Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM


ELIMINASI : INKONTINENSIA

Oleh:

NOVICA AYU SAPUTRI PASARIBU 190204042

LOVIAN SINAMBELA 190204029

RISTON ANGRIADI 190204035

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan keperawatan
lansia dengan gangguan sistem eliminasi : inkontinensia”.Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 28 Maret 2022

Kelompok 2

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine secara tidak sadar, sering
pada orang tua dan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran kemih,
masalah psikologis, dan isolasi sosial. Inkontinensia cenderung tidak dilaporkan,
karena penderita merasa malu dan juga menganggap tidak ada yang dapat menolong
nya dari penelitian pada populasi lanjut usia dari masyarakat, didapatkan 75% dari
pria dan 12% dari wanita diatas 70 tahun mengalami inkontinensia urine. Sedangkan
mereka yang dirawat di psikogeriatri 15-50% menderita inkontinensia urine.
Inkontinensia dibagi menjadi inkontinensia akut, dan inkontinensia kronik.
Inkontinensia akut atau transien bersifat tiba-tiba, biasanya berhubungan
dengan kondisi pengobatan atau pembedahan. Penyebab inkontinensia akut antara lain
mobilitas terbatas, pecal impaction, delirium, infeksi saluran kemih, DM tak
terkontrol, hiperkalsemia pengobatan anti kolinergik/beta adrenergik/alpha loker,
diuretic, psikotropic, narkotik atau alkohol.
Inkontinensia kronik atau persisten dibagi menjadi stress inkontinensia, urge
inkontinensia, overflow inkontinensia dan fungsional dan fungsional inkontinensia.
Stress inkontinensia biasa terjadi pada lansia wanita. Terjadi akibat peningkatan yang
tiba-tiba pada tekanan intraabdmomen akibat adanya kelemahan otot-otot disekitar
uretra karena kehamilan. Kelahiran pervagina, trauma pembedahan, obesitas dan
batuk kronik. Pada pria stress inkontinensia tidak biasa terjadi tetapi dapat terjadi
apabila ada pembedahan prostate dan terapi radiasi. Urgeinkontinensia pada lansia
biasanya dihubungkan dengan ketidakseimbangan otot detrusor/hiperrefleksia akibat
dari cystitis, urethritis, tumor, batu, juga stroke, dementia dan penyakit parkinson
digubungkan dengan nocturia. Overflow inkontinensia ditandai dengan keluhan sering
miksi dengan volume urine sedikit, sulit memulai miksi dan merasa tidak puas.
Biasanya terjadi pada neuropati diabetic injury tulang belakang, hipertropi prostat dan
multiple sklerosis.
Dari data-data tersebut, maka kami kelompok pada kesempatan kali ini
membahas tentang masalah pada lansia dengan inkontinensia urin

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari asuhan keperawatan ini adalah :
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Medis dalam Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin

3
b. Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan.
c. Asuhan Keperawatan kepada Ny. M dengan Gangguan Sistem
Perkemihan : Inkontinensia Urin

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam asuhan keperawatan ini
menggunakan metode deskriptif yaitu berdasarkan :
1. Studi Kepustakaan, dilakukan dalam mempelajari dan mengutip dari buku-buku
sumber bacaan yang berkaitan dengan Labiopalatoskisis.
2. Studi Internet, dilakukan untuk mengambil gambar-gambar dan mengutip materi
dari sumber internet yang terpercaya, yang berkaitan dengan Asuhan Keperawatan
Pada Anak dengan Labiopalatoskisis.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penulisan asuhan keperawatan ini terdiri dari 5 bab
yang berdasarkan sistematika sebagai berikut : Bab I pendahuluan, meliputi latar
belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II,
tinjauan teoritis, meliputi konsep dasar medik, yang terdiri dari definisi, klasifikasi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,pemeriksaan diagnositk,
penatalaksanaan medik, dan komplikasi. Kemudian konsep dasar keperawatan, yang
terdiri dari, pengkajian, diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Bab III berisi pembahasan kasus, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Kemudian Bab IV
penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
Inkontinensia urine adalah berkemih diluar kesadaran, pada waktu dan
tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau sosial. Aspek
sosial yang akan dialami oleh lansia antara lain kehilangan harga diri, merasa
terisolasi dan depresi.
Inkontinensia urine adalah sering berkemih/ngompol yang tanpa disadari
merupakan salah satu keluhan orang lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi
yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan
sosial (Kane, dkk, 1989).

2. Klasifikasi
1) Inkontinensia Stress
Akibat adanya tekanan didalam abdomen, seperti bersin, atau selama
latihan, menyebabkan kebocoran urine dari kandung kemih. Tidak terdapat
aktivitas kandung kemih. Tipe inkontinensia urine ini sering diderita wanita
yang mempunyai banyak anak.
2) Inkontinensia Mendesak (urge incontinence)
Berkemih dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum
sampai ke toilet. Mereka tidak merasakan adanya tanda untuk berkemih.
Kondisi ini terjadi karena kandung kemih seseorang berkontraksi tanpa
didahului oleh keinginan untuk berkemih.
Kehilangan sensasi untuk berkemih ini disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi persarafan yang mengatur perkemihan.
3) Inkontinensia Overflow
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan mengeluh
bahwa urinenya mengalir terus menerus. Hal ini disebabkan karena obstruksi
saluran kemih seperti pada pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk
pembesaran prostat yang menyebabkan inkontinensia dibutuhkan tindakan
pembedahan. Dan untuk konstipasinya relatif mudah diatasi.
4) Inkontinensia Refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti
demensia. Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi refleks
yang dirangsangoleh pengisian. Kemampuan rasa ingin berkemih dan berhenti
berkemih tidak ada. Penatalaksanaannya dengan permintaan untuk miksi
secara teratur setiap jam atau dengan menggunakan diapers ukuran dewasa.
5) Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang utuh
dan tidak mengalami kerusakan persarafan yang secara langsung

5
mempengaruhi sistem perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat
ketidakmampuan lain yang mengurangi kemampuannya untuk
mempertahankan kontinensia.

3. Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut (Soeparman & Waspadji Sarwono, 2001) :
a. Poliuria, noktoria
b. Gagal jantung
c. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia > 50 tahun.
d. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh:
1) Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan
efek akibat dilahirkan dapat mengakibatkan penurunan otot-otot dasar
panggul.
2) Perokok, minum alkohol.
3) Obesitas.
4) Infeksi saluran kemih (ISK)

4. Anatomi Fisiologi

1) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa untuk mengalirkan urine dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya sekitar 25 cm dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari 3 lapisan :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos (smooth muscle)
c. Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa)
2) Vesika urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk

6
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat dan
berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis medius.
3) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dari tubuh. Pada laki-
laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa ke bangian penis. Uretra pada wanita
terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan mirirng sedikit kearah atas,
panjangnya sekitar 3-4 cm.

5. Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
a. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan vesika urinaria
(kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml.
Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih
dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan
berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter internal
dan sfingter ekternal relaksasi, yang yang membuka uretra. Pada orang
dewasa muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia
tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap
adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml mengidentifikasi adanya retensi urine.
Perubahan yang lainnya pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi
kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi penurunan produksi
estrogen menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan
mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar ( Stanley M & Beare G
Patricia, 2006 ).
b. Fungsi otot besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung
kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.
Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila
batuk atau bersin .

6. Tanda dan Gejala


a. Melaporkan merasa desakan berkemih, disertai ketidakmampuan mencapai
kamar mandi karena telah mulai berkemih.
b. Desakan, frekuensi, dan nokturia.
c. Inkontinensia stres, dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil urine ketika
tertawa, bersin, melompat, batuk, atau membungkuk.
d. Inkontinensia overflow, dicirikan dengan aliran urine buruk atau lambat dan
merasa menunda atau mengejan.
e. Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume dan aliran urine yang
adekuat.
f. Higiene atau tanda-tanda infeksi.
g. Kandung kemih terletak diatas simfisis pubis.

7
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan glukosa
dalam urine.
b. Uroflowmetry digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan menunjukkan
obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika
pasien berkemih.
c. Cysometry digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular kandung kemih
dengan mengukur efisiensi refleks otot detrusor, tekanan dan kapasitas
intravesikal, dan reaksi kandung kemih terhadap rangsangan panas.
d. Urografi eksretorik, disebut juga pielografi intravena, digunakan untuk
mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal, ureter, dan kandung kemih.
e. Voiding cystourethrography digunakan untuk mendeteksi ketidaknormalan
kandung kemih dan uretra serta mengkaji hipertrofi lobus prostat, struktur
uretra, dan tahap gangguan uretra prostatik stenosis (pada pria).
f. Urterografi retrograde, digunakan hampir secara eksklusif pada pria,
membantu diagnosis struktur dan obstruksi orifisium uretra.
g. Elektromiografi sfingter eksternal mengukur aktivitas listrik sfingter urinarus
eksternal.
h. Pemeriksaan rektum pada pasien pria dapat menunjukkan pembesaran prostat
atau nyeri, kemungkinan menandakan hipertfrofi prostat jinak atau infeksi.
Pemeriksaan tersebut juga dapat menunjukkan impaksi yang mungkin dapat
mentebabkan inkontinensia.
i. Kateterisasi residu pascakemih digunakan untuk menentukan luasnya
pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung
kemih.

8. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi obat disesuaikan dengan penyebab inkontinensia. Antibiotik diresepkan
jika inkontinensia akibat dari inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Obat
antikolinergik digunakan untuk memperbaiki fungsi kandung kemih dan
mengobati spasme kandung kemih jika dicurigai ada ketidakstabilan pada otot
destrusor. Obat antispasmodik diresepkan untuk hiperrefleksia detrusor aktivitas
otot polos kandung kemih. Estrogen baik dalam bentuk oral, topikal, maupun
supositoria, digunakan jika ada vaginitis atrofik. Inkontinensia stress kadang dapat
diterapi dengan obat antidepresan.
b. Terapi perilaku meliputi latihan berkemih, latihan kebiasaan dan waktu berkemih,
penyegeraan berkemih, dan latihan otot panggul (latihan kegel). Pendekatan yang
dipilih disesuaikan dengan masalah pasien yang mendasari. Latihan kebiasaan dan
latihan berkemih sangat sesuai untuk pasien yang mengalami inkontinensia
urgensi. Latihan otot panggul sangat baik digunakan oleh pasien dengan fungsi
kognitif yang utuh yang mengalami inkontinensia stress. Intervensi perilaku
umumnya tidak dipilih untuk pasien yang mengalami inkontinensia sekunder
akibat overflow. Teknik tambahan, seperti umpan biologis dan rangsangan listrik,

8
berfungsi sebagai tambahan pada terapi perilaku.Latihan kebiasaan, bermanfaat
bagi pasien yang mengalami demensia atau kerusakan kognitif, mencakup
menjaga jadwal berkemih yang tetap, biasanya setiap 2 sampai 4 jam.
c. Spiral dapat diresepkan bagi pasien wanita yang mengalami kelainan anatomi
seperti prolaps uterus berat atau relaksasi pelvik. Spiral tersebut dapat dipakai
secara internal, seperti diafragma kontrasepsi, dan menstabilkan dasar kandung
kemih serta uretra, yang mencegah inkontinensia selama ketegangan fisik.
d. Toileting terjadwal
e. Penggunaan pads
f. Indwelling kateter, jika retensi urine tidak dapat dikoreksi secara
medis/pembedahan dan untuk kenyamanan klien terakhir.

9. Komplikasi
a. Infeksi saluran kemih.

9
B. Konsep Dasar Medik
1. Pengkajian
Adapun data-data yang akan di kumpulkan dikaji pada asuhan
keperawatan klien dengan diagnosa medis inkontinensia urine :
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
b. Keluhan utama
Pada kelayan inkontinensia urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia,
urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan strategi
c. Riwayat penyakit sekarang
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha
yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK ( infeksi saluran kemih )
yang berulang, penyakit kronis yang pernah di derita
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit inkontinensia urine, adakah anggota keluarga yang
menderita DM, hipertensi
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang digunakan adalah B1-B6 :
1) B1 (breathing)
Kaji adanya pernafasan adanya gangguan pada palo nafas, sianosis karena
suplai oksigen menurun. Kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi
2) B2 (blood)
Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
3) B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
4) B4 (bladder)
Inspeksi : periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat
karena adanya aktifitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih
serta disertai keluhan keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder,
pembesaran daerah supra pubik lesi pada neatus uretra, banyak kencing
dan nyeri saat berkemih mendadah disurea akibat dari infeksi, apakah
klien terpasang kateter sebelumnya.
Palpasi : rasa nyeri disapat pada daerah supra pubik atau pelvis, seperti
rasa terbakar di uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga diluar waktu
kencing.
5) B5 (bowel)
Bising usus adalah peningkatan atau penurunan, adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan
palpasi pada ginjal.
6) B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkan dengan ekstremitas yang
lain, adakah nyeri pada persendian.

10
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kantung
kemih.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang
lama.
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh
urine
d. Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat

3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung
kemih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan bisa
melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkontinesia.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menjelaskan penyebab inkontinesia dan rasional penatalaksaan.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatan berkemih sehari.
Rasional : Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan beri distensi
kandung kemih
2) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
Rasional : Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya
enurasis
3) Bila masih terjadi inkontinesia kurangi waktu antara berkemih yang telah
direncanakan
Rasional : Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk
menampung volume urine sehingga diperlukan untuk lebih sering
berkemih.
4) Instruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran,
ulangi dengan posisi klien membentuk sudut 45, lanjutkan dengan klien
berdiri jika tidak ada kebocoran yang lebih dulu.
Rasional : Untuk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih.
5) Pantau pemasukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan
cairan 2000 ml, kecuali harus dibatasi.
Rasional : Dehidrasi optimal diperlukan untuk mencegah ISK dan batu
ginjal
6) Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan
kemungkinan perubahan obat, dosis/ jadwal pemberian obat untuk
menurunkan frekuensi inkontinensia.

11
b. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinesia, imobilitas dalam waktu yang
lama.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
berkemih dengan nyaman.
Kriteria Hasil :
Urine jernih, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukan tidak
adanya bakteri.
Intervensi :
1) Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien
inkontinensia, cuci daerah perineal segera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra .
2) Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari
(Merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan
setelah buang air besar.
Rasional : Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
3) Ikuti kewaspadaan umum (Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
langsung, pemakaian sarung tangan), bila kontak dengan cairan tubuh atau
darah yang terjadi (Memberikan perawatan perineal, pengosongan kantung
drainase urine, penampungan spesimen urine). Pertahankan teknik aseptik
bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter
Indwelling.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang
4) Kecuali dikontra indikasikan, ubah posisi pasien setiap 2 jam dan anjurkan
masukan sekurang-kurangnya 2400ml / hari. Bantu melakukan ambulasi
sesuai dengan kebutuhan .
Rasional : Untuk mencegah stasis urine.
5) Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine.
a) Tingkatkan masukan sari buah berri .
b) Berikan obat-obat, untuk meningkatkan asam urine.
c) R : Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman . Karena jumlah sari
buah berri diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman
urine. Peningkatan masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam
pengobatan infeksi saluran kemih.

c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh


urine
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan
integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil:
1) Jumlah bakteri <100.000/ml
2) Kulit periostomal penuh
3) Suhu 37c
4) Urine jernih dengan sendimen minimal.
Intervensi
1) Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8 jam
Rasional : untuk mengindetifikasi kemajuan atau penyimpanan dari hasil
yang diharapkan
2) Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdefekasi.
Yakinkan kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru.

12
Potong lubang wafer kira-kira setengah inci lebih besar dan diameter
stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar-benar
menutupi kulit periastomal. Kosongkan kantung urostomi bila telah
seperempat sampai setengah penuh.
Rasional : peningkatan berat urine dapat merusak segel
periostomal,memungkinkan kebocoran urin. Pemajanan menetap pada
kulit periostomal terhadap asam urin dapat menyebabkan kerusakan kulit
dan peningkatan resiko infeksi.

d. Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan
seimbang
Kriteria hasil : pengeluaran urine tepat, berat badan 50 kg
Intervensi
1) Awasi tanda-tanda vital
Rasional : pengawasan invasive diperlukan untuk mengkaji volume
intravaskular, khususnya pada pasien dengan fungsi jantung buruk.
2) Catat pemasukan dan pengeluaran
Rasional : untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan
dan penurunan resiko kelebihan cairan.
3) Awasi berat jenis urine
Rasional : untuk mengukur kemampuan ginjal dalam mengkonsestrasikan
urine
4) Berikan minuman yang disukai sepanjang 24 jam
Rasional : membantu periode tanpa cairan meminimalkan kebosanan
pilihan yang terbatas dan menurunkan rasa haus
5) Timbang BB setiap hari
Rasional : untuk mengawasi status cairan

4. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan radiasi daripada rencana
tindakan keperawatan yang telah diterapkan. Meliputi tindakan independent,
dependent, dan interpendent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan,
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Susan Martin, 1998).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk
mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat
menemukan intervensi yang akan dilanjutkan. (Susan Martin, 1998)

13
C. Patoflowdiagram

14
BAB III

PAPARAN KASUS

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri
Nama : Ny. M
Tempat/tanggal Lahir : Ngabang, 17 Juli 1956
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat
Diagnosa Medik : Inkontinensia Urine
Alamat : Jln. Merdeka No.5

2. Keluarga atau Orang lain yang penitng/dekat yang dapat dihubungi:


Nama : Tn.P
Alamat : Jln. Merdeka No.5
No. Telpon : 082153532121
Hubugan Dengan Klien : Anak Kandung

3. Riwayat pekerjaan dan Status Ekonomi


Pekerjaan Saat Ini : Guru Mengaji
Pekerjaan Sebelumnya :-
Sumber Pendapatan : Uang dari anak-anaknya
Kecukupan pendapatan : Cukup

4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Tidak Ada
Berpergian/wisata : Tidak Pernah
Keanggotaan organisasi : Tidak tergabung
Lain-lain :-

5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung

No Nama Keadaan Saat Ini Keterangan


1 Tn. E Sehat, tinggal bersama anak sulungnya
2 Tn. I Sehat, tinggal bersama anak bungsunya

b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)


Nama :-
Umur :-
Penyebab Kematian :-

c. Kunjungan Keluarga : Anaknya Tn.P dan istri tampak mengunjungi


ibunya Ny.M di panti

15
B. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3 kali sehari
b. Nafsu makan : ada
c. Jenis makanan : nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
d. Kebiasaan sebelum makan : berdoa terlebih dahulu
e. Maknan yang tidak disukai : ada, masakan yang berbau laut
f. Alergi terhadap makanan : tidak ada
g. Pantang makan : tidak ada
h. Keluhan yang berhubungan : tidak ada
dengan makan

2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan waktu : 15-18x sehari
2) Kebiasaan BAK dalam : ya, ada
malam hari
Keluhan yag berhubungan : tidak bisa menahan keluarnya urine jika terasa
dengan BAK ingin BAK
b. BAB
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari
2) Konsistensi : lembek, berwarna kuning
3) Keluhan yang berhubu- : tidak ada
ngan dengan BAB
4) Pengalaman memakai : tidak pernah
Laxantif/Pencahar

3. Personal Higiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan waktu : 2x/sehari, pagi dan sore hari
mandi
2) Pemakaian sabun : ya
(Ya/Tidak)
b. Oral Higiene
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari, sehabis mandi dan sebelum tidur
gosok gigi
2) Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi : 3x seminggu
2) Penggunaan shampo : ya
(Ya/Tidak)
d. Kuku dan Tangan
1) Frekuensi gunting kuku : 2x dalam sebulan
2) Kebiasaan mencuci : ya.
tangan pakai sabun

16
4. Istirahat dan tidur
a. Lama tidur malam : 5 jam sehari
b. Tidur siang : 1 jam sehari
c. Keluhan yang berhubungan : tidur terganggu sering ke WC karna mau
Dengan tidur kencing

5. Kebiasaan mnegisi waktu luang


Klien mengatakan mengisi waktu luangnya dengan membaca al-quran dan berdoa

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


(jenis/frekuensi/ljumlah/lama pakai)
a. Merokok (Ya/Tidak) : tidak
b. Minuman keras (Ya/Tidak) : tidak
c. Ketergantungan terhadap : ya
Obat (Ya/Tidak)

7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari


No Jenis Kegiatan Lama Waktu untuk Setiap kegiatan
1 Merapikan tempat tidur 3 menit
2 Sholat subuh 10 menit
3 Mandi pagi 20 menit
4 Sarapan 10 menit
5 Berkebun 1 jam
6 Istirahat 5 menit
7 Mandi 20 menit
8 Menonotn tv 30 menit
9 Tidur siang 2 jam
10 Bersih-bersih panti 30 menit
11 Istirahat 5 menit
12 Mandi 20 menit
13 Mengajar ngaji 1 jam
14 Berkumpul bersama teman panti 1 jam
15 Makan malam 10 menit
16 Menonton tv 30 menit
17 Tidur malam 5 jam

17
C. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama selama 1 tahun terakhir
Ny.M mengatakan 1 tahun terakhir sering mengeluh nyeri saat berkemih,
kalau bersin atau batuk kencing keluar secara tiba-tiba, nokturia.
b. Gejala yang dirasakan
Kencing dalam sehari 1-18x/hari
c. Faktor pencetus
Dimensia, ISK
d. Timbulnya keluhan
( ) Mendadak (V) Bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
Satu tahun
f. Upaya mengatasi
1) Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktik

2. Riwayat kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit yang pernah di derita
Klien mengatakan dua tahun lalau terkena hipertensi dan rutin mengonsumsi
obat diuretik
b. Riwayat alergi (obat,makanan, binatang, debu dan lain-lain)
Tidak ada alergi
c. Riwayat kecelakaan
Tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Riwayat dirawat di rumah sakit
Klien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit karna sering berobat ke
dokter klinik
e. Riwayat pemakaian obat
Klien mnegatakan rutin mnegonsumsi obat diuretik

3. Pengkajian/pemeriksaan Fisik
(Observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi dan palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) : TD 180/140 mmHg, Nadi 80x/menit
Pernapasan 18x/menit, Suhu 36oC
b. BB/TB : 45 Kg, 150 cm
c. Rambut : bersih, berwarna putih, tidak ada ketombe
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, palpebrae
gelap, sclera anikterik
e. Telinga : bersih, tidak ada benda asing
f. Mulut, gigi dan bibir : bersih, tidak berbau, gusi tidak ada
peradangan, tidak ada karies, tidak ada gigi
palsu, lidah bersih, mampu untuk mnegunyah
keras
g. Dada : bentuk dada simetris, getaran dinding kiri dan
kanan sama, tidak ada suara tambahan,

18
payudara mneyusut, tidak teraba massa, tidak
ada suara tambahan
h. Abdomen : datar, tidak ada bendungan vena pada
abdomen, tidaka da striae, kendung kemih
teraba keras, tidak ada mengalami usus buntu,
tidak ada pembesaran limfe
i. Kulit : tekstur kulit terhilat kendur, keriput, tugor
kulit jelek, terdapat ruam dan kemerahan
disekitar genetalia
j. Ekstremitas atas : tonus otot baik, kekuatan otot tangan
kiri kanan sama yaitu pada skala 5
k. Ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu
pada skala 5, tidak ada nyeri persendian, tidak
terjadi osteoporosis, dan tidak ada kelainan
tulang

D. Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)


a. Masalah kesehatan Kronis :6
b. Fungsi kognitif :6
c. Status fungsional : 13
d. Status psikologis (skala depresi) : 3
e. Dukungan keluarga :

E. Lingkungan Tempat Tinggal


1. Kebersihan dan kerapian ruangan : Bersih
2. Penerangan : listrik, Sangat terang
3. Sirkulasi udara : ada, baik
4. Keadaan kamar mandi dan WC : ada, toilet duduk
5. Pembuangan air kotor : ada
6. Sumber air minum : ada, sumber dari PAM
7. Pembuangan sampah : ada, tertutup, diambil petugas di depan panti
8. Sumber pencemaran : tidak ada
9. Penataan halaman (kalau ada) : rapi, bersih
10. Privasi : Aman
11. Risiko jatuh : tinggi

Resume
Ny.M datang ke RS. B diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny.M sering
kencing tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika
sudah terasa ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga
mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan data TB dan BB Ny.M adalah 150cm, 45 kg, TD 180/140
mmHg, Nadi 80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,5oC, output 2100cc. Terdapat
Terdapat distendi kandung kemih. Kegiatan sehari-hari Ny.M adalah menjadi guru
mnegaji, akan tteapi semenjak ia sering mengompol kegiatan menjadi terganggu.

19
1. Masalah Kesehatan Kronis

No Keluhan kesehatan atau gejala yang Selalu Sering Jarang T.Pernah


dirasakan klien dalam waktu 3 bulan (3) (2) (1) (0)
terakhir berkaitan dengan fungsi-
fungsi
A Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan Kabur 0
2. Mata berair 0
3. Nyeri pada mata 0
B Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang 0
5. Telinga berdenging 0
C Fungsi Paru (Pernapasan)
6. Batuk lama disertai keringat 0
malam
7. Sesak napas 0
8. Berdahak/sputum 0
D Fungsi Jantung
9. Jantung berdebar-debar 0
10. Cepat lelah 0
11. Nyeri dada 0
E Fungsi pencernaan
12. Mual muntah 0
13. Nyeri ulu hati 0
14. Makan dan minum banyak 0
(berlebihan)
15. Perubahan kebiasaan buang air 0
besar (mencret atau sembelit)
F Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan 0
17. Nyeri pinggang atau tulang 0

20
belakang
18. Nyeri persendian/bengkak 0
G Fungsi persyarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki 0
atau tangan
20. Kehilangan rasa 0
21. Gemetar atau tremor 0
22. Nyeri/pegal pada daerah tekuk 0
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak 2
24. Sering buang air kecil pada 2
malam hari
25. Tidak mamapu mengontrol 2
pengeluaran urine kemih
(mengompol)
Jumlah 6
Analisa hasil : Skor < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis sampai dengan
masalah kesetahan kronis ringan
2. FUNGSI KOGNITIF

No Item pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang ? 
Jawab :
2 Tahun berapa sekarang ? 
Jawab :
3 Kapan Bapak/Ibu lahir? 
Jawab :
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang? 
Jawab :
5 Dimana alamatt Bapak/Ibu sekarang ? 
Jawab :
6 Berapa jumlah anggota keluara yang tinggal bersama 
Bapak/Ibu?
Jawab :
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama 
Bapak/Ibu?
Jawab :
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia? 
Jawab :
9 Siapa nama presiden Republik Indonesia ? 
Jawab :
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ! 
Jawab :
Jumlah benar 6
Analisa hasil :
Jumlah skor = 6 berarti ada ganggguan

3. STATUS FUNGSIONAL

No Aktivitas Mandiri Tergantung

21
(Nilai 1) (0)
1 Mandi dikamar mandi (menggosok, membersihkan, dan 1
mengeringkan badan).
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan mengenakannya. 1
3 Memakan makanan yang telah disiapkan 1
4 Memelihara kebersihan diri unruk penampilan diri 1
(menyisir rambut, menggosok gigi, mencukur kumis).
5 Bunag air besar di WC (membersihakan dan 1
mnegeringkan daerah bokong).
6 Dapat mnegontrol pengeluaran feses (tinja). 1
7 Buang air kecil di kaamr mandi (membersihkan dan 1
mnegeringkan daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih. 0
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar 1
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan 1
yang dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan 1
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan 1
keluarga.
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan 0
uang sendiri).
14 Menggunakan sarana transportasi umum untuk 0
berpergian.
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan 1
(takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan danmengambil keputusan unutk 0
kepeentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan 1
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan
hobi)
Jumlah Poin Mandiri 13
Analisa hasil :
Jumlah skor 13, disimpulkan bahwa klien dapat mandiri

