PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine secara tidak sadar, sering
pada orang tua dan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran kemih,
masalah psikologis, dan isolasi sosial. Inkontinensia cenderung tidak dilaporkan,
karena penderita merasa malu dan juga menganggap tidak ada yang dapat menolong
nya dari penelitian pada populasi lanjut usia dari masyarakat, didapatkan 75% dari
pria dan 12% dari wanita diatas 70 tahun mengalami inkontinensia urine. Sedangkan
mereka yang dirawat di psikogeriatri 15-50% menderita inkontinensia urine.
Inkontinensia dibagi menjadi inkontinensia akut, dan inkontinensia kronik.
Inkontinensia akut atau transien bersifat tiba-tiba, biasanya berhubungan
dengan kondisi pengobatan atau pembedahan. Penyebab inkontinensia akut antara lain
mobilitas terbatas, pecal impaction, delirium, infeksi saluran kemih, DM tak
terkontrol, hiperkalsemia pengobatan anti kolinergik/beta adrenergik/alpha loker,
diuretic, psikotropic, narkotik atau alkohol.
Inkontinensia kronik atau persisten dibagi menjadi stress inkontinensia, urge
inkontinensia, overflow inkontinensia dan fungsional dan fungsional inkontinensia.
Stress inkontinensia biasa terjadi pada lansia wanita. Terjadi akibat peningkatan yang
tiba-tiba pada tekanan intraabdmomen akibat adanya kelemahan otot-otot disekitar
uretra karena kehamilan. Kelahiran pervagina, trauma pembedahan, obesitas dan
batuk kronik. Pada pria stress inkontinensia tidak biasa terjadi tetapi dapat terjadi
apabila ada pembedahan prostate dan terapi radiasi. Urgeinkontinensia pada lansia
biasanya dihubungkan dengan ketidakseimbangan otot detrusor/hiperrefleksia akibat
dari cystitis, urethritis, tumor, batu, juga stroke, dementia dan penyakit parkinson
digubungkan dengan nocturia. Overflow inkontinensia ditandai dengan keluhan sering
miksi dengan volume urine sedikit, sulit memulai miksi dan merasa tidak puas.
Biasanya terjadi pada neuropati diabetic injury tulang belakang, hipertropi prostat dan
multiple sklerosis.
Dari data-data tersebut, maka kami kelompok pada kesempatan kali ini
membahas tentang masalah pada lansia dengan inkontinensia urin
1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari asuhan keperawatan ini adalah :
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Medis dalam Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
b. Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan.
c. Asuhan Keperawatan kepada Ny. M dengan Gangguan Sistem
Perkemihan : Inkontinensia Urin
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medik
2.1 Definisi
Inkontinensia urine adalah berkemih diluar kesadaran, pada waktu dan
tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau sosial. Aspek
sosial yang akan dialami oleh lansia antara lain kehilangan harga diri, merasa
terisolasi dan depresi.
Inkontinensia urine adalah sering berkemih/ngompol yang tanpa disadari
merupakan salah satu keluhan orang lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi
yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan
sosial (Kane, dkk, 1989).
2.2 Klasifikasi
1) Inkontinensia Stress
Akibat adanya tekanan didalam abdomen, seperti bersin, atau selama
latihan, menyebabkan kebocoran urine dari kandung kemih. Tidak terdapat
aktivitas kandung kemih. Tipe inkontinensia urine ini sering diderita wanita
yang mempunyai banyak anak.
2) Inkontinensia Mendesak (urge incontinence)
Berkemih dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum
sampai ke toilet. Mereka tidak merasakan adanya tanda untuk berkemih.
Kondisi ini terjadi karena kandung kemih seseorang berkontraksi tanpa
didahului oleh keinginan untuk berkemih.
Kehilangan sensasi untuk berkemih ini disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi persarafan yang mengatur perkemihan.
