Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASKEP INKONETINENTIA URINE/ALVI


Dosen Pembimbng : Muhtar, S.Kep.Ns., M.Kep

DI SUSUN OLEH KELOMPOK:


ANGGOTA :
1. ESTI OKTOVIANA
2. SOFIYANA
3. RUFITHA
4. ANDRI MUHAJIRIN
5. FITRIRI MARYANI SASTRA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PRODI DIII KEPERAWATAN BIMA
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah tentang “Askep
Inkonetinentia Urine/Alvi”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berktibusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepasnya dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segalanya saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapata memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat
maupun inspirasi terhadap para pembaca. Sehingga menambah wawasan para pembaca.

Kota Bima, 2022

Mahasiswa

2
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………….................…....… 4
B. Tujuan……………………………....................…………………….……...…... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar inkonetinentia urine/alvi.................………...………………...… 6
B. Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………........…… 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………….......………......……..….....…. 32
B. Saran……………………………………………...…………......……..……… 32
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Gangguan


inilebih sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan dari pada yang belum
pernah melahirkan (nulipara). Diduga disebabkan oleh perubahan otot dan fasiadi
dasar panggul. Kebanyakan penderita inkontinensia telah menderita desensusdinding
depan vagina disertai sisto-uretrokel. Tetapi kadang-kadang dijumpai penderita
dengan prolapsus total uterus dan vagina dengan kontinensia urineyang baik.Dalam
proses berkemih secara normal, seluruh komponen sistem saluran kemih bawah yaitu
detrusor, leher buli-buli dan sfingter uretra eksterna berfungsi secaraterkordinasi
dalam proses pengosongan maupun pengisian urin dalam buli-buli.Secara fisiologis
dalam setiap proses miksi diharapkan empat syarat berkemihyang normal terpenuhi,
yaitu kapasitas buli-buli yang adekuat, pengosongan buli- buli yang sempurna, proses
pengosongan berlangsung di bawah kontrol yang baik serta setiap pengisian dan
pengosongan buli-buli tidak berakibat burukterhadap saluran kemih bagian atas dan
ginjal. Bila salah satu atau beberapaaspek tersebut mengalami kelainan, maka dapat
timbul gangguan miksi yangdisebut inkontinensia urin.Angka kejadian bervariasi,
karena banyak yang tidak dilaporkan dan diobati.

DiAmerika Serikat, diperkirakan sekitar 10-12 juta orang dewasa


mengalamigangguan ini. Gangguan ini bisa mengenai wanita segala usia. Prevalensi
dan berat gangguan meningkat dengan bertambahnnya umur dan paritas. Pada usia
15tahun atau lebih didapatkan kejadian 10%, sedang pada usia 35-65 tahunmencapai
12%. Prevalansi meningkat sampai 16% pada wanita usia lebih dari 6 tahun. Pada
nulipara didapatkan kejadian 5%, pada wanita dengan anak satumencapai 10% dan
meningkat sampai 20% pada wanita dengan 5 anak.Pada wanita umumnya

4
inkontinensia merupakan inkontinensia stres, artinyakeluarnya urine semata-mata
karena batuk, bersin dan segala gerakan lain dan jarang ditemukan adanya
inkontinensia desakan, dimana didapatkan keinginanmiksi mendadak. Keinginan ini
demikian mendesaknya sehingga sebelummencapai kamar kecil penderita telah
membasahkan celananya. Jenisinkontinensia ini dikenal karena gangguan neuropatik
pada kandung kemih.Sistitis yang sering kambuh, juga kelainan anatomik yang
dianggap sebagai penyebab inkontinensia stres, dapat menyebabkan inkontinensia
desakan. Seringdidapati inkontinensia stres dan desakan secara bersamaan.

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari asuhan keperawatan ini adalah :
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Gerontik denganGangguan
Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
 Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai
bahasaawammerupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia.Inkont
inensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah danfrekuensi
yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dansosial.
Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urinsaja,
sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensiaali
(disertai pengeluaran feses) (brunner, !"##). Inkontinensia urin (IU) oleh
International $ontinence %ociety (I$%)didefinisikan sebagai keluarnya urin yang
tidak dapat dikendalikan atau dikontrol & secara objektif dapat diperhatikan
dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis.'al ini memberikan perasaan
tidak nyaman yang menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial,
,psikologi, aktifitas seksual dan pekerjaan. Juga menurunkan hubungan interaksi
sosial dan interpersonal. Inkontinensia urin dapat bersifat akut
atau persisten. Inkontinensia urin yang bersifat akut dapat diobati bila penyakit 
atau masalah yang mendasarinya diatasi seperti infeksi salurankemih, gangguan ke
sadaran, aginitis atrofik, rangsangan obatobatan danmasalah psikologik.
2. Etiologi
 Kelainan  klinik yang erat hubungannya dengan gejala inkontinensia urine antara
lainya:.
a. kelainan traktus urinearius bagian bawah
Infeksi, obstruksi, kontraktiltas kandung kemih yang berlebihan, defisiensi
estrogen,kelemahan sfingter, hipertropi prostat.

6
b.  Usia
seiring bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsiorgan
kemih, antara lain+ melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-
kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis.Inimengakibatkan seseoran
g tidak dapat menahan air seni.  kelain itu, adanyakontraksi (gerakan) abnormal
dari dinding kandung kemih, sehingga walaupunkandung kemih baru terisi sedikit,
sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.
c.  kelainan neurologistak (stroke, alaimer, demensia multiinfark, parkinson,
multipel sklerosis),medula spinalis (sklerosis serikal atau lumbal, trauma,
multipel sklerosis), dan persarafan perifer (diebetes neuropati, trauma saraf).
d. Kelainan sistemik
 gagal jantung kongestif juga bisa menjadi faktor penyebab produksi urin
meningkat dan harus dilakukan terapi medis yang sesuai. Gangguan
kemampuan ke toilet bisa disebabkan oleh penyakit kronik, trauma, ataugangguan
mobilitas. Untuk mengatasinya penderita harus diupayakan ke toiletsecara teratur
atau menggunakan substitusi toilet
e.  kondisi fungsionalInkontinensia urine juga terjadi akibat kelemahan otot dasar
panggul, karenakehamilan, pasca melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause,
usia lanjut,kurang aktiitas dan operasi vagina. penambahan berat dan tekanan
selamakehamilan dapat menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena
ditekanselama sembilan bulan. proses persalinan juga dapat membuat otot-
otot dasar  panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan penunjang
serta robekan jalan lahir ,sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya
inkontinensia urine.0engan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di
usia menopause (1" tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan
otot pintusaluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia
urine.2aktor risiko yang lain adalah obesitas atau kegemukan, riwayat operasikand
ungan dan lainnya juga berisiko mengakibatkan inkontinensia.
%emakintua seseorang semakin besar kemungkinan mengalami inkontinensia urin
e,karena terjadi perubahan struktur kandung kemih dan otot dasar panggul.

7
f. efek samping pengobatan 0iuretik, narkotika, kalsium chanel bloke , inhibitor
kolinestrase.
3. Anatomi dan patofisiologi

sistem urinaria adalah suatu system tempat terjadinya proses penyaringandarah


sehingga darah bebas dari at-at yang tidak dipergunakan oleh tubuh
danmenyerap at-at yang masih dipergunakan oleh tubuh. 4at-at yang tidak dip
ergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).

1. Ginjal
ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kaum abdominalis
di belakang peritonium pada kedua sisi ertebra lumbalis III, melekat langsung
padadinding belakang abdomen. 5entuk ginjal seperti biji kacangm jumlahnya ada
dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumny
aginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita. %etiap ginjal terbungkus oleh
selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus
berwarna ungu tua. 6apisan luar terdapat lapisankorteks (substansia kortekalis), da
n lapisan sebelah dalam bagian medulla(substansia medularis) berbentuk kerucut
yang disebut renal pyramid.puncak kerucuk tadi menghadap kaliks yang terdiri
dari lubnang-lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing pyramid saling
dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah. garis-garis yang terlihat
pada pyramid di sebut tubulus nefron yang merupakan bagia terkecil
dari ginjal yang terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu )
, ansa 'enie, tubulus distal (tubuli kontorti dua)dan tubulus urinarius (papilla
vateri).pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 9 jam dapat
menyaring darah 170 liter. arteri renalis membawa darah murni dari aorta
keginjal, lubang-lubang yang terdapat pada pyramid renal masing-masing
membentuk simpul dan kapiler satu badan mafligi yang disebut
glomerolus./embutuh aferen yang bercabang mebentuk kapiler menjadi vena
renalis yangmembawa darah drai ginjal ke vena kava inferior. fungsi ginjal adalah
sebagai berikut:

8
fungsi ginjal adalah sebagai berikut:
a. mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. melebihan air dalam tubuh
akandiekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah
besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang
diekskresikan berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan
olume cairantubuuh dapat dipertahankan relatie normal.
b.  mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan keseimbangan ion
yangoptimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). bila terjadi pemasukan<p
engeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang berlebihan
garam yang berlebihan<penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan mening
katkanekskresi ion-ion yang penting (misalyna, K, CL, Ca dan fosfat).
c. mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada
apa yangdimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak
asam, ph kurang dari 8 ini disebabkan hasil akhir metabolism protein. ;pabila
banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. Ph urine berariasi
antara 4,8-8,4 ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan ph darah.
d. ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) at-at
toksik,obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing
(peptisida).e. 2ungsi hormonal dan metabolism. injal menyekresi hormone
renninyangmempunyai perananpenting mengatur tekanan darah (system rennina
ngiotensin aldesteron) membentuk eritropoiesis mempunyai peranan
pentinguntuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis). 0i
samping ituginjal juga membentuk hormone dihidroksi kolekalsiferol (vitamin 0
aktif)yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus.

Proses pembentukan urin


glomerolus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsiuntuk
menampung hasil filtrasi dari glomerolus. pada tubulus ginjal akan terjadi
penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerolus, sisa cairan
akanditeruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Urine berasal dari darah

9
yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal,darah ini terdiri dari bagian yang
padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. ada tiga tahap pembentukan urine:
a. Proses filtrasi
terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar
dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. %edangkan sebagian
yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. $airan yang
tersaringditampung oleh simpai 5owman yang terjadi dari glukosa, air, natrium,
klorida,sulfat, bikarbonat dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
b. Proses reabsopsi
pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,natrium,
klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. prosesnya terjadi secara pasif yangdikenal
dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada
tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarb
onat. bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian
bawah.menyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif 
dansisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi
sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus danditeruskan ke pi
ala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
2. Ureter
terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal kekandung
kemih (vesika urinaria), panjangnya kurang lebih 25-30 cm, dengan penampang
kurang lebih "0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomendan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
lapisan dinding ureter terdiri dari:.
a) dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b) lapisan tengah lapisan otot polos
c) lapisan sebelah dalam lapisa mukosa

10
lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic tiap 1 menitsekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
gerakan peristaltic mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal
dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralismasuk ke
dalam kandung kemih. 
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoasdan 
dilapisi oleh peritoneum. penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggal
kan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe berasaldari
pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik pars abdominalis ureter dalam
kavumabdomen ureter terletak di belakang peritonium sebelah media anterior m. p
soas mayor dan ditutupi oleh fasiasubserosa. Vasa spermatikaovarika internal men
yilang ureter secar oblique,selanjutnya ureter akan mencapai kavum pelvis dan me
nyilang arteri iliakaekterna. Ureter kanan terletak pada pars desendens duodenum. 
sewaktu tururn ke bawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra 
dan vosa iliakailiokolika, dekatt apertum pelvis akan dilewati oleh bagian bawah
mesenteriumdan bagian akhir ilium. Ureter kiri disilang oleh basa koplika sisintra 
dekataperture pelvis superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid dan
mesenterium. pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral dari kavum 
pelvissepanjang tepi anterior dari insisura iskhiadika mayor dan tertutup oleh perit
oneum. Ureter dapat ditemukan di depan arteri hipogastrika bagian dalam nervus
obturatoris arteri asialia anterior dan arteri hemoroidalis media.
pada bagian bawah insisura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke bagian medial
untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.
 Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang olehdu
ktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. selanjutnya ureter
berjalanobloque sepanjang 2,5 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut
lateral daritrigonum vesika. sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas dan
dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh akanme
mbentuk katup (valvula) dan mencegah pengembalian dari vesika urinaria.Ureter
pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian medial dan

11
ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas,vagina untuk mencapai fundus
vesika urinaria. 0alam perjalanannya, ureter didampingi oleharteri uterine
sepanjang 2 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di
antara lapisan ligamentum. Ureter mempunyai 2,5 cm dari sisisverviks uteri.
ada tiga tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu sa
mbungan ureter pelvis diameter  2 mm, penyilangan osailiaka diameter 4 mm
dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 mm.

3. vesika Urinaria

 Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon 
karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. bentuk kandung
kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungandengan
ligamentum esika umbilicus medius. 5agian esika urinaria terdiri dari

1. fundus yaitu, bagian yang menghadap kea rah belakang dan bawah,


bagian initerpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaring
an ikatduktus deferen, vesika seminalis, dan prostat
2. korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3.  Verteks, bagian yang memancung ke arah muka dan berhubungan
denganligamentum vesika umbilikalis. dinding kandung kemih rterdiri dari
lapisan sebelah luar (peritonium), tunikamuskularis (lapisan otot), tunika
submukosa, dan lapisa mukosa (lapisan bagiandalam). pembuluh limfe vesika
urinaria mengalirkan cairan limfe ke dalam nodilimfatik iliaka interna dan
eksterna
4. Uretraa.
a. Uretra pria

pada laki-laki ureta berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostatkemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis 
panjangnya kurang lebih 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri dari
 Uretra prostatia

12
 Uretra membranosa
 Uretra kaernosa

 lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),dan
lapisan submukosa. Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna di dalam

vesika urinaria sampai orifisium uretra ekterna. pada penis panjangnya 17,5-20
cm yang terdiri dari bagian-bagian berikut :

a). Uretra prostatika


Uretra prostatika merupakan saluran terlebar, panjangnya 3 cm, berjalan
hamper vertikulum melalui glandula prostat, mulai dari basis sampai ke
apeks dan lebih dekat ke permukaan anterior .bentuk salurannya
seperti kumparanyang bagian tengahnya lebih luas dan makin ke bawah mak
in dangkal kemudian bergabung dengan pars membrane. potongan transversa
l saluran ini menghadapke depan.
b). Uretra pars membranasea
Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek
dan paling dangkal, berjalan mengarah ke bawah dank e depan di antara ape
ksglandula prostate dan bulbus uretra.
c). Uretra pars kavernosus
Uretra pars kavernosus merupakan saluran terpanjang dari uretra danterdapat
di dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulaidari
pars membranasea sampai ke orifisium dari difragma urogenitalis.
parskavernosus yratra berjalan ke depan dan ke atas menuju bagian depan
simfisis pubis.
b. Uretra wanita

Uretra pada wanita, terletak di belakang simfisis pubis berjalan miringsedikitke


arah atas, panjangnya kurang lebih3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiridari
tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa merupakan pleksusu
darivena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). muara uretra pada

13
wanitaterletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan urtra
di sini hanyasebagai saluran ekskresi. ;pabila tidak berdilatsi diameternya hanya
8 cm. uretraini menembus fasia diafragma urogenitalis dan orifisium eksterna
langsungdidepan permukaan vagina, 6 cm di belakang gland klitoris. vlandula u
retra bermuara ke uretra, yang terbesar diantaranya adalah glandula pars uretrali
s(skene) yang bermuara ke dalam orifisium uretra yang hanya berfungsi sebagai
saluran ekskresi. diafragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di
depan permukaan vagina dan 2,5cm di belakang gland klitoris. Uretra
wanita jauhlebih pendek daripada uretra pria dan terdiri lapisan otot polos yang 
diperkuat oleh sfingter otot rangka pada muaranya penonjolan berupa kelenjar
danjaronganikatfibrosa longgar yang ditandai dengan banyak sinus venosa 
mirip jaringankaernosus.
4. manifestasi Klinis

Gejala yang terjadi pada inkontinensia urine antara lain:

1. sering berkemih merupakan gejala urinasi yang terjadi lebih sering dari
normal bila di bandingkan denga pola yang lazim di miliki seseorang atau
lebih sering dari normal yang umumnya di terima, yaitu setiap 3-6 jam sekali 
2. frekuensi berkemih amat sering, dengan jumlah lebih dari satu kali dalam waktu
24 jam
3.  nokturia malam hari sering bangun lebih dari satu kali untuk berkemih.
4. Urgensi yaitu keinginan yang kuat dan tiba-tiba untuk berkemih
walaupun penderita belum lama sudah berkemih dan kandung
kemih belum terisi penuhseperti keadaan normal
Urgensi inkontinensia yaitu dorongan yang kuat sekali unuk berkemih dan
tidak dapat ditahan sehingga kadang-kadang sebelum sampai ke toilet urine telah
keluar lebih dulu . orang dengan inkontinensia urine menglami kontraksi
yang tak teratur padakandung kemih selama fase pengisian dalam siklus miksi. Urge
inkontinensiamerupakan gejala akhir pada inkontinensia urine. jumlah urine yang
keluar padainkontinensia urine biasanya lebih banyak daripada kapasitas kandung

14
kemih yang menyebabkan  kandung  kemih berkontraksi untuk mengeluarkan
urine. Pasien dengan inkontinensia urine pada mulanya kontraksi otot detrusor sejalan
dengankuatnya keinginan untuk berkemih, akan tetapi pada beberapa pasien merekam
enyadari kontraksi detrusor ini sacara volunter berusaha membantu sfingter
untuk menahan urine keluar serta menghambat kontraksi otot detrusor, sehingga
keluhan yang menonjol hanya urgensi dan frekuansi yaitu lebih kurang 80%
Cokturia hampir ditemukan 70%
pada kasus inkontinensia urine dan simptomnokturia sangat erat hubungannya dengan 
nokturnal enuresis. keluhan urgeinkontinensia ditemukan hanya pada sepertiga kasus
inkontinensia urine.
5. pemeriksaan penunjang
1. tes diagnostik pada inkontinensia urin
menurut vuslander, tes diagnostik pada inkontinensia perlu dilakukan untuk mengi
dentifikasi faktor yang potensial mengakibatkan inkontinensia,mengidentifikasi
kebutuhan klien dan menentukan tipe inkontinensia. mengatur sisa urin setelah
berkemih, dilakukan dengan cara  metelah buang air kecil, pasang kateter, urin yan
g keluar melalui kateter diukur atau menggunakan pemeriksaan ultrasonik pelvis, 
bila sisa urin >100 cc berarti pengosongankandung kemih tidak adekuat.Urinalisis
dilakukan terhadap spesimen urin yang bersih untuk mendeteksi
adanya faktor yang berperan terhadap terjadinya inkontinensia urin seperti hamturi
, piouri, bakteriuri, glukosuria, dan proteinuria. tes diagnostik lanjutan perlu
dilanjutkan bila ealuasi awal didiagnosis belum jelas. tes lanjutan tersebut
adalah tes laboratorium tamahan seperti kultur urin blood urea nitrogen reatinin
kalsium glukosa sitologi.
2. Uji urodinamik 
Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat
mahal.sisasisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis.peng
ukuran yang spesifik dapat dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasiurin.
merembesnya urin pada saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan.evaluasi
tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan adadesakan

15
keinginan untuk berkemih. diminta untuk batuk ketika sedang diperiksadalam
posisi litotomi atau berdiri. merembesnya urin seringkali dapat dilihat.Informasi
yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan
berkemih,ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih tak terkendali, dan kapas
itaskandung kemih.
3. laboratorium
elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk menentukan
fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan polyuria. menurut Cational Women’s
Health Report , diagnosis danterapi inkontinensia urine dapat ditegakkan oleh
sejumlah pemberi pelayanankesehatan, termasuk dokter pada pelayanan primer,
perawat, geriatris, gerontologis, urologis, ginekologis, pedriatris, neurologis,
fisioterapis, perawatkontinensia, dan psikolog. pemberi pelayanan primer
dapatmendiagnosisinkontinensia urine dengan pemeriksaan riwayat medis
yanglengkap dan menggunakan tabel penilaian gejala. tes yang biasanya dilakukan
adalah urinealisa (tes urine untuk menetukanapakah gejalanya disebabkan oleh
inkontinensia urine , atau masalah lain, sepertiinfeksi saluran kemih atau batu
kandung kemih). 5ila urinealisa normal, seorang pemberi pelayanan primer dapat
menentukan untuk mengobati pasien ataumerujuknya untuk pemeriksaan gejala
lebih lanjut. pada beberapa pasien, pemeriksaan fisik yang terfokus pada saluran
kemih bagian bawah, termasuk penilaian neurologis pada tungkai dan perineum,
jugadiperlukan. %ebagai tambahan , pasien dapat diminta untuk mengisi buku
hariankandung kemih (catan tertulis intake cairan, jumlah dan seringnya buang air
kecil,dan sensasi urgensi) selama beberapa hari untuk mendapatkan data
mengenaigejala. 5ila setelah langkah tadi diagnosis definitif masih belum dapat
ditegakkan, pasien dapat dirujuk ke spesialis untuk penilaian urodinamis. tes ini
akanmemberikan data mengenai tekanan volume dan hubungan tekanan aliran
didalam kandung kemih. pengukuran tekanan detrusor selama sistometri
digunakanuntuk mengkonfirmasi diagnosis operaktifitas detrusor.

16
6. Penatalaksanaan medis
1. terapi non farmakologis
dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnyainkontinensia
urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, guladarah tinggi,
dan lain-lain. ;dapun terapi yang dapat dilakukan adalah melakukan latihan
menahan kemih (memperpanjang interal waktu berkemih) dengan teknik
relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. lansia diharapkan
dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belumwaktunya. 6ansia dianjurkan
untuk berkemih pada internal waktu tertentu, mula-mula setiap jam, selanjutnya
diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3
jam.membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telahditentukan sesuai
dengan kebiasaan lansia.promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia
mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau
pengasuhnya bilaingin berkemih. teknik ini dilakukan pada lansia dengan
gangguan fungsi kognitif (berpikir)melakukan latihan otot dasar panggul dengan
mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang. adapun cara-cara
mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah dengan cara:
 berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka,
kemudian pinggul digoyangkan ke kanan dan ke kiri 10 kali, ke depan ke
belakang 10 kali, dan berputar searah dan berlawanan dengan jarum jam 10
kali.
 gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan
10 kali..halini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra
dapattertutup dengan baik
2 .terapi farmakologis
obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik
seperti oxybutinin, propantteine, dicylomine, flavoBate, Imipramine. Pada
inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk
meningkatkan retensi urethra. pada sfingter relaB diberikan kolinergik

17
agonisseperti 5ethanechol atau alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk
stimulasikontraksi, dan terapi diberikan secara singkat.
3.Terapi pembedahan
terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan
urgensi, bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensi
a tipeoverflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan
retensi urin. terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum,
hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita)
4.modalitas lain
sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan
inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia
yangmengalami inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter, dan alat
bantutoilet seperti urinal, komod dan bedpan
 Pampers
dapat digunakan pada kondisi akut maupun pada kondisi dimana
pengobatansudah tidak berhasil mengatasi inkontinensia urin. Camun
pemasangan pampers juga dapat menimbulkan masalah seperti luka lecet bila
jumlah air seni melebihidaya tampung pampers sehingga air seni keluar dan
akibatnya kulit menjadilembab, selain itu dapat menyebabkan kemerahan pada
kulit, gatal, dan alergi.
 Kateter
kateter menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin karena
dapatmenyebabkan infeksi saluran kemih, dan juga terjadi pembentukan batu.
Selain kateter menetap, terdapat kateter sementara yang merupakan alat yang
secararutin digunakan untuk  mengosongkan  kandung  kemih.  teknik ini
digunakan pada pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung kemih.
Camun teknik ini juga beresiko menimbulkan infeksi pada saluran kemih.

18
B. ASKEP INKONETINENTIA URINE/ALVI
PENGKAJIAN
1. Identitas klien7eliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan,alamat, suku bangsa, tanggal, jam 7A%, nomor registrasi, dan
diagnosa medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama Klien mengatakan BAK terus-menerus, tidak bisa
menahannyasehingga mengompol.
b. Riwayat penyakit sekarang Klien datang kerumah sakit dengan keluhan
BAK terus menerusdengan frekuensi lebih dari 10 kali dalam sehari. Klien
tidak bisamenahan kencingnya untuk pergi ke toilet sampai klien
mengompol.Klien mengaku mengurangi minum dan menahan rasa haus
c. Riwayat penyakit keluarga
Anak klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yangmengalami penyakit
seperti itu sebelumnya dan tidak ada penyakitketurunan.d.
d. Riwayat psikologi
Klien merasa malu jika keluar rumah karena sering mengompol dan bau
kencingnya sangat menyengat.
3. Pola fungsi kesehatana.
a. Pola manajemen kesehatan/penyakit
1) Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakitKlien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit seperti ini.
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatanKlien mengatakan belum
berobat kemanapun saat mengalami penyakit ini.
3) Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatanKlien mengatakan
tidak tahu penyebab penyakit ini.
b. Pola aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit

19
aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi

2) Saat sakit

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi

0: Mandiri
1: Dibantu sebagian
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dan peralatan
4: Ketergantungan / tidak mampu
c. Pola istirahat dan tidur
1. Sebelum sakit
a. Klien mengatakan tidur siang ±2 jam dari jam 13.00-15.00WIB
b. Klien mengatakan tidur malam ±8 jam dari jam 21.00-05.00WIB

20
2. Saat sakit
a) Klien mengatakan tidur siang ±2 jam dari jam 13.00-15.00WIB
b) Klien mengatakan tidur malam ±8 jam dari jam 21.00-05.00WIB
d. Pola nutrisi dan metabolic
1. Sebelum sakit
a) Klien mengatakan makan 3 x 1 sehari dengan menu nasi
danlauk, habis 1 porsi
b) Klien mengatakan minum 7 – 8 gelas sehari2)
2. Saat sakit
a) Klien mengatakan makan 3 x 1 sehari dengan menu nasi
danlauk, habis 1 porsi
b) Klien mengatakan minum 4 – 5 gelas sehari
3. Pola eliminasi
1) Sebelum sakit
a) Klien mengatakan BAB normal 1 kali sehari konsisten padat, bau
khas dan warna kecoklatan.
b) Klien mengatakan BAK ± 2 – 6 kali sehari, warnanya kuning
bening
2) Saat sakit
a) Klien mengatakan BAB normal 1 kali sehari konsisten padat, bau
khas dan warna kecoklatan.
b) Klien mengatakan BAK ± 9 – 10 kali sehari, warnanyakuning
keruh dan bau urin menyengat.
4. Pola toleransi – koping
a. Sebelum sakitKlien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-
hari(menjahit).
b. Saat sakitKlien mengatakan merasa malu jika keluar rumah karena
seringmengompol dan bau kencingnya sangat menyengat.
5. Pola hubungan peran

21
a. Sebelum sakitKlien mengatakan bisa berkumpul berbincang dengan
keluargadan tetangganya dan menjahit.
b. Saat sakitKlien mengatakan merasa malu untuk berkumpul
berbincangdengan tetanggannya dan sudah tidak bisa menjahit lagi.
6. Pola nilai dan keyakinan
a. Sebelum sakitKlien mengatakan bahwa ia beribadah 5 waktu sehari.
b. Saat sakitKlien mengatakan dapat beribadah 5 waktu sehari dan
berdoameminta kesembuhan oleh ALLAH untuk sabar dan pasrah
akankesembuhannya.
PENGKAJIAN FISIK
1. Rambut
a. Inspeksi
Rambut klien tampak bersih, berwarna hitam dan putih dan potongan rambut
pendek
b. Palpasi
Rambut klien tampak bersih, lembut dan tidak ada nyeritekan.
2. Mata
a. Inspeksi
Bentuk mata simetris antara kanan dan kiri dan konjungtiva pucat
pandangan kabur dan berkunang-kunang.
b. Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada mata
a. Telingaa)
InspeksiBentuk dan posisi telinga simetris, tidak ada cairan yangkeluar
seperti nanah atau darah.
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada telinga
3. Hidunga)
a. Inspeksi
Bentuk dan posisi hidung simetris, tidak ada pendarahan dan tanda infeksi.
b. Palpasi

22
Tidak ada nyeri tekan pada hidung
4. Mulut
a. InspeksiBentuk mulut simetris, lidahnya berwarna putih dan mukosa bibir
kering.
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian bibir
5. Leher
a. InspeksiPada leher terlihat normal dengan gerakan ke kanan dan kekiri.
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada lehe
6. Dada
a. InspeksiBentuk dada simetris antara kanan dan kiri.
b. PalpasiTidak ada benjolan dan nyeri tekan.
c. Perkusi Tidak ada masalah.
d. Auskultrasi Bunyi jantung normal.
7. Jantung
a. InspeksiJantung tidak nampak dari luar.
b. PalpasiTerjadi palpitasi jantung.
c. PerkusiTidak dilakukan pemeriksaan.
d. AukultrasiDetak jantung takikardi 90x/menit.
8. Abdomen
a. Inspeksi
Tampak simetris, tidak nampak lesi, bersih.
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada pembesaranhepar.
c. Perkusi
Tidak flatulen.
d. Auskultrasi
Terdengar suara bising usus.
9. Inguinal dan genetalia
a. Inspeksi

23
Tidak tampak adanya pembengkakan.
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan.
10. Ekstrimitas
a. InspeksiBagian atas dan bawah tampak simetris, tidak ada deformitas,
pergerakan normal.
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada ekstrimitas atas dan bawah.
c. Kekuatan otot
Keterangan :
0 : otot tak mampu bergerak.
1 : jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi.
2 : dapat menggerakan otot/bagian yang lemah sesuai perintah.
3 : dapat menggerakan otot dengan tahanan.
4 : dapat bergerak dengan melawan hambatan yang ringan.
5 : bebas bergerak dan dapat melawan hambatan
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS :
a. Klien mengatakan Kegagalan Kekurangan volume
mengurangi minum. mekanismeregulasi cairan
b. Klien mengatakansering
merasahaus
DO :
a. Membran mukosakering.
b. Turgor kulit kering.
c. TTV :
TD : 160/90mmHg.-
N : 90x/menit.-
RR :19x/menit.-
S : 37°C.- BB 71kg

24
Frekuensi minum4-5 gelas
dalam sehari.Kegagalan
mekanis meregulasiKekurangan
volumecairan
DS :
a. Klien Gangguan kognisi
mengatakankencing
sebanyaklebih dari 10
kalidalam sehari.-
b. Klien mengatakan
bahwa dirinyatidak Inkontinensiaurinarius
2. fungsional
bisamenahan
kencinguntuk sampai
ketoilet.
DO :
a. Klien
seringmengompol.Gang
guan fungsi kognisi
Inkontinensiaurinarius
fungsional
3.
DS:
Gangguan turgor Kerusukan intograsi
a. Klien mengatakan perih
kulit kult
di daerah
DO:
a. Tampak kemerahan di
daerah perinial
b. Turgor kulit kering
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanismeregulasi.

25
b. Inkontinensia urinarius fungsional berhubungan dengan gangguan
fungsikognitif.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


1.Jaga intake/asupan
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan yangakurat dan catat
cairan berhubungan asuhankeperawatan selama output.
dengan kegagalan 1x24 jam klien 2. Monitor status
mekanisme regulasi mampumenunjukan hidrasi hidrasi(misalnya :
yangadekuat, dengan kriteria: membranmukosa
1. Keseimbanganintake dan lembab,denyutnadi
outputdalam 24 jam. adekuat, dan
2. Turgor kulit elastis. tekanandarah
3.Kelembapanmembran ortostatik
mukosa. 3. Monitor tanda
4.TTV stabil tanda vital pasien
4.monitor makanan/
cairan yang
dikonsumsi
5.distribusi asupan
cairan selama 24
jam

2. Ikontinisia urinarius Setelah dilakukanasuhan a. Jaga privasi klien


fungsional keperawatan 1X24 jam klien saat berkemih.
berhubungan dengan mampu mengontrol pola b. Modifikasi
gangguan fungsi

26
kognitif berkemih dengan kriteria: pakaian dan
1. Klien dapat merespon lingkungan untuk
saat kandung kemih mempermudah akses
penuh dengan tepat ke toilet.
waktu c. batasi intake
cairan 2-3 jam
sbelum tidur
d. instruksikan klien
untuk minum
minimal 1500 cc air
3. Kerusakan
perhari
integritaskulit Setelah dilakukan 1.Bantu
berhubungan dengan asuhankeperawatan selama
pasienmembersihkan
irigasi kontras 1x24 jam klien perineum
olehurine mampumenunjukan 2. Jaga agar area
perbaikankeadaan turgor perineumtetap
danmempertahankankeutuhan kering
kulit, dengankriteria : 3. Bersihkan area
1.Kulit perianal tetaputuh. perineumsecara
2.Urin jernih dengansedimen teratur
minimal 4. Berikan posisi
yangnyaman
5. Berikan lotion
perlindungan yang
tepat(misalnya : zink
oksida, petrolatum)

27
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal No Implementasi Evaluasi


dx
19/09/22 1.Menjaga intake/asupanyang S :
(7:00 s/d 1 akurat dan catat output.- 1.Klien mengatakanmengurangi
14:00 WIB) Respon : Klien mengatakan minum.-
masih sering merasakan haus
karena intake dibatasi. 2.Klien mengatakansering
2.Memonitor status merasa haus
hidrasi(misalnya : O:
membranmukosa 1. Membran mukosakering.-
lembab,denyutnadi adekuat, 2. Turgor kulit kering.-
dan tekanandarah ortostatik.- 3. TTV :-
a. TD : 160/90mmHg-
Respon :-Membran b. N : 90x/menit.-
mukosatampak kering.-Turgor c. RR : 19x/menit.-
kulit tidakelastis. d. S : 37°C.-
3.Memonitor tanda tandavital 4. BB 71 kg-
pasien.- 5. Frekuensi minum 4-5gelas
Respon :- dalam sehari.
TD : 160/90 mmHg.- A :Masalah belum teratasi
N : 90x/menit.- P :Intervensi dilanjutkan :
RR : 19x/menit.- 1. Menjagaintake/asupan
S : 37°C. yang
4.Berkolaborasi akurat dan catatoutput.-
dengankeluarga untuk 2. Memonitor statushidrasi
mengawasiasupan cairan (misalnya :membran

28
pasien mukosa lembab,denyut
Respon : Keluargamengatakan nadiadekuat, dan
pasiensering mengeluh haus tekanandarah ortostatik.-
3. Memonitor tandatanda
vital pasien.-
4. Berkolaborasi dengan
keluarga untuk
mengawasi asupan cairan
pasien

1.Menjaga privasi klien saat S :


24-09- 2 berkemih.-
22(07.00
Klien mengatakanfrekuensi pipis
s/d14.00WIB) Respon : Pasien tampaklebih masih10x dalam sehari.-
nyaman saatsedang berkemih
dantidak Klien mengatakan bahwa dirinya
merasamalu/terganggu masih belum bisa menahan pipis
denganorang di sekitar. untuk sampai ketoilet.
2.Memodifikasi pakaian O :
danlingkungan Tampak masihmengompol
untukmempermudah akses A :Masalah belum teratasi.
ketoilet.- P :Intervensi dilanjutkan :-
Respon : Klien sudahterlihat
lebih mudah saatakan 1.Memodifikasi pakaian
berkemih danlingkungan
3.Membatasi intake cairan2-3 untukmempermudah akseske
jam sebelum tidur.- toilet.-
Respon : Klien masihterlihat
mengompoltetapi dalam 2.Membatasi intakecairan 2-3
jumlah yangsedikit/jarang.4. jamsebelum tidur.

29
Menginstruksikan klienuntuk
minum minimal1500 cc air
per hari.-
Respon :
Klienmengatakan/tampaktidak
mengalamidehidrasi karena
output berlebih

1.Membantu S :-

pasienmembersihkan Klien mengatakan perih pada


25-09- 3 perineum.- area perinealnya.
22(07.00
Respon : Pasien terlihatlebih O :-
s/d14.00WIB)
nyaman jika perenieumnya Terdapat lecet di area perineal.
bersih. A :Masalah belum teratasi.

2.Menjaga agar area perineum P :Intervensi dilanjutkan :-


tetap kering.- a. Menjaga agar area

Respon : Pasien tampaksangat perineum tetap kering

memperhatikan perenieumnya b. Membersihkan area

agar tidaklembab/basah. perineumsecara teratur-

3.Membersihkan area c. Memberikan posisiyang

perineum secara teratur.- nyaman

Respon : Pasien tampaksering


mengeluh perihsaat sedang
dibersihkan.

4.Memberikan posisi
yangnyaman.-
Respon : Pasien masihtampak
kurang nyamandan sering
berganti/berpindah posisi.

30
5.Memberikan lotion
perlindungan yang
tepat(misalnya : zink oksida,
petrolatum).-
Respon : Pasien tampaktidak
khawatir lagidengan keadaan
pereniumnya setelahdiberikan
lotion

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan:

Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan menahan air


kencing.Inkontinensia urin merupakan salah satu manifestasi penyakit yang
seringditemukan pada pasien geriatri. Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin
berkisar antara 15 30% usia lanjut di masyarakat dan 20-30% pasien geriatriyang
dirawat di rumah sakit mengalami inkontinensia urin, dan kemungkinan bertambah
berat inkontinensia urinnya 25-30% saat berumur 65-74 tahun.Inkontinensia urine
bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakitinfeksi saluran kemih,
kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahantekanan abdomen secara tiba-
tiba. inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien dari berbagai usia, kehilangan
kontrol urinari merupakan masalah bagilanjut usia.

B. Saran:

Kami selaku mahasiswa berharap dengan pembuatan paper dalam


bentukmakalah ini, dapat memberikan manfaat dalam proses belaja mengajar.
Dantetap mengharapkan bimbingan lebih dalam lagi dari para Dosen pembimbing
mengenai penyakit “Inkontenensia Urin”

32
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/251783206/inkontenensia.fekal ( di askes tanggal 10


april 2016 )
http://qiiakaa.blogspot.co.id/2013/10/inkontinesia-fecal.html (diakses tanggal 8 april
2016 )
http://lizanurvana.blog.com/2011/05/20/askep-lansia-dengan-inkontinesia-alvi/
( diakses tanggal 8 april 2016 )

33

Anda mungkin juga menyukai