Anda di halaman 1dari 51

CASE BASED DISCUSSION

& BOOK READING


KARTIKA EKA PUTRI

Pembimbing : dr Ayu Paramaiswara SpPD-KR


IDENTITAS

• Nama : Tn. S
• Usia : 53 tahun
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Pensiunan
• MRS : 29 Juni 2022
ANAMNESIS
KU : Nyeri dada kanan

Tahun 2021 HMRS


Pasien mengeluhkan nyeri dada kanan sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan memberat saat menarik Pasien kemudian berobat ke Poli Paru RSUP Dr. Sardjito
nafas dan batuk serta dirasakan membaik saat istirahat. Nyeri dirasakan tidak menjalar dan dapat ditunjuk dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan, sesak nafas
dengan satu jari. Batuk kering (+), sesak nafas (-), keringat malam hari (-), demam (-), nafsu makan menurun (+) dan lemas (+). Kemudian dilakukan CT scan thorax
(-) penurunan berat badan disangkal. Keluhan batuk darah (-), muntah darah (-), BAB hitam (-), gusi ulang dan pemeriksaan AJH. Pada pemeriksaan AJH
berdarah (-) dan mimisan disangkal. Riwayat transfusi berulang disangkal. Namun pasien saat itu tidak ditemukan nanah kemudian disarankan untuk dirawat inap
memeriksakan diri ke dokter. Os juga sering mengeluhkan nyeri pada giginya namun diabaikan. di RSS untuk penanganan lebih lanjut.

2 bulan SMRS
Pasien mengeluhkan nyeri dada sebelah kanan dirasakan memberat sejak 2 bulan terakhir. Saat itu, nyeri
dirasakan memberat bahkan saat beraktivitas dan tidak membaik dengan istirahat. Batuk berdahak kuning
kehijauan (+), sesak nafas (+), penurunan berat badan 7 kg dalam 2 bulan terakhir (+), nafsu makan
menurun (+), demam (-), keringat malam hari (-). Kemudian pasien memeriksakan diri ke Klinik Spesialis
Penyakit Dalam di Pacitan dan dilakukan pemeriksaan rontgen thorax, dikatakan terdapat gambaran putih di
paru kanan. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Pacitan dan dilakukan CT scan thorax dada dan didapatkan
kesan adanya massa. Pasien kemudian dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut, pasien dan keluarga
memutuskan untuk berobat ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Kebiasaan :


•Riwayat HT (+) sejak 5 tahun yll, pasien rutin berobat dengan amlodipin 1x5mg • Kebiasaan minum per hari sekitar 1,5 liter
• Riwayat makan biasa, nasi lauk nabati dan
•Riwayat penyakit jantung (-)
hewani, sayur, dan buah
• Riwayat hipo/hipertiroid (-) • Riwayat merokok (+) sudah berhenti 30 tahun
•Riwayat penyakit ginjal (-) yll, 1-2 batang rokok sehari (+), konsumsi
alcohol (-)
•Riwayat penyakit autoimun (-)
•Alergi (-), asma (-) PHQ-2= 2
GAD-2= 2
RPK : HADS SCORE : A= 1; D= 1
•Riwayat DM (-) M (-) I (-) S (-) G (-) E (+) C (-) A (+) P(-) S(-)
•Riwayat hipertensi (-)
Riwayat pribadi dan anamnesis psikososial :
•Riwayat keganasan (+) ibu kandung menderita kanker hati Pasien bekerja di dinas kesehatan bagian
penanggulangan demam berdarah dan menjadi
• Riwayat penyakit autoimun (-) pengawas kegiatan fogging. Pasien tinggal dengan
• Alergi (-), asma (-) istri dan ketiga anaknya. Pasien memiliki
kepribadian terbuka dan tidak pernah terlibat
masalah hukum. Keluarga pasien mendukung
penuh pengobatan pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Paru

KU: CM, sedang I : Retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-)


TD: 161/74 mmHg P : fremitus taktil (+/+ meningkat SIC V kebawah) Kepala
N: 90 x/menit, reg P : sonor +/ redup pulmo dextra setinggi SIC V ke
Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-),
bawah edema papebrae (-/-), malar rash (-/-)
RR: 26 x/menit A : Vesikuler +/menurun pulmo dextra SIC V ke
T: 36.5 bawah, RBB sulit dinilai, RBK (-/-) wheezing
Spo2: 99% on NK 3 (-/-)
lpm Leher
Abdomen JVP 5+2 cmH2O, limfonodi tidak teraba
BB: 64 Kg I : supel (+),
TB: 162 cm A : bising usus (+) 7x/menit
BMI: 24.4 P : timpani (+), perkusi ruang traube timpani
P : supel, NT (-) epigastrik, hepar/lien ttb

Jantung
I : Ictus cordis (-)
Ekstremitas dan Integumentum
P : Batas atas: SIC II parasternalis kiri, Batas
• Edema (-/-), WPK <2s, teraba hangat (+/+), kanan : SIC II parasternal kanan, Batas kiri : SIC
nadi kuat (+/+) simetris VI linea axilaris anterior kiri
P : apex teraba di SIC V linea axillaris anterior,
thrill -, heave -
A : S1-S2 normal, murmur -, gallop (-)
Foto Klinis
EKG
Frekuensi : 95 x/menit, reguler
Irama : sinus rythm
Aksis : normo axis
Zona transisi : V3-V4
Interval PR : 0.16
Interval QRS : 0.9
Gel P : normal
Kesimpulan : Sinus Rythm, HR
95x/menit, normo-axis
RIWAYAT PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RSUP Sardjito, 29 Juni 2022
HEMATOLOGI Hasil Satuan Nilai Rujukan
Eritrosit 3.02 10^6/µL 4.00 - 5.40
Hemoglobin 6.4 g/dL 12.0 - 15.0
Hematokrit 21.9 % 35.0 - 49.0
MCV 72.5 fL 80.0 - 94.0 FAAL GINJAL Hasil Satuan Nilai Rujukan
MCH 21.2 pg 26.0 - 32.0 BUN 7.89 mg/dL 6.00 - 20.00
MCHC 29.2 g/dL 32.0 - 36.0 Creat 1.00 mg/dL 0.70 - 1.20
Leukosit 9.9 10^3/µL 4.50 - 11.50
FAAL HATI Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hitung Jenis Leukosit:
Albumin 3.34 g/dL 3.97 - 4.94
Netrofil % 75.8 % 50.0 - 70.0
SGOT/AST 36.6 U/L <= 40
Limfosit % 16.2 % 18.0 - 42.0
SGPT/ALT 53.7 U/L <= 41
Monosit % 5.8 % 2.0 - 11.0
Eosinofil % 2.1 % 1.0 - 3.0
Basofil % 0.1 % 0.0 - 2.0 ELEKTROLIT Hasil 29/06/2022 Satuan Nilai Rujukan
Netrofil # 7.49 10^3/µL 2.30 - 8.60 Natrium 136 mmol/L 136 - 145
Limfosit # 1.60 10^3/µL 1.62 - 5.37 Kalium 4.28 mmol/L 3.50 - 5.10
Monosit # 0.57 10^3/µL 0.16 - 1.00 Klorida 99 mmol/L 98 - 107
Eosinofil # 0.21 10^3/µL 0.50 - 0.45
Basofil # 0.01 10^3/µL 0.00 - 0.20 Hasil
Trombosit 9 10^3/µL 150 - 450 DIABETES (29/06/2022) Satuan Nilai Rujukan
Glukosa Sewaktu 127 mg/dL 82-115
Pemeriksaan Penunjang – Laboratorium
RSUP Dr. Sardjito (01/07/2022)

Gambaran Morfologi Darah Tepi :


NILAI SATUAN RUJUKAN

• Kesan eritrosit :
Ferritin 128 ng/mL 20-250
Anisositosis, dominasi normosit, mikrosit, sferosit, sedikit sel sigar,
Serum Iron 18 µg/dL 33-193 sel target, sedikit sel teardrop, sedikit sel burr, fragmentosit,
UIBC 222 µg/dL 125-345
normohipokromik
• Kesan leukosit
TIBC 240 µg/dL 158-538 Jumlah cukup, sebagian granulasi toksik netrofil, vakuolisasi
Saturasi Transferin 7.5 % 33-193 netrofil,limfosit reaktif, vakuolisasi monosit.
• Diff manual: segmen 70%, limfosit 24%, monosit 4%, eosinofil
2%.
• Kesan Trombosit
Jumlah meningkat, persebaran meningkat, tidak ditemukan clumps,
ditemukan trombosit besar, tidak ditemukan giant pletelet.
• Kesan :
Anemia dengan kelainan morfologi eritrosit
Netrofilia relatif, reaktivitas netrofil, limfosit dan monosit
PEMERIKSAAN PENUNJANG- Ro Thorax
RSUP Sardjito, 11 Mei 2022

Uraian
Foto thorax, PA/ lateral :
Cor : Besar dan bentuk normal
Pulmo :
- Tampak perselubungan dengan air bronchogram di parahilar kanan
dab paracardial kanan kiri
- Tampak lesi hyperdense yang terproyeksi di paracardial kanan
- Sinus phrenicocostalis kanan kiri, anterior posterior tajam
- Retrosternal space tak tampak kelainan
- Retrocardial space sebagian tertutup perselubungan dengan air
bronchogram
- Tulang-tulang dan jaringan lunak tak tampak kelainan
Kesan
- Cor tak tampak kelainan
- Pneumonia
- Lesi hyperdense yang terproyeksi di paracardial kanan, dapat
merupakan kalsifikasi di pleura (pleural plaque) DD/kalsifikasi di
parenkim paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG- MSCT/HRCT Scan Thorax
RSUP Sardjito, 18 Mei 2022
Uraian
- Tampak densitas cairan (9,10-14,14 HU) di cavum pleura kanan,
sebagian mengalami loculation pada pleural space
- Tampak lesi hypodense (39, 50 HU) dengan air bronchogram di
lower lobe paru kanan ( segment lateral basal, posterior basal)
- Tampak infiltrate di lower lobe paru kanan (segment superior/apical)
- Tampak pula fibro-infiltrate di lower lobe paru kanan (segment lateral
basal)
- Tak tampak lesi hypodense/hyperdense di parenchyma paru kiri
- Tak tampak infiltrate di parenchyma paru kiri
- Tak tampak dilatasi bronchi di parenchyma paru kanan kiri
- Tak tampak atelectasis di paru kiri
- Trachea dan main bronchus kanan kiri tampak patent
- Tak tampak densitas cairan di cavum pleura kiri
- Jantung dan pembuluh besar tampak normal
- Tak tampak pembesaran kelenjar supraclavicular, subcarina dan
paratracheal
- Tak tampak nodul di hepar
- Tak tampak destruksi tulang
Kesan
- Pneumonia
- Pleural effusion dextra disertai Partial Compression Atelectasis Lower
Lobe Paru Dextra
PEMERIKSAAN PENUNJANG- MSCT BIOPSI GUIDING TANPA
KONTRAS RSUP Sardjito, 3 Juni 2022

Uraian
Telah dilakukan MSCT guiding biopsi pada pulmo dextra
CT Guided TTNA dengan Rapid on Site Evalution (ROSE) pada regio
pulmo dextra : Tidak didapatkan sel ganas

Kesan
Telah dilakukan MSCT guiding biopsi pada pulmo dextra
CT Guided TTNA dengan Rapid on Site Evalution (ROSE) pada regio
pulmo dextra : Tidak didapatkan sel ganas
PEMERIKSAAN PENUNJANG- FNAB / AJH Deep (Organ Dalam)
dengan Tindakan di RSUP Sardjito (ROSE-22-193), 3 Juni 2022

Uraian

Makroskopik : Dilakukan CT-guided TTNA dengan Rapid On-site Evaluation (ROSE) pada massa regio pulmo dekstra.
Didapatkan aspirat sekitar -/+ 3cc, berwarna merah kental, dan kemudian dibuat 3 (tiga) slide sediaan apus dengan
pengecatan Kwik-Diff. Sisa aspirat dibuat blok sel.
Mikroskopik : Sediaan sitolologi TTNA menunjukkan eritrosit tersebar dan sel-sel tumor berkelompok membentuk berkas-
berkas yang terdiri atas sel-sel spindel yang masih seragam serta tampak massa miksoid diantaranya.

Kesimpulan

CT-guided TTNA dengan Rapid On-site Evaluation (ROSE) pada massa regio pulmo dekstra: Tidak didapatkan sel ganas
Pendapat : Tumor mesenkimal dari golongan fibroblastik
PEMERIKSAAN PENUNJANG- Pemeriksaan Sitologi
Cairan di RSUP Sardjito (ROSE-22-193), 3 Juni 2022

Uraian

Makroskopik : Dilakukan CT-guided TTNA dengan Rapid On-site Evaluation (ROSE) pada massa regio pulmo dekstra. Didapatkan
aspirat sekitar -/+ 3cc, berwarna merah kental, dan kemudian dibuat 3 (tiga) slide sediaan apus dengan pengecatan Kwik-Diff. Sisa
aspirat dibuat blok sel.
Mikroskopik : Sediaan sitolologi TTNA menunjukkan eritrosit tersebar serta sel-sel radang tersebar terdiri atas neutrofil, limfosit dan
makrofag tanpa keberadaan sel ganas.

Kesimpulan

CT-guided TTNA dengan Rapid On-site Evaluation (ROSE) pada massa regio pulmo dekstra: Tidak didapatkan sel ganas
Pendapat : Tumor mesenkimal dari golongan fibroblastik
PEMERIKSAAN PENUNJANG- FNAB / AJH Deep (Organ Dalam)
dengan Tindakan di RSUP Sardjito (ROSE-22-233), 22 Juni 2022

Uraian

Makroskopik : Dilakukan CT Guided TTNA dengan Rapid on Site Evaluation (ROSE) pada regio pulmo dextra.
Didapatkan aspirat lebih kurang 0,7 cc berwaran kuning, keruh. Dibuat sediaan apus sebanyak 2 slide dan dicat
Kwik Diff.
Mikroskopik : Sediaan sitologi menunjukan sebaran sel radang tersebar berupa banyak neutrofil disertai limfosit
dan makrofag. Latar belakang berupa eritrosit tersebar dan debris nekrotik luas. Diantaranya didapatkan
gambaran granula sulfur.
Tidak didapatkan sel ganas.

Kesimpulan

Sitologi CT Guided TTNA dengan Rapid on Site Evalution (ROSE) pada regio pulmo dextra : Tidak didapatkan sel
ganas
Pendapat : Abses paru dengan kausa Actinomyces sp. (Actinomycosis)
IDENTIFIKASI TEMUAN BERMAKNA
Tn. S, 53 tahun
ANAMNESIS
KU: Nyeri dada kanan
Assessment:
Riwayat Penyakit Sekarang 1. Abses Paru ec Pulmonary
Pasien kemudian memutuskan untuk berobat ke Poli Paru RSUP Dr. Sardjito dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan semakin memberat. Sesak
nafas(+) semakin memberat. Batuk berdahak kuning kehijauan (+), sesak nafas (+), penurunan berat badan 7 kg dalam 2 bulan terakhir (+), Actynomycosis
demam (-), keringat malam hari (-). Kemudian dilakukan CT scan thorax ulang dan pemeriksaan AJH. Pada pemeriksaan AJH ditemukan nanah
kemudian disarankan untuk dirawat inap di RSS untuk penanganan lebih lanjut. 2. Anemia Mikrositik
Hipokromik ec defisiensi besi
PEMERIKSAAN FISIK
KU: CM, BB: 64 Kg
Kepala: Konjungtiva pucat (+), sklera ikterik (-)
Leher: JVP 5+2 cmH2O, lnn.ttb
3. Hipertensi dalam terapi
sedang TB: 162 cm Thorax:
TD: 161/74 BMI: 24.4 I : Retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-)
mmHg
P : fremitus taktil (+/+ meningkat SIC V kebawah)
N: 90 x/menit,
reg
P : sonor +/ redup pulmo dextra setinggi SIC V ke bawah
RR: 26 x/menit A : Vesikuler +/menurun pulmo dextra SIC V ke bawah, RBB sulit dinilai, RBK (-/-)
T: 36.5 wheezing (-/-)
Spo2: 99% RA

PEMERIKSAAN PENUNJANG AJH 23/6/22


Sitologi CT Guided TTNA dengan Rapid on Site Evalution (ROSE) pada regio pulmo dextra : Tidak didapatkan sel ganas
Pendapat : Abses paru dengan kausa Actinomyces sp. (Actinomycosis)
Lab 29/6/22 Alb 3.34
Hb 6.4 SGOT 36.6 MSCT Thorax Guiding Tanpa Kontras 3/6/22
AL 9.9 SGPT 53.7 Telah dilakukan MSCT guiding biopsi pada pulmo dextra
AT 9 BUN 7.89 CT Guided TTNA dengan Rapid on Site Evalution (ROSE) pada regio pulmo dextra : Tidak didapatkan sel ganas
AE 3.02 Cr 1 Hasil Ro thorax 11 Mei 2022 (RSUD Pacitan)
MCV 72.5 Cor tak tampak kelainan
MCH 21.2 GDS 127 Pneumonia
AE 3.02 Lesi hyperdense yang terproyeksi dipericardial kanan, dapat merupakan klasifikasi dipleural (pleura plaque) dd
Hmt 21.9 Na 136 klasifikasi di parenkim paru
S 75.8 K 4.28
Hasil MSCT thorax 18 Mei 2022 (RSUD Pacitan)
L 16.2 Cl 99
Pneumonia
M 5.8 Pleural efusion dextra disertai partial compression Atelektasis lower lobe paru dextra
E 2.1
B 0.1
TERAPI PLAN
- Amoxicilin 3x1gr (3hari pertama) - Monitor KU VS
- Inf aminofluid tutofusin 1:1 20tpm - Suplementasi oksigen
- - Tranfusi PRC sampai dengan Hb 10
Inj meropenem 1gr/8jam
- Cek Morfologi Darah Tepi
- Tab Amlodipine 1x5mg - Cek Status Besi
- Candesartan 1x8mg
FOLLOW UP BANGSAL
CARE PLAN

KEBUTUHAN PASIEN DAN TUJUAN


No. MASALAH RENCANA
TERUKUR
1. Abses Paru ec • Abses Paru ec Pulmonary Actynomicosis • Monitoring KU/VS/perberatan sesak
Pulmonary tegak kausa dan teratasi • Farmakoterapi dengan antibiotik
Actinomycosis

2. Anemia mikrositik • Anemia mikrositik hipokromik et • Monitor tanda perdarahan


hipokromik ec defisiensi trombositopenia tanpa tanda • Cek Morfologi Darah Tepi dan Profil Besi
besi perdarahan tegak kausa dan teratasi • Transfusi PRC sd Hb 10

4. Hipertensi dalam terapi • Monitor TD secara berkala • Monitor tanda vital


• Tekanan darah terkontrol, target • Farmakoterapi
tekanan darah sistolik <140 mmHg
120
Followup Pasien Abses Pulmo dd Pulmonary Actynomicosis

Batuk dahak warna Batuk dahak warna


hijau (+) sesak hijau jarang (+)
berkurang (+) sesak (-)
96 Ves menurun /+ 98 Ves menurun /+
100

90
Batuk dahak warna 96
Batuk dahak warna 94
hijau berkurang (+)
hijau (+) sesak (+) Batuk dahak warna
80 sesak berkurang
Ves menurun /+ hijau jarang (+)
(+)
Ves menurun /+ sesak (-)
Ves menurun /+

60

36.7 36.5 36.5


36.6 36.6
40

20 96 97 97
Oksigenasi Oksigenasi dan 96 96
Oksigenasi dan Oksigenasi dan
dan Terapi dengan an- Terapi dengan
Terapi dengan tibiotic : Terapi dengan
antibiotic : antibiotic : BLPL
antibiotic : Meropenem 1gr/ Meropenem 1gr/
Meropenem 8jam Meropenem
8jam 1gr/8jam dan
0 1gr/8jam
29 Juni 30 Juni 1 Juli 2 Juli rencana BLPL 3 Juli

Resp Rate Suhu Nadi


Pemeriksaan Penunjang – Laboratorium
RSUP Dr. Sardjito (29/06/2022-03/07/2022)
NILAI NILAI NILAI
HEMATOLOGI
(29/6) (1/7) (3/7)
SATUAN RUJUKAN Hemoglobin
12
Hemoglobin 6.4 8.4 11.5 g/dL 12.0 - 15.0
10
Leukosit 9.9 9.2 11 10^3/µL 4.50 - 11.50
8
Eritrosit 3.02 3.86 4.469 10^6/µL 4.00 - 5.40

Trombosit 9 529 10^3/µL 150 - 450 6


467
Hematokrit 21.9 28.6 33.2 % 35.0 - 49.0 4

MCV 72.5 74.1 70.8 fL 80.0 - 94.0


2
MCH 21.2 21.8 24.6 pg 26.0 - 32.0
0
Netrofil % 75.8 70.1 68.7 % 50.0 - 70.0 29 Juni 1 Juli 3 Juli

Limfosit % 16.2 19.4 14.5 % 18.0 - 42.0 • Cek Morfologi darah tepi
Monosit % 5.8 7.1 5.4 % 2.0 - 11.0 dan profil besi
• Transfusi PRC sd Hb 10 
Eosinofil % 12.1 3.3 1.8 % 1.0 - 3.0
Pada pasien mendapat
Basofil % 0.1 0.1 1.1 % 0.0 - 2.0 transfuse 4 kolf
• Raber HOM untuk BMP
Followup Pasien dengan Hipertensi
180