3) Inkontinensia Overflow
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan mengeluh
bahwa urinenya mengalir terus menerus. Hal ini disebabkan karena obstruksi
saluran kemih seperti pada pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk
pembesaran prostat yang menyebabkan inkontinensia dibutuhkan tindakan
pembedahan. Dan untuk konstipasinya relatif mudah diatasi.
3
4) Inkontinensia Refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti
demensia. Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi refleks
yang dirangsangoleh pengisian. Kemampuan rasa ingin berkemih dan berhenti
berkemih tidak ada. Penatalaksanaannya dengan permintaan untuk miksi
secara teratur setiap jam atau dengan menggunakan diapers ukuran dewasa.
5) Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang utuh
dan tidak mengalami kerusakan persarafan yang secara langsung
mempengaruhi sistem perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat
ketidakmampuan lain yang mengurangi kemampuannya untuk
mempertahankan kontinensia.
2.3 Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut (Soeparman & Waspadji Sarwono, 2001) :
a. Poliuria, noktoria
b. Gagal jantung
c. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia > 50 tahun.
d. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh:
1) Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan
efek akibat dilahirkan dapat mengakibatkan penurunan otot-otot dasar
panggul.
2) Perokok, minum alkohol.
3) Obesitas.
4) Infeksi saluran kemih (ISK)
4
2.4 Anatomi Fisiologi
1) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa untuk mengalirkan urine dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya sekitar 25 cm dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari 3 lapisan :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos (smooth muscle)
c. Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa)
2) Vesika urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat dan
berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis medius.
3) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dari tubuh. Pada laki-
laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa ke bangian penis. Uretra pada wanita
terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan mirirng sedikit kearah atas,
panjangnya sekitar 3-4 cm.
5
2.5 Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
a. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan vesika urinaria
(kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml.
Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih
dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan
berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter internal
dan sfingter ekternal relaksasi, yang yang membuka uretra. Pada orang
dewasa muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia
tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap
adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml mengidentifikasi adanya retensi urine.
Perubahan yang lainnya pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi
kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi penurunan produksi
estrogen menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan
mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar ( Stanley M & Beare G
Patricia, 2006 ).
b. Fungsi otot besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung
kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.
Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila
batuk atau bersin .
6
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan glukosa
dalam urine.
b. Uroflowmetry digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan menunjukkan
obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika
pasien berkemih.
c. Cysometry digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular kandung kemih
dengan mengukur efisiensi refleks otot detrusor, tekanan dan kapasitas
intravesikal, dan reaksi kandung kemih terhadap rangsangan panas.
d. Urografi eksretorik, disebut juga pielografi intravena, digunakan untuk
mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal, ureter, dan kandung kemih.
e. Voiding cystourethrography digunakan untuk mendeteksi ketidaknormalan
kandung kemih dan uretra serta mengkaji hipertrofi lobus prostat, struktur
uretra, dan tahap gangguan uretra prostatik stenosis (pada pria).
f. Urterografi retrograde, digunakan hampir secara eksklusif pada pria,
membantu diagnosis struktur dan obstruksi orifisium uretra.
g. Elektromiografi sfingter eksternal mengukur aktivitas listrik sfingter urinarus
eksternal.
h. Pemeriksaan rektum pada pasien pria dapat menunjukkan pembesaran prostat
atau nyeri, kemungkinan menandakan hipertfrofi prostat jinak atau infeksi.
Pemeriksaan tersebut juga dapat menunjukkan impaksi yang mungkin dapat
mentebabkan inkontinensia.
i. Kateterisasi residu pascakemih digunakan untuk menentukan luasnya
pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung
kemih.
7
supositoria, digunakan jika ada vaginitis atrofik. Inkontinensia stress kadang dapat
diterapi dengan obat antidepresan.
b. Terapi perilaku meliputi latihan berkemih, latihan kebiasaan dan waktu berkemih,
penyegeraan berkemih, dan latihan otot panggul (latihan kegel). Pendekatan yang
dipilih disesuaikan dengan masalah pasien yang mendasari. Latihan kebiasaan dan
latihan berkemih sangat sesuai untuk pasien yang mengalami inkontinensia
urgensi. Latihan otot panggul sangat baik digunakan oleh pasien dengan fungsi
kognitif yang utuh yang mengalami inkontinensia stress. Intervensi perilaku
umumnya tidak dipilih untuk pasien yang mengalami inkontinensia sekunder
akibat overflow. Teknik tambahan, seperti umpan biologis dan rangsangan listrik,
berfungsi sebagai tambahan pada terapi perilaku.Latihan kebiasaan, bermanfaat
bagi pasien yang mengalami demensia atau kerusakan kognitif, mencakup
menjaga jadwal berkemih yang tetap, biasanya setiap 2 sampai 4 jam.
c. Spiral dapat diresepkan bagi pasien wanita yang mengalami kelainan anatomi
seperti prolaps uterus berat atau relaksasi pelvik. Spiral tersebut dapat dipakai
secara internal, seperti diafragma kontrasepsi, dan menstabilkan dasar kandung
kemih serta uretra, yang mencegah inkontinensia selama ketegangan fisik.
d. Toileting terjadwal
e. Penggunaan pads
f. Indwelling kateter, jika retensi urine tidak dapat dikoreksi secara
medis/pembedahan dan untuk kenyamanan klien terakhir.
2.9 Komplikasi
a. Infeksi saluran kemih.
8
B. Konsep Dasar Medik
1. Pengkajian
Adapun data-data yang akan di kumpulkan dikaji pada asuhan
keperawatan klien dengan diagnosa medis inkontinensia urine :
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
b. Keluhan utama
Pada kelayan inkontinensia urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia,
urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan strategi
c. Riwayat penyakit sekarang
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha
yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK ( infeksi saluran kemih )
yang berulang, penyakit kronis yang pernah di derita
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit inkontinensia urine, adakah anggota keluarga yang
menderita DM, hipertensi
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang digunakan adalah B1-B6 :
1) B1 (breathing)
Kaji adanya pernafasan adanya gangguan pada palo nafas, sianosis karena
suplai oksigen menurun. Kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi
2) B2 (blood)
Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
3) B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
4) B4 (bladder)
Inspeksi : periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat
karena adanya aktifitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih
serta disertai keluhan keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder,
9
pembesaran daerah supra pubik lesi pada neatus uretra, banyak kencing
dan nyeri saat berkemih mendadah disurea akibat dari infeksi, apakah
klien terpasang kateter sebelumnya.
Palpasi : rasa nyeri disapat pada daerah supra pubik atau pelvis, seperti
rasa terbakar di uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga diluar waktu
kencing.
5) B5 (bowel)
Bising usus adalah peningkatan atau penurunan, adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan
palpasi pada ginjal.
6) B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkan dengan ekstremitas yang
lain, adakah nyeri pada persendian.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kantung
kemih.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang
lama.
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh
urine
d. Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung
kemih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan bisa
melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkontinesia.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menjelaskan penyebab inkontinesia dan rasional penatalaksaan.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatan berkemih sehari.
Rasional : Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan beri distensi
kandung kemih
10
2) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
Rasional : Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya
enurasis
3) Bila masih terjadi inkontinesia kurangi waktu antara berkemih yang telah
direncanakan
Rasional : Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk
menampung volume urine sehingga diperlukan untuk lebih sering
berkemih.
4) Instruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran,
ulangi dengan posisi klien membentuk sudut 45, lanjutkan dengan klien
berdiri jika tidak ada kebocoran yang lebih dulu.
Rasional : Untuk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih.
5) Pantau pemasukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan
cairan 2000 ml, kecuali harus dibatasi.
Rasional : Dehidrasi optimal diperlukan untuk mencegah ISK dan batu
ginjal
6) Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan
kemungkinan perubahan obat, dosis/ jadwal pemberian obat untuk
menurunkan frekuensi inkontinensia.
11
Rasional : Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
3) Ikuti kewaspadaan umum (Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
langsung, pemakaian sarung tangan), bila kontak dengan cairan tubuh atau
darah yang terjadi (Memberikan perawatan perineal, pengosongan kantung
drainase urine, penampungan spesimen urine). Pertahankan teknik aseptik
bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter
Indwelling.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang
4) Kecuali dikontra indikasikan, ubah posisi pasien setiap 2 jam dan anjurkan
masukan sekurang-kurangnya 2400ml / hari. Bantu melakukan ambulasi
sesuai dengan kebutuhan .
Rasional : Untuk mencegah stasis urine.
5) Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine.
a) Tingkatkan masukan sari buah berri .
b) Berikan obat-obat, untuk meningkatkan asam urine.
c) R : Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman . Karena jumlah sari
buah berri diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman
urine. Peningkatan masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam
pengobatan infeksi saluran kemih.
12
2) Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdefekasi.
Yakinkan kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru.
Potong lubang wafer kira-kira setengah inci lebih besar dan diameter
stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar-benar
menutupi kulit periastomal. Kosongkan kantung urostomi bila telah
seperempat sampai setengah penuh.
Rasional : peningkatan berat urine dapat merusak segel
periostomal,memungkinkan kebocoran urin. Pemajanan menetap pada
kulit periostomal terhadap asam urin dapat menyebabkan kerusakan kulit
dan peningkatan resiko infeksi.
13
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Susan Martin, 1998).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk
mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat
menemukan intervensi yang akan dilanjutkan. (Susan Martin, 1998)
14
BAB III
PAPARAN KASUS
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri
Nama : Ny. M
Tempat/tanggal Lahir : Ngabang, 17 Juli 1956
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir :-
Diagnosa Medik : Inkontinensia Urine
Alamat : Jl. Amal Luhur Gg.Musara
4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Tidak Ada
Berpergian/wisata : Tidak Pernah
Keanggotaan organisasi : Tidak tergabung
Lain-lain :-
15
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan waktu : 15-18x sehari
2) Kebiasaan BAK dalam : ya, ada
malam hari
16
Keluhan yag berhubungan : tidak bisa menahan keluarnya urine jika terasa
dengan BAK ingin BAK
b. BAB
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari
2) Konsistensi : lembek, berwarna kuning
3) Keluhan yang berhubu- : tidak ada
ngan dengan BAB
4) Pengalaman memakai : tidak pernah
Laxantif/Pencahar
3. Personal Higiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan waktu : 2x/sehari, pagi dan sore hari
mandi
2) Pemakaian sabun : ya
(Ya/Tidak)
b. Oral Higiene
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari, sehabis mandi dan sebelum tidur
gosok gigi
2) Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi : 3x seminggu
2) Penggunaan shampo : ya
(Ya/Tidak)
d. Kuku dan Tangan
1) Frekuensi gunting kuku : 2x dalam sebulan
2) Kebiasaan mencuci : ya.
tangan pakai sabun
4. Istirahat dan tidur
a. Lama tidur malam : 5 jam sehari
b. Tidur siang : 1 jam sehari
c. Keluhan yang berhubungan : tidur terganggu sering ke WC karna mau
Dengan tidur kencing
17
5. Kebiasaan mnegisi waktu luang
Klien mengatakan mengisi waktu luangnya dengan membaca al-quran dan berdoa
18
C. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama selama 1 tahun terakhir
Ny.M mengatakan 1 tahun terakhir sering mengeluh nyeri saat berkemih,
kalau bersin atau batuk kencing keluar secara tiba-tiba, nokturia.
b. Gejala yang dirasakan
Kencing dalam sehari 1-18x/hari
c. Faktor pencetus
Dimensia, ISK
d. Timbulnya keluhan
( ) Mendadak (V) Bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
Satu tahun
f. Upaya mengatasi
1) Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktik
19
c. Riwayat kecelakaan
Tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Riwayat dirawat di rumah sakit
Klien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit karna sering berobat ke
dokter klinik
e. Riwayat pemakaian obat
Klien mnegatakan rutin mnegonsumsi obat diuretik
3. Pengkajian/pemeriksaan Fisik
(Observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi dan palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) : TD 180/140 mmHg, Nadi 80x/menit
Pernapasan 18x/menit, Suhu 36oC
b. BB/TB : 45 Kg, 150 cm
c. Rambut : bersih, berwarna putih, tidak ada ketombe
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, palpebrae
gelap, sclera anikterik
e. Telinga : bersih, tidak ada benda asing
f. Mulut, gigi dan bibir : bersih, tidak berbau, gusi tidak ada
peradangan, tidak ada karies, tidak ada gigi
palsu, lidah bersih, mampu untuk mnegunyah
keras
g. Dada : bentuk dada simetris, getaran dinding kiri dan
kanan sama, tidak ada suara tambahan,
payudara mneyusut, tidak teraba massa, tidak
ada suara tambahan
h. Abdomen : datar, tidak ada bendungan vena pada
abdomen, tidaka da striae, kendung kemih
teraba keras, tidak ada mengalami usus buntu,
tidak ada pembesaran limfe
i. Kulit : tekstur kulit terhilat kendur, keriput, tugor
kulit jelek, terdapat ruam dan kemerahan
disekitar genetalia
j. Ekstremitas atas : tonus otot baik, kekuatan otot tangan
kiri kanan sama yaitu pada skala 5
20
k. Ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu
pada skala 5, tidak ada nyeri persendian, tidak
terjadi osteoporosis, dan tidak ada kelainan
tulang
D. Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)
a. Masalah kesehatan Kronis :6
b. Fungsi kognitif :6
c. Status fungsional : 13
d. Status psikologis (skala depresi) : 3
e. Dukungan keluarga :
Resume
21
Terdapat distendi kandung kemih. Kegiatan sehari-hari Ny.M adalah menjadi guru
mnegaji, akan tteapi semenjak ia sering mengompol kegiatan menjadi terganggu.
22
15. Perubahan kebiasaan buang air 0
besar (mencret atau sembelit)
F Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan 0
17. Nyeri pinggang atau tulang 0
belakang
18. Nyeri persendian/bengkak 0
G Fungsi persyarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki 0
atau tangan
20. Kehilangan rasa 0
21. Gemetar atau tremor 0
22. Nyeri/pegal pada daerah tekuk 0
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak 2
24. Sering buang air kecil pada 2
malam hari
25. Tidak mamapu mengontrol 2
pengeluaran urine kemih
(mengompol)
Jumlah 6
Analisa hasil : Skor < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis sampai dengan
masalah kesetahan kronis ringan
2. FUNGSI KOGNITIF
23
Jawab :
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia?
Jawab :
9 Siapa nama presiden Republik Indonesia ?
Jawab :
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 !
Jawab :
Jumlah benar 6
Analisa hasil :
Jumlah skor = 6 berarti ada ganggguan
3. STATUS FUNGSIONAL
24
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan 1
(takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan danmengambil keputusan unutk 0
kepeentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan 1
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan
hobi)
Jumlah Poin Mandiri 13
Analisa hasil :
Jumlah skor 13, disimpulkan bahwa klien dapat mandiri
4. STATUS PSIKOLOGIS
25
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? ya
27 Menikmati tidur? tidak
No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir:
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? tidak
29 Mudah mengambil keputusan? tidak
30 Mempunyai pikiran yang jernih? Ya
Jumlah item yang terganggu
Analisa Hasil :
Jumlah terganggu sebanyak 3. Jadi kesimpulannya Status psikologis dalam
rentang normal.
26
A. ANALISA DATA
27
4 DS : Klien mengatakan tidurnya Nokturia pada Gangguan Pola
tergaggu karna sering kencing malam hari Tidur
pada malam hari
DO : conjungtiva anemis,
palpebrae gelap, sering menguap
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Tanggal/
Diganosa Keperawatan Paraf
DP waktu
I Gangguan Eliminasi Urine b.d kehilangan kemampuan
untuk menghambat kontraksi kandung kemih ditandai
oleh :
DS: keluarga mengatakan NY.M seing kencing tanpa
disadari (ngompol). Sebelumnya Ny.M ada riwayat
hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik.
Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk,
batuk tiba-tiba keluar sedikit kencing.
DO : Hasil observasi : TD 180/140 mmHg, Nadi
80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,5oC
II Gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan Proses
degenerasi ditandai oleh :
DS: klien mengatakan tidak mengingat umurnya, kapan
dia lahir, dan tidak tahau tahun berapa dia lahir
DO: analisis hasil fungsi kognitif berjumlah 6,
dikategorikan bahwa fungsi kognitifnya ada gangguan
III Resiko Jatuh berhubungan dengan Modifikasi
lingkungan, yang ditandai oleh :
DS : Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika
sudah terasa ingin BAK. Klien juga mengatakan
frekuensi berkemih tiap ahri 15-18x/hari. Klien juga
mengatakan, sring bolak-nalik WC.
DO : Skor status fungsional hasil analisisnya berjumlah
28
13 dikategorikan bahwa pasien mandiri. WC terpisah dari
kamar, jaraknya sekitar 10 meter.
IV Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Nokturia pada
malam hari
DS : Klien mengatakan tidurnya tergaggu karna sering
kencing pada malam hari
DO : conjungtiva anemis, palpebrae gelap, sering
menguap
29
RENCANA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Rencana
Tujuan Kriteria Hasil Rasional Paraf
DP keperawatan Keperawatan
1 Gangguan Setelah 1. Kandung 1. Kaji 1. Berkemih yang
Eliminasi dilakuka kemih kebiasaan sering dapat
Urine b.d n kosong pola mengurangi
kehilangan tindakan secara berkemih dorongan dan
kemampuan keperwat penuh dan beri distensi
untuk an 2. Intake gunakan kandung
menghambat selama cairan catatatn kemih
kontraksi 3x24 dalam berkemih
kandung jam, rentang sehari 2. Pembatasan
kemih klien normal cairan pada
ditandai mampu 3. Balance malam hari
oleh : mengont cairan dapat
DS: keluarga rol seimbang 2. Ajarkan mencegah
mengatakan eliminasi 4. Keluhan unutk terjadniya
NY.M seing urine tidak bisa membatasi enurasis
kencing tanpa menahan masukan
disadari kencing cairan
(ngompol). berkurang pada
Klien sendiri 5. Keluhan malam hari 3. Unutk
mengatakan nyeri di membantu dan
tidak bisa daerah melatih
menahan jika perut pengosongan
sudah terasa hilang 3. Ajarkan kandung
ingin BAK. teknik kemih
klien juga unutk
mengatakan mencetusk
frekuensi an refleks
berkemih tiap berkemih
ahri 15- (ransangan 4. Hidrasi
30
18x/hari. pacantus optimal
Sebelumnya dengan diperlukan
Ny.M ada penepukan unutk menegah
riwayat supra ISK dan batu
hipertensi 2 pubik) ginjal
tahun lalu
dan 4. Berikan
mengonsumsi penjelasan
obat diuretik. tentang
Klien juga penitngnya 5. Kapasitas
mengatakan hidrasi kandung
saat dia optimal, kemih
bersin, sedikitnya mungkin tidak
membungkuk 2000cc/har cukup untuk
, batuk tiba- i bila tidak menumpang
tiba keluar ada kontra volume urine
sedikit indikasi sehingga
kencing. diperlukan
DO : Klien 5. Bila masih untuk lebih
tampak terjadi sering
terpasang inkontinen berkemih
kateter sia kurangi
indweling, waktu 6. Menurunkan
terdapat antara frekuensi
distensi berkemih inkontinensia
kandung yang telah
kemih. direncaaka
n
6. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
mengkaji
31
efek
medikasi
dan
tentukan
kemungkin
an
perubahan
obat,
dosis/jadw
al
pemberian
obat
2 Gangguan Setelah 1. Fungsi 1. Ingatkan
fungsi dilakuka kognitif kembali hal-
kognitif n bernilai hal yang lupa,
berhubungan tindakan 10 seperti bak,
dengan keperaw 2. Klien bisa bab, tempat
Proses atan menginga 2. Ingatkan hari,
degenerasi selama t tanggal tanggal, bulan
ditandai 3x24 lahirm dan tahun,
oleh : jam, umurnya, serta ingatkan
DS: klien fungsi tahun untuk
mengatakan kognitif kemerdek mencoret
tidak tidak aan dan kalender
mengingat mengala menghitu 3. Buat catatan
umurnya, mi ng. unutk nomor
kapan dia ganggua telepon
lahir, dan n penting
tidak tahau 4. Meltih
tahun berapa mengingat dan
dia lahir memperlihatka
DO: analisis n album pada
hasil fungsi orang-oran
kognitif yang dikenal
32
berjumlah 6, 5. Memperkenal
dikategorikan kan keluarga
bahwa fungsi kembali di
kognitifnya ajak
ada gangguan berkomunikasi
Mencatat
seriap pesan,
siapkan obat
pada tempat
yang sudah
ada lebelnya\
33
sring bolak- jangan jatuh dan
balik WC. sampai fraktur
DO : Skor basah 5. Mencegah
status 5. WC, terjadinya
fungsional dibuat ada terpeleset
hasil pegangan 6. Meminimalisir
analisisnya terjadinya
berjumlah 13 6. Temani jatuh dan
dikategorikan pasien menghindari
bahwa pasien kalau lantai yang
mandiri. WC berjalan licin
terpisah dari 7. Memudahkan
kamar, klien untuk
jaraknya 7. Tempat mencapai
sekitar 10 tidur lebih lantai.
meter. rendah,
sehingga
klien bisa 8. Meminimalisir
mencapai terjadinya
lantai jatuh
8. Berikan
peneranga
n yang
cukup
4 Gangguan Setelah 1. Frekuensi 1. Ciptakan 1. Meningkatkan
Pola Tidur dilakuka tidur suasana kualitas tidur
berhubungan n pasien dan lansia
dengan tindakan malam peneranga
Nokturia kan hari n yang
pada malam keperaw meningka cukup
hari atan t bagi lansia 2. Memberikan
DS : Klien selama 2. Pasien tidur suasana yang
mengatakan 3x24 ja, tampak 2. Hindari tenang bagi
tidurnya kebutuha tidak penyebab lansia untuk
34
tergaggu n tidur menguap, keributan istirahat
karna sering pasien ocnjungti yang akan
kencing pada dalam va menggang
malam hari rentang anemis, gu tidur
DO : normal palpebrae pasien
conjungtiva gelap seperti
anemis, kebisingan
palpebrae musik
gelap, sering 3. Meminimalka
menguap n keadaan
3. Kurangi sering
intake berkemih pada
cairan malam hari
yang
berlebihan
pada saat 4. Untuk
menjelang meningkatkan
tidur frekuensi
4. Jika perlu tidur, karena
tingkatkan dengan
aktivitas aktivitas maka
lansia akan membuat
pada siang pasien tidur
hari lebih nyenyak
seperti
berkebun 5. Menambah
pengetahuan
lansia tentang
pentingnya
5. Beritahu tidur
lansia
tentang
manfaat
istirahat
35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
36
I&IV mencoret kalender. Klien hanya 5 jam
mengatakan iya akan tidur tadi
III 08.50 mencoretkalender agar ingat malam, sering
kembali tentang tangggal. terbangun untuk
Melatih klien untuk menuliskan kencing
III 08.55 angka 1-20 di kertas, pasien - pasien
belum dapat menulis angka mengatakan
11.00 dengan urutan yang benar. minum sebelum
IV Mengkaji frekuensi tidur tadi tidur sebanyak
malam. Klien mengatakan hanya ½ gelas
I 11.05 5 jam tidur tadi malam, sering - Pasien
terbangun untuk kencing. mengatakan
11.10 Mengkaji frekuensi minum tadi pagi
I pasien, pasien mengatakan bangun, sholat,
11.15 minum sebelum tidur sebanyak membereskan
I&IV ½ gelas tempat tidur,
11.20 Menganjurkan klien unruk berkebun,
IV membatasi masukan cairan pasa kemudian
11.25 malam hari, pasien tampak mandi dan
I mengerti dan akan berkumpul
melakukannya dengan teman-
IV Mengkaji aktivitas pasien teman.
sehari-hari. Pasien mengatakan - pasien
tadi pagi bangun, sholat, mengatakan
membereskan tempat tidur, lampu - kamar
berkebun, kemudian mandi dan saya cukup
berkumpul dengan teman-teman. terang, kalau
Mengkaji penerangan dikamar tidur saya lebih
pasien dan wc, pasien senang
mengatakan lampu kamar saya lampunya
cukup terang, kalau tidur saya dihidupkan, di
lebih senang lampunya wc lampunya
dihidupkan, di wc lampunya kurang terang,
kurang terang, lantainya agak lantainya agak
37
licin licin
Menciptaka suasana yang tenang - Pasien dapat
bagi lansia untuk istirahat. beristirahat
Pasien dapat beristirahat dengan dengan nyaman
nyaman - Pasien
Mengkaji frekuensi kencing. mengatakan
Pasien mengatakan sudah 6 kali sudah 6 kali
kencing bolak-balik WC, tadi kencing bolak-
hampir jatuh d wc karena lantai balik WC, tadi
licin. hampir jatuh d
,memberitahu lansia tentang wc karena
manfaat istirahat. Pasien tampak lantai licin.
mngerti. O:
Menganjurkan klien untuk - warna urine
meningkatkan aktivitas pasien putih
disiang hari. Pasien tampak kekuningan,
mengerti. jumlah +
Menganjurkan pasien untuk 200ml,
membatasi minum pada malam keluarnya
hari, pasien tampak mengerti. seperti air
Menganjurkan pasien unutk mancur,
memakai popok pada malam biasanya keluar
hari unutk mengurangi resiko sebelum klien
jatuh. Pasien tampak mengerti. samapi ke wc.
Menganjurkan pasien unutk sena - wc karena
kegel jika kendingnya sering. lantai licin.
Pasien tampak mengerti - pasien belum
Menciptakan lingkungan yang dapat menulis
tenang untuk lansia. Pasien angka dengan
tampak bisa beristirahat dengan urutan yang
nyaman. benar.
A:
- Diagnosa
I,II,III,IV
38
belum teratasi
P : melanjutkan ke
intervensi
selanjutnya
39
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial
(Kane, dkk, 1989). Inkontinensia urine banyak terjadi pada lansia perempuan, karena
sistem anatomis dan oersonal higiene.
Pengkajian untuk lansia difokuskan pada poin-poin yang didalamnya berisi
data yang abnormal. Diagnosa yang diangkat mendekati KMB namun lebih
spesifiknya karena proses degeneratif, maka dari itu intervensi yang diberikan adalah
intervensi yang lebih mengarah ke lansia. Seperti senam kegel. Senam kegel berfungsi
untuk mempertahankan status berkemih.
B. Saran
Sumber buku diharapkan lebih banyak referensi lagi. Format pengkajian
referensinya harus sesuai. Kelompok menyadari bahwa makalah kami tidak sempurna
masih banyak kekurangan, maka kelompok membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah kami kedepannya.
40
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, 2010. Meraat Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Cetakan
Pertama. Jakarta : TIM
41
42