Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI PADA PASIEN HALUSINASI


DI YAYASAN PEMENANG JIWA MEDAN

DISUSUN
OLEH :

KELOMPOK 4

1. ELIS MELINA BR MANULLANG, S, Kep (200202015)


2. EMMA PRATIWI MANIK, S.Kep (200202016)
3. TEUKU HAMDI, S. Kep (200202060)
4. MONALISA , S.Kep (200202038)
5. SHINTIYA PUTRI TARIGAN, S.Kep (200202054)

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan terapi aktivitas kelompok
pada pasien dengan Halusinasi di Yayasan Pemenang Jiwa Medan, untuk
memenuhi salah satu syarat praktek mata kuliah keperawatan jiwa dalam
menyelesaikan Profesi Ners. Adapun proposal yang telah disepakati dan telah
disusun oleh penulis dengan judul “Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi Pada Pasien Halusinasi di Yayasan Pemenang Jiwa
Medan Tahun 2021”. Dalam penyusunan laporan ini banyak pihak yang
membantu penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Rinco Siregar, S.Kep, MNS selaku Ketua Prodi Keperawatan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
2. Bapak Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep Jiwa selaku Koordinator
Program Studi Ners.
3. Ibu Jenny Marlinawani Purba, MNS., PhD selaku dosen pembimbing
Praktek Belajar Lapangan di yayasan pemenang jiwa medan.
4. Staf Pegawai yayasan pemenang jiwa medan.
5. Staf Pengajar dan Pegawai Universitas Sari Mutiara Indonesia
6. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan, materi dan doa untuk
menyelesaikan tugas proposal ini .
7. Serta terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Profesi Ners
Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah bersama-sama menyelesaikan
tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kami dari penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga proposal ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Maret 2021

Kelompok 4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi adalah gangguan penyerapan persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat individu sadar dengan baik. Salah satu penyebab terjadinya
halusinasi adalah gangguan jiwa skizoprenia (gangguan mental yang ditandai
dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah
(Sepalanita & Khairani, 2019). Sedangkan menurut Keliat 2011 dalam Putri
2017, mengatakan bahwa halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan
jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi yaitu
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.

Nuraeni dkk 2009 dalam Hidayah, 2015, menyatakan bahwa pasien dengan
diagnosis medis skizofrenia 90 % pasien mengalami halusinasi, dimana 70%
diantaranya mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi
penglihatan dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengacapan dan perabaan.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis halusinasi yang paling
banyak diderita oleh pasien dengan skizofren adalah halusinasi pendengaran.
Halusinasi biasanya muncul sebagai dampak dari proses yang berkaitan
dengan kepribadian seseorang. Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh
pengalaman psikologis seseorang yang berdampak panjang karena tidak di
tanganai dengan baik (Pardede & Siregar, 2016).

Adapun gejala-gejala yang dapat diamati pada pasien halusinasi diantaranya


bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menunjuk ke arah
tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, mencium seperti sedang
membaubauin sesuatu, menutup hidung. Halusinasi benar - benar nyata
dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti mimpi saat tidur. Klien
mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut nyata, sama
halnya seseorang seperti seseorang yang mendengarkan siaran ramalan cuaca
dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang cuaca tersebut.
Ketidakmampuan untuk mempersepsikan stimulus secara riil dapat
menyulitkan kehidupan klien. Karenanya halusinasi menjadi prioritas untuk
segera diatasi (Putri, 2017).

Hasil survey awal yang dilakukan di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera


bahwa pasien yang mengalamai gangguan jiwa sebanyak 70 orang, tetapi yang
menjadi subjek di dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok adalah 5
orang dengan halusinasi pendengaran. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
pasien belum penah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok selama berada di
yayasan tersebut. Oleh sebab itu kelompok tertarik untuk melakukakan terapi
aktivitas kelompok stimulus perepsi.

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang


dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok sudah sejak lama
dimasukkan dalam program terapi keperawatan di dunia yang merupakan
salah satu dari interpensi keperawatan yang diprogramkan terhadap pasien
jiwa skizoprenia dengan masalah pasien yang mengalami halusinasi (Ningsih,
Murtiani & Ilyas, 2013). Hasil penelitian Sutinah, Harkomah, & Saswati
2020 pada 20 orang responden yang mengikuti terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi sensori (halusinasi) di rumah sakit jiwa provinsi jambi
terjadi peningkatan pengetahuan, pemahaman tentang cara mengontrol
halusinasi dan tahu bagaimana cara melakukannya. Peningkatan pengetahuan,
pemahaman diketahui dari hasil post-test. Kenaikan nilai post-test sebesar
75% klien halusinasi mempunyai pengetahuan baik dalam terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi sensori (halusinasi).
1.2 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Terapi Aktifitas Kelompok, diharapkan pasien
dapat mengontrol halusinasi dan meningkatkan kemampuan dalam
mempersepsikan simulasi yang dilakukan.

1.3 Tujuan Khusus


1. Klien dapat mengenal tanda dan gejala halusinasi
2. Klien mampu mengekspresikan pikiran dan perasaanya
3. Klien dapat mengetahui cara mengontrol Halusinasi dengan SP
4. Klien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, menebak gambar, mempraktikkan SP Halusinasi
5. Klien dapat bekerja sama dan melatih kekompakan dalam kelompok.
6. Klien dapat melatih konsentrasi melalui permainan
BAB 2
STANDART KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI PADA PASIEN HALUSINASI

2.1 Metode Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok (TAK) ini adalah
metode:
1. Perkenalan diri pada seluruh perawat dan anggota kelompok
2. Menanyakan perasaan klien pada saat terapi berjalan

2.2 Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Jumat, 19 Maret 2021
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Pertemuan Yayasan Pemenang Jiwa

2.3 Klien dan Ruangan Klien


Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang dari pasien Yayasan
Pemenang Jiwa terdiri dari:
1. Ny. Silvia
2. Ny. Petra Ramona
3. Tn. Yansen
4. Tn. Anoa Ali
5. Ny. Marko Sembiring
2.4 Setting Tempat
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b) Ruangan yang nyaman dan tenang

L Co. L

K K

F
F

K K

K
O

Keterangan Gambar:

L L : Leader K : Klien

CL CL : Co Leader

F
F : Fasilitator

O : Observer

2.5 Media dan Alat


1. Handphone
2. Speaker
3. Music/lagu
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan pasien
6. Kotak Korek Api
7. Gambar Hewan dan Buah – Buahan
2.6 Susunan Pelaksanaan
Yang bertugas dalam TAK kali ini di sesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati sebagai berikut :
 Leader : Elis Melina Br Manullang
 Co.Leader : Shintiya Putri Br Tarigan
 Fasilitator 1 : Teuku Hamdi
 Fasilitator 2 : Emma Pratiwi Manik
 Observer : Monalisa

2.7 Uraian Tugas Pelaksana


1. Leader :
a) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas
kelompok menyiapkan proposal kegiatan TAK
b) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2. Co.Leader :
a) Mendampingi Leader
b) Menjelaskan aturan permaian
c) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
klien
d) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah di buat
e) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi
3. Fasilitator :
a) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung Ikut serta dalam
kegiatan kelompok
b) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
4. Observer :
a) Mengobservasi jalannya proses kegitan
b) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien
selama kegiatanberlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses ,
hingga penutupan
d) Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam
permainan.

2.8 Kriteria Klien


1. Klien dengan Halusinasi yang sudah kooperatif
2. Klien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
3. Klien bisa tulis dan baca
4. Klien yang bersedia mengikuti TAK

2.9 Antisipasi masalah


1. Sebelum kegiatan dilaksanakan, perawat memberi kesempatan kepada
setiap peserta untuk ke toilet
2. Fasilitator memotivasi peserta yang tidak berpartisipasi
3. Menjaga pintu keluar unuk mengantisipasi klien melarikan diri dari
tempat kegiatan

2.10 Langkah-langkah Kegiatan


1. Persiapan
a) Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuaan
2. Orientasi
a) Salam teraupetik
Salam dari leader kepada klien. Leader/Co Leader
memperkenalkan diri dan tim terapis lainnya.
b) Evaluasi/Vasilidasi
Leader menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini.
c) Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main yaitu :
a. Berkenalan dengan anggota kelompok
b. Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada pemimpin TAK
c. Lama Kegiatan 45 menit
d. Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a) Seluruh klien dibuat berbentuk lingkaran
b) Hidupkan music dan edarkan kotak korek api sesuai dengan arah
jarum jam
c) Pada saat musik berhenti, anggota kelompok yang memegang
kotak korek api, mendapat giliran untuk perkenalan dengan
anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara:
1) Memberi salam
2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hobby.
3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

d) Setelah memperkenalkan diri klien menebak gambar dan SP yang


terdapat pada gambar tersebut. Klien akan bercerita sesuai
gambar yang dipilih dan setelah itu memperagakan SP yang
tyerdapat pada gambar tersebut.
e) Ulangi musik kembali, dan klien kembali mengoper kotak korek
api, ketika musik berhenti, klien yang memegan kotak korek api,
kembali memperagakan point c dan d.
4. Tahap Terminasi
a) Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan
kerjasama kelompok
b) Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti kegiatan TAK
c) Fasilitator membagikan Snack
d) Leader atau Co.Leader menganjurkan klien untuk sering
bersosialisasi, selalu bekerjasama, dan memasukkan kegiatan
mengontrol Halusinasi ke dalam kegiatan harian sebanyak 2x1.
e) Observer mengumumkan pemenang
f) Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
5. Evaluasi
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
b) Kerja sama klien dalam kegiatan
c) Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan

2.11 Tata Tertib dan Antisipasi Masalah


a. Tata tertib pelaksanaan TAK Halusinasi
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai
2) Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK dimulai
3) Peserta berpakaian rapi, bersih, dan sudah mandi
4) Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama
kegiatan TAK berlangsung
5) Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
6) Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan
7) Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai
8) Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah
habis, sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan
meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
b. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK
1. Penanganan klien yang tidak efektif saat aktifitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klienyang lain

2. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:


a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwaklien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
3. Bila ada klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien
yang telah dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut
BAB 3
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, A. N. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi-
Sensori Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien
Halusinasi di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang. FIKkeS, 8(1).
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/FIKkeS/article/view/1900
Halawa, A. (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi
1-2 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
skizofrenia Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya. Jurnal
Keperawatan, 4(1), 30-37. https://doi.org/10.47560/kep.v4i1.185
Ningsih, P., Murtiani, M., & Ilyas, M. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Pada Pasien Halusinasi Di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah
Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2(4), 28-34.
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/440
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Pusdik SDM
Kesehatan.
Rahayu, D.R. (2016). Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi dengan pasien Ny. S di ruang Bima Instalasi Jiwa Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas. Universitas Muahammadiyah : Purwokerto.
Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016). Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klienskizofrenia. Mental
Health, 3(1).https://www.academia.edu/29589194/Pendidikan_Kesehatan_
Kepatuhan_Minum_Obat_Terhadap_Perubahan_Gejala_Halusinasi_Pada_P
asien_Skizofrenia
Riskesdas. (2018). Profil Kesehatan : Kesehatan Jiwa Indonesia
Putri, V. S. (2017). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia di ruang rawat inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi. Riset Informasi Kesehatan, 6(2), 174-183.
https://doi.org/10.30644/rik.v6i2.95
Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. (2020). Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi) Pada Klien Halusinasi Di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam
Kesehatan, 2(2). http://dx.doi.org/10.20473/jpmk.v2i2.19972
Sepalanita, W., & Khairani, W. (2019). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
dengan Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi
pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi, 19(2), 426-431. http://dx.doi.org/10.33087/jiubj.v19i2.690
Sumartyawati, N. M. (2019). Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi Dan Terapi Religius Terhadap Frekuensi Halusinasi. PrimA:
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 5(1). http://dx.doi.org/10.47506/jpri.v5i1.134

Anda mungkin juga menyukai