MULTISINUSITIS KRONIS
DISUSUN OLEH:
Nurin Pascarini Jusaim
1102012205
PEMBIMBING:
dr. Evi Handayani, Sp. THT-KL
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 22 tahun
Alamat : KP Sampang III, Terumbu, Kasemen, Serang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Jaga toko
Status : Belum Menikah
Tanggal pemeriksaan : 12 Desember 2017
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Hidung tersumbat hilang timbul sejak 1 tahun
sebelum masuk RS
Keluhan tambahan : Pusing, sakit kepala, panas dan sesak
Riwayat penyakit sekarang :
Os datang ke poli THT RSUD dr. Drajat Prawiranegara dengan
keluhan hidung tersumbat yang hilang timbul sejak 1 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Os juga mengatakan bahwa kepala terasa pusing dan
sakit. Os terkadang merasakan sesak jika hidung sedang tersumbat. Os
terkadang merasa badannya terasa panas jika sehabis bekerja.
Os saat ini menyangkal adanya batuk, pilek, fungsi penghidu
berkurang, nyeri daerah wajah, nyeri pada telinga, lendir yang menetes ke
tenggorokan dari hidung, sakit gigi akibat adanya gigi berlubang.
1
Riwayat penyakit dahulu :
Os dalam setahun ini mengeluhkan sering mengeluhkan bersin-
bersin dan pilek, terutama jika terkena debu. Os mengatakan pernah
mempunyai polip hidung pada tahun 2016 dan sudah diobati di tempat
pengobatan alternatif. Sewaktu kecil, os beberapa kali mengalami mimisan
ketika sedang di luar rumah di bawah terik matahari.
Riwayat pengobatan : Sudah tiga kali berobat ke poli THT dengan
keluhan yang sama. Pertama kali berobat pada
bulan September 2017
Alergi : Debu
Riwayat Penyakit Keluarga : Asma, hipertensi, diabetes melitus
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6, compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : Spontan, 22 x/menit
Suhu : 36,7oC
Kepala : Normocepal
Mata : CA -/-, SI -/- , edema palpebra -/-, pterigium -/-
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)
Thoraks : bergerak simestris bilateral, retraksi -
Paru : suara vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), pembesaran hepar
-, pembesaran lien -
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
2
Status THT
Telinga :
Auricula
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Bentuk telinga Normotia
Aurikula Kelainan congenital - -
Peradangan - -
Massa - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan tragus - -
Preaurikuler Kelainan kongenital - -
Peradangan - -
Massa - -
Edema - -
Sikatrik - -
Fistula - -
Pembesaran KGB - -
Nyeri tekan - -
Retroaurikuler Kelainan kongenital - -
Peradangan - -
Massa - -
Edema - -
Sikatrik - -
Fistula - -
Pembesaran KGB - -
Nyeri tekan - -
Liang telinga Kelainan kongenital - -
luar Peradangan - -
Massa - -
3
Edema - -
Fistula - -
Kelainan kulit - -
Sekret - -
Serumen - -
Jaringan granulasi - -
MEA Lapang Lapang
Membran Kondisi Intak Intak
timpani Cone of light + +
Pendengaran :
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach
Aurikula Dextra + Tidak ada Sesuai pemeriksa
Aurikula Sinistra + lateralisasi Sesuai pemeriksa
Kesimpulan: Pendengaran dalam batas normal
Hidung :
Cavum Nasi
Pemeriksaan
Dextra Sinistra
Inspeksi
Bentuk Tampak Simetris kanan dan kiri
Sikatrik - -
Hematom - -
Racoons eye - -
Palpasi
Nyeri tekan sinus maxilla + +
Nyeri tekan sinus ethmoid + +
Nyeri tekan sinus sphenoid - -
Nyeri tekan sinus frontalis - -
Krepitasi - -
4
Massa - -
Rhinoscopy anterior
Cavum nasi Sekret (-) Sekret (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Mukosa cavum nasi
Edema (-) Edema (-)
Sekret - -
Hipermis (-) Hipermis (-)
Concha inferior
Hipertrofi (+) Hipertrofi (+)
Hipermis (-) Hipermis (-)
Concha media
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Meatus inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Meatus media
Massa (-) Massa (-)
Septum anterior Deviasi (-) Deviasi (-)
Rhinoscopy posterior
Nasofaring
Choana
Concha superior
Dalam batas normal
Concha media
Kelenjar adenoid
Massa
Tenggrokan :
Pemeriksaan Kondisi
Faring & Rongga Mulut
Bibir Sianosis (-)
Mukosa mulut Hiperemis (-)
Lidah Normal
Gusi Normal
5
Gigi berlubang Tidak ada
Palatum durum Hipermis (-)
Palatum mole Hipermis (-)
Uvula Hipermis (-), Deviasi (-)
Arkus faring Hipermis (-), Simetris
Tonsil Normal, T1 T1
Hipofaring & Laring
Pita suara
Epiglottis Dalam batas normal
Esophagus
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil foto polos sinus paranasal posisi waters
Sinusitis maxillaris dan ethmoid bilateral
Hipertrofi konka nasi bilateral
6
E. DIAGNOSIS
Multisinusitis kronis (sinusitis maxillaris dan ethmoid)
F. DIAGNOSIS BANDING
Polip Nasi
G. TATALAKSANA
Non-medikamentosa
- Mencuci rongga hidung dengan air garam
Medikamentosa
- Cefixime 2x200 mg 10 hari
- Rhinofed 2xI tablet
- Metilprednisolon 1x4 mg
- Paracetamol 3x500 mg jika diperlukan
Edukasi
- Pemakaian obat yang teratur
Tindakan operatif
- Sinusektomi
- Turbinektomi
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI SINUSITIS
disertai nyeri lokal. Sesuai anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis
maxilla, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. Bila mengenai
beberapa sinus disebut multisinusitis sedangkan bila mengenai semua sinus disebut
Sinusitis maxilla dan sinusitis ethmoid adalah sinusitis yang paling banyak
ditemukan, sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang ditemukan.
Pada anak hanya sinus maxilla dan sinus ethmoid yang berkembang sedangkan sinus
frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang pada anak berusia kurang lebih 8 tahun.
Sinus maxilla merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena (1)
merupakan sinus paranasal terbesar, (2) letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar
sehingga sekret dari sinus maxilla hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar sinus
maxilla adalah dasar akar gigi (processus alveolaris), sehingga infeksi pada gigi dapat
menyebabkan sinusitis maxilla, (4) ostium sinus maxilla terletak di meatus medius, di
kurang dari 4 minggu dimana dengan pengobatan yang tepat dan cepat pasien bisa
8
hingga 12 minggu dan dinyatakan sinusitis kronis bila gejala berlangsung melebihi 3
bulan. (3)
Terdapat beberapa gejala dan tanda yang bisa membedakan antara sinusitis
akut, sinusitis subakut dan sinusitis kronis. Seperti radang akut timbul sebagai gejala
sinusitis akut, hilangnya tanda radang akut dan perubahan histologik mukosa sinus
masih reversible adalah tanda bagi sinusitis subakut dan dikatakan sinusitis kronis
B. EPIDEMIOLOGI SINUSITIS
dengan lebih dari 30 juta manusia didiagnosa sinusitis setiap tahun. Sinusitis lebih
sering terjadi dari awal musim gugur dan musim semi. Insiden terjadinya sinusitis
meningkat seiring dengan meningkatnya kasus asma, alergi, dan penyakit traktus
karena mereka lebih sering kontak dengan anak kecil. Angka perbandingannya 20%
perempuan disbanding 11.5% laki-laki. Sinusitis lebih sering diderita oleh anak-anak
dan dewasa muda akibat rentannya usia ini dengan infeksi Rhinovirus. (3)
C. ETIOLOGI SINUSITIS
penyakit timbul, antaranya faktor internal seperti daya tahan tubuh yang menurun
9
akibat defisiensi gizi yang menyebabkan tubuh rentan dijangkiti penyakit dan faktor
eksternal seperti perubahan musim yang ekstrim, terpapar lingkungan yang tinggi zat
sinusitis, berupa deformitas rangka, alergi, gangguan geligi, benda asing dan
neoplasma. Adapun agen etiologinya dapat berupa virus, bakteri atau jamur. (4)
a. Virus, sinusitis virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas, infeksi
virus yang lazim menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang sinus.
Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan mukosa hidung dan penyakit
virus yang menyerang hidung perlu dicurigai dapat meluas ke sinus. Antara agen
kronik hampir sama dengan bakteri penyebab sinusitis akut. Namun karena
fungsi mukosiliar yang terganggu, maka agen infeksi yang terlibat cenderung
10
c. Jamur, biasanya terjadi pada pasien dengan diabetes, terapi immunosupresif,
Hidung adalah organ penciuman dan jalan utama untuk udara masuk dan
keluar dari paru. Manusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang superior dan
bagian lateral rongga hidung. Sinus-sinus ini membentuk rongga di dalam tulang
wajah yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis.
(6)
11
a. Sinus Maxillaris
Dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os maksila yang disebut fossa
medialnya adalah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar
orbita dan dinding inferiornya ialah prosessus alveolaris dan palatum. (4)
b. Sinus frontalis
Sinus frontalis terletak di os frontal, terbagi dua kanan dan kiri yang biasanya
tidak simetris, satu lebih besar daripada lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang
terletak digaris tengah. Sinus frontalis biasanya tersekat-sekat dan tepi sinus
berlekuk-lekuk. Dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fossa
serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontalis mudah menyebar ke daerah
ini. (4)
c. Sinus ethmoidalis
Sinus ini berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon
yang terdapat di dalam massa bagian lateral os ethmoid, yang terletak diantara
konka media dan dinding medial orbita. Berdasarkan letaknya, sinus ethmoidalis
12
d. Sinus sphenoidalis
posterior. Sinus sphenoidalis dibagi oleh dua sekat yang disebut septum
median dan kelenjar hipofise, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral
berbatasan dengan sinus cavernosus dan arteri karotis interna (sering tampak
E. DIAGNOSIS SINUSITIS
Gambaran klinis
Keluhan utama rhinosinusitis akut adalah hidung sumbat disertai nyeri/ rasa
tekanan pada muka dan mukus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post
nasal drip) dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu. (2)
Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri
khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred
pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maxilla, nyeri dia antara atau di belakang ke
dua bola mata menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sphenoid, nyeri dirasakan
di vertex, oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis maxilla
Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/anosmia, halitosis, post nasal drip
13
Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit di diagnosis. Kadang-
kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip,
batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara
tuba eustachius, gangguan ke paru seperti bronkitis, bronkiektasis dan yang penting
adalah serangan asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang
Gambaran radiologik
mengevaluasi sinus paranasal adalah; pemeriksaan foto kepala dengan berbagai posisi
radiologis tersebut para ahli radiologi dapat memberikan gambaran anatomi atau
e. Foto Rhese
14
Pemeriksaan foto polos kepala adalah pemeriksaan yang paling baik dan
tulang dan jaringan lunak yang tumpang tindih pada daerah sinus paranasal, kelainan-
kelainan jaringan lunak, erosi tulang kadang-kadang sulit dievaluasi. Pemeriksaan ini
dari sudut biaya cukup ekonomis dan pasien hanya mendapat radiasi yang minimal.(8)
Foto ini diambil pada posisi kepala meghadap kaset, bidang midsagital
kepala tegak lurus pada film. Idealnya pada film tampak pyramid tulang
petrosum diproyeksi pada 1/3 bawah orbita atau pada dasar orbita. Hal ini
dapat tercapai apabila orbito-meatal line tegak lurus pada film dan
15
Gambar 3. Foto konvensional caldwell posisi PA menunjukkan air fluid level pada sinus
maxillaris merupakan gambaran sinusitis akut. (dikutip dari kepustakaan 8)
kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksilaris berhimpit
16
Gambar 5. Foto lateral menunjukkan gambaran air fluid level di sinus maksilla (dikutip dari
kepustakaan 3)
penebalan mukosa
tegak lurus film dalam bidang midsagital melalui sella turcica kearah
vertex. Posisi ini biasa untuk melihat sinus frontalis dan dinding posterior
17
Gambar 6. Foto kepala posisi submentoverteks (dikutip dari kepustakaan 9)
Foto ini dilakukan dengan posisi dimana kepala menghadap film, garis
orbito meatus membentuk sudut 370 dengan film. Pada foto ini, secara ideal
terbuka akan dapat menilai dinding posterior sinus sphenoid dengan baik. (8)
18
e. Foto kepala posisi Towne
Posisi ini diambil dengan berbagai variasi sudut angulasi antara 300-600 ke
dari foto polos kepala dalam bidang midsagital.proyeksi ini paling baik
ethmoidalis, kanalis optikus, dan lantai dasar orbita sisi lain. (8)
Pemeriksaan Tomogram
sudah jarang digunakan. Tetapi pada fraktur daerah sinus paranasal, pemeriksaan
19
Pemeriksaan Tomogram biasanya dilakukan pada kepala dengan posisi AP atau
Waters.(8)
Pemeriksan CT-Scan
untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat menganalisis dengan baik tulang-
tulang secara rinci dan bentuk-bentuk jaringan lunak, irisan axial merupakan standar
pemeriksaan paling baik yang dilakukan dalam bidang inferior orbitomeatal (IOM).
Pemeriksaan ini dapat menganalisis perluasan penyakit dari gigi geligi, sinus-sinus
Gambar 10. Foto normal CT Scan sinus Maxilla (dikutip dari kepustakaan 8)
20
Gambar 11. Foto CT scan posisi coronal memperlihatkan gambaran sinusitis maxilla dengan penebalan
dinding mukosa di sinus maxilla kanan. (dikutip dari kepustakaan 17)
Gambar 12. Foto CT-Scan axial memperlihatkan gambaran sinusitis ethmoid dan sphenoid dextra
dengan destruksi dinding lateral sinus sphenoid dextra (dikutip dari kepustakaan 3)
21
Pansinusitis adalah suatu keadaan dimana terdapat perselubungan pada seluruh sinus-
sinus. Apabila perselubungan masih tetap ada sampai 2-3 minggu setelah terapi
Kista retensi yang luas, pada pemeriksaan CT-Scan terlihat gambaran air fluid
level
Polip antrakoana
mukokel didaerah sinus etmoidalis sukar dideteksi dengan foto polos, tetapi
Tumor
Pemeriksaan MRI
jaringan lunak dalam sinus. Kadang digunakan dalam kasus suspek tumor dan
CT Scan dalam mengevaluasi sinusitis. MRI memberi hasil positif palsu yang tinggi,
penggambaran tulang yang kurang, dan biaya yang mahal. MRI membutuhkan waktu
lama dalam penyelesaiannya dibandingkan dengan CT Scan yang relatif cukup cepat
22
MRI mungkin merupakan pilihan terbaik untuk mendeteksi dan mengenali
mukokel. MRI dengan kontras merupakan teknik terbaik untuk mendeteksi empiema
Gambar 14. Foto MRI menunjukkan ekstensi intraorbital sinus ethmoid bagian
kanan (dikutip dari kepustakaan 3)
23
F. DIAGNOSIS BANDING SINUSITIS
1. Fibrosa kistik
Pada gambaran CT Scan, lebih dari 90% pasien fibrosa kistik juga terdapat gambaran
seperti sinusitis kronik yaitu tampak gambaran perselubungan dan displacement dari
dinding lateral cavum nasi pada meatus medius. Tampak pula pembengkakan pada
dinding lateral cavum nasi dengan penumpukan mucus pada sinus maxillaris. (12)
Gambar 12. Foto CT Scan Axial memperlihatkan gambaran penumpukan di sinus maxilla
2. Polip Nasi
Pada gambaran CT Scan tampak pembesaran/ penebalan dinding nasal lateral,
maxillaris dengan lesi yang menonjol ke atas dari antrum maxillaris ke choanae.
(13)
24
Gambar 13. Foto CT Scan coronal. Tampak opaque seluruh sinus paransalis dengan soft tissue
G. TATALAKSANA SINUSITIS
komplikasi dan mencegah akut menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah membuka
operasi. (14)
25
1. Penatalaksanaan Medis
terpilihnya penisilin G. Penisilin G juga merupakan pilihan yang baik terapi awal
dan definitive untuk kokus gram negatif, basal gram positif dan gram negative.
Ini kunci utama penatalaksanaan medis pada sinusitis supuratif akut. Untuk
sinus yang terlibat, perlu mempertahankan kadar antibiotika yang adekuat; bila
drainase dan pembersihan secret dari sinus. Untuk sinusitis maxillaris dilakukan
pungsi dan irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis ethmoidalis frontalis dan
dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila setelah 5 atau 6 kali tidak ada perbaikan
dan klinis masih tetap banyak secret purulen, maka perlu dilakukan bedah radikal.
sinusitis. .(15)
26
2. Penatalaksanaan Bedah
drainase sinus yang terkena serta mengeluarkan mukosa yang sakit. Hal ini
diperlukan (1) bila terancam komplikasi, (2) untuk menghilangkan nyeri hebat,
a) Pembedahan Radikal
membuat drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maxillaris dilakukan
ethmoidektomi yang bisa dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dari
luar (ekstranasal). Drainase sekret pada sinus frontalis dapat dilakukan dari
dalam hidung (intranasal) atau dari luar (ekstranasal) seperti dalam operasi
b) Pembedahan Non-Radikal
dan drainase sinus dapat lancar kembali melalui ostium alami. Dengan
27
H. KOMPLIKASI SINUSITIS
mendapatkan penanganan yang baik dan adekuat. Letak sinus paranasal yang
berdekatan dengan mata dan kranial sangat berperan pada infeksi sinusitis akut
ataupun kronik.
lain karena : 1). terapi yang tidak adekuat, 2). daya tahan tubuh yang rendah 3).
virulensi kuman dan 4). penanganan tindakan operatif (yang seharusnya) terlambat
dilakukan.(2)
1. Komplikasi ke mata
Secara anatomi perbatasan daerah mata dan sinus sangat tipis : batas medial
sinus ethmoid dan sphenoid, batas superior sinus frontal dan batas inferior
sinus maxilla. Sinusitis merupakan salah satu penyebab utama infeksi orbita.
Komplikasi ke orbita dapat terjadi pada segala usia, tetapi pada anak-anak
lebih sering. Intervensi tindakan operatif lebih banyak dilakukan pada anak-
2. Komplikasi intrakranial
ekaserbasi akut ataupun kronik. Komplikasi ini lebih sering pada laki-laki
28
dewasa diduga ada faktor predileksi yang berhubungan dengan pertumbuhan
Osteomielitis
Epidural abses
Subdural empiema
Abses otak
Meningitis
I. PROGNOSIS SINUSITIS
Sinusitis akut memiliki prognosis yang sangat baik, dengan perkiraan 70%
yang bervariasi. Jika penyebabnya adalah kelainan anatomi dan telah diterapi dengan
bedah, maka prognosisnya baik.lebih dari 90% pasien membaik dengan intervensi
29
DAFTAR PUSTAKA
30
11. Nicoll D, McPhee SJ, Pignone M, Chou TM, Detmer WM. Sinusitis. In: Pocket
Guide To Diagnostic Test. Third Edition. San Francisco: Lippincott Williams
&Wilkins Publisher,1999.p.208
12. Murray N. Sinonasal Manifestations of Cystic Fibrosis. In: Meyers AD, MD.
2011 [cited 2011 July 7]. Available from: http://www.medscape.com
13. John E McClay, MD. Overview of Nasal Polyps. In : Mayer Md, AD. 2012
[cited 2012 April 2012]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/994274-overview
14. Cody DT, Kern EB, Pearson BW, Sinusitis. Dalam: Penyakit Telinga, Hidung
Dan Tenggorokan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2002.hal 233-9
15. Shah AR, Salamone FN, Tani TA, Acute & Chronic Sinusitis. In : Lalwni AK.
Current Diagnosis & Treament In Otolaryngology Head & Neck Surgery. New
York: Mc Graw Hill; 2008.P.273-81
16. Chavda SV, Oliff JFC. The Sinuses. In : Eastman GW, Wald C, Crossin J.
Getting Started In Clinical Radiology. New York: Getting Started In Clinical
Radiologic; 2006.P. 1519-29
17. Russell A.Faust, PhD,MD. Development Of The Paranasal Sinuses In Children.
In: Ask The Boogor Doctor. 2010. Available
From: http://www.boogordoctor.com/2012/02/development-of-the-paranasal-
sinuses-in-children/
31