Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

OBSTRUKSI BILIARIS

Disusun oleh:

Madina Ika Masrullah


03012153

Pembimbing:
dr. Ratna Gina R, Sp.Rad
dr. Inez Noviani I, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RSUD KARAWANG

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I.................................................................................................................................
BAB II...............................................................................................................................
2.1 Definisi................................................................................................................
2.2 Epidemiologi.......................................................................................................
2.3 Etiologi................................................................................................................
2.4 Anatomi...............................................................................................................
2.4.1 Anatomi Kandung Empedu........................................................................
2.4.2 Anatomi Duktus Empedu............................................................................
2.5 Fisiologi...............................................................................................................
2.6 Patogenesis..........................................................................................................
2.7 Diagnosis.............................................................................................................
2.7.1 Anamnesis...................................................................................................
2.7.2 Pemeriksaan Fisik.......................................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................
2.8.1 Pemeriksaan Laboratorium.........................................................................
2.8.2 Pemeriksaan Ultrasonografi.......................................................................
2.8.3 Pemeriksaan CT-Scan...............................................................................12
2.8.4 Pemeriksaan PTC.....................................................................................14
2.8.5 Pemeriksaan EUS.....................................................................................14
2.8.6 Pemeriksaan ERCP...................................................................................15
2.8.7 Pemeriksaan MRCP..................................................................................16
2.9 Tatalaksana.........................................................................................................17
2.9.1 Medikamentosa.........................................................................................17
2.9.2 Non Medikamentosa.................................................................................17
2.10 Komplikasi.......................................................................................................18
2.11 Prognosis..........................................................................................................18
BAB III............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

Obstruksi biliaris merupakan suatu keadaan tersumbatnya saluran empedu


dengan penyebab utama adalah batu empedu (cholelithiasis). Obstruksi bilier dapat
menyebabkan terjadinya penumpukan empedu sehingga menyebabkan ikterus
(obstruktif jaundice).(1)
Empedu adalah hasil sekresi hepatosit yang mengandung kolestrol, bilirubin
dan garam empedu. Bilirubin akan di keluarkan ke feses dan urin sedangkan garam
empedu untuk mengelmulsi lemak di dalam usus halus. 50% empedu disimpan di
kandung empedu dan 50% lagi di alirkan melalui saluran empedu yang berakhir di
CBD (common bile duct) sehingga apabila terjadi penyumbatan di saluran empedu
maka akan terjadi penumpukan empedu.(1)
Di Amerika Serikat, 20% usia lebih dari 65 tahun mengalami obstruksi biliaris
dan 1 juta kasus baru di laporkan setiap tahun. (1) Di Negara Barat sering ditemukan
10-15% pasien dengan batu kandung empedu disertai batu saluran empedu sedangkan
di Negara Asia, banyak ditemukan batu saluran empedu primer yaitu batu yang hanya
terbentuk di saluran empedu.(2)
Pada dasarnya penatalaksaan obstruksi biliaris bertujuan untuk menghilangkan
penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat berupa
tindakan pembedahan untuk menghilangkan sumbatan atau drainase untuk
mengalirkan yang terhambat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Obstruksi biliaris adalah sumbatan pada saluran empedu yang
mengalirkan empedu dari hepar ke usus halus. Empedu di produksi di
hepar, lalu di disimpan di kadung empedu kemudian di keluarkan di usus
halus.(3)
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, obstruksi biliaris terjadi pada 5 dari 1000 orang.
Mortality dan morbidity tergantung dari penyebab obstruksi. Penyebab utama
pada obstruksi biliaris adalah batu empedu. Pada perempuan lebih banyak
terjadi di bandingkan laki-laki. Namun pada perempuan usia di atas 75 tahun
lebih banyak yang mengalami obstruksi bilier, dikarenakan hormon estrogen
menurun sehingga produksi kolesterol di darah menurun dan di timbun di
kandung empedu. Pada kelompok usia lebih dari 65 tahun di dapatkan 20%
yang menderita obstruksi bilier.(1)
2.3 Etiologi
Obstruksi

aliran

empedu

dibagi

menjadi

intrahepatik

dan

ekstrahepatik:

Intrahepatik
Penyebab obstruksi biliaris tersering pada tipe intrahepatik adalah

hepatitis, sirosis dan obat-obatan yang dapat merusak hepatosit. Hepatitis


adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh virus, obat-obatan dan alKohol.
Sirosis adalah perubahan arsitektur sel hepar dengan pembentukan nodulnodul. Obat-obatan yang hepatotoksik adalah steroid dan chlorpromazine.
Ketiga penyakit tersebut dapat merusak sel hepar sehingga menyebabkan
obstruksi pada saluran empedu di hepar.(1)

Ekstrahepatik
Penyebab tersering adalah batu. Batu empedu biasanya terdapat di

CBD dan menyebabkan kolik empedu dan kolesistitis. Penyebab lain adalah
striktur bilier, biasanya terjadi karena trauma pembedahan. Penyebab juga
dapat di bedakan menjadi intraduktus dan ekstraduktus. Penyebab intraduktus
yang disebabkan oleh neoplasma, batu, striktur, parasit, primary sclerosing

cholangitis (PSC). Penyebab ekstraduktus adalah kompresi dari neoplasma,


pankreatitis, kista duktus sistikus. Penyebab lain adalah neoplasma yaitu yang
tersering adalah pancreatic tumor (60%), cholangiocarsinomas dan metastatic
tumor.(1)
2.4 Anatomi
2.4.1 Anatomi Kandung Empedu
Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga dengan
diameter 2-3cm dan tidak lebih dari 4cm, terletak pada fossa vesika felea di
posteromedial hati yaitu di antara lobus hati kanan dan kiri. Bagian
ekstrahepatik dari kandung empedu ditutupi oleh peritoneum. Kandung
empedu mempunyai fundus, korpus, infundibulum, dan kolum. Fundus
kandung empedu berbentuk bulat. Korpus merupakan bagian terbesar dari
kandung empedu. Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu
yang terletak antara korpus dan daerah duktus sistikus. Infundibulum, yang
juga dikenal sebagai kantong Hartmann, adalah bulbus divertikulum kecil
yang terletak pada permukaan inferior dari kandung empedu, yang secara
klinis bermakna karena proksimitasnya terhadap duodenum dan karena batu
dapat terimpaksi ke dalamnya.
Duktus sistikus menghubungkan kandung empedu ke duktus
koledokus. Katup spiral dari Heister terletak di dalam duktus sistikus terlibat
dalam keluar masuknya empedu dari kandung empedu.
Aliran darah ke kandung empedu adalah melalui arteri kistika, secara
khas merupakan cabang dari arteri hepatika kanan, tetapi aal dari ateri kistika
bervariasi. Segitiga Calot dibentuk oleh arteri kistika, duktus koledokus, dan
duktus kistikus. Drainase vena dari kandung empedu bervariasi, biasanya ke
dalam cabang kanan dari vena porta. Aliran limfe masuk secaralangsung ke
dalam hati dan juga ke nodus-nodus di sepanjang permukaan vena potrta.
Saraf muncul dari aksis seliak dan terletak di sepanjang arteri hepatika.
Sensasi nyeri diperantarai oleh serat viseral, simpatis. Ransangan motoris
untuk kontraksi kandung empedu dibawa melalui cabang vagus dan ganglion
seliaka.(7)
2.4.2 Anatomi Duktus Biliaris
Duktus hepatika kanan dan kiri keluar dari hati membentuk duktus
hepatikus komunis. Duktus hepatica komunis akan bergabung dengan duktus

sistikus membentuk duktus koledokus atau common bile duct (CBD). Duktus
koledokus panjangnya sekitar 8 cm dan bagian distal dari duktus koledokus
bergabung dengan duktus pankreatikus dan berakhir di pankreas menuju
duodenum yaitu major duodenal papilla atau ampula vateri dengan dikelilingi
sfingter Oddi.(7)

Gambar 1. Anatomi Kandung Empedu dan Duktus Empedu

2.5 Fisiologi
Fungsi kandung empedu yaitu sebagai berikut:
1. Menyimpan cairan empedu
2. Mengeluarkan cairan empedu ke duodenum yang di stimulasi oleh
kolesistokinin.
Cairan empedu dibentuk oleh hepatosit, sekitar 600 mL per hari, terdiri
dari air, elektrolit, garam empedu, kolesterol, fosfolipid, bilirubin, dan
senyawa organik terlarut lainnya. Kandung empedu bertugas menyimpan dan
mengkonsentrasikan empedu pada saat puasa. Di antara waktu makan, empedu
akan disimpan di kandung empedu dan dipekatkan. Selama makan, ketika
kimus mencapai usus halus, keberadaan makanan terutama produk lemak akan

memicu pengeluaran kolesistokinin (CCK). Hormon ini merangsang kontraksi


dari kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi, sehingga empedu
dikeluarkan ke duodenum dan membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
Garam empedu secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya
disekresikan bersama dengan konstituen empedu lainnya ke dalam duodenum.
(7)

2.6 Patogenesis
Secara umum, obstruksi bilier menyebabkan terjadinya ikterus
obtruktif. Ikterus (jaundice) yaitu perubahan warna kulit, sklera mata atau
jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan
oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam darah. Bilirubin sebagai akibat
pemecahan cincin heme dari metabolisme sel darah merah. Ikterus yang
ringan dapat dilihat paling awal pada sklera mata, dan ini menunjukkan kadar
bilirubin sudah berkisar antara 2-2,5 mg/dl, sedangkan jika ikterus jelas dapat
dilihat dengan nyata maka bilirubin diperkirakan sudah mencapai 7 mg/dl.
Tahapan metabolisme bilirubin berlangsung melalui 3 fase yaitu fase
prehepatik, intrahepatik, dan pascahepatik.
Obstruksi bilier (kolestasis) secara etiologi dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu intrahepatik dan ekstrahepatik, yaitu :
1. Obstruksi bilier (kolestasis) intrahepatik
Kolestasis intrahepatik umumnya terjadi pada tingkat hepatosit atau
membran kanalikuli. Penyebab tersering kolestasis intrahepatik adalah
hepatitis, keracunan obat, penyakit hati karena alkohol dan penyakit hepatitis
autoimun. Penyebab yang jarang adalah sirosis hati bilier primer, kolestasis
pada

kehamilan

dan

karsinoma

metastatik.

Peradangan

intrahepatik

mengganggu ekskresi bilirubin terkonjugasi dan menyebabkan ikterus.


Pada hepatitis A merupakan penyakit hati akut yang dapat
menimbulkan ikterus. Sedangkan pada Hepatitis B dan C merupakan penyakit
hati kronis sehingga timbul ikterus pada tahapan sirosis hati. Alkohol dapat
mempengaruhi gangguan pengambilan empedu dan sekresinya, sehingga
mengakibatkan kolestasis.(8)
2. Obstruksi bilier (kolestasis) ekstrahepatik

Penyebab paling sering obstruksi bilier (kolestasis) ekstrahepatik


adalah batu duktus koledokus dan kanker pankreas. Penyebab lainnya yang
relatif jarang adalah striktur jinak (operasi terdahulu) pada duktus koledokus,
karsinoma duktus koledokus, pankreatitis, dan kolangitis sklerosing, AIDSrelated cholangiopathy, TB bilier, dan infeksi parasit (Ascaris lumbricoides).
Kolestasis mencermin kegagalan seksresi empedu.
Pada obstruksi bilier karena batu akan efek balik empedu (bilirubin,
garam empedu, dan kolesterol) ke dalam sirkulasi sistemik dan kegagalannya
untuk masuk untuk eksresi. Retensi bilirubin menghasilkan campuran
hiperbilirubinemia dengan kelebihan bilirubin konjugasi masuk ke dalam urin.
Tinja sering berwarna pucat karena lebih sedikit yang dapat mencapai usus
halus sehingga feses tidak terwarnai oleh strektobilin. Retensi kolesterol dan
fosfolipid

mengakibatkan

hiperlipidemia.

Kolestasis

menyebabkan

peningkatan sintesis dan sekresi alkali fosfatase, sehingga terjadi kerusakan sel
hepatosit. Hal ini akan menghambat sintesis protein dan faktor-faktor
pembekuan. Fungsi detoksifikasi pun akan menurun. Akibatnya akan terjadi
peningkatan asam empedu dan alkali fosfatase di dalam darah. Efek primer
kolestasis terutama menyerang fungsi hati dan usus, sedangkan efek
sekundernya mempengaruhi tiap sistem organ. Efek primer meliputi retensi
empedu, regurgitasi empedu ke dalam serum, dan penurunan sekresi bilier ke
dalam usus. Efek sekundernya menyebabkan pemburukan penyakit hati serta
penyakit sistemik. Kolestasis menyebabkan beberapa kondisi berikut, yaitu:
1. Retensi konjugasi dan regurgitasi bilirubin ke dalam serum.
Peningkatan kadar serum bilirubin terkonjugasi merupakan tanda primer
kolestasis. Hal ini menyebabkan jaundice yang dapat dideteksi dengan
ikterus sklera dan urine berwarna gelap.
2. Peningkatan kadar serum bilirubin non konjugasi
Laju konjugasi bilirubin mengalami penurunan akibat jejas hepatosit. Laju
produksi bilirubin dapat pula mengalami peningkatan akibat hemolisis yang
dapat menyertai kolestasis.
3. Hiperkolemia (peningkatan kadar garam empedu serum)
4. Pruritus
5. Hiperlipidemia
Pada kolestasis, kolesterol serum mengalami peningkatan karena terjadi

gangguan degradasi dan ekskresi metabolik. Dengan penurunan pembentukan


empedu kolesterol mengalami retensi sehingga kandungan kolesterol pada
membran meningkat, menyebabkan penurunan fluiditas dan fungsi membran.
6. Xanthoma
Xanthoma terutama terjadi pada kolestasis obstruktif disebabkan deposisi
kolesterol ke dalam dermis.
7. Gangguan perkembangan
Gangguan perkembangan adalah efek klinis terpenting dari kolestasis. Terjadi
malabsorpsi, anoreksia, penggunaan nutrien yang rendah (penurunan kadar
serum protein), gangguan hormon dan jejas jaringan sekunder.(8)

Gambar 2. Metabolisme Bilirubin normal


2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Pasien umumnya mengeluh tinja berwarna pucat , urin gelap , kuning
dan pruritus. Selain itu timbul rasa nyeri. Adanya gejala sistemik seperti
demam dan penurunan berat badan. Gejala stasis lambung misalnya cepat
kenyang, muntah dan bersendawa. Perlu juga di tanyakan riwayat anemia,
keganasan, penyakit empedu sebelumnya, perdarahan gastrointestinal,

hepatitis, operasi empedu, diabetes mellitus. Riwayat kebiasaan seperti


konsumsi alcohol, narkoba dan obat-obatan juga perlu di tanyakan.(1)
2.7.2 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan tanda-tanda ikterus yaitu
kulit tampak kuning dan sklera ikterik. Pada pemeriksaan abdomen, kandung
empedu dapat teraba. Selain itu pada status gizi ditemukan penurunan berat
badan. Perlu di periksa apakah ada ascites dan vena kolateral untuk
menyingkirkan sirosis hepatis. Jika ditemukan demam tinggi dan menggigil
kemungkinan disertai kolangitis.(1)
2.8 Pemeriksaan penunjang
2.8.1 Laboratorium
Darah
Ditemukan leukosistosis jika ada infeksi.
Urinalisa
Urobilin positif satu, bilirubin positif dua.
Feses
Berwarna seperti dempul

Tes faal hati

Serum bilirubin meninggi terutama bilirubin direk (terkonyugasi).


Alkali fosfatase meningkat 2 3 kali diatas nilai normal. Serum transaminase
( SGOT, SGPT), Gamma GT sedikit meninggi. Kadar kolesterol meninggi.

2.8.2 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan utama pada penderita
obstruksi saluran empedu. Ukuran normal kandung empedu adalah 2-3 cm,
tidak lebih dari 4 cm. Sedangkan saluran empedu normalnya mempunyai
ukuran 3 mm, apabila ukuran kandung empedu lebih dari 5 mm berarti
terdapat dilatasi.(4)

Gambar
Kandung empedu

3.
normal

Penyebab utama obstruksi biliaris adalah batu empedu (kolelitiasis).


Batu tersebut akan terlihat seperti gambaran hiperekoik yang bebas pada
kandung empedu serta khas membentuk bayangan akustik di bawahnya. (5)
Sedangkan sludge atau lumpur empedu adalah granule kalsium bilirubinat dan
kristal-kristal kolesterol selalu menempati bagian terendah dari kandung
empedu dan sering bergerak perlahan-lahan sesuai posisi pasien, jadi selalu
membentuk lapisan permukaan yang hiperekoik dan tidak memberikan
bayangan akustik. Sludge sering ditemukan pada pasien kekurngan gizi, sakit
berat yang lama, alkoholisme dan obstruksi duktus koledokus.(4)

Gambar 4. (a) sludge pada bilier, (b) dilatasi CBD akibat batu

Gambar 5. Batu empedu

Saluran empedu intrahepatik akan mudah dilihat bila terjadi pelebaran.


Pada pelebaran duktus koledokus, pemeriksaan kaput pankreas dan duktus
pankreatikus

Wirsungi

sangat

membantu

untuk

menentukan

lokasi

penyumbatan. 60% penyumbatan yang terjadi di kaput pancreas adalah tumor


pankreas.(4)

Gambar 6. Tumor caput pankreas


Keadaan lain pada obstruksi kandung empedu juga sering ditemukan
kolesistitis akut yaitu ditemukannya adanya batu, penebalan dinding kandung
empedu, hidrops dan kadang-kadang terlihat eko cairan di sekelilingnya yang
menandakan adanya perikolesistitis. Pada kolesistitis kronis ditemukan
gambaran dinding kandung empedu menjadi sangat tebal dan eko cairan lebih
terlihat hiperekoik.(4)

Gambar 5. Kolesistitis

Pada tumor akan terlihat massa padat pada ujung saluran empedu
dengan densitas rendah dan heterogen.

Gambar 6. Massa di Kandung Empedu

2.8.3 Pemeriksaan Computed Tomography (CT-Scan)


Pada pemeriksaan CT-Scan tidak begitu bernilai dalam mengevaluasi
kandung empedu dan sistem duktus di bandingkan pemeriksaan yang lainnya.
Pada CT-Scan dilakukan untuk melihat adalah neoplasma parenkim hati dan
juga sensitif dalam menentukan kalsifikasi dan komposisi batu.(4) Selain itu CT
Scan juga sensitif untuk mendeteksi kanker kaput pankreas dengan akurasi
100%.(6)

Gambar 7. Karsinoma parenkim hati dengan batu empedu

Gambar 8. Pelebaran duktus empedu

Gambar 9. Dilatasi saluran empedu

Gambar 10. (kiri) multiple batu empedu, (kanan) soliter batu empedu
dan sludge

Gambar 9. Karsinoma Caput Pankreas

2.8.4 PTC (Percutaneus Transhepatic Cholangiography)

PTC adalah pemeriksaan radiografi lain untuk mendeteksi adanya


obstruksi bilier yaitu dengan menggunakan jarum yang ditusukkan lewat kulit
melalui hati dan sampai ke saluran empedu. (6) Tujuan pemeriksaan PTC ini
untuk melihat saluran bilier serta untuk menentukan letak penyebab sumbatan.
Namun pemeriksaan ini sangat invasif dan beresiko. Bila kolestasis karena
batu akan memperlihatkan pelebaran pada duktus koledokus dengan di
dalamnya tampak batu radiolusen.

Gambar 10. Batu Empedu pada PTC

Gambar 11. Obstruksi biliaris


2.8.5 Endoskopi Ultrasonografi (EUS)
Pemeriksaan dengan menggunakan instrumen gastroskop dengan
echoprobe di ujung skop yang dapat terus diputar. EUS dapat mendiagnosis
batu saluran empedu sebesar 97% di bandingkan pemeriksaan lainnya, namun
teknik pemeriksaan ini masih jarang di lakukan di Indonesia sebab
berhubungan dengan tersedianya instrumen, latihan dan pengalaman.(2)

Gambar

12. EUS

2.8.6 ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography )


ERCP adalah pencitraan saluran empedu dan saluran pankreas
menggunakan pendekatan retrograde melalui endoskopi. ERCP merupakan
sebuah alat diagnostik dan prosedur terapi untuk kondisi tertentu.(6)
Pemeriksaan ERCP dilakukan untuk menentukan penyebab dan letak
sumbatan antara lain:
a. Striktur atau stenosis
Striktur atau stenosis umumnya disebabkan oleh fibrosis akibat
peradangan lama, infeksi kronis, iritasi oleh parasit, iritasi oleh batu
maupun trauma operasi. Striktur akibat keganasan saluran empedu seperti
adenokarsinoma dan kolangio-karsinoma bersifat progresif sampai
menimbulkan obstruksi total. Kelainan jinak ekstra duktal akan terlihat
gambaran kompresi duktus koledokus yang berbentuk simetris. Tumor
ganas akan mengadakan kompresi pada duktus koledokus yang berbentuk
ireguler. Tumor ganas intra duktal akan terlihat penyumbatan lengkap
berbentuk ireguler dan dan menyebabkan pelebaran saluran empedu
bagian proksimal. Gambaran semacam ini akan tampak lebih jelas pada
PTC, sedangkan pada ERCP akan tampak penyempitan saluran empedu
sebelah distal tumor.
b. Tumor kaput pancreas
Tumor kaput pancreas akan terlihat pelebaran saluran pankreas . Pada
daerah obstruksi tampak dinding yang ireguler.
Pemeriksaan ini mempunyai manfaat untuk mendeteksi batu saluran
empedu dengan sensitifitas 90%, sfesifisitas 98% dan akurasi 96% tetapi
prosedur ini invasif dan dapat menimbulkan komplikasi pankreatitis dan
kolangitis yang dapat berakibat fatal.(2)

Gambar 13. (kiri) batu kandung empedu, (kanan) kista kandung empedu
Gambar 14. Striktur kandung empedu
2.8.7

Magnetic

resonance

cholangiopancreatography

(MRCP)

MRCP

adalah

teknik

pencitraan

dengan

gema

magnet
zat

tanpa

menggunakan

kontras,

bersifat

noninvasif

untuk

mengetahui

gambaran

dari

sistem

bilier

dan

duktus

pankreas. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas 91% sampai 100% dan


nilai prediktif positif antara 93% sampai dengan 100% pada keadaan
dugaan batu saluran empedu. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan pada
pasien yang kontraindikasi dengan ERCP.(2,4)

Gambar

15.

3D
kandung
empedu
2.9 Tatalaksana

2.9.1 Medikamentosa
Pemberian obat berdasarkan gejala seperti gatal atau pruritus diberikan
antihistamin atau kolestiramin 4-16mg/hari per oral. Pada hipoprotombinemia
diberikan vitamin K 5-10mg/hari subkutan 2-3hari. Pemberian suplemen
vitamin D pada kolestasis kronis untuk mencegah osteoporosis. Jika pasien
menolak pengangkatan batu dapat diberikan garam empedu oral selama 2
tahun.
2.9.2 Non Medikametosa
Pada dasarnya penatalaksanaan penderita ikterus obstruksi bertujuan
untuk menghilangkan penyebab obstruksi atau mengalihkan aliran empedu.
1. Batu empedu
Tindakan pengangkatan batu dengan ERCP terapeutik dengan
melakukan sfingterotomi endoskopik. Selain itu bias dilakukan litotripsi
mekanik, litotripsi laser, electro-hydraulic shock wave lithotripsy dan
extracorporeal shock wave lithotripsy. Bila masih gagal dilakukan
pemasangan stent bilier.(2)
2. Ca caput pancreas
Dilakukan prosedur Whipple yaitu pankreotikoduodenoktomi.

2.10 Komplikasi
Komplikasi kolestasis tergantung durasi dan intensitas jaundice
Obstruksi bilier berat menyebabkan kerusakan sel setelah kira-kira 1 bulan
dan jika tidak segera diobati, bisa menyebabkan sirosis bilier sekunder.
Kolangitis akut merupakan komplikasi tersering bila terjadi sumbatan pada
CBD. Empedu normalnya steril, jika terdapat obstruksi, menyebabkan
stasis dan meningkatkan pertumbuhan kuman dalam empedu. Peningkatan
tekanan CBD dapat menyebabkan refluk empedu dan bakteremia, yang
dapat menyebabkan syok septik dan kematian. Untuk alasan ini,
pengobatan medis antibiotika segera dilakukan, disamping dilakukan
tindakan untuk mengatasi obstruksi bilier. Pasien dengan obstruksi bilier
yang akan operasi traktus biliaris akan mengalami gagal ginjal akut karena

garam empedu bersifat nefrotoksis ,endotoksin, dan mediator inflamasi.


Kolik bilier yang terjadi lagi setelah kolesistektomi perlu dievaluasi lagi
untuk kemungkinan batu CBD. Malabsorbsi lemak dengan steatorrhea
terjadi karena garam empedu tidak bisa mencapai usus, sehingga
menyebabkan defisiensi vitamin A, D, E dan K. Hal ini dapat
menyebabkan kelainan pembekuan darah (pemanjangan PT). Ikterus yang
terjadi karena peningkatan kadar bilirubin darah akan menyebabkan
pruritus. Persisten kolestasis menyebabkan deposit kolesterol di kulit
(cutaneous xanthomatosis), tulang dan saraf tepi.(1)
2.11 Prognosis
Prognosis tergantung pada penyebab obstruksi bilier. Pada batu atau
tumor yang dapat di angkat mempunyai prognosis yang baik bila segera di
tangani. Namun pada obstruksi yang menahun akan menyebabkan
komplikasi seperti pada penyakit sirosis hepatis, terjadi metastasis kanker
dan sering terjadi kematian akibat syok septik yang di sebabkan oleh
infeksi kronis saluran empedu. Oleh sebab itu mempunyai prognosis yang
buruk.

BAB III
KESIMPULAN
Obstruksi bilier merupakan penyakit berbagai menifetasi klinis yang di
akibatkan oleh sumbatan saluran empedu dimana terjadi penumpukan empedu
sehingga tidak bisa di keluarkan ke duodenum. Obstruksi bilier disebabkan oleh
berbagai penyebab namun yang utama adalah batu saluran empedu. Di Negara Asia
insidensnya cukup tinggi terutama pada laki-laki. Untuk menegakannya diangosa
obstruksi bilier diperlukan beberapa modalitas seperti USG, CT-Scan, EUS, ERCP
dan MRCP setelah itu baru dapat di terapi. Prognosis tergantung dari penyebab,
keparahan penyakit dan hasil terapi terutama terapi pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bonheur, JL. Biliary Obstruction. Medscape. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/187001.html. Access on: September 9
2016.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dala 4th ed. Penerbit FK UI. Jakarta: 2007.
3. Billiary Obstruction. Available at: http://radiology.ucla.edu/biliary-obstruction
Access on: September 9 2016.
4. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta:2015
5. Zyromski N. Handbook of Hepato-pancreato-billiary Surgery. Department of
Surgery Indiana University School of Medicine. China:2015;p.286

6. Radiography of Billiary System. Available at:


https://www.ceessentials.net/article41.html Access on: 9 September 2016
7. Ikterus Obstruktif. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48791/4/Chapter%20II.pdf
Access on: September 9 2016.
8. Nazer H. Cholestasis. Consultant in Pediatric Gastroenterology, Hepatology
and Clinical Nutrition. University of Jordan. 2015

Anda mungkin juga menyukai