KEJANG DEMAM
Disusun Oleh:
dr. Tri Ayu Octaviyani
Dokter Pembimbing:
dr. Fatmawaty SpA
Dokter Pendamping :
dr. Fuad Supriyadi
1
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS PORTOFOLIO
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui,
dr. Tri Ayu Octaviyani dr. Fatmawaty, Sp. A dr. Fuad Supriyadi, MM
2
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Identitas Pasien
1. Nama : An. B
2. Umur : 2 tahun 6 bulan
3. Tanggal Lahir : 16 Juli 2016
4. Jenis Kelamin : Laki - laki
5. Agama : Kristen
6. Alamat : Jl. Rukun No.1 Rt 005/002
7. Tanggal masuk rumah sakit : 16 Januari 2019
8. Ruang Rawat : Hasanah 1
9. Nomer rekam medis : 00590083
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis kepada ibu pasien.
1. Keluhan utama : Kejang ±15 menit sebelum masuk rumah sakit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
1 hari SMRS pasien demam (suhu tidak diukur), pasien juga dengan keluhan
batuk dan pilek yang muncul bersamaan dengan keluhan demam tersebut. Ibu
pasien memberikan obat penurun panas (proris sirup) yang sudah biasa diberikan
jika anak demam. Setelah diberikan obat tersebut demam hanya menurun
sementara saja. Muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun.
± 3 jam SMRS, demam tinggi terus menerus. Ibu pasien memberikan proris sirup
dan mengompres dengan air hangat namun demam tetap tinggi.
15 menit SMRS pasien kejang kurang lebih selama 1 menit, kaku pada seluruh
tubuh, kelojotan (+), mata mendelik (+) ke atas, pada saat setelah kejang pasien
sadar. Saat itu suhu tidak diukur. Lalu ibu pasien segera membawa pasien ke IGD
RS Haji Jakarta.
3
3. Riwayat penyakit dahulu : - Riwayat kejang demam 2 bulan yang lalu.
(kejang pertama kali).
- Riwayat epilepsi disangkal.
4. Riwayat penyakit keluarga : - Riwayat kejang demam disangkal.
- Riwayat epilepsi disangkal.
5. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : Pasien
: : Perempuan
6. Riwayat Pribadi :
4
Menangis spontan: ya
Kelainan bawaan : -
8. Riwayat Perkembangan
Menurut penuturan ibu pasien :
Pada usia 3 bulan pasien dapat mengangkat kepala dan tengkurap
Pada usia 6 bulan pasien dapat duduk sendiri
Pada usia 8 bulan pasien dapat merangkak
Pada usia 1 tahun 3 bulan pasien sudah dapat berjalan dan berbicara.
9. Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi sudah lengkap.
5
5. Mata : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
6. Leher : Pembesaran KGB (-), trachea berada di tengah, kaku
kuduk (-).
7. Telinga : Hiperemis (-), sekret (-), nyeri tekan (-)
8. Hidung : sekret (+/+) jernih, edema (-/-)
9. Mulut dan Tenggorokan : Sulit dilakukan pemeriksaan
10. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas kanan jantung : ICS 5 lines sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea mid clavicula sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-).
11. Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris dalam keadaan statis dan
dinamis kanan kiri. Retraksi (-)
Palpasi : Tidak teraba kelainan dan masa pada seluruh lapang paru.
Fremitus taktil simetris.
Perkusi : Terdengar sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Vesicular diseluruh lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/-
12. Abdomen
Inspeksi : Perut cembung.
Palpasi : Distensi (-), turgor baik, organomegali (-), nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
6
Brudzinski I :-/-
Kernig : >135o / >135o
Brudzinski II :-/-
Refleks patologis
Babinski : -/- Gorda : -/-
Chaddock : -/- Gordon : -/-
Oppenheim : -/- Schaeffer : -/-
V. Resume
Pasien (An. B, 2 tahun 6 bulan) datang ke IGD RS Haji Jakarta dengan keluhan
kejang 15 menit SMRS. Kejang selama kurang lebih 1 menit, dengan keluhan
badan menjadi kaku kelojotan dan mata mendelik ke atas. 1 hari SMRS pasien
demam, batuk dan pilek. Pada hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 16 Januari
2019 didapatkan penurunan hematokrit yaitu 33%, penurunan leukosit yaitu 5080
sel/µL dan peningkatan peningkatan LED yaitu 79 mm/jam.
7
VII. Tatalaksana
Non Medikamentosa :
Bedrest, minimalisir pergerakan agar tubuh istirahat selama proses
penyembuhan.
Bantu menurunkan panas dengan kompres air hangat jika demam.
Medikamentosa :
IGD
- IVFD Kaen 1B 12tpm
- Paracetamol drip 160mg
VIII. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
8
FOLLOW UP
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
I. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di
atas 380C, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan
oleh proses intrakranial..1
Menurut National Institutes of Health (NIH) dan International League
Againts Epilepsy (ILAE) kejang demam adalah kejang pada bayi atau anak yang
bersamaan dengan demam, definisi ini tidak termasuk dalam kejang tanpa
pencetus dan kejang karena infeksi SSP, ketidakseimbangan elektrolit dan
kejadian simtomatik akut lain. suhu tubuh ≥ 101o F (≥ 38,3o C).2
Keterangan:
1. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan elektrolit
atau metabolik lainnya.
2. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut
sebagai kejang demam.
3. Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam,
namun jarang sekali. National Institute of Health (1980) menggunakan batasan
lebih dari 3 bulan, sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978), serta ILAE (1993)
menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan.
4. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului demam,
pikirkan kemungkinan lain, terutama infeksi susunan saraf pusat.
5. Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini
melainkan termasuk dalam kejang neonatus
II. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.1
Kejang demam adalah kelainan kejang yang umum pada anak. Secara global
sekitar 2-5 % insidensi kejang demam pada anak tergantung lokasi geografis.2
10
Tabel 1. Epidemiologi Kasus Kejang Demam
III. Klasifikasi
a. Kejang demam sederhana: kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, dan umumnya berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik
dan atau klonik tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang
demam.1
b. Kejang demam kompleks: kejang dengan salah satu ciri berikut:
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
- Kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam1
11
Klasifikasi Kejang berdasarkan ILAE 20173:
IV. Patofisiologi
12
sitokin ini mungkin melalui sel endothelial circumventricular akan menstimulus
enzim COX-2 yang akan mengkatalis konversi asam arakidonat menjadi PGE2 yang
kemudian menstimulus pusat termoregulasi di hipotalamus, sehingga terjadi kenaikan
suhu tubuh.4
Demam juga akan meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus, pyrogen endogen
yaitu IL-1β akan meningkatkan eksitabilitas neuronal (glutamatergic) dan
menghambat GABA-ergic. Peningkatan eksitabilitas neuronal ini yang menimbulak
kejang.4
V. Faktor Risiko
Faktor risiko absolut untuk anak mengalami kejang demam2:
Tanpa ada faktor risiko 2,2%
Kejang demam pada keluarga lapis kedua 6,6%
Delay Development 10,3%
Hari Rawat neonatus ≥ 28 hari 11,6%
Kejang demam pada keluarga lapis pertama
- 1 orang keluarga 9,6%
- 2 orang keluarga 32,5%
VI. Diagnosis
A. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan dapat meliputi:
Apakah kejang disertai demam?
Onset Kejang?
Lama kejang?
Bagaimana bentuk kejang? Umum atau fokal?
Bagaimana kesadaran saat kejang?
13
Apakah kejang berulang?
Berapa lama interval antar kejang?
Bagaimana kondisi pasien setelah kejang? Adakah defek neurologis?
Apakah ada hal lain yang menyertai kejang?
B. Pemeriksaan Fisik
C. Pemeriksaan Penunjang1
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hal ini tidak dikerjakan secara rutin pada pasien kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah
perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru,
saat ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak
berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan
keadaan umum baik.
Indikasi pungsi lumbal (level of evidence 2, derajat rekomendasi B):
o Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
o Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
o Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang
sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotic
tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.
14
3. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, kecuali apabila
bangkitan bersifat fokal.EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk
menentukan adanya focus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi
lebih lanjut.
4. Foto Rontgen
Foto X-Ray kepala dan CT-SCAN atau MRI jarang dikerjakan,
tidak rutin.Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti
kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis
nervus kranialis.
VIII. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Saat Kejang
Diazepam intravena 03-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-
2 mg/menit atau dalam 3-5 menit. Dosis maksimal 20 mg. dapat juga
diberikan diazepam per rektal 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak BB < 10 kg dan diazepam rektal 10 mg untuk BB > 10 kg.
pemberian diazepam dapat diulang dengan dosis yang sama dengan interval
waktu 5 menit.1
Jika setelah pemberian 2 kali diazepam per rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena
0,3-0,5 mg/kg.1
Bila kejang belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan
dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya 4-8 mg/kg/hari
dimulai dari 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan feniotin kejang belum
berhenti maka harus dirawat diruang intensif. Bila kejang berhenti, pemberian
15
obat selanjutnya tergantung jenis kejang demam apakah kejang demam
sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.1
c. Pemberian Antikonvulsan
Pemberian obat antikonvulsan intermiten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah
obatantikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam.Profilaksis
intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satufaktor risiko di
bawah ini:
1. Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
2. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
3. Usia <6 bulan
4. Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
5. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat
dengan cepat.
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat
badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu
diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat
menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
16
maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
jangka pendek.Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Keterangan:
1. Kelainan neurologis tidak nyata, misalnya keterlambatan perkembangan,
BUKAN merupakan indikasi pengobatan rumat.
2. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak
mempunyai fokus organik yang bersifat fokal.
3. Pada anak dengan kelainan neurologis berat dapat diberikan edukasi untuk
pemberian terapi profilaksis intermiten terlebih dahulu, jika tidak
berhasil/orangtua khawatir dapat diberikan terapi antikonvulsan rumat.
17
terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati.Dosis asam valproat adalah 15-40
mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2
dosis.
IX. Prognosis
18
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:
a. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
b. Usia kurang dari 12 bulan
c. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
d. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang.
e. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang
demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor risiko terjadinya epilepsy adalah kelainan neurologis atau
perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam
kompleks, riwayat epilepsy pada orang tua atau saudara kandung. Masing-masing
faktor risiko meningkatkan kemungkinan epilepsy sampai 4-6%, kombinasi dari
faktor risiko meningkatkan kemungkinan epilepsy 10-49%. Kemungkinan
menjadi epilepsy tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang
demam.1
Kematian langsung karena kejang demam tidak pernah dilaporkan. Angka
kematian pada kelompok anak yang mengalami kejang demam sederhana dengan
perkembangan normal dilaporkan sama dengan populasi umum.
Kejang demam merupakan hal yang sangat menakutkan orangtua dan tak
jarang orang tua menganggap anaknya akan meninggal. Pertama orang tua perlu
diyakinkan dan diberi penjelasan tentang risiko rekurensi serta petunjuk dalam
keadaan akut. Lembaran tertulis dapat membantu komunikasi antara orang tua dan
keluarga. Penjelasan terutama pada4:
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberi informasi mengenai risiko berulang
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi efektif, tetapi harus diingat risiko
efek samping obat.
19
Beberapa hal yang harus dikerjakan saat kejang4:
1. Tetap tenang dan tidak panic
2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lender di mulut atau hidung. Walaupun lidah mungkin tergigit,
jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal, jangan diberikan bila kejang telah berhenti
7. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien (An.B, 2 tahun 6 bulan) datang ke IGD RS Haji Jakarta dengan keluhan
kejang 15 menit SMRS. Kejang selama kurang lebih 1 menit, dengan seluruh badan
menjadi kaku kelojotan dan mata mendelik keatas. 1 hari SMRS pasien demam, batuk
dan pilek. Pada hasil pemeriksaan fisik suhu anak 38,8oC, dan hasil darah rutin
tanggal 16 Januari 2019 didapatkan penurunan hematokrit yaitu 33%, penurunan
leukosit yaitu 5080 sel/µL dan peningkatan peningkatan LED yaitu 79 mm/jam.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien, maka pasien di
diagnosis kejang demam sederhana, sesuai dengan kriteria kejang demam sederhana
yaitu : Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun (pasien berusia 2 tahun 6 bulan, yang masuk ke dalam range
usia tersebut). Yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu diatas 38oC, dengan
metode pengukuran suhu apapun) dan suhu pasien 38,8oC, sesuai dengan kriteria.
Serta tidak disebabkan oleh proses intracranial, juga bukan disebabkan infeksi SSP,
gangguan metabolik, tidak pernah ada riwayat kerjang tanpa demam. Kejang demam
pasie hanya berlangsung singkat yaitu kurang lebih 1 menit (kurang daro 15 menit),
bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan
berhenti sendiri. Kemudian pasien di tatalaksana dengan cairan dan terapi
medikamentosa yaitu, cairan awal IVFD RL 300cc/ jam dan dilanjutkan dengan IVFD
Kaen 3B 1300cc/24 jam. Diberikan puyer demam yang mengandung diazepam 1mg.
Pemberian cairan dan medikamentosa tersebut sesuai dengan algoritma
penatalaksanaan kejang yaitu 0,25mg – 0,5mg perkilogram berat badan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22