4. STATUS PSIKOLOGIS

No Apakah Bapak/Ibu dalma satu minggu terakhir ? Ya Tidak


1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? ya
2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? tidak
3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? tidak
4 Sering merasa bosan? tidak
5 Penuh pengharapan akan masa depan? ya
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ya
7 Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak tepat diungkapkan? tidak

22
8 Merasa bahagia disebagian besar waktu? tidak
9 Merasa takut sesuatu yang terjadi pada Anda? tidak
10 Sering kali merasa tidak berdaya? tidak
11 Sering merasa gelisah dan gugup? tidak
12 Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu ya
yang bermanfaat?
13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? tidak
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat ya
dibandingkan orang lain?
15 Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? ya
16 Sering kali merasa merana? tidak
17 Merasa kurang bahagia? tidak
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? tidak
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? ya
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? tidak
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? ya
22 Berfikir bahwa keadaan penuh semangat? tidak
23 Berfikir abhwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? tidak
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? tidak
25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? ya
27 Menikmati tidur? tidak
No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir:
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? tidak
29 Mudah mengambil keputusan? tidak
30 Mempunyai pikiran yang jernih? Ya
Jumlah item yang terganggu
Analisa Hasil :
Jumlah terganggu sebanyak 3. Jadi kesimpulannya Status psikologis dalam
rentang normal.

23
A. ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI PROBLEM


O
1 DS: keluarga mengatakan Ny.M Kehilangan Gangguan
seing kencing tanpa disadari kemampuan untuk Eliminasi Urine
(ngompol). Klien juga menghambat
mengatakan saat dia bersin, kontraksi kandung
membungkuk, batuk tiba-tiba kemih
keluar sedikit kencing.
Sebelumnya Ny.M ada riwayat
hipertensi 2 tahun lalu dan
mengonsumsi obat diuretik.
DO : Terdapat distensi kandung
kemih.
2 DS: klien mengatakan tidak Proses degenerasi Gangguan fungsi
mengingat umurnya, kapan dia kognitif
lahir, dan tidak tahau tahun
berapa dia lahir
DO: analisis hasil fungsi kognitif
berjumlah 6, dikategorikan
bahwa fungsi kognitifnya ada
gangguan
3 DS : Klien sendiri mengatakan Modifikasi Resiko Jatuh
tidak bisa menahan jika sudah lingkungan
terasa ingin BAK. Klien juga
mengatakan frekuensi berkemih
tiap ahri 15-18x/hari. Klien juga
mengatakan, sring bolak-nalik
WC.
DO : Skor status fungsional hasil
analisisnya berjumlah 13
dikategorikan bahwa pasien
mandiri. WC terpisah dari kamar,
jaraknya sekitar 10 meter.
4 DS : Klien mengatakan tidurnya Nokturia pada Gangguan Pola
tergaggu karna sering kencing malam hari Tidur
pada malam hari
DO : conjungtiva anemis,
palpebrae gelap, sering menguap

24
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Tanggal/
Diganosa Keperawatan Paraf
DP waktu
I Gangguan Eliminasi Urine b.d kehilangan kemampuan
untuk menghambat kontraksi kandung kemih ditandai
oleh :
DS: keluarga mengatakan NY.M seing kencing tanpa
disadari (ngompol). Sebelumnya Ny.M ada riwayat
hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik.
Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk,
batuk tiba-tiba keluar sedikit kencing.
DO : Hasil observasi : TD 180/140 mmHg, Nadi
80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,5oC
II Gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan Proses
degenerasi ditandai oleh :
DS: klien mengatakan tidak mengingat umurnya, kapan
dia lahir, dan tidak tahau tahun berapa dia lahir
DO: analisis hasil fungsi kognitif berjumlah 6,
dikategorikan bahwa fungsi kognitifnya ada gangguan
III Resiko Jatuh berhubungan dengan Modifikasi
lingkungan, yang ditandai oleh :
DS : Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika
sudah terasa ingin BAK. Klien juga mengatakan
frekuensi berkemih tiap ahri 15-18x/hari. Klien juga
mengatakan, sring bolak-nalik WC.
DO : Skor status fungsional hasil analisisnya berjumlah
13 dikategorikan bahwa pasien mandiri. WC terpisah dari
kamar, jaraknya sekitar 10 meter.
IV Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Nokturia pada
malam hari
DS : Klien mengatakan tidurnya tergaggu karna sering
kencing pada malam hari
DO : conjungtiva anemis, palpebrae gelap, sering
menguap

25
RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Rencana
Tujuan Kriteria Hasil Rasional Paraf
DP keperawatan Keperawatan
1 Gangguan Setelah 1. Kandung 1. Kaji kebiasaan 1. Berkemih yang
Eliminasi dilakuka kemih pola berkemih sering dapat
Urine b.d n kosong dan gunakan mengurangi
kehilangan tindakan secara catatatn dorongan dan
kemampuan keperwat penuh berkemih beri distensi
untuk an 2. Intake sehari kandung
menghambat selama cairan kemih
kontraksi 3x24 dalam
kandung jam, rentang 2. Pembatasan
kemih klien normal 2. Ajarkan unutk cairan pada
ditandai mampu 3. Balance membatasi malam hari
oleh : mengont cairan masukan dapat
DS: keluarga rol seimbang cairan pada mencegah
mengatakan eliminasi 4. Keluhan malam hari terjadniya
NY.M seing urine tidak bisa enurasis
kencing tanpa menahan
disadari kencing
(ngompol). berkurang 3. Ajarkan teknik
Klien sendiri 5. Keluhan unutk 3. Unutk
mengatakan nyeri di mencetuskan membantu dan
tidak bisa daerah refleks melatih
menahan jika perut berkemih pengosongan
sudah terasa hilang (ransangan kandung
ingin BAK. pacantus kemih
klien juga dengan
mengatakan penepukan
frekuensi supra pubik)
berkemih tiap
ahri 4. Berikan 4. Hidrasi
15-18x/hari. penjelasan optimal
Sebelumnya tentang diperlukan
Ny.M ada penitngnya unutk menegah
riwayat hidrasi ISK dan batu
hipertensi 2 optimal, ginjal
tahun lalu sedikitnya
dan 2000cc/hari
mengonsumsi bila tidak ada
obat diuretik. kontra indikasi
Klien juga 5. Kapasitas
mengatakan 5. Bila masih kandung
saat dia terjadi kemih
bersin, inkontinensia mungkin tidak
membungkuk kurangi waktu cukup untuk
, batuk tiba- antara menumpang

