Fariz Masyuri
• Manajemen nyeri kanker : Guideline dilakukan oleh dokter anestesi (ahli dlm penanganan
nyeri)
• 50% nyeri kanker sebagai gejala pertama yang mendorong pasien menemui dokter (pada saat
mereka belum terdiagnosis kanker)
• 75% merasakan nyeri kanker pada stadium lanjut dari kanker apa pun
• 30% dari nyeri kanker adalah severe pain
• 10-15% nyeri kanker resisten terhadap terapi tradisional (WHO analgesic ladder)
Nyeri Kanker:
• Manajemen nyeri kompleks dan membutuhkan pertimbangan penuh tentang faktor di
sekitarnya.
• Berdampak besar terhdp kualitas hidup dan merupakan gejala yang penting untuk dikurangi
•
Prevalensi
• 1/3 dari mereka yang sedang dalam pengobatan kanker dan 80% yang meninggal
mengalami nyeri.
• Dunia: sekitar 28 juta orang hidup dengan kanker dan 5,5 orang tidak mendapatkan
penanganan nyeri yang efektif (WHO).
• Pendekatan pada manajemen nyeri kanker sangat sukses, namun ada hambatan yg
membuat pasien tidak mendapatkan terapi yang seharusnya:
• Ketersediaan opioid yang terbatas
• Opiofobia
• Ketakutan akan ketergantungan obat
Zech DFJ, Grond S, Lynch L, et al. Validation of World Health Organization guidelines for cancer pain relief: a 10-year prospective study. Pain
1995;63:65–76
Karakteristik Nyeri Kanker
2. Nyeri neuropatik, disebabkan oleh sebuah lesi atau penyakit dari sistem
somatosensoris, yang berasal dari:
• Sistem saraf perifer
• Sistem saraf pusat
• Nyeri kanker gabungan nyeri nosiseptif dan neuropatik
• Contoh: metastasis pd tulang belakang nyeri tulang nosiseptif terlokalisir, dan nyeri
radikular neuropati akibat kompresi akar saraf
Nyeri yang diatur secara simpatis Nyeri karena disfungsi sistem saraf simpatis; sering disertai
pembengkakan, diskolorisasi, perubahan suhu, keringat pada
kulit dan rambut pada area yang nyeri.
Penilaian Nyeri
• Penilaian nyeri kanker yang komprehensif adalah langkah pertama yang paling penting
dan harus mencakup seluruh aspek dari karakter nyeri yang dibahas di atas dengan tujuan
menentukan diagnosis nyeri
• Pedoman klinis dikembangkan oleh National Comprehensive Cancer Network, menyediakan
kerangka yang baik untuk penilaian.
• Via oral (by the mouth) lebih baik dari pemberian parenteral. Ini memungkinkan pasien dan
keluarga mampu menangani analgesia sendiri, sederhana dan dapat dilakukan di rumah
• Analgesia nyeri kanker harus diresepkan secara teratur, bukan ketika diperlukan, PRN (per
requested need). Tujuan: mencegah onset nyeri, dgn pemberian “on the clock”
• 3 langkah “pain ladder” (WHO), dengan langkah 1 analgesia non opioid utk nyeri kanker
ringan, langkah 2 opioid lemah utk nyeri moderat, dan langkah 3 opioid kuat utk nyeri berat.
• Dosis mungkin bervariasi luas antar individu dan secara keseluruhan didasarkan pada seberapa
banyak yang dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri, “for the individual”.
• Waktu yang cukup harus dilalui bersama pasien dan keluarga atau perawat untuk memastikan
pemahaman terhadap pengobatan, menyediakan informasi tertulis, memperhatikan gejala lain,
menjelaskan tentang efek samping dan bagaimana menanganinya (’attention to detail’).
WHO Analgesic Ladder
Manajemen Farmakologi pada Nyeri Kanker
• Nyeri kanker ringan (1-4 pada NRS) analgesia non opioid (ex: paracetamol
/asetaminofen) dan atau NSAID.
o Agen ini utamanya bermanfaat untuk nyeri pada tulang atau jaringan lunak.
o Dosis parasetamol mungkin perlu dikurangi, atau dihindari, pada mereka dengan
disfungsi hepar yang signifikan karena metastasis atau kemoterapi, khususnya jika
terdapat riwayat penyalahgunaan alkohol.
o Toksisitas gaster karena NSAID dapat dikurangi dengan menggunakannya dalam waktu
singkat, atau lebih memilih selektif cyclooxygenase-2 (COX-2) atau disertai
dengan pemberian proton pump inhibitor.
o Ada bukti bahwa melanjutkan penggunaan NSAID tetap bermanfaat bahkan ketika
analgesik yang lebih kuat ditambahkan .
Penanganan Nyeri Kanker Moderat (langkah 2)
• Tramadol adalah analgesik kerja sentral dengan kandungan opioid dan monoaminergik.
Tersedia luas di seluruh dunia dan memiliki beberapa efek spesifik, yang membuatnya
menjadi pilihan yang paling bermanfaat sebagai obat pilihan langkah 2
• Kodein juga digunakan tapi memiliki kekurangan, sehingga bukan merupakan pilihan. Kodein
bukan analgesik, tetapi hanya prodrug morfin, bergantung pada metabolisme oleh
sitokrom P450 2D6, yang bergantung pada polimorfisme genetik enzim ini, juga memiliki
bioavaibilitas oral yang bervariasi dan menyebabkan konstipasi yang signifikan.
Penanganan Nyeri Kanker Berat (langkah 3)
• Oksikodon
opioid sintetis tersedia dalam sejumlah formula oral dan injeksi.
Mungkin bermanfaat utamanya pada nyeri neuropatik dengan jumlah yang dibutuhkan untuk
mengobati (NNT) 2,5 yang sama dengan antidepresan trisiklik, dan pada nyeri viseral.
Tidak terdapat metabolit yang signifikan sehingga bermanfaat pada disfungsi, kurang menyebabkan
halusinasi dan pruritus dibanding morfin.
• Hidromorfin
opioid semi sintetis yang lebih poten 3-5 kali dari morfin, menjadikannya bermanfaat ketika
jumlah sedikit dibutuhkan untuk infus subkutan. Juga tersedia dalam formula oral dan injeksi.
Potensial metabolit neurotoksik dapat terakumulasi dengan penggunaan yang lama dosis tinggi
pada disfungsi renal tapi metabolit ini dapat didialisis, untuk itu hidromorfin dapat digunakan
pada pasien yang menjalani hemodialisa.
• Fentanyl transdermal
Alternatif yang efektif dibanding opioid oral lepas lambat.
Level obat sistemik mungkin lebih rendah pada pasien dengan kaheksia sehingga mengurangi
efektivitasnya.
Tidak direkomendasikan kecuali jika kebutuhan opioid relatif stabil.
Memulai Opioid Kuat
• Titrasi dari dosis awal dibutuhkan untuk pasien yang baru menggunakan opioid kuat.
Metode paling sederhana adalah dengan memberikan dosis oral opioid kerja cepat (morfin
5 mg/oksikodon 5 mg/hidromorfin 1 mg) setiap 4 jam, dengan dosis yang sama untuk
breakthrough pain.
• Dosis ‘rescue’ dapat diberikan setiap jam ketika dibutuhkan, sehingga dosis total harian
yang diperlukan untuk mengontrol nyeri dapat dihitung. Jika kontrol nyeri tidak adekuat,
dosis setiap 4 jam harus ditingkatkan (misalnya hingga 50%).
• Ketika kebutuhan 24 jam sudah stabil, dosis obat dapat dikonversi ke formulasi oral lepas
lambat (diberikan setiap 12 sampai 24 jam tergantung formulasi) atau opioid patch kuat
yang ekuivalen.
Efek Samping Opioid
rasa sakit adalah hasil dari keadaan biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual seseorang
Oleh karena itu, sementara intervensi farmakologis adalah andalan manajemen nyeri kanker,
perawatan psikososial juga merupakan komponen penting dari rencana perawatan yang
komprehensif.
Memahami perspektif pengasuh keluarga dan peran mereka dalam manajemen nyeri dapat
membantu penyedia layanan kesehatan dalam manajemen nyeri pasien
Jalur Ekspresi Nyeri