160
Terapi hipertensi
140
-Amlodipine
120 1x5mg
-Candesartan
100
160/76 156/74 158/78 1x8mg
152/66 160/64
80

60

40

20

0
29 Juni 30 Juni 1 Juli 2 Juli 3 Juli

Sistole Diastole
Pendekatan Diagnosis
Dari Gejala dan Tanda
Aspirasi (lung insult)

• Riw. Aspirasi Paling sering


(kejang, 1. Segmen posterior
alkoholisme, poor lobus atas kanan
dental higiene) 2. Lobus atas kiri
3. Segmen apical
lobus bawah
kanan/ kiri
• Batuk
kering/berdahak/
bercak darah Kista bronkogenik dapat
• SOB sebagai media
• Chest Pain tumbuhnya Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI
mikroorganisme
TN S, 53 tahun, Batuk berdahak sejak 2BSMRS, berwarna hijau,
sesaknafas, nyeri dada sebelah, demam, penurunan BB +
AJH (22/06/2022)
Pendekatan Diagnosis
Penurunan
Nyeri berat
dada badan
Riwayat gigi
Batuk berlubang atau
berdahak higienis oral
buruk

Hasil AJH terdapat


Abses Paru ec
Sesak gambaran Yellow
Pulmonary
napas Granule Surfur
Actinomycosis
Pendekatan Diagnosis
Anemia
Pemeriksaan Penunjang – Laboratorium
RSUP Dr. Sardjito (29/06/2022-03/07/2022)
NILAI NILAI NILAI
HEMATOLOGI
(29/6) (1/7) (3/7)
SATUAN RUJUKAN Hemoglobin
12
Hemoglobin 6.4 8.4 11.5 g/dL 12.0 - 15.0
10
Leukosit 9.9 9.2 11 10^3/µL 4.50 - 11.50
8
Eritrosit 3.02 3.86 4.469 10^6/µL 4.00 - 5.40

Trombosit 9 529 10^3/µL 150 - 450 6


467
Hematokrit 21.9 28.6 33.2 % 35.0 - 49.0 4

MCV 72.5 74.1 70.8 fL 80.0 - 94.0


2
MCH 21.2 21.8 24.6 pg 26.0 - 32.0
0
Netrofil % 75.8 70.1 68.7 % 50.0 - 70.0 29 Juni 1 Juli 3 Juli

Limfosit % 16.2 19.4 14.5 % 18.0 - 42.0 • Cek Morfologi darah tepi
Monosit % 5.8 7.1 5.4 % 2.0 - 11.0 dan profil besi
• Transfusi PRC sd Hb 10 
Eosinofil % 12.1 3.3 1.8 % 1.0 - 3.0
Pada pasien mendapat
Basofil % 0.1 0.1 1.1 % 0.0 - 2.0 transfuse 4 kolf
• Raber HOM untuk BMP
Clinical approach anemia

d
NILAI SATUAN RUJUKAN

Ferritin 128 ng/mL 20-250

Serum Iron 18 µg/dL 33-193

UIBC 222 µg/dL 125-345

TIBC 240 µg/dL 158-538


Saturasi
7.5 % 33-193
Transferin
Gambaran Morfologi Darah Tepi :

• Kesan eritrosit
Anisositosis, dominasi normosit, mikrosit, sferosit, sedikit sel sigar, sel target, sedikit sel teardrop, sedikit sel burr, fragmentosit,
normohipokromik
• Kesan leukosit
Jumlah cukup, sebagian granulasi toksik netrofil, vakuolisasi netrofil,limfosit reaktif, vakuolisasi monosit.
Diff manual: segmen 70%, limfosit 24%, monosit 4%, eosinofil 2%.
• Kesan Trombosit
Jumlah meningkat, persebaran meningkat, tidak ditemukan clumps, ditemukan trombosit besar, tidak ditemukan giant pletelet.
• Kesan :
Anemia dengan kelainan morfologi eritrosit
Netrofilia relatif, reaktivitas netrofil, limfosit dan monosit
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi VI.2014. Halaman 2596
Pendekatan Diagnosis

Hb 6.4 Konjungtiva
anemia

Kadar serum besi


Lemas
Anemia menurun
normokromik
normositik
ec defisiensi
besi
Book Reading
Abses Pulmo ec Actinomycosis
Abses Paru
• Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang
terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus/nekrotik debris) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih yang disebabkan oleh infeksi mikroba.10
• Frekuensi abses paru yang terjadi di masyarakat umum terutama Amerika Serikat tidak
diketahui Abses paru lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dan
umumnya
• Bermacam-macam faktor yang berinteraksi dalam terjadinya abses paru seperti daya
tahan tubuh dan tipe dari mikroorganisme patogen penyebab. Terjadinya abses paru
biasanya melalui dua cara yaitu aspirasi dan penyebaran secara hematogen.
• Actinomyces spp. are filamentous Gram-positive bacilli, mainly belonging to the human
commensal flora of the oropharynx, gastrointestinal tract, and urogenital tract.
ctinomyces are part of the normal flora of the human oral cavity, GI tract, and female
urogenital tract.

• The organism is not virulent and only invades the body to cause deeper infections
when there is tissue injury and a subsequent break in the normal mucosal barrier.
Infection is mostly polymicrobial, with as many as 5 to 10 other bacterial species
present.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482151/#_NBK482151_pubdet
Patogenesis Dimulainya gangguan akibat aspirasi paru (lung insult) bisa disebabka
oleh injuri langsung bahan kimia dari asam lambung yang teraspirasi, ata
pada daerah obstruksi yang disebabkan oleh unsur lain seperti makanan
yang akan disusul dengan infeksi sekunder oleh bakteri dan terbawany
organisme virulen yang akan menyebakan terjadinya infeksi pada daera
distal obstruksi tersebut. Bila bakteri yang masuk banyak/virulen ata
Aspirasi (lung insult) mekanisme pertahanan seperti mukosilier dan makrofag alveola
memungkinkan, infeksi dapat terjadi tanpa didahului oleh lung insult.

Nekrosis jaringan dengan pembentukan abses paru membutuhkan wakt


1-2 minggu setelah terjadinya aspirasi. Abses akibat aspirasi paling sering
• Riw. Aspirasi Paling sering terjadi pada segmen posterior lobus atas kanan disusul dengan lobus ata
kiri dan segmen apikal/superior lobus bawah kanan atau kiri. Abses par
(kejang, 1. Segmen posterior sering terjadi pada paru kanan, karena bronkus utama kanan lebih luru
alkoholisme, poor lobus atas kanan dibanding kiri, walaupun posisi tubuh saat aspirasi juga menentukan leta
dental higiene) 2. Lobus atas kiri abses. Pada perokok usia lanjut keganasan bronkogenik bisa merupaka
dasar untuk terjadinya abses paru. Pada pasien berumur lebih dari 5
3. Segmen apical tahun, 50% abses paru ada hubungannya dengan keganasan paru akiba
lobus bawah terjadinya obstruksi salurar napas.
kanan/ kiri
Abses paru biasanya satu (tunggal), tapi bisa multipel yang biasany
• Batuk unilateral pada satu paru yang terjadi pada pasien dengan keadaan umum
kering/berdahak/ yang jelek atau pasien yang mengalami penyakit menahun seper
Kista bronkogenik dapat malnutrisi, sirosis hati, gangguan imunologis yang menyebabkan day
bercak darah
sebagai media tahan tubuh menurun, atau penggunaan sitostatika.
• SOB
• Chest Pain tumbuhnya Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI
mikroorganisme
• Selain itu abses paru biasanya timbul setelah terjadi peradangan yang mengakibatkan nekrosis
jaringan dan kavitasi, terjadi akibat necrotizing pneumonia dan ganggren paru yang
menyebabkan terjadinya nekrosis dan pencairan pada daerah yang mengalami konsolidasi,
dengan organisme virulen sebagai penyebab, paling sering ialah Staphylococcus aureus,
Klebsiella pneumonia dan grup Pseudomonas.
• Abses yang terjadi biasanya multipel dan berukuran recil-kecil (<2cm).Bula atau kita yang sudah
ada bisa berkembang menjadi abses paru. Kista bronkogenik yang berisi cairan dan elemen
sekresi epitel merupakan media kultur untuk tumbuhnya mikroorganisme. Bila kista tersebut
mengalami infeksi oleh mikroorganisme yang virulens maka akan terjadilah abses paru.Abses
hepar bakteri atau amebik bisa mengalami ruptur dan menembus diafragma yang akan
menyebabkan abses paru pada lobus bawah paru kanan dan rongga pleura.
• Abses paru biasanya satu (tunggal), tapi bisa multipel yang biasanya unilateral pada satu paru
yang terjadi pada pasien dengan keadaan umum yang jelek atau pasien yang mengalami
penyakit menahun seperti malnutrisi, sirosis hati, gangguan imunologis yang menyebabkan daya
tahan tubuh menurun, atau penggunaan sitostatika.
Faktor Predisposisi

Kondisi yang memudahkan aspirasi : gangguan kesadaran, gangguan esofagus, pencernaan,


NGT, fistula trakeoesofagal

Penyakit periodontal, kebersihan mulut yang buruk, pencabutan gigi

Imunosupresi, imunodefisensi

Pneumonia, bronkiektasis

Infeksi saluran nafas atas dan bawah yang belum teratasi

Kanker paru
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI
Gejala dan Tanda
Lambat atau mendadak (akut)
Akut 4-6 minggu, Kronik > 6 minggu
• Lemah • Sputum bau amis 🡪 bakteri
• Tidak nafsu makan anaerob
• Penurunan BB • Nyeri dada
• Batuk kering, dahak purulen hingga • Gejala abdomen (komplikasi
darah infeksi subdiafragma)
• Keringat malam • Kejang, akibat abses otak karena
bakteremia
• Demam

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI


Etiologi

• Abses paru dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme yaitu:Kelompok bakteri anaerob merupakan
etiologi terbanyak abses paru (bisa mencapai 89%) terutama pada orang immunocompetent dan biasanya
diakibatkan oleh pneumonia aspirasi.
• Bacteriodes melaninogenus, Bacteriodes fragilis, Peptostreptococcus species Bacillus intermedius, Prevotella
melaninogenica, Fusobacterium nucleatum, Microaerophilic streptococcus, Clostridium perfringens, Clostridium
barati.
• Bakteri anaerobik meliputi 89% penyebab abses paru dan 85 - 100% dari spesimen yang didapat melalui
aspirasi transtrakheal. Kelompok bakteri aerob, predominan pada orangdengan immunocompromised : Gram
positif: sekunder oleh sebab selain aspirasi. Staphylococcus aureus ⁰ Streptococcus microaerophilic,
Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumonia, Streptococcus viridans, Streptococcus milleri,
Actynomicetemcomitans.
• Gram negatif: Klesiella pneumonia, Psedomonas Auruginosa, E.coli
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482151/#_NBK482151_pubdet
Diagnosa

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482151/#_NBK482151_pubdet
Differensial Diagnosa
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482151/#_NBK482151_pubdet
Komplikasi

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482151/#_NBK482151_pubdet
Pencegahan
• Perhatian khusus ditujukan kepada kebersihan mulut. Kebersihan mulut yang jelek dan penyakit-
penyakit periodontal bisa menyebabkan kolonisasi bakteri patogen orofaring yang akan
menyebabkan infeksi saluran napas sampai dengan abses paru. Setiap infeksi paru akut harus
segera diobati sebaik mungkin terutama bila sebelumnya diduga ada faktor yang memudahkan
terjadinya aspirasi seperti pasien manula yang dirawat di rumah, batuk yang disertai muntah,
adanya benda asing, kesadaran yang menurun dan pasien yang memakai ventilasi mekanik.
Prognosis
• Prognosis abses paru simpel terutama tergantung dari respon inflamasi dan keadaan umum
pasien, letak abses serta luasnya kerusakan paru yang terjadi, dan respons pengobatan yang
kita berikan.Angka mortalitas pasien abses paru pada era preantibiotika mencapai 33%-40%
namun separuh dari pasien yang bisa terus hidup akan mengalami komplikasi paru termasuk
infeksi berulang dan abses, empiema dan perlengketan pleura, bronkitis kronik dan bronkiektasis.
Pada era antibiotika angka mortalitas abses paru anaerob paru kurang dari 10%, dan kira-kira 10-
15% memerlukan operasi. Di zaman era antibiotika sekarang angka penyembuhan mencapai 90-
95% (Bartley, 1992).
• Bila pengobatan diberikan dalam jangka waktu cukup lama angka kekambuhannya
rendah.Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi jelek adalah kavitas yang besar (lebih dari
5-6 cm), penyakit dasar atau penyakit penyerta yang berat, status immunocompromised, umur
yang sangat tua, empiema, nekrosis paru yang progresif, lesi obstruktif pada saluran napas misal
sekunder oleh karena karsinoma, abses yang disebabkan bakteri aerob (termasuk Staylococcus
aureus dan basil Gram negatif), dan abses paru yang belum mendapat pengobatan dalam jangka
waktu yang lama. Angka mortalitas pada pasien-pasien ini bisa mencapai 65% -75% dan bila
sembuh maka angka kekambuhannya tinggi.
MOHON ARAHANNYA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai