Anda di halaman 1dari 32

Penyakit Ginjal Kronis

Atikah Safitri Armo


712018025
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan
Penyakit Ginjal Kronis fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir menjadi gagal ginjal.

2017 2017 2018 2018


9,1%, yaitu sekitar 4,6% kematian Prevalensi di Prevalensi di
700 juta kasus. global, penyebab Indonesia Sumsel sebesar
kematian nomor 12 sebesar 0,38% 0,27%
di dunia

Penyakit ginjal kronis awalnya tidak menunjukkan tanda dan gejala


namun dapat berjalan progresif menjadi gagal ginjal.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
PGK suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
pada umumnya berakhir menjadi gagal ginjal.

Kriteria PGK

Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan disertai kelainan


01 struktural maupun fungsional dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) yang bermanifestasi
• adanya kelainan patologis
• terdapat tanda kelainan pada ginjal yang berupa
kelainan pada komposisi darah atau urin atau
kelainan pada tes pencitraan (imaging tests).

02 LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan dengan


atau tanpa kerusakan ginjal.
EPIDEMIOLOGI
Indonesia
Sumsel
Hasil Riskesdas 2018, Prevalensinya sebesar
populasi umur ≥ 15 tahun 0,27%
yang terdiagnosis gagal
ginjal kronis sebesar
0,38%.

Prevalensi lebih tinggi


Prevalensi tertinggi pada terjadi pada tidak
kelompok umur bersekolah (0,57%), tidak
65-74 tahun. bekerja (0,48%),

Tinggal di perkotaan dan Prevalensi pada laki-laki


perdesaan tidak memiliki (0,4%) lebih tinggi dari
prevalensi yang berbeda. perempuan (0,3%)
Etiologi

2018
Hipertensi menempati urutan pertama
sebanyak 36 % dan Nefropati diabetik
atau dikenal dengan diabetic kidney
disease sebagai urutan kedua
sebanyak 28%.
PATOFISIOLOGI
Stadium
PGK 01 Kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), LFG masih N / ↑
Terjadi ↓ fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan
↑ kadar urea dan kreatinin serum .

02 LFG sebesar 60%, masih asimtomatik, tapi sudah terjadi


peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.

03 LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan, nokturia, badan lemah,


mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan.

LFG ↓ 30%, memperlihatkan gejala dan tanda uremia, anemia,


04 ↑tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,
pruritus, mual, muntah. Juga mudah terkena infeksi saluran
nafas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan
keseimbangan air seperti hipo/hipervolemia, gangguan
keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium.

LFG↓ 15% gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan


05 membutuhkan terapi penganti ginjal antara lain dialisis atau
transplantasi ginjal. Stadium gagal ginjal.
KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat :

Menurut KDIGO

Rumus untuk menghitung GFR / LFG :


KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologi :
DIAGNOSIS
GAMBARAN KLINIS

Sesuai dengan penyakit yang


mendasari
Diabetes melitus, infeksi traktus
Sindrom uremia
urinarius, batu traktus urinarius, lemah, letargi, anoreksi, mual,
hipertensi, hiperurikemia, SLE A muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan (volume overload),
B neuropati perifer, pruritus, uremic
frost, perikarditis, kejang-kejang
Gejala komplikasinya C sampai koma.

Hipertensi, anemia, osteodistrofi


renal, payah jantung, asidosis
metabolik, gangguan
keseimbangan elektrolit (sodium,
kalium, khlorida).
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Kelainan Biokimiawi
Sesuai dengan penyakit yang ↓kadar hemoglobin,↑ kadar asam urat,
mendasari hiper atau hipokalemia, hiponatremia,
A hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia,
B hipokalsemia, asidosis metabolik.

↓ fungsi ginjal C Kelainan urinalisis


kadar ureum dan kreatinin serum, D proteinuria, hematuri, leukosuria, cast,
dan ↓ LFG yang dihitun
isostenuria.
menggunakan rumus Kockcroft-
Gault.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Radiologis

Pielografi
Foto polos Pielografi anetgrad dan USG pemindaian ginjal/
abdomen intravena retrograd ginjal renografi dikerjakan
sesuai dengan bila ada indikasi.
Tampak batu Jarang dikerjakan, karena indikasi.
radio-opak. kontras sering tidak bisa ukuran ginjal yang
melewati filter glomerulus, mengecil, korteks
dan kekhawatiran yang menipis, adanya
terjadinya pengaruh toksik hidronefrosis atau
oleh kontras terhadap batu ginjal kista,
ginjal yang sudah massa, kalsifikasi.
mengalami
kerusakan
DIAGNOSIS
Biopsi dan Histopatologi Ginjal

Pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara
noninvasif tidak bisa ditegakkan. Bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi,
prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsi ginjal indikasi-kontra
dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil (contracted kidney),
perinefrik, ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan
pembekuan darah, gagal napas, dan obesitas.
TATA LAKSANA

Terapi Spesifik Terhadap Penyakit Dasarnya Pencegahan & Terapi Penyakit Kardiovaskular

Pencegahan & Terapi terhadap Kondisi Komorbid Pencegahan dan Terapi Komplikasi

Memperlambat Perburukan Fungsi Ginjal Pembatasan cairan & elektrolit

Terapi Pengganti Ginjal: Dialisis/Transplantasi


Ginjal.
TATA LAKSANA
TATA LAKSANA

Pencegahan dan Terapi Kondisi


Terapi Spesifik Terhadap Penyakit
Komorbid
Dasarnya

Mengikuti dan mencatat kecepatan


Sebelum terjadinya penurunan LFG,
penurunan LFG.
sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak
Faktor-faktor komorbid : gangguan
terjadi.
keseimbangan cairan, hipertensi yang
LFG sudah menurun sampai 20-3-% dari
tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius,
normal, terapi terhadap penyakit dasar
obstruksi traktus urinarius, obat-obat
sudah tidak banyak bermanfaat.
nefrotoksik, bahan radiokontras, atau
peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.
TATA LAKSANA
Memperlambat Perburukan Fungsi Ginjal

Pembatasan asupan protein


Terapi farmakologis

Pengendalian tekanan darah mempunyai


Ketika LFG≤ 60 ml/mnt, pembatasan
peran yang sama penting dengan
protein diberikan 0,6-0,8 /kgbb/hari, yang
pembatasan asupan protein.
0,35-0,50 gr diantaranya merupakan
Obat antihipertensi:
protein nilai biologi tinggi. Jumlah kalori
Penggunaan angiotensin-converting
yang diberikan 30-35 kkal/kgBB/hr.
enzyme inhibitor (ACEIs) atau
angiotensin- receptor blocker (ARBs)
pada pasien dengan proteinuria sebagai
first line therapy
TATA LAKSANA
Pengobatan Antihipertensi Pada Pasien CKD
TATA LAKSANA
Pencegahan dan Terapi terhadap
Pencegahan & Terapi Penyakit Komplikasi
Kardiovaskular

• Anemia ditujukan pada penyebab


utamanya disamping penyebab lain
Pencegahan dan terapi penyakit bila ditemukan. Pemberian eritropoitin
kardiovaskular adalah pengendalian merupakan hal yang dianjurkan
diabetes, pengendalian hipertensi, dengan memperhatikan status besi.
pengendalian dislipidemia, pengendalian Pemberian transfusi pada
anemia, pengendalian hiperfosfatemia, penyakit ginjal kronik harus
dan terapi terhadap kelebihan cairan dan dilakukan secara hati-hati.
gangguan keseimbangan elektrolit. • Osteodistrofi renal dengan cara
mengatasi hiperfosfatemia dan
pemberian hormon kalsitriol.
TATA LAKSANA
Mengatasi Hiperfosfatemia

a) Pembatasan asupan fosfat. Asupan fosfat dibatasi 600-800 mg/hr.


Pembatasan yang terlalu ketat dihindari karena dapat malnutrisi.
b) Pemberian pengikat fosfat. Pengikat fosfat yang banyak dipakai
adalah, garam kalsium, alumunium hidroksida, garam
magnesium. Garam-garam ini diberikan secara oral untuk
mengambat absorbsi fosfat yang berasal dari makanan. Garam
kalsium yang banyak dipakai adalah kalsium karbonat (CaCO3)
dan kalsium asetat.
c) Pemberian bahan kalsium memetik. Obat ini disebut calcium
mimetic agent, dan dilaporkan mempunyai efektivitas yang
sangat baik dan efek samping yang minimal.
TATA LAKSANA
Terapi Pengganti Ginjal Berupa
Pembatasan cairan dan elektrolit
Dialisis atau Transplantasi Ginjal.

Air yang dianjurkan masuk 500-800 ml


ditambah jumlah urin. Elektrolit yang
Terapi pengganti tersebut dapat berupa
harus dibatasi adalah kalium dan natrium.
hemodialisis, peritoneal dialisis atau
Kadar kalium darah dianjurkan 3,5-5,5
transplantasi ginjal yang dapat berasal
mEq/L. Jumlah garam natrium yang
dari donor hidup atau donor jenazah
diberikan sesuai dengan tingginya
(cadaver).
tekanan darah dan derajat edem yang
terjadi.
TATA LAKSANA
Hemodialisis
KONTRAINDIKASI
INDIKASI
Tidak mungkin didapatkan akses vaskular
TKK/LFG < 10 mL/menit dengan pada HD atau terdapat gangguan di
gejala uremia/malnutrisi. rongga peritoneum pada CAPD.

TKK/LFG < 5 mL/menit walaupun


ii.Dialisis tidak dapat dilakukan pada
tanpa gejala.
keadaan :
• akses vaskular sulit
Indikasi khusus : • instabilitas hemodinamik
• Terdapat komplikasi akut • koagulopati
(edema paru, hiperkalemia, • penyakit Alzheimer
asidosis metabolik berulang) • demensia multi infark
• Pada pasien nefropati diabetik • sindrom hepatorenal
dapat dilakukan lebih awal. • sirosis hati lanjut dengan ensefalopati
• keganasan lanjut
• dll
TATA LAKSANA
CAPD

1. Pasien sebaiknya menggunakan APD jika :


• Klirens CAPD tidak adekuat
• status transport tinggi (high), terutama jika
berhubungan dengan ultrafiltrasi suboptimal.
• faktor psikososial seperti masalah pekerjaan, sekolah
atau fasilitas perawatan pada usia lanjut atau pasien
dengan mental terbelakang.

2. Pasien yang mempunyai karakteristik transport membran


peritoneal low terutama dengan fungsi ginjal sisa yang
rendah tidak cocok untuk memakai APD.
KOMPLIKASI
KESIMPULAN
1. Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir menjadi gagal ginjal. Kriteria
penyakit ginjal kronik ditentukan dengan 2 kriteria yaitu kerusakan
ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan dan LFG kurang dari
60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan.

2. Etiologi penyakit ginjal kronis paling banyak disebabkan oleh


hipertensi dan diabetes melitus.

3. Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu


atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis
etiologi.
4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, laboratorium,
dan pemeriksaan penunjang lain seperti radiologi dan biopsi.

5. Tata laksana penyakit ginjal kronis terdiri dari terapi spesifik


terhadap penyakit dasarnya, pencegahan dan terapi terhadap
kondisi komorbid, memperlambat perburukan fungsi ginjal,
pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular,
pencegahan dan terapi terhadap komplikasi, pembatasan cairan
dan elektrolit, terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau
transplantasi ginjal.
Thank you
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai