OBSTRUKSI BILIARIS
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Ratna Gina R, Sp.Rad
dr. Inez Noviani I, Sp.Rad
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I.................................................................................................................................
BAB II...............................................................................................................................
2.1 Definisi................................................................................................................
2.2 Epidemiologi.......................................................................................................
2.3 Etiologi................................................................................................................
2.4 Anatomi...............................................................................................................
2.4.1 Anatomi Kandung Empedu........................................................................
2.4.2 Anatomi Duktus Empedu............................................................................
2.5 Fisiologi...............................................................................................................
2.6 Patogenesis..........................................................................................................
2.7 Diagnosis.............................................................................................................
2.7.1 Anamnesis...................................................................................................
2.7.2 Pemeriksaan Fisik.......................................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................
2.8.1 Pemeriksaan Laboratorium.........................................................................
2.8.2 Pemeriksaan Ultrasonografi.......................................................................
2.8.3 Pemeriksaan CT-Scan...............................................................................12
2.8.4 Pemeriksaan PTC.....................................................................................14
2.8.5 Pemeriksaan EUS.....................................................................................14
2.8.6 Pemeriksaan ERCP...................................................................................15
2.8.7 Pemeriksaan MRCP..................................................................................16
2.9 Tatalaksana.........................................................................................................17
2.9.1 Medikamentosa.........................................................................................17
2.9.2 Non Medikamentosa.................................................................................17
2.10 Komplikasi.......................................................................................................18
2.11 Prognosis..........................................................................................................18
BAB III............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Obstruksi biliaris adalah sumbatan pada saluran empedu yang
mengalirkan empedu dari hepar ke usus halus. Empedu di produksi di
hepar, lalu di disimpan di kadung empedu kemudian di keluarkan di usus
halus.(3)
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, obstruksi biliaris terjadi pada 5 dari 1000 orang.
Mortality dan morbidity tergantung dari penyebab obstruksi. Penyebab utama
pada obstruksi biliaris adalah batu empedu. Pada perempuan lebih banyak
terjadi di bandingkan laki-laki. Namun pada perempuan usia di atas 75 tahun
lebih banyak yang mengalami obstruksi bilier, dikarenakan hormon estrogen
menurun sehingga produksi kolesterol di darah menurun dan di timbun di
kandung empedu. Pada kelompok usia lebih dari 65 tahun di dapatkan 20%
yang menderita obstruksi bilier.(1)
2.3 Etiologi
Obstruksi
aliran
empedu
dibagi
menjadi
intrahepatik
dan
ekstrahepatik:
Intrahepatik
Penyebab obstruksi biliaris tersering pada tipe intrahepatik adalah
Ekstrahepatik
Penyebab tersering adalah batu. Batu empedu biasanya terdapat di
CBD dan menyebabkan kolik empedu dan kolesistitis. Penyebab lain adalah
striktur bilier, biasanya terjadi karena trauma pembedahan. Penyebab juga
dapat di bedakan menjadi intraduktus dan ekstraduktus. Penyebab intraduktus
yang disebabkan oleh neoplasma, batu, striktur, parasit, primary sclerosing
sistikus membentuk duktus koledokus atau common bile duct (CBD). Duktus
koledokus panjangnya sekitar 8 cm dan bagian distal dari duktus koledokus
bergabung dengan duktus pankreatikus dan berakhir di pankreas menuju
duodenum yaitu major duodenal papilla atau ampula vateri dengan dikelilingi
sfingter Oddi.(7)
2.5 Fisiologi
Fungsi kandung empedu yaitu sebagai berikut:
1. Menyimpan cairan empedu
2. Mengeluarkan cairan empedu ke duodenum yang di stimulasi oleh
kolesistokinin.
Cairan empedu dibentuk oleh hepatosit, sekitar 600 mL per hari, terdiri
dari air, elektrolit, garam empedu, kolesterol, fosfolipid, bilirubin, dan
senyawa organik terlarut lainnya. Kandung empedu bertugas menyimpan dan
mengkonsentrasikan empedu pada saat puasa. Di antara waktu makan, empedu
akan disimpan di kandung empedu dan dipekatkan. Selama makan, ketika
kimus mencapai usus halus, keberadaan makanan terutama produk lemak akan
2.6 Patogenesis
Secara umum, obstruksi bilier menyebabkan terjadinya ikterus
obtruktif. Ikterus (jaundice) yaitu perubahan warna kulit, sklera mata atau
jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan
oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam darah. Bilirubin sebagai akibat
pemecahan cincin heme dari metabolisme sel darah merah. Ikterus yang
ringan dapat dilihat paling awal pada sklera mata, dan ini menunjukkan kadar
bilirubin sudah berkisar antara 2-2,5 mg/dl, sedangkan jika ikterus jelas dapat
dilihat dengan nyata maka bilirubin diperkirakan sudah mencapai 7 mg/dl.
Tahapan metabolisme bilirubin berlangsung melalui 3 fase yaitu fase
prehepatik, intrahepatik, dan pascahepatik.
Obstruksi bilier (kolestasis) secara etiologi dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu intrahepatik dan ekstrahepatik, yaitu :
1. Obstruksi bilier (kolestasis) intrahepatik
Kolestasis intrahepatik umumnya terjadi pada tingkat hepatosit atau
membran kanalikuli. Penyebab tersering kolestasis intrahepatik adalah
hepatitis, keracunan obat, penyakit hati karena alkohol dan penyakit hepatitis
autoimun. Penyebab yang jarang adalah sirosis hati bilier primer, kolestasis
pada
kehamilan
dan
karsinoma
metastatik.
Peradangan
intrahepatik
mengakibatkan
hiperlipidemia.
Kolestasis
menyebabkan
peningkatan sintesis dan sekresi alkali fosfatase, sehingga terjadi kerusakan sel
hepatosit. Hal ini akan menghambat sintesis protein dan faktor-faktor
pembekuan. Fungsi detoksifikasi pun akan menurun. Akibatnya akan terjadi
peningkatan asam empedu dan alkali fosfatase di dalam darah. Efek primer
kolestasis terutama menyerang fungsi hati dan usus, sedangkan efek
sekundernya mempengaruhi tiap sistem organ. Efek primer meliputi retensi
empedu, regurgitasi empedu ke dalam serum, dan penurunan sekresi bilier ke
dalam usus. Efek sekundernya menyebabkan pemburukan penyakit hati serta
penyakit sistemik. Kolestasis menyebabkan beberapa kondisi berikut, yaitu:
1. Retensi konjugasi dan regurgitasi bilirubin ke dalam serum.
Peningkatan kadar serum bilirubin terkonjugasi merupakan tanda primer
kolestasis. Hal ini menyebabkan jaundice yang dapat dideteksi dengan
ikterus sklera dan urine berwarna gelap.
2. Peningkatan kadar serum bilirubin non konjugasi
Laju konjugasi bilirubin mengalami penurunan akibat jejas hepatosit. Laju
produksi bilirubin dapat pula mengalami peningkatan akibat hemolisis yang
dapat menyertai kolestasis.
3. Hiperkolemia (peningkatan kadar garam empedu serum)
4. Pruritus
5. Hiperlipidemia
Pada kolestasis, kolesterol serum mengalami peningkatan karena terjadi
Gambar
Kandung empedu
3.
normal
Gambar 4. (a) sludge pada bilier, (b) dilatasi CBD akibat batu
Wirsungi
sangat
membantu
untuk
menentukan
lokasi
Gambar 5. Kolesistitis
Pada tumor akan terlihat massa padat pada ujung saluran empedu
dengan densitas rendah dan heterogen.
Gambar 10. (kiri) multiple batu empedu, (kanan) soliter batu empedu
dan sludge
Gambar
12. EUS
Gambar 13. (kiri) batu kandung empedu, (kanan) kista kandung empedu
Gambar 14. Striktur kandung empedu
2.8.7
Magnetic
resonance
cholangiopancreatography
(MRCP)
MRCP
adalah
teknik
pencitraan
dengan
gema
magnet
zat
tanpa
menggunakan
kontras,
bersifat
noninvasif
untuk
mengetahui
gambaran
dari
sistem
bilier
dan
duktus
Gambar
15.
3D
kandung
empedu
2.9 Tatalaksana
2.9.1 Medikamentosa
Pemberian obat berdasarkan gejala seperti gatal atau pruritus diberikan
antihistamin atau kolestiramin 4-16mg/hari per oral. Pada hipoprotombinemia
diberikan vitamin K 5-10mg/hari subkutan 2-3hari. Pemberian suplemen
vitamin D pada kolestasis kronis untuk mencegah osteoporosis. Jika pasien
menolak pengangkatan batu dapat diberikan garam empedu oral selama 2
tahun.
2.9.2 Non Medikametosa
Pada dasarnya penatalaksanaan penderita ikterus obstruksi bertujuan
untuk menghilangkan penyebab obstruksi atau mengalihkan aliran empedu.
1. Batu empedu
Tindakan pengangkatan batu dengan ERCP terapeutik dengan
melakukan sfingterotomi endoskopik. Selain itu bias dilakukan litotripsi
mekanik, litotripsi laser, electro-hydraulic shock wave lithotripsy dan
extracorporeal shock wave lithotripsy. Bila masih gagal dilakukan
pemasangan stent bilier.(2)
2. Ca caput pancreas
Dilakukan prosedur Whipple yaitu pankreotikoduodenoktomi.
2.10 Komplikasi
Komplikasi kolestasis tergantung durasi dan intensitas jaundice
Obstruksi bilier berat menyebabkan kerusakan sel setelah kira-kira 1 bulan
dan jika tidak segera diobati, bisa menyebabkan sirosis bilier sekunder.
Kolangitis akut merupakan komplikasi tersering bila terjadi sumbatan pada
CBD. Empedu normalnya steril, jika terdapat obstruksi, menyebabkan
stasis dan meningkatkan pertumbuhan kuman dalam empedu. Peningkatan
tekanan CBD dapat menyebabkan refluk empedu dan bakteremia, yang
dapat menyebabkan syok septik dan kematian. Untuk alasan ini,
pengobatan medis antibiotika segera dilakukan, disamping dilakukan
tindakan untuk mengatasi obstruksi bilier. Pasien dengan obstruksi bilier
yang akan operasi traktus biliaris akan mengalami gagal ginjal akut karena
BAB III
KESIMPULAN
Obstruksi bilier merupakan penyakit berbagai menifetasi klinis yang di
akibatkan oleh sumbatan saluran empedu dimana terjadi penumpukan empedu
sehingga tidak bisa di keluarkan ke duodenum. Obstruksi bilier disebabkan oleh
berbagai penyebab namun yang utama adalah batu saluran empedu. Di Negara Asia
insidensnya cukup tinggi terutama pada laki-laki. Untuk menegakannya diangosa
obstruksi bilier diperlukan beberapa modalitas seperti USG, CT-Scan, EUS, ERCP
dan MRCP setelah itu baru dapat di terapi. Prognosis tergantung dari penyebab,
keparahan penyakit dan hasil terapi terutama terapi pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bonheur, JL. Biliary Obstruction. Medscape. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/187001.html. Access on: September 9
2016.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dala 4th ed. Penerbit FK UI. Jakarta: 2007.
3. Billiary Obstruction. Available at: http://radiology.ucla.edu/biliary-obstruction
Access on: September 9 2016.
4. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta:2015
5. Zyromski N. Handbook of Hepato-pancreato-billiary Surgery. Department of
Surgery Indiana University School of Medicine. China:2015;p.286