Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASKEP CA GINJAL DAN CA BULI

DOSEN PEMBIMBING : Ns. MUHTAR, S.Kep.M.Kep

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

1. ASTRIANTI
2. DIAN RAMADHANI
3. GITA YUDARTI
4. JIHAN
5. HANDIKA HARNADIN
6. ZAHRA SHARIRA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PRODI D3 KEPERAWATAN BIMA
TAHUN AJARAN 2022

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini kami membahas “ASKEP CA GINJAL DAN CA BULI”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam memperdalam ilmu pengetahuan
sekaligus dapat diupayakan untuk dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembuatan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan
dosen pembimbing
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat.

Bima, 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I                   PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................... 4
BAB II                PEMBAHASAN KONSEP DASAR .......................................... 5
            ASUHAN KEPERAWATAN.................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 18

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

3
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan
ginjal. Tumor lunak atau sistem pada umumnya tidak ganas dan yang padat ganas
atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan
mendesak sel-sel disekitarnya. Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia
nomor tiga terbanyak setelah tumor prostat dan tumor kandung kemih. Tumor
ginjal dapat berasal dari tumor primer di ginjal atau pun merupakan tumor
sekunder yang berasal dari metastasis keganasan di tempat lain. Sebagian besar
tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista (rongga berisi
cairan) atau tumor biasanya jinak. Seperti organ tubuh lainnya, ginjal kadang bisa
mengalami kanker. Pada dewasa, jenis kanker ginjal yang paling sering
ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma)
yang berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis (Melisa, Monoarfa, &
Tjandra, 2016).
Penyebab pasti tumor ginjal tidak diketahui, beberapa keterkaitan telah
dibangun antara kanker ginjal dengan merokok, hipertensi, dan obesitas.
Terpapar timah, kadmium dan fosfat juga meningkatkan risiko perkembangan
kanker (Black dan Hawks, 2014). Merokok dan kegemukan adalah faktor risiko;
iritasi kronik yang dikaitkan dengan batu ginjal juga dapat menjadi penyebab.
Beberapa kanker ginjal dikaitkan dengan faktor genetik. Pasien ESRD juga dapat
mengalami kanker ginjal (Made, Adnyani, & Widiana, 2018)
Trias klasik gejala tumor ginjal yaitu hematuria, nyeri panggul atau nyeri
pinggang, dan massa abdomen teraba atau pada panggul/pinggang, ditemukan
hanya pada sekitar 10% orang yang menderita karsinoma sel ginjal. Manifestasi
sistemik mencakup demam tanpa infeksi, keletihan, mual, penurunan berat
badan, anemia atau polisitemia. Tumor dapat menghasilkan hormon atau zat
seperti hormon, termasuk hormon paratiroid, prostaglandin, prolaktin, renin,
gonadotropin dan glukokortikoid.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR

4
1. Pengertian
a. ca ginjal
Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan
jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal
(adeno karsinoma renalis, hipernefroma).
b. Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih
yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika
urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung
batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr.
Hendra Utama, SPFK, 2001 ). Batu vesika urinaria terutama mengandung
kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-
zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001).
2. Etiologi
a. Ca Ginjal
1. Merokok
2. Kegemukan (obesitas)
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
4. Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko
tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
5. Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun memiliki
resiko tinggi)
6. Penyinaran
7. Penyakit Von Hippel-Lindau
8. Makanan tinggi lemak
9. Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
10. Faktor lain yang diduga memicu munculnya RCC adalah dialysis jangka
panjang,penggunaan analgesicdalam waktu lama dan hipertensi.
b. Ca Buli
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih
adalah :
1. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen.

5
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam
air minum.
3. Faktor lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan
atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing
atau buli-buli ( Syaifuddin, 1996 ).
Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak
jarang sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk
apabila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan
menimbulkan agregasi pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan
akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan
sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi yang
diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan
obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan
aspirin dosis tinggi. ( Prof. Dr. Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U.,
SpFk, 2001 ). Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih
disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat
dan perubahan metabolisme kalsium).
3. Manifestsi Klinis
a. ca ginjal
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala Pada
stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria (adanya
darah di dalam air kemih(. Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak
kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih. Selain itu terjadi tekanan
darah tinggi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau seluruh
ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk
meningkatkan tekanan darah.
Gejala lainnya yang mungkin terjadi :
- Nyeri pada sisi ginjal yang terkena
- Penurunan berat badan
- Kelelahan
- Anemia
- Terdapat massa
- Tanda metalase

6
- KED Meningkat
- Hipertensi
- Demam
Polisitemia, hiperkalsemia
b. Ca Buli
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan
tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan
disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami
episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat
terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal
kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak dikandung kemih
menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala
obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit
urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala
ini disebabkan kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang
berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih
dari 1 cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan
secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar. ( Brunner and Suddarth.
2001).
4. Pemeriksaan penunjang
a. Ca Ginjal
• Urografi intravena
• USG
• CT Scan
• MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor
• RPG
• Arteriografi
b. Ca buli.
Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah :
• Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
• Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
• Endoskopi ginjal

7
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
• EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
• Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
• IVP ( intra venous pylografi ) :
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat
obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal
otot kandung kemih.
• Vesikolitektomi ( sectio alta ):
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
• Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
• Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24
jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total
merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya
riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan
untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung
kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al. 2001)
5. Penatalaksanaan Medis
a. Ca Ginjal
Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan
pengangkatan kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh.
Jika tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai
vena kava, tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih
bisa memberikan harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar
dengan cepat, terutama ke paru-paru. Saat ini pengobatan standar untuk kanker
yang masih terbatas di ginjal adalah pembedahan untuk mengangkat seluruh
ginjal (nefrektomi simplek atau nefrotomi radikal).
Pada nefrektomi radikal, dilakukan pengangkatan ginjal dan kelanjar
adrenal diatasnya, jaringan di sekitar ginjal serta beberapa kelenjar getah bening.

8
Pada nefrektomi simplek, dilakukan pengangkatan ginjal saja. Pada prosedur
embolisasi arteri, disuntikkan suatu zat khusus ke dalam pembuluh darah yang
menuju ke ginjal. Dengan menyumbat pembuluh ini, tumor akan kekurangan
oksigen dan zat gizi lainnya. Embolisasi arteri bisa digunakan sebelum
pembedahan atau untuk mengurangi nyeri dan perdarahan jika pembedahan tidak
mungkin dilakukan. Embolisasi arteri bisa menyebabkan mual, muntah atau nyeri
yang bersifat sementara. Terapi penyinaran biasanya digunakan untuk
mengurangi nyeri pada kanker yang telah menyebar ke tulang.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah kulit di tempat penyinaran
menjadi merah atau gatal, mual dan muntah. Imunoterapi menggunakan sistem
kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai
pengubah respon biologis, misalnya interferon atau interleukin-2.Secara normal,
zat tersebut dihasilkan oleh tubuh dan juga dibuat di laboratorium untuk
membantu mengobati penyakit. Efek samping yang timbul berupa menggigil,
demam, mual, muntah dan penurunan nafsu makan. Daris ekian banyak jenis
kanker, kanker sel ginjal (renal cell carcinoma/RCC) bisa dikatakan jenis kanker
yang paling bandel. Bila kanker lainbisa diobati dengan kemoterapi maupun
radiasi, kanker RCC tidak mempan alias tetap membandel. Celakanya, kanker
jenis ini tidak di deteksi pada stadium awal, sehingga saat berhasil dideteksi sel
kanker sudah menyebar (bermetastasis) ke organ lain.
b. Ca buli
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi,
serta mengurangi obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk
mengatasi batu kandung kemih (Arif Mansjoer, et.al.2000) adalah :
a. Vesikolitektomi atau secsio alta.
b. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.
c. Ureteroskopi.
d. Nefrostomi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian Ca Ginjal
a. Identitas pasien
Nama :

9
Jenis kelamin :
Umur :
Alamat :
Tempat/tanggal lahir :
Agama :
Suku bangsa :
Nomor rekamedik :
Nama penanggung jawab :
Alamat :
Hubungan :
Agama :
Suku banggsa :
b. riwayat kesehatan dahulu
1. Merokok
2. Kegemukan (obesitas)
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
4. Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko
tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
5. Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun memiliki
resiko tinggi)
6. Penyinaran
7. Penyakit Von Hippel-Lindau
8. Makanan tinggi lemak
9. Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
10. Faktor lain yang diduga memicu munculnya RCC adalah dialysis jangka
panjang, penggunaan analgesicdalam waktu lama dan hipertensi.
c. . riwayat kesehatan sekarang
1. Nyeri pada sisi ginjal yang terkena
2. Penurunan berat badan
3. Kelelahan
4. Anemia
5. Terdapat massa
6. Tanda metalase
7. LED Meningkat

10
8. Hipertensi
9. Demam
10. Polisitemia, hiperkalsemia
4. riwayat kedehatan keluarga
apakah keluarga pasien pernah menderita CA ?
2.. PENGKAJIAN CA BULI
a. Anamnesa
1). Identitas Klien
Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku,
warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat
rumah.
2). Data Medik
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian.
3). Keluhan Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah
berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada
malam hari, penurunan kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan
saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih,
hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu tubuh disertai menggigil,
penurunan fungsi seksual, keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan
menurun, mual,muntah dan konstipasi.
b. Pemeriksaan Fisik
1). Status Kesehatan Umum
Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda-tanda
vital.
2). Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat
masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien.

3). Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis
otot muka dan otot rahang.
4). Mata

11
Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata,
kelopak mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah
daya penglihatan klien masih baik.
5). Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen
dan benda asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih
dapat mendengar dengan baik.
6). Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi,
apakah terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman
masih baik.
7). Mulut Faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh,
mukosa mulut apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah
masih baik, pada tonsil dan palatum masih utuh atau tidak.
8). Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe
terjadi pembesaran atau tidak.
9). Dada
Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
10). Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat,
peristaltic usus meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba,
apakah terdapat nyeri pada abdomen.
11). Inguinal /Genetalia/ anus
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis
dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat
hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis
biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan
pembesaran prostat dan konsistensinya.
12). Ekstermintas
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri
sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan refleknya
c. Pemeriksaan Diagnosis

12
BNO (Blass Nier Overzicht) untuk mengetahui pembesaran prostat, kandung
kemih dan kelainan ginjal.
d. Hasil Penelitian Laboratorium dan diagnostic.
1). Peningkatan sel darah Putih, Ureum, dan kretinin.
2). Kultur Urin ditemukan adanya kuman penyebab infeksi.
3). Pemeriksaan HB, waktu pendarahan dan pembekuan, golongan darah
sebagai persiapan preoperasi.
e. Potensial Komplikasi.
Hiponatrium dilusi akibat Transuretal Resection Prostat (TURP), infeksi,
komplikasi sirkulasi termasuk testis, hydrokel, syok, retensi urine akut, ileus
para litikum, abses, peningkatan suhu tubuh, dan nyeri pada saat berjalan.
f. Penatalaksanaan Medis.
Obsevasi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu secara rutin pasca operasi,
analgesik, antispasmodic, antibiotik, irigasi kadung kemih kontinu, irigasi
kandung kemih intermiten, terapi iv parenteral.
B. DIAGNOSA
1. Ca Ginjal
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan patologi penyakit
b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
c. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pemenuhan mekanisme
regulatori (gagal ginjal) dengan resitensi air
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/
pembantasan diet, anemia
e. Kekurangan pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebuutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah mendapatkan informasi.
2. Ca Buli
Diagnosa Keperawatan post operatif vesikolitektomi
a). Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan dan
mitasi kateter/ badan.
b). Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kesulitan mengontrol pendarahan, pembatasan pemasukan pra-operasi.
c). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
terhadap : prosedur bedah, prosedur alat invasif, alat selama pembedahan
kateter, irigasi kandung kemih.

13
d). Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung
kemih, refleks spasme otot : prosedur bedah dan atau tekanan dari balon
kandung kemih.
e). Resiko tinggi terhadap komplikasi, hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan sekunder terhadap vesikolitektomi atau sectia alta.
f). Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi tidak mengenal sumber
sumber informasi.
C.. INTERVENSI
1. Ca Ginjal
a. Mandiri
Awasi denyut jantung, tekanan darah, CVP (tanda-tanda vital) Catat
pemasukan dan pengeluaran cairan secara akurat
Rencanakan penggantian cairan pada pasien, dalam pembantasan multipel
Kaji/catat pemasukan diet
Berikan makanan sedikit tapi sering
Berikan pasien/orang terdekat daftar makanan/cairan yang diizinkan
Evaluasi laporan kelelahan, kesulitan menyelasaikan tugas
Identifikasi faktor stres
Kaji ulang proses pengakit
Kaji ulang fungsi ginjal
b. Kolaborasi
Perbaiki penyebab yang dapat kembali karena GGA
Awasi pemeriksaan laboratorium
Berikan/batasi cairan sesuai indikasi
Berikan obat sesuai indikasi
Konsul dengan ahli gizi
Awasi kadar eletrolif termasuk kalsium,megnesium, dan kalsium.

2. ca buli
Rasional

14
1.Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanikal: bekuan
darah, edema, trauma, prosedur bedah, tekanan dan iritasi kateter atau balon.
Tujuan : Klien menunjukan kemajuan eliminasi urine yang jernih.
Kriteria evaluasi :
1. Berkemih dengan adekuat tanpa bukti distensi kandung kemih.
2. Jumlah residu urine kurang dari 50 ml.
Mandiri :
1. Mengkaji haluaran urine dan system kateter atau drainase, khususnya
selama irigasi kandung kemih.
2. Perhatikan waktu, jumlah berkemih dan ukuran aliran urine di urine bag.
3. Dorong pasien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 2-
4 jam per protocol.
4. Dorong pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi. Batasi cairan pada
malam hari setelah kateter dilepas.
Kolaborasi :
1.Pertahankan irigasi kandung kemih kontinyu sesuai indikasi pada periode
pasca operasi dini.
Mandiri :
1. Retensi dapat terjadi karena edema area bedah,bekuan darah, dan spasma
kandung kemih (Doenges, 2000).
2. Urine yang tertampung harus seimbang atau tidak jauh berbeda dengan
pemasukan cairan. (Doenges, 2000).
3. Berkemih dengan dorongan mencegah retensi urine.Keterbatasan berkemih
untuk tiap 4 jam meningkatkan tonus kandung kemih dan membantu latihan
ulang kandung kemih (Doenges, 2000).
4. Mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi ginjal untuk kelainan urine,
penjadwalan, masukan cairan menurunkan kebutuhan berkemih/ gangguan
tidur selama malam hari (Doenges, 2000).

Kolaborasi :
1. Mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan debris untuk
mempertahankan patensi kateter atau aliran urine (Doenges, 2000).

15
BAB III
PENUTUP

16
A Kesimpulan

Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) dan jenis
kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno
karsinoma renalis, hipernefroma) paling sering terjadi pada usia 40-70 tahun dan pria
memiliki 2 kali lebih besar dibandingkan wanita. Ureter adalah tabung/saluran yang
menghubungkan ginjal dengan kandungan kemih sedangkan Ca ureter adalah kanker
yang terjadi pada sel-sel yang melapisi ureter. Gejala awal pada Ca ureter bisanya
berupa hematuria (darah didalam air kemih) jika aliran air kemih tersumbat, bisa terjadi
nyeri kram di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul atau diperut bagian
bawah :

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges, 2000,


Rencana asuhan keperawatan, Jakarta, EGC

17
18

Anda mungkin juga menyukai