Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN An “A”


RS LABUANG BAJI DI RUANGAN BAJI MINASA

O
L
E
H
:
Nama:Fajar Purnama
NIM:21005

CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )

YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSARA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dengan konsistensi lebih cair dari,
dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam satu hari (Mendri, 2018). Diare juga
didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran pencernaan
yang dapat disebabkan oleh biasanya beberapa organisme seperti bakteri, virus, dan
parasit (Mendri, 2018) World Health Organization (WHO) pada tahun 2009
melaporkan bahwa diare merupakan penyebab nomor satu kematian balita di dunia,
dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) melaporkan setiap hari satu anak
meninggal karena diare, hal ini banyak terjadi di negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Diare merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan terutama
pada anak balita. Kesakitan dan kematian anak balita (dibawah umur 5 tahun) masih
menunjukkan angka yang cukup tinggi terutama di negara berkembang termasuk
Indonesia sekitar 60 Juta kasus setiap tahunnya, dari jumlah kasus tersebut 70-80%
adalah anak dibawah umur 5 tahun (Grafika, Sabilu, & Munandar, 2017). Penyakit
diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti
di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.Di Indonesia
diare merupakan penyebab kematian bayi 40.90%. (Kementerian Kesehatan RI, 2018)
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan angka insiden diare
terbanyak berdasarkan kelompok umur terjadi pada balita umur 2 dibawah 5 tahun,
prevalensi diare di Indonesia menurut data provinsi yaitu dengan prevalensi tertinggi
terjadi di Sulawesi tengah dengan persentase (11,5%) dan provinsi dengan prevalensi
terendah di kepulauan riau dengan persentase (4,5%) sedangkan prevalensi diare di
Bali dengan persentase (8,0%) (Riskesdas, 2018). Laporan hasil riset kesehatan dasar
provinsi bali tahun 2018 menyatakan prevalensi insiden diare menurut
Kabupaten/Kota, dengan prevalensi tertinggi di buleleng dengan persentase (6,0%)
dan prevalensi terendah di bangli dengan persentase (2.9%) sedangkan Kabupaten
Badung berada di urutan ke tiga dengan presentase (4,2%). (Dinas Kesehatan Provinsi
Bali, 2018). Prevalensi diare tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan (20,7%),
diikuti umur 6-11 bulan (17,6%) dan umur 23-45 bulan (15,3%). Dengan demikian
seperti yang diprediksi, diare banyak diderita oleh kelompok umur 6-35 bulan karena
anak mulai aktif bermain dan berisiko terkena infeksi (Riskesdas, 2018). Berdasarkan
data yang didapat di RSD Mangusada Badung pada tahun pada tahun 2017-2019,
pada tahun 2017 jumlah pasien diare yakni 1625 orang dengan kelompok umur 1- 4
tahun sejumlah 567 orang, pada tahun 2018 jumlah pasien diare yakni 1724 orang
dengan kelompok umur 1-4 tahun sejumlah 631 orang dan pada tahun 2019 jumlah
pasien diare yakni 1357 orang dengan kelompok umur 1-4 tahun sejumlah 466 orang.
Diare akut dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan dampak negatif pada balita
antara lain penurunan volume cairan tubuh ( hipovolemia ) yang menyebabkan
berkurangnya perfusi jaringan. Diare akut dengan dehidrasi berat akan menyebabkan
volume darah berkurang sehingga dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan balita
antara lain syok hipovolemik dengan gejala-gejalanya 3 yaitu denyut jantung menjadi
cepat, denyut nadi cepat, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran menurun,
dan diuresis berkurang, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa,
gagal ginjal akut, dan proses tumbuh kembang balita terhambat yang pada akhirnya
dapat menurunkan kualitas hidup balita di masa depan (Syoeti, 2008). Dehidrasi
memicu gangguan kesehatan, mulai dari gangguan ringan seperti haus, suhu tubuh
meningkat, mudah mengantuk, hingga penyakit berat seperti penurunan fungsi ginjal
dan dapat menyebabkan hipovolemia.Hipovolemia adalah penurunan volume cairan
intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).Tingginya kasus diare dan komplikasi yang mengakibatkan kematian
membutuhkan peran petugas kesehatan untuk menurunkan angka kejadian
diare.Perawat dapat melakukan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Dimana pengkajian yang dilakukan pada
pasien balita diare dengan masalah keperawatan hipovolemia berfokus pada keluhan
utama berupa rasa lemah, mengeluh haus, suhu tubuh meningkat, membrane mukosa
kering, turgor kulit menurun, nadi teraba lemah, frekuensi nadi meningkat, karena itu,
pengobatan awal untuk mencegah dan mengatasi masalah hipovolemia sangat penting
pada balita dengan diare (Mendri, 2018). Diare mempunyai beberapa masalah
keperawatan yang menyertai, diantaranya adalah defisit nutrisi, risiko hipovolemia,
hipovolemia, risiko ketidakseimbangan elektrolit. Berdasarkan latar belakang yang
diuraikan di atas penulis tertarik untuk menyajikan studi kasus dalam bentuk karya
tulis ilmiah dengan judul “ Gambaran 4 Asuhan Keperawatan Pada Balita Diare
Dengan Hipovolemia Di Ruang Cilinaya RSD Mangusada Badung Tahun 2020
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Balita Diare Dengan Hipovolemia Di Ruang Baji Minasa RSUD Labuang Baji
Makassar
2. Tujuan khusus
a. Mengobservasi pengkajian keperawatan yang didokumentasikan perawat pada
balita diare dengan hipovolemia di Ruang Baji Minasa RSUD Labuang Baji
Makassar
b. Mengobservasi diagnosa keperawatan yang didokumentasikan perawat pada
balita diare dengan hipovolemia di Ruang Baji Minasa RSUD Labuang Baji
Makassar. .
c. Mengobservasi intervensi keperawatan yang didokumentasikan oleh perawat
pada balita diare dengan hipovolemia di Ruang Baji Minasa RSUD Labuang
Baji Makassar.
d. Mengobservasi implementasi keperawatan yang didokumentasikan perawat
pada balita diare dengan hipovolemia di Ruang Baji Minasa RSUD Labuang
Baji Makassar
e. Mengobservasi hasil evaluasi yang didokumentasikan perawat pada balita
diare dengan hipovolemia di Ruang Baji Minasa RSUD Labuang Baji
Makassar.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam asuhan
keperawatan pada balita diare dengan hipovolemia
b. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai data
dasar penelitian selanjutnya dengan metode yang berbeda..
c. Manfaat praktis Bagi tempat penelitian (RSUD Labuang Baji)
Diharapkan studi kasus ini dapat menjadi bahan referensi dalam proses
keperawatan serta dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan mengenai asuhan
keperawatan pada balita diare dengan hipovolemia
d. Bagi institusi pendidikan Diharapkan studi kasus ini dapat menjadi
bahan referensi dalam proses belajar mengajar serta dapat dijadikan
sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya
yang berkaitan mengenai asuhan keperawatan pada balita diare dengan
hipovolemia
e. Bagi penulis Penulis dapat mengetahui dan memperluas wawasan
mengenai asuhan keperawatan pada balita diare dengan hipovolemia
f. Bagi pembaca Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan bacaan dan sumber informasi yang dapat menambah
pengetahuan pembaca khususnya mengenai penyakit diare pada balita
dengan hipovolemia
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEGERTIAN DIARE
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja melembek sampai mencair dan frekuensi berak lebih dari biasanya (lazimnya
3 kali atau lebih) dalam sehari (Depkes RI, 2007).Diare adalah buang air besar
atau berak cair sebanyak 3 kali atau lebih per hari, atau lebih sering dari yang
biasa bagi individu.Ini biasanya merupakan gejala infeksi saluran pencernaan,
yang dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan organisme parasit (WHO,
Tahun 2012). Menurut Ahmad (2008), diare adalah peningkatan volume,
keenceran atau frekuensi buang air besar.
B. DEFINISI
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan
perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari.dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau
usus.
C. KLAFIKASI DIARE
Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan yaitu :
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat. Menurut Simadibrata dan
Daldiyono (2006),
diare dibagi menjadi diare akut apabila kurang dari 2 minggu, diare persisten
jika berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik jika berlangsung lebih dari 4
minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi
dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi
disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain. Berbeda
dengan diare akut, penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh
penyebab non infeksi seperti alergi dan Iain-lain (Simadibrata dan Daldiyono,
2006).

D. GEJALA DIARE
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.Tinja makin cair,mungkin
mengandung darah dan atau lendir, wama tinja berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi,anus dan sekitamya lecet
karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang lerjadi
dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus (Kapita Selekta
Kedokteran,2000;Ngastiyah, 2005).
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit teijadilah gejala
dehidrasi, diantaranya berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000; Ngastiyah. 2005).
E. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1.Faktor infeksi
a. Infeksi enteral Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie).
Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit: cacing. (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral Ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah dua (2) tahun..
2. Faktor malaborsi:
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu
dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein
3. Faktor makanan: Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor psikologis: Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan
cemas)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Serangkaian pemeriksaan dilakukan untuk mencari tahu penyebab dari diare
kronis. Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan selain melihat gejala, riwayat
kesehatan, dan pemeriksaan fisik, yaitu:

 Tes tinja.
 Tes darah.
 Biopsi, dengan mengambil sampel jaringan tertentu dari dalam saluran
pencernaan.
 Endoskopi, yaitu pemeriksaan kondisi saluran pencernaan secara visual
dengan alat khusus yang dinamakan endoskop.
 Pemindaian, seperti foto Rontgen, CT scan, atau MRI.

G. PATOFISIOLOGI
Berikut patofisiologi diare menurut (Mardalena, 2018), Penyebab diare akut
adalahmasuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), bakteri
atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia, dan lainnya),
parasite (Biardia Lambia, Cryptosporidium).Beberapa mikroorganisme pathogen
ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada diare akut.
Penularan diare bisa melalui fekal ke oral dari satu penderita ke penderita lain.
Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen disebabkan oleh makanan dan
minuman yang terkontaminasi.Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotik. Ini artinya, makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare. Selain itu muncul juga gangguan sekresi akibat toksin di
dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan motilitas usus mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Diare
dapat menimbulkan gangguan lain misalnya kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi). Kondisi ini dapat menggangu keseimbangan asam basa (asidosis
metabolic dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah. Normalnya makanan atau feses
bergerak sepanjang usus dengan bantuan gerakan peristaltik dan segmentasi usus,
akan tetapi mikroorganisme seperti salmonella, Escherichia coli, vibrio disentri
dan virus entero yang masuk ke dalam usus dan berkembang biak dapat
meningkatkan gerak peristaltik usus tersebut. Usus kemudian akan kehilangan
cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi. Dehidrasi merupakan komplikasi
yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang
masuk, dan cairan yang keluar disertai elektrolit. Menurut (Wijaya & Putri, 2014),
yang merupakan dampak dari timbulnya diare adalah: a. Gangguan osmolitik
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
akanmerangsang mengeluarkannya sehingga timbul diare. b. Gangguan sekresi
akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c. Gangguan motilitas usus,
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuhberlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula. Patogenesisnya : a. Masuknya jasad renik yang masih
hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. b.
Jasad renik tersebut berkembang biak dalam usus halus. c. Oleh jasad renik
dikeluarkan toksin (toksin diaregenik). d. Akibat toksin itu, terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan timbul diare.
H. MANIFENTASI
• Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan), tanda-
tandanya: Berak cair 1-2 kali sehari, muntah (-), haus (-), nafsu makan tidak
berkurang, masih ada keinginan untuk bermain
• Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Tanda-
tandanya : Berak cair 4-9 kali sehari, Kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh
kadang meningkat, Haus, tidak ada nafsu makan, Badan lesu lemas Pada anak
yang mengalami diare dengan dehidrasi berat. Tanda-tandanya: Berak cair terus-
menerus. Muntah terus-menerus, Haus, Mata cekung, Bibir kering dan biru,
Tangan dan kaki dingin, Sangat lemah, Tidak ada nafsu makan, Tidak ada
keinginan untuk bermain, Tidak BAK selama 6 jam atau lebih, Kadang-kadang
dengan kejang dan panas tinggi
• Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemerikasaan peningjang terhadap penyakit diare menurut nelwan (2014)
Yaitu dengan dengan pemerikasaan darah yang meliputi darah perifer lengkap uteum
kreatinim elektroit (Na K C) analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan
keseinbangan asam basah) pemerikasaan kultur .pada kahsus ringan diare bisa teratasi
dalam waktu 24 jam.
J. PENATALAKSANAAN
Takaran Pemberian Oralit
Di bawah 1 thn:
• 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret
• Di bawah 5 thn (anak balita) :
• 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret
• Anak diatas 5 thn:
• 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret
• Anak diatas 12 thn & dewasa :
• 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali meneret (1 gelas: 200 cc)

K. KOMPLIKASI
Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi sekitar 1% pada diare akut
pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan bakteri di usus secara berlebihan
sindrom malaborsi merupakan tanda awal pada inflamasi bowel disease menjadi
predisposisi sindroma raiter atau sindrom hemolitik uremikum
Menurut suratnaja (2007) kebanyakan penderita sembuh tanpa adanya konplikasi
tetapi sebagian khasus mengalami konplikasi dari dehidrasi kelainan elektroid
atau pengobatan yang di berikan komplikasi yang dapat terjadi yaitu hypovulemia
damam edema asidosis hipokalemia ileus paralitikus kejang intoleransi laktosa
dan gagal ginjal

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKANJIAN
A. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan.
1. Keluhan Utama Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari,
BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/
sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung >14 hari maka
diare tersebut adalah diare akut.sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih
adalah diare persistem (nursalam 2008)
2. Riwayat kesehatn sekarang
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak.
f. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal
pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak
ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam, 2008
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering terjadi pada anak-
anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir,
sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak,
anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi
DPT, serta imunisasi polio.
b. Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik), makan makanan
basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.

c. Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol susu, tidak
mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah
makanan.
d. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun biasanya
adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau setelah
diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang
menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis
(Nursalam, 2008).
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular ke
anggota keluarga lainnya.Dan juga makanan yang tidak dijamin kebersihannya yang
disajikan kepada anak. Riwayat keluarga melakukan perjalanan ke daerah tropis
(Nursalam, 2008; Wong, 2008)
5. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan
infeksi yang serius.
b. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
c. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada
dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa minum (Nursalam, 2008)
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
 Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
 Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
 Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sada
b. Berat badan

Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan, sebagai berikut

2. Diagnose keperawatan
1. Diare berhubungan dengan inflamasi proses infeksi
2. Hypovolimia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan menurunnya intake dan absorbs makanan

3. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWANTAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1. Diare berhubungan Setelah dialakukan asuhan Observasi:
dengan inflamasi proses keperawatan 3x 24 jam 1. Identifikasi penyebab
infeksi diharapkan eliminasi fekal diare
membaik kriterial hasil: 2. Monitor jumlah
- control pengeluaran feses pengeluaran diare
meningkat (5) 3. Monitor
- konsistensi feses membaik (5) warnah,volume,frekuensi,
dan konsistensi tinja.
Terapeutik:
1. Berikan asupan cairan oral
2. Pasang jalur intravena
Edukasi:
1. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
obat

2. Hypovolemia Setelah dilakukan asuhan Observasi:


berhubungan dengan keperawatan 3x 24 jam 1. Periksa tanda dan gejalah
kehilangan cairan diharapkan status cairan pypovolemia
cairan aktif membaik dengan kriteria hasil: 2. Monitor intake dan output
- Perasaan melemah menurun (5) cairan
- Keluhan haus menurun (5) Terapeutik:
- Frekwensi nadi membaik (5) 1. Hitung kebutuhan cairan
- Membrane mukosa membaik Edukasi:
(5) 1. Anjurkan memperbanyak
- Turgor kulit meningkat (5) asupan cairan oral
- Intake cairan membaik Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
cairan (KA-EN 3B)
3. Defisit nutrisi Setelah di lakukan asuhan Observasi :
berhubungan dengan keperawatan 3x 24 jam 1. Identifikasi makanan yang
menunrunnya intake diharapkan deficit nutrisi teratasi di sukai
dan menurunnya dengan kriteria hasil: 2. Monitor asupan makanan
absorbs makanan - porsi makan di habiskan 3. Monitor berat berat
meningkatkan (5) Terapeutik
- Berat badanb membaik (5) 1. Berikan makanan yang
- Nafsu makan membaik (5) tinggi kalori
Edukasi
- 1. Anjurkan posisi duduk
- jika mampu

-
4. IMPLEMENTASI
Implementasi Keperawatan adalah kegiatan mengkordinasikan aktivitas klien,keluarga dan
anggota tim kesehatan lain.untuk mengawasi dan mencatat respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah di lakukan .(nettina 2002)
5. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang harus menerus melakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagai mana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (menurung,2011).

DAFTAR PUSTAKA
 https://www.alodokter.com/diare
 https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH/article/download/55/31/
#:~:text=Konsep%20Dasar%20Medis%20ISPA,Zabeth.J%2C%202000).
 http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4488/3/BAB%20I
%20Pendahuluan.pdf
 http://repository.poltekkehttps://repository.ump.ac.id/1374/3/EKA NOVITA
DEWI BAB II.pdfs-denpasar.ac.id/5394/3/BAB II Tinjauan Pustaka.pdf
 http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/547/2/702012069_BAB
II_sampai_BAB TERAKHIR.pdf
 https://www.halodoc.com/artikel/ini-5-pemeriksaan-untuk-diagnosis-diare-
kronis
 http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_LIDIA_PARAMITA.pdf

Anda mungkin juga menyukai