Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN SP

“WAHAM”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Keperawatan Anak


Program Profesi Ners Keperawatan

Disusun Oleh :
DANTI ETRIA MAHARANI, S.Kep.
NPM : 22.14901.14.23

Dosen Pembimbing : Ns. Mareta Akhriansyah, S.Kep, M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Waham

II. Proses terjadinya masalahan


a. Pengertian
Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan secara kuat
atau terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan, (Buku SDKI PPNI,
2017)
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada
di dalam isi pikirannya.( A.Yusuf dkk, 2014)
Waham adalah suat keyakinan yang dipertahankan secara kuat dan terus
menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat & Akemat 2009). Ramdi
(2013) mengatakan bahwa waham merupakan suatu keyakinan tentang isi
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan inteligensia
dan latar belakang kebudayaan, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh
dan tidak dapat diubah- ubah.

b. Faktor predisposisi
1. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
2. Neurobiologis :adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
3. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III
5. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli
c. Faktor presipitas
1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu

1. Tanda dan gejala


Data objek Data subjek
1. Klien menunjukkan Pasien mengatakan:
perilaku sesuai isi 1. Klien mengungkapakan isi
waham waham
2. Isi pikir tidak sesuai 2. Klien merasa sulit
realitas berkonsentrasi
3. Isi pembicaraan sulit 3. Klien merasa kawatir
dimengerti
4. Curiga berlebihan
5. Waspada berlebihan
6. Bicara berlebihan
7. Sikap menentang atau
permusuhan
8. Wajah tegang
9. Pola tidur berubah
10. Tidak mampu
mengambil keputusan
11. Flight of idea
12. Produktifitas kerja
menurun
13. Tidak mampu
merawat diri
14. Menarik diri

2. Batasan karakteristik
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya
tambang emas.”
2. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
3. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.”
4. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan
bahwa ia sakit kanker).
5. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan
ke dalam pikirannya.
7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan
di luar dirinya.

3. Akibat
Waham dapat menimbulkan klien menjadi berisiko unutk mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Gejala klinis yang muncul berupa :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Keras dan menuntut
3. Mendekati orang lain dengan ancaman
4. Memberi kata-kata ancaman
5. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
6. Rencana melukai diri sendiri dan orang lain
4. Rentang respon

5. Sumber koping
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya
ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat
cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan
teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan
yang luas, seseorang tetap memasang self ideal  yang melebihi lingkungan tersebut.
Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super
Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi
sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi
( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

6. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang
menakutkan dengan respon neurobiologist yang maladaptive meliputi: regresi
berhubungan dengan masalah proses informasi dengan upaya untuk mengatasi
ansietas, proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi, menarik diri,
pada keluarga: mengingkari.

III. Pohon masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan

Perubahan Proses Pikir:


Waham

Harga Diri Rendah

IV. Masalah keperawatan dan data yang perlu di kaji

a.Masalah keperawatan ( diagnosa)


1. Gangguan sensori persepsi : Waham
b. Analisa data

Data yang dikaji Masalah keperawatan


DS: Waham
Mengungkapkan :

1) Klien mengungkapakan isi waham


2) Klien merasa sulit berkonsentrasi
3) Klien merasa kawatir

DO :

1. Klien menunjukkan perilaku sesuai isi


waham
2. Isi pikir tidak sesuai realitas
3. Isi pembicaraan sulit dimengerti
4. Curiga berlebihan
5. Waspada berlebihan
6. Bicara berlebihan
7. Sikap menentang atau permusuhan
8. Wajah tegang
9. Pola tidur berubah
10. Tidak mampu mengambil keputusan
11. Flight of idea
12. Produktifitas kerja menurun
13. Tidak mampu merawat diri
14. Menarik diri
a. Rencana tindakan keperawatan
DX PERENCANAAN
KEP TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
Waham Tujuan Kriteria Evaluasi: Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
Umum :  Ekspresi wajah
percaya dengan menjadi
Klien dapat bersahabat
berkomunik  Ada kontak menggunakan prinsip dasar interaksi selanjutnya
asi dengan mata.
komunikasi teraupetik. dalam
baik dan  Mau berjabat
terarah. tangan.  Sapa klien dengan membina klien dalam
TUK 1 :  Mau menjawab
ramah baik verbal berinteraksi
Klien dapat salam.
membina  Klien mau maupun non verbal dengan baik dan benar,
hubungan duduk
 Perkenalkan diri sehingga
saling berdampingan.
percaya  Klien mau dengan sopan klien mau mengutarakan isi
mengutarakan
 Tanyakan nama perasaannya.
isi
perasaannya. lengkap dan nama
yang disukai klien.
 Jelaskan tujuan
pertemuan
 Jujur dan menepati
janji
 Tunjukkan rasa
empati dan
menerima klien
dengan apa adanya.

TUK 2 : Kriteria Evaluasi :  Beri pujian pada Reinforcement positif dapat


 Klien dapat penampilan dan meningkatkan kemampuan
Klien dapat
mempertahank kemampuan klien yang dimiliki oleh klien dan
mengidentifi
an aktivitas yang realistis harga diri klien.
kasikan
sehari-hari  Diskusikan dengan
kemampuan  Klien terdorong
 Klien dapat klien kemampuan
yang untuk memilih
mengontrol yang dimiliki pada
dimiliki. aktivitas seperti
wahamnya. waktu lalu dan saat
ini. sebelumnya
 Tanyakan apa tentang aktivitas
yang bisa yang pernah oleh
dilakukan (kaitkan klien.
dengan aktivitas  Dengan
sehari-hari dan mendengarkan klien
perawatan diri) akan merasa lebih
kemudian anjurkan diperhatikan
untuk melakukan sehingga klien akan
saat ini. mengungkapkan
 Jika klien selalu perasaannya
bicara tentang
wahamnya
dengarkan sampai
kebutuhan waham
tidak ada. Perawat
perlu
memperhatikan
bahwa klien sangat
penting.
TUK 3 : Kriteria Evaluasi :  Observasi Observasi dapat mengetahui
Klien dapat  Kebutuhan kebutuhan klien kebutuhan klien.
mengidentifi klien terpenuhi sehari-hari Dengan mengetahui
kasi  Klien dapat  Diskusikan kebutuhan yang tidak
kebutuhan melakukan kebutuhan klien terpenuhi maka dapat
yang tidak aktivitas secara yang tidak diketahui kebutuhan yang
dimiliki. terarah. terpenuhi selama akan diperlukan.
 Klien tidak dirumah maupun
menggunakan/ di RS.  Dengan melakukan
membicarakan  Hubungkan aktivitas klien tidak
wahamnya. kebutuhan yang akan lagi
tidak terpenuhi menggunakan isi
dengan timbulnya wahamnya.
waham  Dengan situasi
 Tingkatkan tertentu klien akan
aktivitas yang dapat mengontrol
dapat memenuhi wahamnya
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan tenaga.
 Atur situasi agar
klien tidak
mempunyai waktu
untuk
menggunakan
wahamnya.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi :  Berbicara dengan Reinforcement adalah
Klien dapat  Klien dapat klien dalam penting untuk meningkatkan
berhubunga berbicara konteks realitas kesadaran
n dengan dengan (realitas diri, klien akan realitas.
realitas. realitas. realitas orang lain, Pujian dapat memotivasi
 Klien waktu dan tempat). klien
mengikuti  Sertakan klien untuk meningkatkan
Terapi dalam terapi kegiatan
Aktivitas aktivitas positifnya.
Kelompok. kelompok:
orientasi realitas.
 Berikan pujian tiap
kegiatan positif
yang dilakukan
oleh klien.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi:  Diskusikan dengan Obat dapat mengontrol
Klien dapat  Klien dapat klien dan keluarga waham yang dialami oleh
menggunaka menyebutkan tentang obat, dosis, klien dan dapat membantu
n obat manfaat, efek dan efek samping penyembuhan klien
dengan samping dan obat dan akibat
benar. dosis obat. penghentian.
 Klien dapat  Diskusikan
mendemonstra perasaan klien
sikan setelah minum
penggunaan obat.
obat dengan  Berikan obat
benar. dengan prinsip
 Klien dapat lima benar dan
memahami observasi setelah
akibat minum obat.
berhentinya
mengkonsumsi
obat tanpa
konsultasi.
 Klien dapat
menyebutkan
prinsip lima
benar dalam
penggunaan
obat.

TUK 6 : Kriteria Evaluasi : Diskusikan dengan Perhatian keluarga dan


Klien dapat  Keluarga dapat keluarga tentang : pengertian keluarga akan
dukungan membina  Gejala waham dapat membantu klien
dari hubungan  Cara merawat dalam mengendalikan
keluarga. saling percaya  Lingkungan wahamnya.
dengan keluarga
perawat.  Follow up dan
 Keluarga dapat obat.
menyebutkan Anjurkan keluarga
pengertian, melaksanakan dengan
tanda dan bantuan perawat.
tindakan untuk
merawat klien
dengan
waham.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama : Waham


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan bahwa dia adalah nabi, tampak selalu memakai pakaian putih,
tampak bicara banyak, mendominasi pembicaraan.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir: Waham
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
ORIENTASI:
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya .............., panggil saya ....... saya mahasiswa
UNIMUS, saya merawat mas selama 1 minggu. Nama mas siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang mas B rasakan sekarang?”
“Berapa lama mas B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Dimana
enaknya kita berbincang-bincang, mas?”

KERJA:
“Saya mengerti mas B merasa bahwa mas B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus mas?”
“Tampaknya mas B gelisah sekali, bisa mas ceritakan apa yang
mas B rasakan?”
“O... jadi mas B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri mas sendiri?”
“Siapa menurut mas B yang sering mengatur-atur diri mas?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya mas, juga kakak dan adik mas yang lain?”
“Kalau mas sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus mas sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut mas”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya mas ingin ada kegiatan diruangan ini ya.
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini mas coba lakukan, setuju mas?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Mas miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya

ORIENTASI
“Selamat pagi mas B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah mas B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran amas?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi mas B tersebut?”
“Berapa lama mas B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?”

KERJA
“Apa saja hobby amas? Saya catat ya Mas, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya mas B pandai main catur ya, tidak semua orang bisa bermain catur seperti itu
lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa mas B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada mas B, dimana?”
“Bisa mas B peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan mas B ini ya, berapa kali sehari/seminggu mas B mau
bermain catur?”
“Apa yang mas B harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan mas B yang lain selain bermain catur?”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
amas?”
“Setelah ini coba mas B lakukan latihan catur sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya mas?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya setuju?”
SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

ORIENTASI
“Selamat pagi mas B.”
“Bagaimana mas sudah dicoba latihan caturnya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang mas B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?”
“Berapa lama mas B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

KERJA
“Mas B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Mas B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam mas, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut mas B terasa kering, untuk membantu mengatasinya
amas bisa banyak minum ”.
“Sebelum minum obat ini mas B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama
mas tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya mas B tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan mas B setelah kita bercakap-cakap
tentang obat yang mas B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan amas. Jangan lupa minum obatnya dan nanti
saat makan minta sendiri obatnya pada perawat”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Mas!”
“mas, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di sini?”
“Sampai besok.”
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan :
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal

Tindakan :
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang:
 Cara merawat pasien waham dirumah
 Follow up dan keteraturan pengobatan
 Lingkungan yang tepat untuk pasien.
d. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat)
e. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
f. Latih cara merawat
g. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi


masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya .........., saya perawat yang dinas di ruangan
ini .... Saya yang merawat mas B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah mas B dan cara merawat B
di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang ruang tamu ini?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
“Pak, bu, apakah ibu dan bapak sudah mengetahui apa yang terjadi dengan mas B ini?yang
terjadi pada mas B ini merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya
jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia
seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama:
‘Bapak/Ibu mengerti mas B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk
mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B,
misalnya: “Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada
bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernah dimiliki oleh
anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan
pujian) “Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya
HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan
dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan
penjelasan tentang obat kepada klien). Mas B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia
minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa ?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien

ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari
yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
KERJA
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan
ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang
dimiliki B. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak
dan ibu membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan pasien

ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, karena mas B rencana mau pulang, bagaimana kalau kita berbincang
tentang perawatan lanjutan untuk B?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di sini”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu menyelesaikan
administrasi di depan.”
KERJA
“Pak/Bu, ini jadwal B yang sudah dibuat. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semu? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di
rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau
melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu
dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus menerus
dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera kontrol ke rumah sakit ya”

TERMINASI
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap melanjutkan
di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Kalau ada apa-apaBpk/Ibu boleh juga menghubungi kami.
Sampai jumpa!”
DAFTAR PUSTAKA

Buku, SDKI, SIKI, SLKI PPNI 2017, edisi I Cetakan ke II, Jakarta
Ah. Yusuf (2014 ) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat B Anna. (2012). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta: FIK
UI

Kusumawati , Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika

Stuart GW, Sundeen SJ. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC

Tim Direktorat Keswa. (2014). Standart Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1.


Bandung: RSJP Bandung

Townsend M C. (2008). Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri: Pedoman


Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai