Disusun oleh :
Stevania Paula Moke Djogo (406148153)
Pembimbing :
dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp. KJ
PENDAHULUAN:
Perubahan Traktus Gatrointestinal Bawah yang Berkaitan dengan Usia1:
DEFINISI KONSTIPASI:
Harrisons (2013)
Penurunan frekuensi BAB selama 1 minggu disertai nyeri perut, distensi,
dan adanya fekalit pada palpasi abdomen.2
Journal Managemen of constipation 2012
Pengurangan frekuensi BAB/kesulitan dlm pembentukan feses Rome
Kriteria. Konstipasi kronis > 12 minggu degan gejala sudah dialami 12
bulan sebelumnya.3
American Journal Gasttro-enterology 2012
BAB tidak memuaskan/sulit/keduanya + mengejan,rasa belum tuntas,
feses mengeras/kental, waktu lama u/ BAB, butuh manuver.4
ETIOLOGI:3,4
DIAGNOSIS :
Kriteria diagnosis konstipasi fungsional dari Rome III adalah terpenuhinya 3 kriteria
di bawah ini dalam 3 bulan terakhir dengan gejala yang dimulai setidaknya 6 bulan sebelum
diagnosis1,3,4:
1. Harus disertai 2 atau lebih gejala-gejala berikut:
a. Mengejan selama setidaknya 25% defekasi,
b. Feses keras setidaknya 25% defekasi,
c. Sensasi evakuasi yang tidak komplit setidaknya 25% defekasi,
d. Sensasi obstruksi anorektal setidaknya 25% defekasi,
e. Manuver manual untuk memfasilitasi setidaknya 25% defekasi (evakuasi dengan
bantuan jari, penekanan dasar pelvis),
f. Kurang dari 3 kali defekasi per minggu,
2. Feses lembek jarang sekali dihasilkan tanpa penggunaan laksatif,
3. Kriteria yang tidak cukup untuk diagnosis irritable bowel syndrome.
Anamnesis:
Obat-obat yang menginduksi konstipasi
konstipasi idiopatik tidak memiliki keluhan lain
Konstipasi onset baru atau yang memberat, darah dalam feses, penurunan berat badan,
demam, anoreksia, mual, muntah, atau riwayat keluarga dengan inflammatory bowel
disease (IBD) atau kanker kolon memerlukan pemeriksaan kolon menyeluruh, terutama
pada usia lebih dari 50 tahun.1,3,4
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi daerah perianal dapat menunjukkan bekas luka/parut, fistula, fisura, dan
hemoroid eksternal
Ukur penurunan perineum dengan mengukur penurunan dasar pelvis (X) saat mengejan
dan istirahat (normalnya 1,0-3,5 cm). Berkurangnya penurunan (<1,0 cm) dapat
mengindikasikan ketidakmampuan merelaksasi otot-otot dasar pelvis. Penurunan
perineum eksesif (>3,5 cm) dapat mengindikasikan kelemahan perineum
pengukuran penurunan perineum dikonfirmasi menggunakan defekografi atau MRI pelvis
dinamik, sekaligus untuk menilai perubahan sudut anorektal.1
Pemeriksaan Radiologi:
pemeriksaan radiologi digunakan untuk menyingkirkan sumber-sumber sepsis atau masalah-
masalah intra-abdomen.1
o Enema barium kontras udara atau air contrast barium enema menilai kanker kolon
obstruktif, volvulus intermiten, atau striktur kolon pada kondisi konstipasi kronis.
o Distensi rektum dengan tekanan dikendalikan atau controlled pressure-based rectal
distension dengan pencitraan rektum fluoroskopik mengukur diameter rektum pada
tekanan distensi minimal mengidentifikasi megakolon idiopatik tanpa penyebab organik
lain.
o Waktu transit kolon harus ditentukan pada kecurigaan gangguan motilitas kolon.
Dilakukan dengan cara mengamati perjalanan marker radioopak yang diberikan per
oral dengan foto abdomen setiap hari. Obstruksi saluran keluar intestinal cenderung
menyebabkan penumpukan marker di kolon kiri dan sigmoid, sedangkan dismotilitas
kolon menyebabkan penumpukan marker di sepanjang kolon.
o MRI pelvis dinamik menunjukkan anatomi fungsi selama defekasi, mengidentifikasi
dissinergi dasar pelvis, juga defek anatomis yang menjebak atau menjepit rektum dan
menyebabkan obstruksi dalam proses defekasi.
PENATALAKSANAAN1,2,3,4
Target
Target penatalaksanaan konstipasi kronis
mengurangi gejala,
mengembalikan kebiasaan defekasi yang normal,
keluarnya feses yang berbentuk dan lunak setidaknya 3 kali per minggu tanpa
mengejan, dan meningkatkan kualitas hidup dengan efek samping minimal.
Non-farmakologis
1. Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan 2x risiko konstipasi. Tirah baring
dan imobilisasi berkepanjangan juga sering dihubungkan dengan konstipasi
2. Latihan
Sebagian kemampuan defekasi merupakan suatu refleks yang dikondisikan. Sebagian besar
pasien dengan pola defekasi teratur melaporkan bahwa pengosongan saluran cernanya pada
saat yang hampir sama setiap hari. Saat optimal untuk defekasi adalah segera setelah bangun
tidur dan setelah makan, saat transit kolon tersingkat.
4. Konsumsi Air
Dianjurkan minum setidaknya 8 gelas air per hari (sekitar 2 liter per hari). Konsumsi kopi,
teh, dan alkohol dikurangi semaksimal mungkin atau konsumsi segelas air putih ekstra untuk
setiap kopi, teh, atau alkohol yang diminum.
5. Serat
Meningkatkan konsumsi serat umum direkomendasikan sebagai terapi awal konstipasi.
Rekomendasi makanan tinggi serat (buah dan sayur) atau suplemensuplemen serat Psyllium
(kulit ari ispaghula ispaghula husk, metilselulosa, polycarbophil, atau kulit padi/bran) perlu
dilanjutkan selama 2-3 bulan sebelum ada perbaikan gejala yang bermakna.
Farmakologis
Tabel 2. Derajat rekomendasi American College of Gastroenterology, onset kerja, dosis, dan
efek samping dari terapi farmakologis konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA