3. Akibat
Waham dapat menimbulkan klien menjadi berisiko unutk mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Gejala klinis yang muncul berupa :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Keras dan menuntut
3. Mendekati orang lain dengan ancaman
4. Memberi kata-kata ancaman
5. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
6. Rencana melukai diri sendiri dan orang lain
4. Rentang respon
5. Sumber koping
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya
ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat
cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan
teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan
yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.
Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super
Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi
sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi
( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
6. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang
menakutkan dengan respon neurobiologist yang maladaptive meliputi: regresi
berhubungan dengan masalah proses informasi dengan upaya untuk mengatasi
ansietas, proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi, menarik diri,
pada keluarga: mengingkari.
DO :
KERJA:
“Saya mengerti mas B merasa bahwa mas B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus mas?”
“Tampaknya mas B gelisah sekali, bisa mas ceritakan apa yang
mas B rasakan?”
“O... jadi mas B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri mas sendiri?”
“Siapa menurut mas B yang sering mengatur-atur diri mas?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya mas, juga kakak dan adik mas yang lain?”
“Kalau mas sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus mas sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut mas”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya mas ingin ada kegiatan diruangan ini ya.
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini mas coba lakukan, setuju mas?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Mas miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
ORIENTASI
“Selamat pagi mas B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah mas B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran amas?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi mas B tersebut?”
“Berapa lama mas B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?”
KERJA
“Apa saja hobby amas? Saya catat ya Mas, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya mas B pandai main catur ya, tidak semua orang bisa bermain catur seperti itu
lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa mas B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada mas B, dimana?”
“Bisa mas B peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan mas B ini ya, berapa kali sehari/seminggu mas B mau
bermain catur?”
“Apa yang mas B harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan mas B yang lain selain bermain catur?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
amas?”
“Setelah ini coba mas B lakukan latihan catur sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya mas?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya setuju?”
SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
ORIENTASI
“Selamat pagi mas B.”
“Bagaimana mas sudah dicoba latihan caturnya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang mas B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?”
“Berapa lama mas B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
KERJA
“Mas B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Mas B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam mas, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut mas B terasa kering, untuk membantu mengatasinya
amas bisa banyak minum ”.
“Sebelum minum obat ini mas B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama
mas tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya mas B tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap
tentang obat yang mas B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan amas. Jangan lupa minum obatnya dan nanti
saat makan minta sendiri obatnya pada perawat”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Mas!”
“mas, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di sini?”
“Sampai besok.”
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan :
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
Tindakan :
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang:
Cara merawat pasien waham dirumah
Follow up dan keteraturan pengobatan
Lingkungan yang tepat untuk pasien.
d. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat)
e. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
f. Latih cara merawat
g. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa ?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari
yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
KERJA
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan
ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang
dimiliki B. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak
dan ibu membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan pasien
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, karena mas B rencana mau pulang, bagaimana kalau kita berbincang
tentang perawatan lanjutan untuk B?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di sini”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu menyelesaikan
administrasi di depan.”
KERJA
“Pak/Bu, ini jadwal B yang sudah dibuat. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semu? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di
rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau
melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu
dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus menerus
dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera kontrol ke rumah sakit ya”
TERMINASI
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap melanjutkan
di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Kalau ada apa-apaBpk/Ibu boleh juga menghubungi kami.
Sampai jumpa!”
DAFTAR PUSTAKA
Buku, SDKI, SIKI, SLKI PPNI 2017, edisi I Cetakan ke II, Jakarta
Ah. Yusuf (2014 ) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Keliat B Anna. (2012). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta: FIK
UI
Stuart GW, Sundeen SJ. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC