DI SUSUN OLEH :
FAJAR PURNAMA
21005
CI LAHAN CI INSTITUSI
2023
I TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimuli ekstern; persepsi palsu (Lubis, 1993).
Menurut May Durant Thomas (2004) halusinasi secara umum dapat ditemukan
pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan
hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus
halusinasi.
C. Klasifikasi Halusinasi
1) Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang
membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada
suara di sekitarnya.
2) Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau
sesuatu yang tidak ada.
3) Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yang
mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan,
bau mayat, yang tidak ada sumbernya.
4) Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau /
hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
5) Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa
ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan rangsangan
seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
E. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan
gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari
berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan
antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi
sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan
individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik
seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada
pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial
budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah
sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
2) Faktor Presipitasi
a) Biologis
Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurobilogi yang
maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan abnormalisasi pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menghadapi rangsangan.
b) Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan terdapat ambang toleransi terhadap stress
yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadi
gangguan perilaku.
c) Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon Neurobiologi yang
maladaptive berhubungan dengan kesehatan ( gizi buruk, infeksi)lingkungan
( rasa bermusuhan/lingkungan yang penuh kritik, gangguan dalam hubungan
interpersonal) sikap dan perilaku (keputusan dan kegagalan).
H. Manifestasi Klinis
Halusinasi penglihatan
Adapun perilaku yang dapat teramati sebagai berikut :
a. Tiba-tiba tampak gagap, ketakutan atau ditakuti oleh orang lain,benda mati atau
stimulus yang tidak Nampak.
b. Tiba-tiba berlari ke ruang lain.
I. Mekanisme Koping
1. Regresi
Menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti
perilaku perkembangan anak (Berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi,mencurahkan emosi pada orang
lain karena kesalahan yang dilakukan diri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancauan persepsi)
3. Menarik Diri
Reaksi yang ditampilakan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikolgis,reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber
stressor,misalnya menjauhi polusi,sumber infeksi gas beracun dan lain-
lain,sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis,mengisolasi
diri,tidak berminat,sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
II DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Intervensi:
- Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang-kadang)
- Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
Kriteria Evaluasi
Setelah 3x interaksi klien menyatakan perasaan dan respon yang saat mengalami
halusinasi
- Marah
- Takut
- Sedih
- Senang
- Cemas
- Jengkel
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
2. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan
tersebut
3. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati
halusinasinya.
3) TUK 3 :
Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
a. Setelah 3x interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya
b. Setelah 3x interaksi klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi lihat
c. Setelah 3x interaksi klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi
halusinasi lihat
d. Setelah 3x interaksi klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya.
e. Setelah 3x pertemuan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi :
1. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2. Diskusikan cara yang digunakan klien.
- Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian
- Jika cara yang digunakan maladaptive diskusikan kerugian cara tersebut
3. Diskusikan cara baru untuk memutuskan/mengontrol timbulnya halusinasi:
- Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (saya tidak mau melihat
pada saat halusinasi terjadi)
- Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya
- Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang telah
disusun
- Meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika sedang berhalusinasi
4. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih
6. Pantau pelaksanaan yang terpilih dan dilatih. Jika berhasil beri pujian
7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
4) TUK 4 :
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi:
a. Setelah 3x pertemuan keluarga. Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti
pertemuan dengan perawat
b. Setelah 3x interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala.
proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
Intervensi:
1. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topic)
2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga/kunjungan rumah)
- Pengertian halusinasi
- Tanda dan gejala halusinasi
- Proses terjadinya halusinasi
- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
- Obat-obatan halusinasi
- Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan sendiri, bepergian bersama, memantau
obat-obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi)
- Beri informasi waktu control ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah
5) TUK 5:
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria Evaluasi:
a. Setelah 3x interaksi klien menyebutkan :
- Manfaat minum obat
- Kerugian tidak minum obat
- Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat
b. Setelah 3x interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
c. Setelah 3x interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter
Intervensi:
1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
2. Pantau klien saat penggunaan obat
3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
IV PELAKSANAAN KEGIATAN
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
(Nursalam 2001)
Ada tiga tahapan dalam tindakan keperawatan yaitu:
1. Persiapan
a. Review antisipasi tindakan keperawatan
b. Menganalisa dan keterampilan yang diperlukan
c. Mengetahui komplikasi yang timbul
d. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
2. Intervensi
a. Independen
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah
dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya
b. Independen
Menjelaskan suatu kegiatan yag memerlukan suatu kerjasama dengan
tenaga kesehatan lainnya
c. Dependen
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis
3. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan
V EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh keberhasilan yang telah dicapai dari dignosa keperawatan,
rencana tindakan dari pelaksanaan.Adapun hal-hal yang dievaluasi pada klien dengan
perubahan sensori persepsi halusinasi bagi klien dan keluarga adalah sebagai berikut:
1) Klien
a. Klien mampu menyebutkan perasaan saat terjadi halusinasi
b. Klien mampu membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
c. Kllien mampu menjelaskan waktu isi frekuensi muncul halusinasi
d. Klien mampu menyebutkan dosis,nama,manfaat dan efek samping obat
e. Klien mampu mengontrol terjadinya halusinasi
f. Klien mampu untuk tidak melukai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
2) Keluarga
a. Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi
b. Keluarga mampu mengetahui cara merawat klien (cara mengontrol halusinasi dan
obat yang diminum
c. Keluarga memberi dukungan perawatan klien.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Kx merasa bingung, kx gelisah, merasa ketakutan
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasi
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
- Sapa kx dengan ramah baik verbal maupun non verbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Tunjukkan sikap empati dan menerima kx apa adanya
- Berikan pada kx, perhatian kebutuhan dasar kx
- Beri kesempatan kepada kx untuk mengungkapkan perasaannya
- Dengarkan ungkapan px dengan sikap empati
b. Kx dapat mengontrol halusinasi
- Adakan kontak sering dan singkat secara jelas
- Observasi tingkah laku px terkait dengan halusinasi
- Bantu kx mengenal halusinasinya
- Diskusikan dengan px apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
B. STRATEGI KOMUNIKASI
a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya IFRAHATUL ISTIANAH, saya
dipanggil iif, saya akan merawat ibu selama di RSJ Menur. Nama ibu siapa, ibu
senang dipanggil siapa ?”
2. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan mbak selama ini ?”
3. Kontrak :
“Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang bayangan yang
mbak lihat ? berapa lama kita akan berbincang ? bagaimana kalau 10 menit ?
dimana tempat yang menurut mbak cocok untuk kita berbincang-bincang ?
Bagaimana kalau di sini saja ?”
b. Fase Kerja
“Coba mbak ceritakan bayangan yang sering mbak lihat ? Apakah mbak bisa melihat
bayangan tersebut ? Kalau mbak melihat bayngan apa ? kapan saja mbak melihat
bayangan itu ? Situasi yang bagaimana yang menjadi pencetus munculnya bayangan
tersebut ? Berapa kali mbak melihat bayangan itu ? Apakah mbak merasa terganggu ?
Apa yang mbak lakukan pada saat melihat bayangan tersebut ? Bagaiamana perasaan
mbak ketika melihat bayangan itu ?”
c. Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien):
saya senang sekali mbak sudah menceritakan bayangan yang mbak lihat.
Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang ?
2. Evaluasi obyektif :
jadi seperti mbak katakan seperti tadi bayangan yang mbak lihat, bayangan
muncul saat …., dalam sehari bayangan muncul sebanyak, dan yang mbak
rasakan …, yang dilakukan setelah melihat bayangan tersebut.
3. Tindak lanjut :
Kalau mbak melihat bayangan itu lagi mbak panggil perawat agar dibantu oleh
perawat.
4. Kontrak yang akan datang
Nanti kita berbincang-bincang lagi ya mbak, kita akan diskusikan bagaimana
bayangan itu dikendalikan ? bagaiamana kalau kita bercakap-cakap di depan TV ?
Pertemuan II
1. Kondisi Klien
- Kx tampak menyendiri
- Kx mengatakan melihat bayangan seperti kobaran api
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Tujuan
Kx dapat mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan
- Diskusikan dengan klien cara yang dilakukan selama ini untuk mengontrol
halusinasinya
- Diskusikan manfaat dan kerugian cara yang dilakukan selama ini
- Diskusikan dengan kx cara baru mengontrol halusinasinya
5. Strategi komunikasi
Orientasi:
“assalamu’alaikum D. saya perawat yang akan merawat D. nama saya SS, senang
dipanggil S. nama D siapa? Senang di panggil apa”
“bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”
“baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang sesuatu yang D lihat selama ini
tetapi yang tidak ada wujudnya? Dimana kita duduk ? di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja :
“ apakah D melihat sesuatu tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan bayangan itu?”
“apakah terus menerus terlihat atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D lihat?
Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa bayangan itu terlihat? Apakah pada waktu
sendiri?”
“apa yang dirasakan pada saat melihat bayangan itu?”
“Apa yang D lakukan saat melihat bayangan itu? Apakah dengan cara itu bayangan-
bayangan itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah bayangan-
bayangan itu muncul?”
“D, ada empat cara untuk mencegah bayangan itu muncul. Pertama, dengan menghardik
bayangan tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat dengan
teratur.”
“bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
“caranya sebagai berikut: saat bayangan-bayangan itu muncul langsung D bilang, pergi
saya tidak mau lihat,… saya tidak mau lihat. Kamu bayangan palsu. Begitu di ulang-
ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba D peragakan! Nah begitu…! coba lagi!
Ya bagus D sudah bisa”
Terminasi :
“bagaimana perasaan D setelah peragaan tadi?” kalau bayangan-bayangan itu muncul
lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jama
berapa saja latihannya? (saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi
dalaam jadwal kegiatan harian pasien). bagaimana dengan cara yang kedua? Jam berapa
D? bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya?”
“baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”
1. Evaluasi subyektif :Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-
bincang?
2. Evaluasi obyektif : Jadi ada empat cara untuk mengendalikan halusinasi
- Pertama : Menghindari halusinasi
- Kedua : Berbincang-bincang dengan orang lain
- Ketiga : Mengatur aktivitas sehingga tidak ada waktu luang
- Keempat : Minum obat teratur
3. Tindak lanjut : Mbak kalau bayangan itu muncul lagi langsung mbak
mencoba cara-cara yang saya sebutkan tadi.
4. Kontrak yang akan datang : Nanti kita bercakap-cakap lagi ya mbak, kita akan
diskusikan obat-obatan yang akan mbak minum. Untuk mengatasi bayangan yang
mbak lihat dan menganggu mbak. Nanti kita bercakap-cakap di sini, ya ?
Pertemuan III
1. Kondisi Klien
- Kx tampak menyendiri
- Kx mengatakan melihat bayangan seperti kobaran api
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Tujuan Khusus
Klien dapat :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menghilangkan halusinasi px secara bertahap
c. Meningkatkan rasa kepercayaan diri px secara bertahap
d. Mendapat dukungan :
1) Motivasi keluarga untuk memberikan dukungan keadaan yang dialami px
2) Anjurkan keluarga menjenguk px lebih sering
e. Berpartisipasi secara mandiri dengan minum obat secara benar bagi kesembuhan
4. Tindakan Keperawatan
Berpartisipasi secara mandiri dengan minum obat secara benar bagi kesembuhan.
a. Jelaskan pentingnya bercakap – cakap dengan orang lain
5. strategi Komunikasi
Orientasi :
“assalamu’alaikum D. bagaimana perasaan D hari ini?Apakah bayangan-bayangan itu
masih muncul?apakah sudah di pakai cara yang telah kita latih?berkurangkan suara-
suaranya.Bagus!sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusunasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit.
Mau di mana? Di sini saja?
Kerja :
“cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau mulai melihat bayangan itu,langsung saja cari teman
untuk di ajak ngobrol. Minta teman untuk mengobrol dengan D. contohnya begini :…
tolong,saya mulai melihatb bayangan itu.ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang
di rumah misalnya kakak D katakana : kak,ayo ngobrol dengan D.D sedang lihat
bayangan.begitu D. coba \D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya.begitu. Bagus! Coba
sekali lagi! Bagua! Nah,latih terus ya D!’’
Terminasi :
“bagaimana perasaan D setelah ini?jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk
mencegah bayangan itu?Bagus,cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi
lagi.bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D.mau jam berapa
latihan bercakap-cakap?nah,nanti lakukan secara teratur serta sewakyu-sewaktu bayangan
itu muncul! Besok pagi saya akan kesini lagi.bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga
yaitu melakukan aktifitas terjadwal. mau jam berapa?bagaimana kalau jam 10.00? mau
dimana? Disini lagi? Sampai besok ya.Assalamu’alaikum”
Pertemuan IV
1. Kondisi Klien
- Kx tampak menyendiri
- Kx mengatakan melihat bayangan seperti kobaran api
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Tujuan Khusus
Klien dapat :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menghilangkan halusinasi px secara bertahap
c. Meningkatkan rasa kepercayaan diri px secara bertahap
d. Mendapat dukungan :
a. Motivasi keluarga untuk memberikan dukungan keadaan yang dialami px
b. Anjurkan keluarga menjenguk px lebih sering
e. Berpartisipasi secara mandiri dengan minum obat secara benar bagi kesembuhan
4. Tindakan Keperawatan
Jelaskan pentingnya membuat jadwal
5. strategi komunikasi
Orientasi :
“assalamu’alaikum D. bagaimana perasaan D hari ini? Apakah bayangan –bayangan itu
masih muncul? Apakah sudah dipakai 2 cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya?
Bagus! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Berapa lama kita bicara? Bagaimana
kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja :
“apa saja yang biasa D lakukan ? pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus
ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Waah banyak sekali kegiatannya.
Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali D bisa
lakukan. Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah bayangan tersebut muncul.
Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi :
“bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap? Cara yang ketiga untuk mencegah
bayangan-bayangan? Bagus sekali! Coba sebutkan tiga cara yang telah kita latih untuk
mencegah bayangan-bayangan. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian D. coba lakukan sesuai jadwal ya! (saudara dapat melatih aktivitas pada
pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang
baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi? Di ruang
makan ya! Sampai jumpa. Wassalamu’alaikum.
Pertemuan ke V
1. Kondisi Klien
- Kx tampak menyendiri
- Kx mengatakan melihat bayangan seperti kobaran api
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Tujuan Khusus
Klien dapat :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menghilangkan halusinasi px secara bertahap
c. Meningkatkan rasa kepercayaan diri px secara bertahap
d. Mendapat dukungan :
1. Motivasi keluarga untuk memberikan dukungan keadaan yang dialami px
2. Anjurkan keluarga menjenguk px lebih sering
e. Berpartisipasi secara mandiri dengan minum obat secara benar bagi kesembuhan
4. Tindakan Keperawatan
Jelaskan pentingnya minum obat secara teratur
5. Strategi Komunikasi
Orientasi :
“Assaluma’alaikum D. Bagaimana perasaan hariini?apakah bayangan-bayangan masih
muncul?
“Apakah sudah di pakai?tiga cara yang telah kita latih?apakah jadwal kegiatannya sudah
di laksanakan?apakah pagi ini sudah minum obat?baik.hari ini kita akan mendiskusikan
tentang obat-obatan yang D minum.kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu
makan siang.di sini saja ya D?”
Kerja :
“D adakah bewdanya setelah minum obat secara teratur.apakah bayangan-bayangan itu
berkurang/hilang?minum obat sangat penting supaya bayangan-bayangan itu yang D lihat
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi.barapa macam yang D minum?(perawat
menyiapkan obat pasien).ini yang warna orange(CPZ) tiga kali sehari jam 7 pagi,jam 1
siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan bayangan-bayangan.ini yang
putih(THP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku.sedangkan
yang merah jambu(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar
tenang.kalau bayangan-bayangan itu sudah hilang obatnya tidah boleh di
berhentikan.nanti konsultasikan dengan dokter,sebab kalau putus obat,D akan kambuh
dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semulanya.kalau obat habis D bisa minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi.D juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan
ini.pastikan obatnya benar,artinya D harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar
punya D.jangan keliru dengan obat milik orang lain.baca nama kemasannya.pastikan obat
di minum pada waktunya,dengan cara yang benar.yaitu di minum sesudah makan dan
tepat jamnya.D juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum dan harus cukup
minum 10 gelas per hari”.
Terminasi :
“bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat?sudah berapa cara yang
kita latih untuk mencegah bayangan itu.coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).mari
kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D. jangan lupa pada
waktunya minbta obat pada perawat kalau di rumah.nah,makanan sudah datang.besok
kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah bayangan yang telah kitra
bicarakan.mau jam berapa?bagaimana kalau jam 10.00.sampai
jumpa.wassalamu’alaikum.
Apa penyebab klien masuk RS, apa yang telah dilakukan untuk mengatasi
d) Bagaimana hasilnya
dilakukan, dialami, disaksikan oleh klien, apakah ada anggota keluarga yang
V. Pemeriksaan/Keadaan Fisik
Ukur tanda vital, TB, BB. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.
1) Genogram
2) Konsep diri
a. Citra tubuh
b. Identitas diri
perempuan.
c. Peran
d. Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh klien, posisi, status, tugas/peran.
e. Harga diri
dengan orang lain sesuai dengan kondisi nomor 2 (a), (b), (c) dan
3) Hubungan social
masyarakat.
4) Spiritual
6) Persepsi sensori : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengar, kadang suara yang
menghina bisa juga perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi pada pagi,
siang, sore, malam hari atau pada saat klien sedang sendiri.
bloking, perseverasi.
8) Isi pikir; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, waham, pikiran
stupor.
10) Memori; apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang,
berkonsentrasi, berhitung.
13) Daya tilik diri; apakah klien menerima atau mengingkari penyakitnya,
diluar rumah.
Tanyakan tentang koping klien dalam mengatasi masalah baik yang adaptif
Pengelompokan data sesuai dengan apa yang telah dikaji dalam pengkajian
XIV. DAFTAR MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN
pengkajian. Bila ada masalah keperawatan yang sama tulis salah satu saja.
ditentukan dengan pembuatan pohon masalah terdiri dari efek, core problem,
1. Alasan MRS
2. Mengancam nyawa
3. Aktual
4. Dominan
DAFTAR PUSTAKA
Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. JenYan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan Jiwa. Teori dan
Tindakan Keperawatan Jiwa, 2003.
Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, 1998