26
tiba keluar berkemih yang volume urine
sedikit telah sehingga
kencing. direncaakan diperlukan
DO : Klien untuk lebih
tampak 6. Kolaborasi sering
terpasang dengan dokter berkemih
kateter dalam
indweling, mengkaji efek 6. Menurunkan
terdapat medikasi dan frekuensi
distensi tentukan inkontinensia
kandung kemungkinan
kemih. perubahan
obat,
dosis/jadwal
pemberian
obat
2 Gangguan Setelah 1. Fungsi 1. Ingatkan
fungsi dilakuka kognitif kembali hal-
kognitif n bernilai hal yang lupa,
berhubungan tindakan 10 seperti bak,
dengan keperaw 2. Klien bisa bab, tempat
Proses atan menginga 2. Ingatkan hari,
degenerasi selama t tanggal tanggal, bulan
ditandai 3x24 lahirm dan tahun,
oleh : jam, umurnya, serta ingatkan
DS: klien fungsi tahun untuk
mengatakan kognitif kemerdek mencoret
tidak tidak aan dan kalender
mengingat mengala menghitu 3. Buat catatan
umurnya, mi ng. unutk nomor
kapan dia ganggua telepon
lahir, dan n penting
tidak tahau 4. Meltih
tahun berapa mengingat dan
dia lahir memperlihatka
DO: analisis n album pada
hasil fungsi orang-oran
kognitif yang dikenal
berjumlah 6, 5. Memperkenal
dikategorikan kan keluarga
bahwa fungsi kembali di
kognitifnya ajak
ada gangguan berkomunikasi
Mencatat
seriap pesan,
siapkan obat
pada tempat
yang sudah
ada lebelnya\

27
3 Resiko Jatuh Setalah 1. Jatuh 1. Kaji 1. Mengetahui
berhubungan dilakuka tidak tingkat tingkat
dengan n terjadi kemampua kemampuan
Modifikasi tindakan 2. Modifikas n pasien pasien dalam
lingkungan, keperaw i dalam beraktivitas
yang ditandai atan lingkunga melakukan
oleh : 3x24 n yang aktivitas
DS : Klien jam, baik sehari-hari
sendiri resiko
mengatakan jatuh 2. Kaji 2. Penglihatan
tidak bisa teratasi kemampua merupakan
menahan jika n pasien salah satu
sudah terasa dalam indikator
ingin BAK. melihat dalam
Klien juga terjadinya
mengatakan 3. Pasang jatuh
frekuensi pagar 3. Mencegah
berkemih tiap pengaman terjadinya
ahri tempat resiko jatuh
15-18x/hari. tidur
Klien juga 4. Mencegah
mengatakan, 4. Jaga lantai terjadinya
sring bolak- jangan jatuh dan
balik WC. sampai fraktur
DO : Skor basah 5. Mencegah
status 5. WC, terjadinya
fungsional dibuat ada terpeleset
hasil pegangan 6. Meminimalisir
analisisnya terjadinya
berjumlah 13 6. Temani jatuh dan
dikategorikan pasien menghindari
bahwa pasien kalau lantai yang
mandiri. WC berjalan licin
terpisah dari 7. Memudahkan
kamar, klien untuk
jaraknya 7. Tempat mencapai
sekitar 10 tidur lebih lantai.
meter. rendah,
sehingga
klien bisa 8. Meminimalisir
mencapai terjadinya
lantai jatuh
8. Berikan
peneranga
n yang
cukup
4 Gangguan Setelah 1. Freku 1. Ciptakan 1. Meningkatkan
Pola Tidur dilakuka ensi suasana kualitas tidur
berhubungan n tidur dan lansia
dengan tindakan pasien peneranga

28
Nokturia kan mala n yang
pada malam keperaw m hari cukup
hari atan menin bagi lansia 2. Memberikan
DS : Klien selama gkat tidur suasana yang
mengatakan 3x24 ja, 2. Pasien 2. Hindari tenang bagi
tidurnya kebutuha tampa penyebab lansia untuk
tergaggu n tidur k keributan istirahat
karna sering pasien tidak yang akan
kencing pada dalam meng menggang
malam hari rentang uap, gu tidur
DO : normal ocnju pasien
conjungtiva ngtiva seperti
anemis, anemi kebisingan
palpebrae s, musik
gelap, sering palpe 3. Meminimalka
menguap brae n keadaan
gelap 3. Kurangi sering
intake berkemih pada
cairan malam hari
yang
berlebihan
pada saat 4. Untuk
menjelang meningkatkan
tidur frekuensi
4. Jika perlu tidur, karena
tingkatkan dengan
aktivitas aktivitas maka
lansia akan membuat
pada siang pasien tidur
hari lebih nyenyak
seperti
berkebun 5. Menambah
pengetahuan
lansia tentang
pentingnya
5. Beritahu tidur
lansia
tentang
manfaat
istirahat

29
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal/Waktu No Implementasi Evaluasi


DP
11 oktober 2016

I 08.00 Mengkaji TTV : TD : 120/70 S:


mmHg, Suhu 35,4oC, - Klien
I 08.05 pernapasan 18x/menit, nadi mengatakan
88x/menit hari ini adalah
Mengkaji kebiasaan pola hari rabu,
berkemih : pasien mengatakan tanggal 12
II 08.10 sudah 3 kali buang air besar september,
dari jam 4 sampai dengan sekarang jam
II 08.15 sekarang, warna urine putih 08.05
kekuningan, jumlah + 200 ml, - Hari ini hari
II 08.20 keluarnya seperti air mancur, selasa 11
biasanya keluar sebelum klien oktober 2016
II 08.25 samapi ke wc. - Klien
Menanyakan hari, tanggal dan mengatakan iya
IV 08.30 waktu. Klien mengatakan hari akan mencoret
ini adalah hari rabu, tanggal kalender agar
IV 08.35 12 september, sekarang jam ingat kembali
08.05 tentang
I&IV 08.40 Mengingatkan kembali hari, tangggal.
tanggal dan waktu. Hari ini - Klien
III 08.45 hari selasa 11 oktober 2016 mengatakan
Mengingatkan pasien unutk hanya 5 jam
mencoret kalender. Klien tidur tadi
III 08.50 mengatakan iya akan malam, sering
mencoretkalender agar ingat terbangun untuk
kembali tentang tangggal. kencing
IV 08.55 Melatih klien untuk - pasien
menuliskan angka 1-20 di mengatakan
I 11.00 kertas, pasien belum dapat minum sebelum
menulis angka dengan urutan tidur sebanyak
yang benar. ½ gelas
I 11.05 Mengkaji frekuensi tidur tadi - Pasien
malam. Klien mengatakan mengatakan
I&IV 11.10 hanya 5 jam tidur tadi malam, tadi pagi
sering terbangun untuk bangun, sholat,
IV 11.15 kencing. membereskan
Mengkaji frekuensi minum tempat tidur,
I 11.20 pasien, pasien mengatakan berkebun,
minum sebelum tidur kemudian
IV 11.25 sebanyak ½ gelas mandi dan
Menganjurkan klien unruk berkumpul
membatasi masukan cairan dengan teman-

30
pasa malam hari, pasien teman.
tampak mengerti dan akan - pasien
melakukannya mengatakan
Mengkaji aktivitas pasien lampu - kamar
sehari-hari. Pasien saya cukup
mengatakan tadi pagi bangun, terang, kalau
sholat, membereskan tempat tidur saya lebih
tidur, berkebun, kemudian senang
mandi dan berkumpul dengan lampunya
teman-teman. dihidupkan, di
Mengkaji penerangan dikamar wc lampunya
pasien dan wc, pasien kurang terang,
mengatakan lampu kamar lantainya agak
saya cukup terang, kalau tidur licin
saya lebih senang lampunya - Pasien dapat
dihidupkan, di wc lampunya beristirahat
kurang terang, lantainya agak dengan nyaman
licin - Pasien
Menciptaka suasana yang mengatakan
tenang bagi lansia untuk sudah 6 kali
istirahat. Pasien dapat kencing bolak-
beristirahat dengan nyaman balik WC, tadi
Mengkaji frekuensi kencing. hampir jatuh d
Pasien mengatakan sudah 6 wc karena lantai
kali kencing bolak-balik WC, licin.
tadi hampir jatuh d wc karena O:
lantai licin. - warna urine
,memberitahu lansia tentang putih
manfaat istirahat. Pasien kekuningan,
tampak mngerti. jumlah +
Menganjurkan klien untuk 200ml,
meningkatkan aktivitas pasien keluarnya
disiang hari. Pasien tampak seperti air
mengerti. mancur,
Menganjurkan pasien untuk biasanya keluar
membatasi minum pada sebelum klien
malam hari, pasien tampak samapi ke wc.
mengerti. - wc karena lantai
Menganjurkan pasien unutk licin.
memakai popok pada malam - pasien belum
hari unutk mengurangi resiko dapat menulis
jatuh. Pasien tampak angka dengan
mengerti. urutan yang
Menganjurkan pasien unutk benar.
sena kegel jika kendingnya A:
sering. Pasien tampak - Diagnosa
mengerti I,II,III,IV belum
Menciptakan lingkungan yang teratasi
tenang untuk lansia. Pasien P : melanjutkan ke
tampak bisa beristirahat intervensi

31
dengan nyaman. selanjutnya

32
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial
(Kane, dkk, 1989). Inkontinensia urine banyak terjadi pada lansia perempuan, karena
sistem anatomis dan oersonal higiene.
Pengkajian untuk lansia difokuskan pada poin-poin yang didalamnya berisi
data yang abnormal. Diagnosa yang diangkat mendekati KMB namun lebih
spesifiknya karena proses degeneratif, maka dari itu intervensi yang diberikan adalah
intervensi yang lebih mengarah ke lansia. Seperti senam kegel. Senam kegel berfungsi
untuk mempertahankan status berkemih.

B. Saran
Sumber buku diharapkan lebih banyak referensi lagi. Format pengkajian
referensinya harus sesuai. Kelompok menyadari bahwa makalah kami tidak sempurna
masih banyak kekurangan, maka kelompok membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah kami kedepannya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, 2010. Meraat Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Cetakan
Pertama. Jakarta : TIM

www.scrib.com ( di unduh, 16 Oktober 2016)

34

Anda mungkin juga menyukai