Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI DI RUANGAN


KENARI (RSKD) DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Disusun oleh kelompok: I

1. Fajar purnama (21.006)


2. Muh. Aidil adhar (21.016)
3. Dwi adrini julinda ahmad(21.004)
4. Fitriyanti ndiuna(21.0)
5. Nadia rahma ramdani(21.018)
6. Riawahyuni(21.032)
7. Yuliyana banapon(21.039)
8. Yulindrawati mowisi(21.038)

PRODI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

2023/2024
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan PROPOSAL tentang “terapi
aktivitas kelompok”

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi
perbaikan proposal yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga proposal sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan sarang yang membangun dari anda demi perbaikan
proposal ini di waktu yang akan datang.

makassar , 05 desember 2023

Penyusun
POPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

A. Topik
• Topik : TAK Sosialisasi
• Kegiatan : Sosialisasi
• Sasaran : 4 - 6 orang pasien
• Tempat : Ruang kenari RSKD
B. Latar belaakang
1. Defenisi
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain ( Gail W. Stuart, 2007). Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu
yang menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
(Rowlins, 1993). Dimana individu yang mempunyai mekanisme koping adaptif, maka
peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan. Sedangkan individu yang mempunyai
mekanisme koping maladaptif (skizofrenia), bila tidak segera mendapatkan terapi
atau penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah yang lebih banyak
dan lebih buruk. (Keliat dan Akemat, 2005) menjelaskan bahwa untuk peningkatan
sosialisasi pada pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan pemberian terapi
aktifitas kelompok sosialisasi. Namun kenyataannya pada saat ini di Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya pengaruh TAK sosialisasi masih diragukan, hal ini disebabkan
karena jumlah pasien dengan riwayat menarik diri masih relative banyak meskipun
TAK sosialisasi sudah dilakukan.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Keuntungan yang
diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support),
pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan
kemampuan hubungan interpersonal dan meningkatkan uji realitas. Sehingga terapi
aktivitas kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik ganggguan seperti,
gangguan konsep diri, harga diri rendah, perubaha persepsi sensori halusinasi.
C. Landasan teori
Manusia sebagai makhluk sosial hidup berkelompok dan saling berhubungan
untuk memenuhi kebutuhan sosial. Secara alamiah individu selalu berada dalam
kelompok. Dengan demikian pula dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik
yang didapatkan melalui kelompok. Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan
jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan. pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan jiwa seseorang. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh
individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok melalui dukungan pendidikan,
meningkatkan hubungan interpersonal. (Barkhead, 1989). Kepuasan berhubungan dapat
dicapai jika individu dapat terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta
yang tinggi daiam berhubungan disertai respon lingkungan yang positif akan
meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron (Stuart &
Sundeen, 1995).
Fokus terapi aktivitas kelompok ini adalah mengajarkan klien untuk bekerjasama
dengan klien lain dalam melakukan permaian, yang bertujuan untuk meningkatkan
hubungan sosialisasi klien dengan orang lain
D. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan sosial dalam
kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien mampu memperkenalkan diri
b. Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e. Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada
orang lain
f. Pasien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
E. Metode
1. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri dan pengalaman masalalu tidak
menyenangkan,hobi.
2. Sesi 2 : kemampuan bernyayi.
F. Krikteria pasien
a. Kriteria klien
1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai dengan stimulus.
3. Klien tidak mengalami perilaku agresif dan kekerasan namun dalam keadaan tenang
dan kooperatif.
4. Klien yang dapat diajak kerjasama
5. Klien yang tidak mempunyai gangguan fisik
b. Proses seleksi
1. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
4. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKS, meliputi:
5. menjelaskan tujuan TAKS pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main
dalam kelompok

G. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Kamis 07- Desember 2023

Jam :

Tempat : diruang kenari

Lama kegiatan

• Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

• Roley play (5 menit)


• Permainan dan diskusi (25 menit)
• E'aluasi ( 15 menit )
• Penutup ( 5 Menit)

H. Sturuk kelompok

Jumlah : 4 – 6 orang

Nama : Tn. A

Tn. A

Tn. S

Tn. R

Tn. S
Tn. M

I. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran/simulasi

J. Media/Alat

1. Spiker

2. Papan nama pasien

3. Bola tenis

4. Musik /lagu
K. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
 Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
 Sebagai leader dan co-leader
 Sebagai fasilitator
 Sebagai observer
 Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksana

Jadwal kegiatan pasien

Seting Tempat

L CL
O P

P P

P F
Keterangan
F P

P P
P F
Gambar:
OP
L : Leader

CL : Co-Leader

F : Fasilitator

O : Observer

P : Pasien

OP : Operator
Pembagian tugas:

1) Leader
Tugas:
 Menyiapkan proposal kegiatan TAK
 Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai
 Menjelaskan aturan permainan
 Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
 Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
 Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2) Co-leader
Tugas:
 Mendampingi leader Menyampaikan informasi dan fasilitator ke leader tentang
aktifitas pasien
 Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah
dibuat
 Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses
terapi
3) Fasilitator
Tugas:
 Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
 Ikut serta dalam kegiatan kelompok
 Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
4) Observer
Tugas:
 Mengobservasi jalannya proes kegiatan
 Mengamati serta mencatat prilaku Verbal dan Non-verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
 Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persisapan, proses, hingga
penutupan.
5) Operator
Tugas:
 Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan musik)
 Timer (mengatur waktu.

L. Susunan Pelaksanaan

Susunan perawat pelaksana TAK sebagai berikut:

Leader : Mu. Aidil adhar nur

Co. Leader : Yuliyana banapon

Fasilitator : dwi adrini julinda ahmad

Nadia rahma ramdani

Fitrianti indiuna

Observer : riawahyuni

Operator : fajar purnama


Pasien peserta TAK sebagai berikut:
Nama pasien Nama ruangan
No

1 Muh. awaludin Kenari

2 Amran Kenari

3 Rencan abdullah Kenari

4 Sahi Kenari

5 Mustakim Kenari

6 Ramlan Kenari
M. Tata tertib dan Antisipasi Masalah
1. Tata Tertib Pelaksanaan TAK
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai.
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK dimulai.
c. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
d. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan TAK
berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan
dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari permainan.
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai.
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah habis, sedangkan
permainan belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota
untuk memperpanjang waktu TAK.
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK
a. Penanganan pasien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1. Memanggil pasien.
2. Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau pasien
yang lain.
b. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit
1. Panggil nama pasien.
2. Tanya alasan pasien meninggalkan permainan.
3. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada pasien bahwa
pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pasien boleh kembali lagi.
c. Bila ada pasien lain ingin ikut
1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien yang telah dipilih.
2. Katakana pada pasien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh
pasien tersebut.
3. Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada
permainan tersebut.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

SESI : I

KEMAMPUAN PERKENALAN

Metode

1. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri dan pengalaman masalalu tidak


menyenangkan,hobi.

2. Sesi 2 : mampu mengungkapkan prasaan yang di alami sekarang

1. Pengertian

Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan social.
(Purwaningsih& Karlina, 2010: 79-81)

2. Tujuan

a. Klien mampu menyebutkan jati diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan, asal, hobi.
Pengalaman masalalunya

b. Klien mampu menyebutkan jati diri kelompok lain nama lengkap, nama panggilan, asal, hobi.

3. Indikasi

a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal

b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai stimulus

4. Setting

Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

5. Persiapan alat

a. Tape recorder

b. Musik/lagu

c. Bola tenis

d. Papan nama

e. Buku dan bolpen

6. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Bermain peran stimulasi


7. Prosedur

a. Persiapan

• Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi

• Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk meligkar dalam suasana ruang yang
tenang dan nyaman)

8. Orientasi

a. Mengucapkan salam terapeutik dan masing-masing memasang name tag

b. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba
memperkenalkan diri

c. Menjelaskan tujuan kegiatan

d. Menjelaskan aturan main:

• Klien harus mengikuti kegiatan mulai awal sampai akhir

• Bila ingin keluar dari kelompok Hrus meminta izin dari terapis

• Lama kegiatan 45 menit

• Masing-masing memperkenalkan diri dengan anggota lain

9. Kerja

a. Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tipe recorder akan dinyalakan saat music terdengar
bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat music dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tenis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, hobi.

b. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat music dihentikan
peserta yang sedang memegang bola tenis menyebutkan salam, nama panggilan, hobi anggota
kelompok yang ada di sebelah kanannya

c. Ulangi langkah no 2 sampai peserta mendapat giliran

d. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai

e. Terapis menyalakan tipe recorder dan menghentikan kembali. Saat music dihentikan peserta
yangsedang memegang bola tenis dimohon memperkenalkan anggota kelompok yang berada
di sebelah kananya kepada semua kelompok

f. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai

10. Terminasi

a. Evaluasi
• Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK

• Memberikan pujian atas pencapain kelompok

b. Rencana tindak lanjut

• Menganjurkan agar pasien melatih berkenalan dengan orang lain

• Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri kepada jadwal kegiatan harian pasien.

• Membuat kontrak kembali TAK berikutnya

11. Evaluasi dan dokumentasi

• Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja untuk menilai kemampuan pasien melakukan TAK. aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi II dievaluasi
kemampuan pasien memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal dengan
menggunakan formulir evaluasi berikut (Prabowo, 2014: 250- 252).
A. Petunjuk:
1. Tulis nama pangilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengetahui nama, pangilan, asal dan hobi
klien lain. Beri tanda (V) jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.
B. Dokumentasi:
Dokumentasikan pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mngikuti TAK orientasi realitas
orang. Klien mampu menyebutkan nama, nama panggilan, asal dan hobi klien lain di sebelahnya. Anjurkan
klien mengenal klien lain di ruangan.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

SESI : II

KEMAMPUAN BERKENALAN

1. Kemampuan verbal

No Aspek yang dinila Nama Pasien

1 Menyebutkan nama lengkap Muh. awaludin

2 Menyebutkan nama panggilan Amran

3 Menyebutkan asal Rencan abdullah

4 Menyebutkan hobi Sahi

5 Menanyakan nama lengkap Mustakim

6 Menanyakan nama Ramlan

2. Kemampuan non verbal

No Aspek yang dinila Nama Pasien

1 Kontak mata Muh. awaludin

2 Duduk tegak Amran

3 Menggunakan bahasa tubuh yang Rencan abdullah


sesuai

4 Mengikuti kegiatan dari awal Sahi


sampai akhir

Mustakim

Ramlan

1. Pengertian
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial
(Purwaningsih& Karlina, 2010: 82)
2. Tujuan
a. Klien mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok
b. Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi
3. Indikasi
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus
4. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
5. Persiapan alat
a. Tape recorder
b. Musik /lagu
c. Bola tenis
d. Buku catatan dan bolpoin
e. Jadwal kegiatan klien
6. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran stimulus
7. Prosedur
a. Persiapan
• Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
• Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang
tenang dan nyaman
b. Orientasi
• Mengucapkan salam terapeutik dan masing-masing memakai name tag
• Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba
berkenalan
• Menjelaskan tujuan kegiatan
• Menjelaskan aturan main
a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
c. Lama kegiatan 45 menit
d. Bertanya dan menjawab tentang kehidupan pribadi
8. Kerja
• Terapis menjelaskan langkah berikutnya:
a. Tape recorder akan dinyalakan.
b. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain.
c. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran
untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada disebelah
kanannya dengan cara: memberi salam, memanggil nama panggilannya,
menanyakan kehidupan pribadi misalnya orang terdekatnya siapa?
• Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu menghentikan. Saat musik
dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk bertanya
tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara:
memberi salam, memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi
• Ulangi langkah no 2 sampai semua peserta mendapat giliran
• Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya
9. Terminasi
a. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
b. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
c. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dan memasukkan ke
dalam jadwal harian klien
d. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
10. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses tidak berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Askep
yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK sesi III,
dievaluasi kemampuan verbal dalam bertanya dan

a. Petunjuk

1. Dibawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut TAKS

2. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (√) jika ditemukan pada klien, dan
tanda (x) jika tidak ditemukan.

3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan

4. Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 6: disebut belum mampu jika mendapat
nilai ≤ 5.

5. Kemampuan nonverbal disebut mampu jika mendapat nilai 3 dan 4 disebut belum mampu jika
mendapat nilai kurang dari 2

b. Dokumentasi

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki pasien ketika TAK pada catatan proses keperawatan tiap
pasien. Misalnya jika nilai pasien 7 untuk verbal dan 3 untuk non verbal, catatan keperawatan adalah:
pasien mengikuti TAKS sesi II, pasien berkenalan secara verbal dan non verbal, anjurkan pasien untuk
berkenalan dengan pasien lain, buat jadwal (Prabowo, 2014: 253-254).

Anda mungkin juga menyukai