EPILEPSI
Pembimbing :
Disusun Oleh :
2021
STATUS PASIEN
1. Identitas Pribadi
Riwayat Imunisasi :
BCG : 1 kali
Polio : 4 kali
Hepatitis B : 4 kali
DPT : 3 kali
Campak : 1 kali
Jenis Lahir 1 2 3 4 5 6 9 1 1 18 24
Imunisasi 2 5
Hepatitis B √ √ √ √ √
BCG √
Polio √ √ √ √ √
DPT √ √ √ √
Campak √
Riwayat Perkembangan:
Menegakkan kepala : 3 Bulan
Membalikkan badan :4 Bulan
Duduk : 6 Bulan
Berdiri : 8 Bulan
Merangkak : 10 Bulan
Berjalan : 12 Bulan
Berbicara : 15 Bulan
Riwayat Nutrisi:
0-6 bulan
ASI : Kurang lebih 11 kali/hari atau setiap menangis
6 bulan – 2 tahun
ASI : Kurang lebih 11 kali/hari atau setiap menangis
Makan Pagi/Siang/Malam :3 kali/hari (Nasi Cair /lembek/ Bubur)
Kesimpulan : pasien mendapat asupan makanan sesuai dengan umur.
Glasgow Coma Scale
RESPONE SCORE
EYE
Membuka mata spontan (Normal) 4
Dengan kata-kata akan membuka mata bila diminta 3 4
Membuka mata bila diberikan rangsangan nyeri 2
Tidak membuka mata walaupun dirangsang nyeri 1
VERBAL
Bicara jelas atau tersenyum menuruti perintah 5
Menangis tapi bisa dibujuk 4
Menangis tidak bisa dibujuk 3 5
Gelisah, agitasi 2
Tidak ada respon 1
MOTORIK
Dapat menggerakkan seluruh ekstremitas sesuai dengan permintaan 6
Dapat menggerakkan ekstremitas secara terbatas karena nyeri (lokalisasi 5
nyeri)
Respons gerakan menjauhi rangsangan nyeri (menarik karena nyeri) 4 6
Fleksi ekstremitas karena nyeri 3
Ekstensi ekstremitas karena nyeri 2
Tidak ada respon berupa gerak 1
TOTAL 15 15
Nilai 12-14 : Gangguan Kesadaran Ringan
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Temperature :38.5 °C
Data Antropometri
Lingkar Kepala : 49 Cm
Status Gizi
2. Pemeriksaan Fisik
Kulit
a. Sianosis :tidak ditemukan
b. Ikterus :tidak ditemukan
c. Pucat :tidak ditemukan
d. Turgor :kembali cepat
e. Edema :tidak ditemukan
f. Lainnya :-
Rambut :Hitam dan bersih
Kepala :Normal
a Wajah :Simetris
b Mata :Konjungtiva = hyperimis (-/-), Pucat (-/-), Sekret (-/-),
Pupil isokor (+/+)
c Hidung :Simetris, Polip (-), Sekret (-)
d Mulut :DBN
e Telinga :DBN
f Leher :DBN
g Thorax :DBN
h Abdomen :Peristaltik usus (+) , Nyeri tekan (-)
i Ekstremitas :DBN
j Anogentinal :Laki - laki, Anus (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RESUME
Pasien anak laki – laki usia 9 Tahun dibawa orang tuanya ke rumah Sakit Haji Medan
untuk melakukan EEG dan os memiliki keluhan demam selama 3 hari disertai batuk
(+) muntah (+) . os memiliki riwayat epilepsi dari usia 2 tahun dengan durasi kejang
> 15 menit dengan adanya bangkitan berulang (lebih dari 2 kali sehari) dengan tipe
kejang umum os juga mengalami disabilitas intelektual dimana seusianya sudah bisa
berhitung dan menghafal.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
EEG : didapatkan hasil EEG tampak abnormal terdapat
hipofungsi umum berat.
DIAGNOSA BANDING
1 Epilepsi
2. First unprovoked seizures
DIAGNOSA
Epilepsi
TERAPI
Tanggal S O A P
31/05/2021 Kejang (-) HR:118 Epilepsi • IVFD RL 20
Senin Demam(+) x/i gtt/I mikro
Batuk (+) RR:22 x/i • Paracetamol
Muntah T:38,5 °C 3 x ¾ tab
(+) SPO2: • Asam
98% Valproat 2 X
10 cc
Telah dilaporkan seorang pasien anak laki-laki umur 9 tahun 7 bulan dengan
diagnosis kerja observasi epilepsi. Diagnosis kerja ditegakan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium.
Data yang diperoleh dari anamnesa yaitu demam selama 3 hari disertai batuk
(+) muntah (+) . pasien memiliki riwayat epilepsi dari usia 2 tahun dengan
durasi kejang > 15 menit dengan adanya bangkitan berulang (lebih dari 2 kali
sehari) pasien juga mengalami keterlambatan tumbuh kembang dimana
seusianya sudah bisa berhitung dan menghafal.
Dari pemeriksaan fisik di ruang rawat didapatkan kesadaran composmentis,
suhu febris, refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-), rangsangan
meningeal (-) thoraks dan abdomen dalam batas normal, ekstremitas normal,
selama dirungan tidak ada kejang.
Etiologi dari epilepsi pada kasus ini disebabkan karena genetik dengan hasil
EEG ditemukan hipofungsi umum berat.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik ini diagnosa akhir menjadi epilepsi
Terapi diruangan diberikan Asam Valproat 2 X 10 cc dan pemberian
Paracetamol untuk mengatasi demam pada anak.
Pasien dipulangkan pada hari ke-5 perawatan dengan kriteria suhu badan
normal dan bebas kejang 24 jam tanpa obat antipiretik, diagnosis akhir adalah
epilepsi.
PROGNOSIS
epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat-obat, sedangkan sekitar 50% pada suatu
waktu akan dapat berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer, baik bersifat kejang
Sebaliknya epilepsi yang serangan pertama pada usia 3 tahun atau disertai kelainan
2.1 Definisi
Epilepsi adalah suatu penyakit otak yang ditandai dengan kondisi atau gejala:
Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks dengan jarak
waktu antar bangkitan pertama dan kedua > 24 jam atau Satu bangkitan tanpa
etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya
muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksimal. Terdapat dua kategori
dari kejang epilepsi yaitu kejang fokal (parsial) dan kejang umum. Kejang fokal
terjadi karena adanya lesi pada satu bagian dari cerebral cortex, di mana pada
umum, lesi mencakup area yang luas dari cerebral cortex dan biasanya mengenai
kedua hemisfer cerebri. Kejang mioklonik, tonik, dan klonik termasuk dalam epilepsi
umum.
dengan atau tanpa perubahan kesadaran. Disebabkan oleh hiperaktifitas listrik pada
sekelompok sel saraf di otak dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.
Kejang epilepsi harus dibedakan dengan sindrom epilepsi. Kejang epilepsi adalah
timbulnya kejang akibat berbagai penyebab yang ditandai dengan serangan tunggal
atau tersendiri. Sedangkan sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda
klinis epilepsi yang ditandai dengan kejang epilepsi berulang, meliputi berbagai
ada, tetapi tidak semua kejang merupakan manifestasi klinis dari epilepsi. Seorang
kejang lain yang bisa dihilangkan atau disembuhkan, misalnya adanya demam tinggi,
adanya pendesakan otak oleh tumor, adanya pendesakan otak oleh desakan tulang
cranium akibat trauma, adanya inflamasi atau infeksi di dalam otak, atau adanya
kelainan biokimia atau elektrolit dalam darah. Tetapi jika kelainan tersebut
hari.
2.2 Epidemologi
Puncak insidensi adalah pada populasi anak usia 0-5 tahun diikuti pada usia > 75
bangkitan umum bervariasi dari 17-60 % dibandingkan dengan bangkitan yang tidak
terkrarifikasi yaitu 8-20% . hasil ini tergantung pada usia, dimana prevalensi pada
dewasa 55-83% untuk bangkitan fokal, 6-32% bangkitan umum dan 8-20% bangkitan
yang tidak terklasifikasi. Sedangkan pada anak 42-60% fokal, 30-58% umum dan 5-
20 % tidak terklarifikasi.
2.3 Etiologi
1. Epilepsi idiopatik
- Epilepsi murni karena kelainan gen tunggal, misalnya pada benign familial
idiopathic generalized epilepsy dan sub tipe nya, benign partial epilepsies
of childhood.
sturge-weber syndrome
dan folat
- Gangguan fungsi kromosom pada down syndrome, fragile x syndrome, 4
- Sclerosis hippocampus
operasi saraf, operasi setelah operasi epiepsi, trauma kepala pada bayi
4. Epilepsi kriptogenik
Terdapat dua kategori kejang epilepsi yaitu kejang fokal dan kejang
umum. Secara garis besar, etiologi epilepsi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Prenatal
- Umur ibu saat hamil terlalu muda < 20 tahun atau teralu tua >35 tahun
2. Natal
- Asfiksia
- Partus lama
3. Post Natal
- Kejang demam
- Trauma kepala
- Infeksi SSP
- Gangguan metabolik
Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari epilepsi, yaitu :
1) Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak atau satu
hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh dan kesadaran
Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana, tetapi yang
2) Kejang umum
Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari otak atau
kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan kesadaran
a. Kejang Absans
Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau halusinasi, sehingga
b. Kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota badan, leher, dan
c. Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat dan singkat. Kejang yang
d. Kejang Tonik-Klonik
Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan cepat dan total
disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata mengalami deviasi ke
atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti oleh fase klonik yang
berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase tonik, tampak jelas fenomena otonom yang
terjadi seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan denyut jantung.
e. Kejang Klonik
Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi kejang yang terjadi
f. Kejang Tonik
Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering mengalami jatuh akibat
hilangnya keseimbangan,
2.6 Patofisiologi
Neuron memiliki potensial membran, hal ini terjadi karena adanya perbedaan
muatan ion-ion yang terdapat di dalam dan di luar neuron. Perbedaan jumlah
intraneuron yang lebih negatif. Neuron bersinapsis dengan neuron lain melalui
akson dan dendrit. Suatu masukan melalui sinapsis yang bersifat eksitasi akan
inhibisi akan menyebabkan hiperpolarisasi membran. Bila eksitasi cukup besar dan
inhibisi kecil, akson mulai terangsang, suatu potensial aksi akan dikirim sepanjang
epilepsi. Epilepsi ditandai oleh bangkitan berulang yang diakibatkan oleh aktivitas
listrik yang berlebihan pada sebagian atau seluruh bagian otak. Seorang penderita
dikatakan menderita epilepsi bila setidaknya mengalami dua kali bangkitan tanpa
provokasi. Bangkitan epilepsi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor
eksitasi dan inhibisi serebral, bangkitan akan muncul pada eksitabilitas yang tidak
terkontrol. Pada sebagian besar kasus tidak dijumpai kelainan anatomi otak, namun
pada beberapa kasus epilepsi disertai oleh kerusakan struktural otak yang
epilepsi:
kesadaran
Kejang parsial kompleks
saat onset
Kejang parsial yang Kejang parsial sederhana
Absans atipikal
Kejang
mioklonik
Kejang klonik
Kejang tonik-
klonik
Kejang atonik
epilepsi
oksipital
Simtomatik Lobus temporalis
Lobus frontalis
Lobus parietalis
Lobus oksipitalis
bayi
(pyknolepsy)
astatik
Ensefalopati mioklonik
neonatal
2. Sindrom spesifik
• Malformasi serebral
• Gangguan metabolisme
Epilepsi dan Serangan fokal • Kejang neonatal
(Sindroma Taissinare)
• Sindroma Landau-Kleffner
4 Sindrom khusus Kejang demam
Status epileptikus
Kejang berkaitan
dengan gejala
metabolik atau
toksik akut
2.8 Diagnosis
2.8.1 Anamnesis
Penjelasan perihal segala sesuatu yang terjadi sebelum, selama dan sesudahserangan
(meliputi gejala dan lamanya serangan) merupakan informasi yang sangat berarti dan
a) Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali selama ini? Usia
tonik klonik dan mioklonik banyak dijumpai biasanya pada waktu terjaga dan
pagi hari. Serangan kejang lobus temporalis dapat terjadi setiap waktu,
sedangkan serangan kejang lobus frontalis biasanya muncul pada waktu
malam hari.
c) Apakah ada faktor pencetus ? Serangan kejang dapat dicetuskan oleh karena
kurang tidur, cahaya yang berkedip, panas, kelelahan fisik dan mental atau
mengetahui bagaimana respon pengobatan bila sudah mendapat obat obat anti
kejang .
e) Apakah ada periode bebas kejang sejak awal serangan kejang ? Pertanyaan ini
mencoba untuk mencari apakah sebelumnya pasien sudah mendapat obat anti
kejang atau belum dan dapat menentukan apakah obat tersebut yang sedang
f) Apakah ada jenis serangan kejang lebih dari satu macam? Dengan
Pertanyaan ini penting mengingat pasien yang mengalami luka ditubuh akibat
serangan kejang ada yang diawali dengan “aura“ tetapi tidak ada cukup
serangan kejang atau mungkin ada “aura“ , sehingga dalam hal ini informasi
tersebut dapat dipersiapkan upaya upaya untuk mengurangi bahaya terjadinya
luka.
mengetahui gambaran pasien yang pernah datang ke unit gawat darurat dapat
obat, ada perubahan minum obat dan penyakit lain yang menyertai.
yang berguna dalam menentukan etiologinya. Lokasi yang berkaitan dengan serangan
kejang dan pengetahuan tentang lesi yang mendasari dapat membantu untuk
pengobatan selanjutnya.
1. Apakah pasien lahir normal dengan kehamilan genap bulan maupun proses
persalinannya?
kompleks 13 %.
5. Apakah ada riwayat infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis?
atau penyakit infeksi lainnya seperti sepsis, pneumonia yang disertai serangan
3) Riwayat Keluarga
sindrom epilepsi yang spesifik atau kelainan neurologi yang ada kaitannya dengan
rolandic epilepsy“ dan sindrom serangan kejang umum tonik klonik disertai kejang
demam.
4) Riwayat Alergi
dibedakan apakah ini suatu efek samping dari gastrointestinal atau efek reaksi
hipersensitif. Bila terdapat semacam ”rash“ perlu dibedakan apakah ini terbatas
karena efek fotosensitif yang disebabkan eksposur dari sinar matahari atau karena
5)Riwayat Pengobatan
ditanyakan bagaimana kemanjuran obat tersebut, berapa kali diminum sehari dan
berapa lama sudah diminum selama ini, berapa dosisnya, ada atau tidak efek
sampingnya.
2.8.2 Pemeriksaan Fisik Umum
Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis, dapat dilihat adanya tanda-
tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti trauma kepala,
gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus, infeksi telinga atau sinus.
Penyebab terjadinya serangan epilepsi harus dapat ditepis melalui pemeriksaan fisik
dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Untuk penderita
dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada pasien
yang berusia lebih tua sebaiknya dilakukan auskultasi didaerah leher untuk
dilakukan pada pertama kali serangan kejang itu muncul oleh karena banyak kejadian
yang mirip dengan serangan kejang tetapi penyebabnya kardiovaskular seperti sinkop
hemangioma) pada sturge-weber syndrome. Juga perlu dilihat apakah ada bekas
gigitan dilidah yang bisa terjadi pada waktu serangan kejang berlangsung atau apakah
ada bekas luka lecet yang disebabkan pasien jatuh akibat serangan kejang, kemudian
apakah ada hiperplasi ginggiva yang dapat terlihat oleh karena pemberian obat
fenitoin dan apakah ada “dupytrens contractures” yang dapat terlihat oleh karena
kranialis, fungsi motorik dan sensorik, serta refleks tendon. Adanya defisit neurologi
mungkin dapat menunjukkan adanya lateralisasi atau lesi struktur di area otak yang
terbatas. Adanya nystagmus , diplopia atau ataksia mungkin oleh karena efek toksis
mungkin terjadi pada waktu serangan kejang terjadi.” Dysmorphism “ dan gangguan
belajar mungkin ada kelainan kromosom dan gambaran progresif seperti demensia,
- Pemeriksaan laboratorium
anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu darah lengkap meliputi hitung jenis trombosit,
kimia darah meliputi elektrolit, kalsium, fungsi hati dan ginjal, urinalisis rutin.
Peningkatan kadar prolatin serum diambil dalam 20 menit setelah episode iktal
dibandingkan dengan waktu yang sama esok harinya bisa digunakan untuk
membedakan antara kejadian epilepsi dengan non epilepsi karena meningkat setelah
- Pemeriksaan genetik
terutama pada ensepalopati epilepsi dimana mutasi pada gen SCN1A mutasi
PCDH19, mutasi ARX pada spasme infantil, mutasi SLC2A pada absans dini (kurang
- Eektroensepaografi
Pemeriksaan EEG rutin masih menjadi pemeriksaan yang paling informatif pada
diagnosis epilepsi
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan oksigenasi otak yang
diazepam per rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan anak < 10 kg atau 10 mg bila
berat badan anak > 10 kg. Jika kejang masih belum berhenti, dapat diulang setelah
selang waktu 5 menit dengan dosis dan obat yang sama. Jika setelah dua kali
pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, maka penderita dianjurkan
b. Pengobatan epilepsi
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita epilepsi terbebas dari
sampai kematian sejumlah sel-sel otak. Apabila kejang terjadi terus menerus maka
kemampuan intelegensi penderita. Karena itu, upaya terbaik untuk mengatasi kejang
harus dilakukan terapi sedini dan seagresif mungkin. Pengobatan epilepsi dikatakan
berhasil dan penderita dinyatakan sembuh apabila serangan epilepsi dapat dicegah
atau dikontrol dengan obatobatan sampai pasien tersebut 2 tahun bebas kejang.
1) Terapi medikamentosa
Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam menangani penderita epilepsi yang
baru terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE) baku yang biasa diberikan di
valproat. Obat-obat tersebut harus diminum secara teratur agar dapat mencegah
penggunaan OAE harus tetap diteruskan kecuali ditemukan tanda-tanda efek samping
yang berat maupun tanda-tanda keracunan obat. Prinsip pemberian obat dimulai
dengan obat tunggal dan menggunakan dosis terendah yang dapat mengatasi kejang.
2) Terapi bedah
Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong bagian yang menjadi
fokus infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi sumber serangan. Diindikasikan
terutama untuk penderita epilepsi yang kebal terhadap pengobatan. Berikut ini
a. Lobektomi temporal
c. Hemisferektomi
d. Callostomi
3) Terapi nutrisi
Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang berat yang kurang
dapat dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat mengurangi toksisitas
dari obat. Terapi nutrisi berupa diet ketogenik dianjurkan pada anak penderita
epilepsi. Walaupun mekanisme kerja diet ketogenik dalam menghambat kejang masih
belum diketahui secara pasti, tetapi ketosis yang stabil dan menetap dapat
mengendalikan dan mengontrol terjadinya kejang. Hasil terbaik dijumpai pada anak
prasekolah karena anak-anak mendapat pengawasan yang lebih ketat dari orang tua di
mana efektivitas diet berkaitan dengan derajat kepatuhan. Kebutuhan makanan yang
diberikan adalah makanan tinggi lemak. Rasio kebutuhan berat lemak terhadap
kombinasi karbohidrat dan protein adalah 4:1. Kebutuhan kalori harian diperkirakan
2.10 Komplikasi
Bila serangan epilepsy sering terjadi dan berlangsung lama, maka akan terjadi
kerusakan pada organ otak, dimana tingkat kerusakan biasanya bersifat irreversible
dan jika sering terjadi dengan jangka waktuyang lama sering sekali membuat pasien
menjadi cacat.
2.11 Prognosis
Batasan remisi epilepsi yang sering dipakai adalah 2 tahun bebas serangan (kejang)
dengan terapi. Pada pasien yang telah mengalami remisi 2 tahun harus
Batasan lain yang dipakai untuk menggambarkan remisi adalah bebas serangan
(remisi terminal) minimal 6 bulan dalam terapi OAE. Setelah tercapai bebas serangan
selama > 6 bulan atau > 2 tahun dengan terapi, maka perlu dipikirkan untuk
epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat-obat, sedangkan sekitar 50% pada suatu
waktu akan dapat berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer, baik bersifat kejang
Sebaliknya epilepsi yang serangan pertama pada usia 3 tahun atau disertai kelainan
Risiko kematian yang paling tinggi adalah pada penderita epilepsi yang
epilepsi anak-anak paling sering disebabkan oleh penyakit susunan saraf pusat yang
Epilepsi adalah suatu penyakit otak yang ditandai dengan kondisi atau gejala:
Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks dengan jarak
waktu antar bangkitan pertama dan kedua > 24 jam atau Satu bangkitan tanpa
berulang dalam 10 tahun kedepan. Bangkitan pertama pada anak yang disertai lesi
kompleksitas dari penyakit ini serta perlunya evaluasi secara berkala dan pencegahan
dengan meminimalisir gangguan neurologis sejak dini. Bila serangan epilepsi tidak
ditangani dengan baik dan berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan pada
sistem otak dan syaraf anak tersebut hingga dapat mengakibatkan kematian.Pada
serangan dimana intesitas serangan ini dapat dikuranggi dengan cara menghindari
DAFTAR PUSTAKA