Anda di halaman 1dari 28

Konstipasi pada Pasien Geriatri

CDK-231/ vol. 42 no. 8, th. 2015

dr. Budi Enoch, SpPD


PENDAHULUAN

Pasien geriatri

Perubahan traktus gastrointestinal bawah

• Penurunan densitas neuron enterik


• Penurunan tekanan sfingter anal internal
• Penurunan kekuatan otot pelvis
• Perubahan sensitivitas rektum dan fungsi anal
• Pada wanita, pasca menopause dan cedera
pasca persalinan per vaginam

Meningkatkan risiko konstipasi


KRITERIA DIAGNOSIS KONSTIPASI
FUNGSIONAL DARI ROME III
• Terpenuhinya 3 kriteria dibawah ini dalam 3 bulan terakhir
dengan gejala yang dimulai setidaknya 6 bulan sebelum
diagnosis
DIAGNOSIS
Skoring Longo Obstructed Defecation Syndrome (ODS) yang dimodifikasi: sistem
skoring yang paling sering digunakan untuk menentukan strategi terapi pasien
ODS atau menilai perubahan setelah intervensi. Nilai cut off 9 untuk intervensi
DIAGNOSIS

• Anamnesis (mencari penyebab konstipasi)


– Obat-obatan yang menginduksi konstipasi
– Onset (baru/lama yang memberat)
– Darah dalam feses
– Penurunan berat badan
– Demam, anoreksia, mual, muntah
– Riwayat keluarga dengan inflammatory bowel
disease atau kanker kolon
DIAGNOSIS

• Pemeriksaan Fisik
– Inspeksi daerah perianal: bekas luka/parut, fistula,
fisura, hemoroid eksternal
– Ukur penurunan perineum: penurunan dasar pelvis
saat mengejan dan istirahat (normal: 1,0-3,5 cm)
• < 1 cm  ketidakmampuan relaksasi otot-otot dasar pelvis
• > 3,5 cm  kelemahan perineum dan evakuasi tidak komplit
– Konfirmasi dengan defekografi atau MRI pelvis
dinamis menilai perubahan sudut anorektal
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS

• Pemeriksaan Fisik
– Pemeriksaan digital rektum menilai adanya
impaksi feses, mukosa rektum, striktur anal, masa
rektum, tekanan sfingter anal
– Inspeksi feses
tipe konsistensi feses menentukan estimasi
waktu transit kolon
DIAGNOSIS

Waktu transit lambat


sekitar 100 jam

Waktu transit cepat


sekitar 10 jam
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Laboratorium
– Pemeriksaan darah rutin/darah lengkap (Hb,
hitung leukosit, trombosit) untuk menyingkirkan
anemia
– Pemeriksaan fungsi tiroid (TSH) untuk
menyingkirkan hipotiroid
• Pemeriksaan Radiologi
– Tujuan: menyingkirkan kemungkinan proses akut
yang dapat menyebabkan ileus/mengevaluasi
penyebab konstipasi kronis intraabdomen
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Radiologi
– Barium enema kontras udara menilai kemungkinan
kanker kolon obstruktif, volvulus, striktur kolon
– Controlled pressure-based rectal distension dengan
pencitraan rektum fluoroskopik identifikasi
megakolon idiopatik
– Pemberian marker radioopak per oral dengan foto
abdomen setiap hari menilai waktu transit kolon
dan perjalanannya
– MRI pelvis dinamik  menilai anatomi pelvis selama
defekasi
DIAGNOSIS

• Pemeriksaan Penunjang Lainnya


– Kolonoskopi konstipasi akut yang disebabkan
obstruksi usus besar, ruang rektum kosong,
distensi kolon proksimal
– Manometri anal menilai sfingter anal, dasar
pelvis, dan saraf-saraf yang berhubungan
– Defekografi menilai fungsi anorektal
PENATALAKSANAAN

Target:
• mengurangi gejala
• mengembalikan kebiasaan defekasi yang
normal
• keluarnya feses yang berbentuk dan lunak
setidaknya 3x per minggu tanpa mengejan
• meningkatkan kualitas hidup dengan efek
samping minimal
PENATALAKSANAAN
(NON FARMAKOLOGIS)
a. Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan
peningkatan 2x lipat risiko konstipasi. Tirah baring
dan imobilisasi berkepanjangan sering
dihubungkan dengan konstipasi
b. Latihan
Pasien harus mengenali dan merespon keinginan
defekasi, jika gagal  menumpuknya feses yang
berlanjut diabsorpsi cairan  makin sulit
dikeluarkan
PENATALAKSANAAN
(NON FARMAKOLOGIS)
c. Posisi Saat Defekasi
Posisi setengah berjongkok atau “semisquatting”,
atau dapat dibantu dengan menggunakan pijakan
kaki dan membungkuk badan ke depan. Bantal
juga dapat digunakan untuk membantu untuk
menguatkan otot-otot abdomen
PENATALAKSANAAN
(NON FARMAKOLOGIS)
d. Konsumsi Air
Minum setidaknya 8 gelas air per hari (sekitar 2
liter per hari).
Konsumsi kopi, teh, dan alkohol dikurangi
semaksimal mungkin atau konsumsi segelas air
putih ekstra untuk setiap kopi, teh, atau alkohol
yang diminum
PENATALAKSANAAN
(NON FARMAKOLOGIS)
e. Serat
Direkomendasikan sebagai terapi awal konstipasi.
Rekomendasi makanan tinggi serat (buah dan
sayur) atau suplemen suplemen serat
PENATALAKSANAAN (FARMAKOLOGIS)
Menghasilkan waktu transit
kolon yang lebih cepat dan
↑ frekuensi gerakan usus

Menyebabkan sekresi air ke


dalam lumen intestinal

↑ aktivitas motor intestinal

Menginduksi defekasi
dengan meregang rektum
dan kolon

Probiotik: ↑ motilitas
intestinal dan mengurangi
waktu transit.

↑ sekresi cairan intestinal


kaya klorida
PENATALAKSANAAN
(FARMAKOLOGIS)
PENATALAKSANAAN
(FARMAKOLOGIS)
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Biofeedback atau pelatihan ulang dasar pelvis:
Terapi pilihan untuk dissinergi defekasi
• Pasien dilatih untuk merelaksasi otot-otot
dasar pelvis dan sfi ngter anal saat mengejan
dan mengkorelasikan relaksasi dengan
mengejan agar mencapai defekasi.
 untuk menangani inkontinensia feses.
Kemungkinan perannya untuk konstipasi yang
gagal dengan terapi-terapi sebelumnya
SIMPULAN

• Dua mekanisme terpenting penyebab


konstipasi pada pasien geriatri adalah
dismotilitas dan disfungsi dasar pelvis
• Perlu anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menyingkirkan konstipasi yang diinduksi obat
dan penyebab penyebab sekunder.
SIMPULAN

• Strategi penatalaksanaan utama untuk


gangguan defekasi fungsional dan transit
lambat adalah perubahan gaya hidup, diet
tinggi serat, laksatif osmotik serta stimulan.
Sedangkan untuk dissinergi pelvis,
biofeedback harus dipertimbangkan lebih
dahulu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai