Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus Pediatri

Lapkas ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior Ilmu Penyakit Anak Rumah Sakit Umum Haji Medan

Pembimbing :
Dr. Beatrix Siregar, M.Ked(Ped), Sp.A

Oleh :
Rika Arianofela (20360106)

Kepaniteraan Klinik Senior SMF Ilmu Penyakit Anak


Rumah Sakit Umum Haji Medan
Sumatera Utara
2021
PENGKAJIAN AWAL MEDIS RAWAT INAP
PENYAKIT ANAK
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Mhd. Hanif Fawwaz
Nama Pasien : Mhd. Hanif Fawwaz
No. RM : 358616
Umur : 11 tahun 4 bulan 9 hari
Tanggal Masuk :
Jenis Kelamin : Laki-laki
29 Desember 2020
Orang Tua
Dokter : dr. Nurdiani, Sp. A
Ibu : Oktavia Juraida Dongoran

Usia : 38 tahun

Alamat : JL. Pembinaan Hulu Dsn. III Gg.


Sejahtera No. 107 Bandar Setia Deli Serdang

Agama/Suku : Islam
RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI

Keluhan Utama : Demam RPT RPO


K. Tambahan : Menggigil, Mual,
Nyeri ulu hati,nafsu makan OAT dan
menurun, dan sesekali batuk Paracetamol
Tidak Ada
Sirup
Pasien datang ke poli anak RSHM dibawa oleh
orang tuanya dengan keluhan demam yang
dirasakan sejak ± 9 hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Demam bersifat naik turun, memberat pada RPK R. Alergi
waktu sore ke malam hari dan turun pada pagi
hari namun tidak mencapai suhu normal. Orang
tua pasien juga mengeluhkan anaknya menggigil
dalam 2 hari terakhir, mual, nyeri pada ulu hati Tidak Ada Tidak Ada
dan disertai batuk sesekali.
RIWAYAT KEHAMILAN
Ibu rutin kontrol secara teratur ke dokter. G1P1A0.
Riwayat Hipertensi (-), DM (-), obat-obatan dan RPT RPO
jamu (-)
OAT dan
RIWAYAT KELAHIRAN Paracetamol
Tidak Ada
Lahir secara normal ditolong bidan. Lahir segera Sirup
menangis (+), sianosis (-).
BBL 3,2 kg, PBL 49 cm, LK ?

RIWAYAT IMUNISASI RPK R. Alergi


Hep. B : 1X
Polio : 1X
BCG : Tidak dilakukan
DPT : Tidak dilakukan Tidak Ada Tidak Ada
Campak : Tidak dilakukan
PCV : Tidak dilakukan
Rotavirus : Tidak dilakukan

Kesan : Imunisasi tidak lengkap


RESPONSE GCS SCORE
EYE
Membuka mata spontan (normal) 4

Dengan kata-kata akan membuka mata bila diminta 3 Glasgow Coma Scale
4
Membuka mata bila diberikan rangsangannyeri 2

Tidak membuka mata walaupun dirangsang nyeri 1

VERBAL BAYI DAN ANAK < 4 TAHUN


Bicara jelas atau tersenyum menuruti perintah 5
Nilai 14 – 15 :
4
Menangis tapi bisa dibujuk
3
Compos Mentis
Menangis tidak bisa dibujuk 5

Gelisah, agitasi 2

Tidak ada respon 1

MOTORIK
Dapat menggerakan seluruh ekstremitas sesuai dengan permintaan 6
5
Dapat menggerakkan ekstremitas secara terbatas karena nyeri (lokalisasi nyeri)

Respons gerakan menjauhi rangsang nyeri (menarik karena nyeri) 4


6
Fleksi ekstremitas karena nyeri 3

Ektensi ekstremitas karenanyeri 2

Tidak ada respons berupa gerak 1

TOTAL 15 15
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : - Kualitatif : Compos Mentis
- Kuantitatif : GCS 15
(E=4, V=5,M=6)
Nadi : 117x/i
Pernafasan : 22x/i
T : 37,8oC (Normal : 36,5– 37,2oC)
Data Antropometri
BB : 29 kg
TB : 120 cm
Lingkar Lengan Atas :-
Lingkar Kepala : - kesan : Normochepali

Rambut : Hitam, lebat dan tidak mudah dicabut


Kepala : Normochepali, deformitas (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-), Sklera ikterik (-), mata tidak cekung,
RC(+/+), pupil isokor, Konj. Palpebra normal
Telinga : DBN, tidak ada sekret
Hidung : DBN, Sekret (-), napas cuping hidung (-), pendarahan (-)
Mulut : DBN, bibir tidak kering, sianosis (-)
Lidah : Lidah kotor bagian tengah, tepi lidah hiperemis, tidak ada tremor lidah
Leher : Pembesaran KGB (-), kel. Tiroid normal, kaku kuduk (-)
Thorax
Jantung : Bunyi jantung murni I dan II, tidak ditemukan gallop atau murmur
Paru- Paru
I : Simetris kanan dan kiri, Tidak ada retraksi
P : Vokal fremitus kanan dan kiri normal
P : sonor dikedua lapang paru
A : vesikuler normal, ronkhi kering kasar -/-, wheezing -/
Abdomen
I : Datar, tidak ada benjolan
A : Bising usus (+) normal
P : Supel, Hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani dikeempat kuadran abdomen

Esktremitas : Akral Hangat, Capillary refill time < 2”


 
Diagnosa Banding Diet MII
1. DHF
2. Demam Dengue
Pemeriksaan Penunjang
3. Bronkopneumonia
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Tubex Test
Diagnosa Kerja
Demam Typhoid
Pemeriksaan Covid-19
- IgG Covid-19 : Non- reaktif
Terapi Sementara
- IgM covid-19 : Non- reaktif
- IVFD RL 23 gtt/i/makro  
- Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam
- Novalgin 1cc k/p demam
- Curcuma Plus 2x1 cth
Hanif Fawwaz
BB/U
29/ 38 X 100%

76% ( BB Kurang)

TB/U
120/ 146 X 100%

82% (Tinggi Kurang)

BB/TB
29/ 36 X 100%

80% (Gizi Kurang)


Hasil Laboratorium 23 Desember 2021

Hasil Nilai Rujukan Satuan

Haemoglobin 12,5 12,0 – 15,0 g/dl

Eritrosit 4,79 4,0 – 5,4 10^6/µl

Hematokrit 36 35-49 %

MCV 79 80 - 94 fL

MCH 28 26 - 32 pg/cell

MCHC 35 32 - 36 g/dL

RDW 12,5 11,5 – 14,5 %

Leukosit 5770 4000-10.500 /µL


Tubex Test

Hasil Nilai Rujukan Satuan Salmonella Typhoid


IgM +10
Neutrofil Segmen 59 25-60 %

Neutrofil Batang 0 3-6 %

Basofil 0 0-1 %

Eusinofil 0 1-5 %

Limfosit 35 25-50 %

Monosit 6 1-6 %

Trombosit 229000 150000-440000 /µl

Laju Endap Darah 51 0-10 Mm/jam


Selasa,
29-12-2020
1
S :Tampak Sakit Sedang
Keluhan: Demam naik turun (+) Mual (+), Mencret (+),
Nyeri Ulu Hati (+), kurang nafsu makan

O: Sensorium
Kualitatif : Compos Mentis
Kuantitatif :GCS15 (E4V5M6)
Follow Up Pasien HR : 104 x/menit
RR : 30 x/menit
Selama di Rawat T : 38,4ºC
TB : 120 cm
BB : 29 kg
SpO2 : 99%
A : Typhoid Fever
P : - IVFD RL 23gtt/i/makro
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Novalgin 1cc k/p demam
- Curcuma syr 2x cth 1
- Diet MII
Rabu, Kamis,
30-12-2020 31-12-2020
S :Tampak Sakit Sedang 1
S :Tampak Sakit Sedang
Keluhan: Demam naik turun (+) Mual (-), Mencret Keluhan: Demam naik turun (+) Mual (-),
(-), Nyeri Ulu Hati (+), kurang nafsu makan Mencret (-), Nyeri Ulu Hati (-), kurang nafsu
makan
O: Sensorium
Kualitatif : Compos Mentis O: Sensorium
Kuantitatif :GCS15 (E4V5M6) Kualitatif : Compos Mentis
Kuantitatif :GCS15 (E4V5M6)
HR : 92 x/menit
RR : 20 x/menit HR : 104 x/menit
T : 38,4ºC RR : 30 x/menit
TB : 120 cm T : 37,1ºC
BB : 29 kg TB : 120 cm
SpO2 : 98% BB : 29 kg
A: Typhoid Fever SpO2 : 99%
P : - IVFD RL 23gtt/i/makro A: Typhoid Fever
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam P : - IVFD RL 23gtt/i/makro
- Inj. Novalgin 1cc k/p demam - Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Curcuma syr 2x cth 1 - Inj. Novalgin 1cc k/p demam
- Diet MII - Curcuma syr 2x cth 1
- Diet MII
Jumat, Sabtu,
01-1-2021 02-1-2021
S : Membaik 1
S : Membaik Keluhan: Demam (-) Mual (-), Mencret (-), Nyeri
Keluhan: Demam naik turun (-), Mual (-), Mencret (-), Ulu Hati (-), Nafsu makan baik
Nyeri Ulu Hati (-), nafsu makan baik
O: Sensorium
O: Sensorium Kualitatif : Compos Mentis
Kualitatif : Compos Mentis Kuantitatif :GCS15 (E4V5M6)
Kuantitatif :GCS15 (E4V5M6)
HR : 88 x/menit
HR : 84 x/menit RR : 22 x/menit
RR : 24 x/menit T : 36,6ºC
T : 37ºC TB : 120 cm
TB : 120 cm BB : 29 kg
BB : 29 kg SpO2 : 99%
SpO2 : 98% A: Typhoid Fever
A: Typhoid Fever P : - IVFD RL 20x/i/makro
P : - IVFD RL 23gtt/i/makro - Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam - Inj. Novalgin 1cc k/p demam
- Inj. Novalgin 1cc j/k demam - Cefixim 2x100 mg
- Curcuma syr 2x cth 1 - Curcuma syr 2x1 tab
- Diet MB - Diet MB
Lampiran
Definisi

Demam Tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan (usus


halus) yang disebabkan oleh Salmonella Typhi dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan / tanpa gangguan kesadaran.
Etiologi

Demam Tifoid dan demam paratifoid disebabkan oleh :


- S. typhi,
- S. paratyphi A
- S. paratyphi B (S. Schotmuelleri)
- S. paratyphi C (S. Hirschfeldii).

Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-negatif.
Mempunyai antigen somatik (O), antigen (H) dan envelope antigen (K).
Epidemiologi

WHO tahun 2003 memperkirakan terdapat ± 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia
dengan insidensi 600.000 kasus kematian/ tahun.
Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana
95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya15-25 kali lebih besar
dari laporan rawat inap di RS.

Di Indonesia kasus ini tersebar merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah
pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/
tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di
Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit


infeksi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia,
mual, muntah, diare, konstipasi.

Setelah minggu kedua, gejala klinis makin jelas, berupa demam


remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung
mungkin disertai ganguan kesadaran dari yang ringan sampai berat.
Medikamentosa
Tatalaksana
Simtomatik
Demam merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi
antipiretik. Bila mungkin peroral sebaiknya diberikan yang
Non - Medikamentosa paling aman dalam hal ini adalah Paracetamol 10 mg/kg/kali
minum atau dengan obat yang masih dianjurkan adalah yang
• Tirah Baring mengandung Methamizole Na yaitu antrain atau Novalgin.
Antibiotik
1. Chloramphenicol, antibiotik pilihan pertama. Dosis yang
• Pemberian Nutrisi (Tinggi diberikan untuk anak- anak 50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4
Kalori, tinggi protein, rendah dosis untuk pemberian intravena biasanya cukup 50 mg/kg/hari.
Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7 hari.
serat)
2. Ampicillin dan Amoxicillin. Obat ini cenderung lebih aman dan
cukup efektif. Dosis 100-200 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis
• Cairan selama 2 minggu.

• Kompres air hangat jika


demam
Medikamentosa
3. Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone, Cefotaxim, Cefixime),
Tatalaksana merupakan pilihan ketiga namun efektifitasnya setara atau bahkan
lebih dari Chloramphenicol dan Cotrimoxazole.

Ceftriaxone dengan dosis 60-75 mg/kg/hari IV dibagi dalam 1-2 dosis


(maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari. Atau dapat diberikan
cefotaxim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Bila mampu
untuk sediaan Per oral dapat diberikan Cefixime 10-15 mg/kg/hari
selama 10 hari.

4. Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma
sampai syok dapat diberikan kortikosteroid IV (dexametasone) 3
mg/kg dalam 30 menit untuk dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6
jam sampai 48 jam.
Komplikasi

• Perdarahan usus
• Peritonitis
• Perforasi Usus
• Bronkitis dan bronkopneumonia

• Kolesistitis
• Typhoid Ensefalopati
• Meningitis
• Miokarditis
• ISK
Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran Darah Lengkap
Anemia normokrom normositik terjadi sebagai akibat perdarahan usus/supresi
sumsum tulang. Jumlah leukosit yang rendah, namun jarang <3000/µl3.
Apabila terjadi abses piogenik maka terjadi leukositosis. Trombositopenia
jarang terjadi.
2. Pemeriksaan Serologi
a. IgM antigen O9 Salmonella Thypi (Tubex- TF)
Pemeriksaan ini hanya dapat mendeteksi IgM Salmonella thypi.

b. Enzym immunoassay test (ELISA)


Pemeriksaan ini dapat mendeteksi IgM dan IgG Salmonella Thypi
c. Tes Widal

Tes serologi standar yang rutin digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman Salmonella thypi.
Pada tes widal terjadinya antara antigen kuman dengan antibodi yang disebut aglutinin. Tes widal
dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari. Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal
1/320 atau terdapat kenaikan titer hingga 4 kali lipat.

3. Kultur
Dapat dilakukan pada spesimen :
a. Darah : pada minggu pertama sampai akhir minggu kedua sakit, saat demam tinggi
b. Feses : pada minggu kedua sakit
c. Urin : pada minggu kedua/ ketiga
d. Cairan empedu : pada penyakit stadium lanjut, untuk mendeteksi carier typhoid

4. Pemeriksaan penunjang lainsesuai indikasi klinis, misalnya : SGOT,SGPT, kadar lipase dan amilase
Pencegahan

1. Penyediaan Sumber air minum yang baik


2. Penyediaan jamban yang sehat
3. Sosialisasi budaya cuci tangan
4. Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
5. Pemberantasan lalat
6. Pengawasan kepada penjual makanan dan minuman
7. Sosialisasi pemberian ASI kepada ibu menyusui
8. Imunisasi
Kesimpulan
• Pasien diduga terdiagnosis Demam Typhoid berdasarkan anamnesa yang dilakukan dimana os
mengalami demam yang naik turun, mual, nafsu makan menurun, serta kadang kadang batuk .

• Demam sekitar 1 minggu dan memberat pada sore ke malam hari. Hal ini sesuai dengan klinis khas
pada demam tifoid yaitu demam bersifat step-ladder dan turun tetapi tidak pernah mencapai suhu
normal. Dilihat dari usia pasien juga termasuk usia sekolah menjadi faktor resiko yang tinggi karna
penularan demam tifoid berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.

• Selain itu, dari pemeriksaan fisik didapatkan tifoid tongue pada pasien dan diperkuat dengan
pemeriksaan tubex dengan hasil +10

• Secara keseluruhan terapi yang telah diberikan sudah tepat dibuktikan dengan tanda klinis os sudah
masuk kriteria pemulangan pasien rawat inap demam tifoid. Dengan demikian prognosis pasien ini
secara umum baik.
Terima Kasih 
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons
by
CREDITS:
Flaticon, This
and infographics
presentation &
template
imageswas
by Freepik.
created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai