Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
“Asuhan Keperawatan CA-COLON” ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana.
Penulis
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
C. Epidemiologi
Kanker kolorektal adalah kanker ketiga yang paling umum pada pria
(746.000 kasus, 10,0 %) dan yang kedua pada wanita (614.000 kasus , 9,2 %)
di seluruh dunia (Globocan, 2012). Menurut Jemal A et al. CA Cancer J Clin
2011, insiden kanker kolorektal lebih sering ditemui di negara-negara
berkembang. Hal ini adalah karena perbedaan diet dan paparan lingkungan
(Hingorani, M., & Sebag-Montefiore, D., 2011). Pada tahun 2012, ada 14,1
juta kasus kanker baru, 8.2 juta kematian dan 32,6 juta orang yang hidup
dengan kanker (dalam 5 tahun didiagnosis) di seluruh dunia (Globocan, 2012).
Kanker kolorektal lebih sering dijumpai pada laki-laki berbanding perempuan
dengan rasio 1.2:1 (Hingorani, M., & Sebag-Montefiore, D., 2011).
Di Indonesia sendiri, kanker kolorektal menempati urutan kanker nombor
tiga paling banyak ditemui setelah kanker payudara dan kanker paru.
Berdasarkan estimasi Globocan tahun 2012, insiden kanker kolorektal di
Indonesia adalah sebesar 16 per 100.000 laki- laki yang menempati urutan
kedua pada laki-laki setelah kanker paru.
D. Etiologi
Penyebab Kanker kolorektal belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker
kolorektal yang sering ditemukan dengan faktor resiko
- Kelainan traktus digestivus
- Poliposis familial
- Riwayat kanker kolon dalam keluarga
Menurut National Cancer Institute (2006: 12), klasifikasi stadium kanker
kolorektal dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Stadium 0 (Carsinoma in Situ) : kanker hanya pada lapisan terdalam dari
kolon atau rektum.
b. Stadium I : sel kanker telah tumbuh pada dinding dalam kolon atau rektum,
tapi belum menembus ke luar dinding.
c. Stadium II : sel kanker telah menyebar ke dalam lapisan otot dari kolon atau
rektum. Tetapi sel kanker di sekitarnya belum menyebar ke kelenjar getah
bening.
d. Stadium III : kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening
di daerah tersebut, tetapi tidak ke bagian tubuh yang lain.
e. Stadium IV : kanker telah menyebar di bagian lain dari tubuh, seperti hati,
paru-paru, atau tulang.
E. Patofisiologi
Pertumbuhan sel yang tidak teratur dan pembelahan sel yang tidak
terkendali mengakibatkan timbulnya neoplasma
Metastasis umumnya terjadi dalam hati
Adenokarsinoma terjadi dalam kolon, rectum, jejunum, dan duodenum
Adenokarsenoma menginfiltrasi dan menyebabkan obstruksi, ulsirasi serta
pendarahan
F. Manifestasi Klinis
Sekitar 5-20% kasus kanker adalah asimptomatik dan didiagnosa selama
proses skrining (American Cancer Society, 2014). Kanker dengan gejala
obstruksi dan perforasi mempunyai prognosis yang buruk (Hingorani, M. &
Sebag-Montefiore, D., 2011). Kanker kolorektal dini seringkali tidak
menunjukkan gejala, itulah sebabnya skrining sangat penting. (American
Cancer Society, 2014).
Berdasarkan Oxford Desk Reference: Oncology tahun (2011) antara gejala-
gejala kanker kolorektal adalah seperti berikut:
1. Perdarahan rektal
Perdarahan rektal adalah keluhan utama yang penting dalam 20-50% kasus
kanker kolorektal. Pasien dengan perdarahan yang diamati dengan satu atau
lebih gejala dibawah harus segera dirujuk untuk pemeriksaan selanjutnya.
2. Perubahan pola buang air besar
Perubahan pola BAB sering dijumpai pada banyak pasien kanker kolorektal
sekitar 39-85%. Gejala dibawah meningkatkan probabiliti yang mendasari
kejadian kanker kolorektal.
Perubahan pola BAB terutamanya pada pasien lanjut usia.
Riwayat mencret darah atau lendir harus segera merujuk pendapat
spesialis.
Riwayat baru diare dengan frekuensi yang sering dan konsistensi cair
3. Nyeri perut
Nyeri perut pada pasien kanker kolorektal mungkin tanda dari obstruksi
yang akan terjadi.
Nyeri kolik abdomen dengan gejala obstruksi lain seperti mual, muntah
harus segera diperiksa.
4. Gejala lain
Kehilangan darah kronis; anemia defiensi besi, kelelahan, lesu ; sering
dijumpai pada tumor sisi kanan.
Massa abdomen.
Pada pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) mungkin dijumpai
massa yang dapat diraba pada kanker rektal.
Penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan.
G. Pemeriksaan Penunjang
Fecal Occult Blood Test (FOBT), dapat mendeteksi adanya darah pada tinja.
Sigmoidoscopy, adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel
seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat petunjuk yang ada cahaya
dan bisa diteropong. Bila ditemukan adanya polip, dapat sekalian diangkat.
Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsi, kemudian
diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk menentukan ganas tidaknya
dan jenis keganasannya.
Colonoscopy, merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan
polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan
kolonoskopi adalah sebesar 94% (Depkes, 2006).
Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan sinar
rontgen pada kolon dan rektum. Penderita diberikan enema dengan larutan
barium dan udara yang dipompakan ke dalam rektum. Kemudian difoto.
Dan dilihat seluruh lapisan dinding dapat dilihat apakah normal atau ada
kelainan (Hingorani, M., & Sebag-Montefiore, D., 2011)
Digital Rectal Examination (DRE), adalah pemeriksaan yang sederhana dan
dapat dilakukan oleh semua dokter dengan memasuki jari yang sudah
dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi kedalam dubur kemudian memeriksa
bagian dalam rektum.B ila ada tumor di rektum akan teraba dan diketahui
dengan pemeriksaan ini (Wendy, Y.M., 2013).
H. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen
darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering
dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan
selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau
imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini
sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektivitas
terapi. Bahkan ada yang memberikan / macam kombinasi yaitu : 5-FU,
levamisol, dan leuvocorin. Darihasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan
sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi. Pembedahan adalah tindakan
primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat
kuratiF atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisidapat diangkat dengan
kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomimerupakan suatu
prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan
pada beberapa kasus. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakupstruktur
vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung
darilokasi dan ukuran tumor.
(Dr. Lyndon Saputra, 2014)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KOLOREKTAL
A. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis, pekerjaan, alamat, tempat
tinggal, nomor register, dan diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang: adanya keluhan pada area abdomen terjadi
pembesaran.
3. Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita
pasien dengan timbulnya kanker kolon.
4. Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang mengalami
penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit kronis lainnya
5. Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien dengan
anggota keluarga lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat sakit,
apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang
dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b. Riwayat biopsikososial spiritual
1. Pola nutrisi: Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari – hari, jenis
makanan apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai,
frekuensi makanannya
2. Pola eliminasi: Kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna BAB, BAK,
adakah keluar darah, atau tidak, keras, lembek, cair.
3. Pola istirahat dan tidur: Kebiasan istirahat tidur berapa jamKebiasan
sebelum tidur apa saja yang dilakukan
4. Pola personal hygiene: Kebiasan dalam pola hidup bersih, mandi,
menggunakan atau tidak menyikat gigi
5. Pola aktivitas dan latihan: Kegiatan sehari–hari, olahraga yang sering
dilakukan, aktivitas diluar kegiatan olahraga, misalnya nmengurusi urusan
adat di kampung dan sekitarnya.
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan: Kebiasaan merokok,
mengkonsumsi minum–minuman keras ketergantungan dengan obat-obatan
(narkoba).
7. Hubungan peran: Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetagga,
teman – teman sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat.
8. Pola persepsi dan konsep diri: Pandangan terhadap image diri pribadi,
kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan dengan keluarga.
9. Pola nilai kepercayaan: Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
keyakinan terhadap agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang
dianut dan patuh terhadap perintah dan larangannya
10. Pola reproduksi dan seksual: Hubungan dengan keluarga harmonis,
bahagia, hubungan dengan keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.
c. Riwayat Pengkajian Nyeri
P: provokasi paliatif
Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa memperberat? Apa yang bisa
mengurangi?
Q: quality - quantity
Bagaiman gejala dirasakan, sejauh mana gejal dirasakan?
R: region – radiasi
Dimana gejala yang dirasakan? Apakah menyebar?
S: skal – saverity
Seberapa tingkat keparahan dirasakan? Pada skala berapa?
T: time
Kapan gejala mulai timbul? Seberapa serng gejala dirasakan? Tiaba – tiba atau
bertahap? Seberapa lama gejala dirasakan?
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum: Kesadaran compos metis, suhu 37,50C, nadi 60–100
x/menit, RR 16 – 20 x / menit, TD 120 / 80 mmHg
2. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala dan leher
- Rambut dan kulit kepala: Adakah perdarahan, pengelupasan, perlukaan,
penekanan
- Telinga: Adakah perlukaan, darah, cairan dan bau
- Mata: Adakah perlukaan, darah, cairan, pembengkakan, rteflek pupil,
kondisi keplopak mata, adanya benda asing, sklera putih
- Mulut: Adakah benda asing, gigi, simetris, kering
- Hidung: Adakah perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan
anatomi, akibat trauma
- Leher: Adakah bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar
tiroid
b. Pemeriksaan dada
- Inspeksi: Bentuk simetris kanan dan kiri, inspirasi dan ekspirasi
pernafasan, irama, gerakan cuping hidung, terdengar suara napas
tambahan bantu dada.
- Palpasi: Pergerakan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara
kanan kiri dinding dada
- Perkusi: Adanya suara – suara sonor pada kedua paru – paru, suara
redup pada batas paru dan hepar
- Auskultasi: Terdengar adanya suara vesikuler di kedua lapisan paru,
suara ronchi dan wheezing
c. Kardiovaskuler
- Inspeksi: Bentuk dada simetris
- Palpasi: Frekuensi dada simetris
- Perkusi: Suara pekak
- Auskultasi: Irama regular, systole/murmur
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal,
kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi)
2. Kerusakan integritas kulit b/d tindakan keperawatan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual /
muntah
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
C. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Lyndon.2014.Buku Saku Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Fungsi
Gastrointestinal.Tanggerang Selatan: Binapura Aksara Publisher.
www.hopkinsmedicine.org
www.cancer.org