Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM

Disusun Oleh:
dr. Tri Ayu Octaviyani

Dokter Pembimbing:
dr. Fatmawaty SpA

Dokter Pendamping :
dr. Fuad Supriyadi

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
DKI JAKARTA
2019

1
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

Telah dipresentasikan laporan kasus oleh :

Nama : dr. Tri Ayu Octaviyani

Kasus : Kejang Demam

Topik : Ilmu Kesehatan Anak

Nama Pendamping : dr. Fuad Supriyadi, MM

Nama Pembimbing : dr. Fatmawaty, Sp. A

Nama Wahana : RS Haji Jakarta

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Mengetahui,

Dokter Internship Dokter Pembimbing Dokter Pendamping

dr. Tri Ayu Octaviyani dr. Fatmawaty, Sp. A dr. Fuad Supriyadi, MM

2
BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Identitas Pasien

1. Nama : An. B
2. Umur : 2 tahun 6 bulan
3. Tanggal Lahir : 16 Juli 2016
4. Jenis Kelamin : Laki - laki
5. Agama : Kristen
6. Alamat : Jl. Rukun No.1 Rt 005/002
7. Tanggal masuk rumah sakit : 16 Januari 2019
8. Ruang Rawat : Hasanah 1
9. Nomer rekam medis : 00590083

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis kepada ibu pasien.
1. Keluhan utama : Kejang ±15 menit sebelum masuk rumah sakit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
1 hari SMRS pasien demam (suhu tidak diukur), pasien juga dengan keluhan
batuk dan pilek yang muncul bersamaan dengan keluhan demam tersebut. Ibu
pasien memberikan obat penurun panas (proris sirup) yang sudah biasa diberikan
jika anak demam. Setelah diberikan obat tersebut demam hanya menurun
sementara saja. Muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun.
± 3 jam SMRS, demam tinggi terus menerus. Ibu pasien memberikan proris sirup
dan mengompres dengan air hangat namun demam tetap tinggi.
15 menit SMRS pasien kejang kurang lebih selama 1 menit, kaku pada seluruh
tubuh, kelojotan (+), mata mendelik (+) ke atas, pada saat setelah kejang pasien
sadar. Saat itu suhu tidak diukur. Lalu ibu pasien segera membawa pasien ke IGD
RS Haji Jakarta.

3
3. Riwayat penyakit dahulu : - Riwayat kejang demam 2 bulan yang lalu.
(kejang pertama kali).
- Riwayat epilepsi disangkal.
4. Riwayat penyakit keluarga : - Riwayat kejang demam disangkal.
- Riwayat epilepsi disangkal.

5. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki : Pasien

: : Perempuan

6. Riwayat Pribadi :

Kehamilan Masalah kehamilan Tidak ada

ANC Sebulan sekali

Kelahiran Tempat persalinan Rumah Sakit

Penolong persalinan Dokter

Cara persalinan Normal

Usia gestasi 9 bulan (39 minggu)

Paska lahir Keadaan bayi Berat badan lahir : 3980 gr


Panjang badan: 50 cm
Lingkar kepala: ibu lupa

4
Menangis spontan: ya
Kelainan bawaan : -

7. Riwayat ASI dan Makanan


ASI : Sejak lahir sampai usia 6 bulan
MPASI : Mulai pada usia 6 bulan.

8. Riwayat Perkembangan
Menurut penuturan ibu pasien :
 Pada usia 3 bulan pasien dapat mengangkat kepala dan tengkurap
 Pada usia 6 bulan pasien dapat duduk sendiri
 Pada usia 8 bulan pasien dapat merangkak
 Pada usia 1 tahun 3 bulan pasien sudah dapat berjalan dan berbicara.

9. Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi sudah lengkap.

10. Riwayat Sosial


Pasien tinggal bersama orang tua kandungnya.

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum : Tampang sakit sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda – Tanda Vital
Frekuensi Nadi : 88m/ menit
Frekuensi Nafas : 20x/ menit
Suhu : 38,8oC
Tekanan Darah : 96/64 mmHg
Status Gizi : Gizi baik, perawakan tinggi normal.
BB : 16 kg BB/U : Antara -2 SD dan 2 SD (Berat Badan Normal)
TB : 90 cm TB/U : Antara -2 SD dan 2 SD (Tinggi Badan Normal)
Umur : 2 thn 6 bln BB/TB : Antara -2 SD dan 2 SD (Gizi Baik)
4. Kepala : Normocephal

5
5. Mata : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
6. Leher : Pembesaran KGB (-), trachea berada di tengah, kaku
kuduk (-).
7. Telinga : Hiperemis (-), sekret (-), nyeri tekan (-)
8. Hidung : sekret (+/+) jernih, edema (-/-)
9. Mulut dan Tenggorokan : Sulit dilakukan pemeriksaan
10. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Batas kanan jantung : ICS 5 lines sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea mid clavicula sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-).

11. Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris dalam keadaan statis dan
dinamis kanan kiri. Retraksi (-)
Palpasi : Tidak teraba kelainan dan masa pada seluruh lapang paru.
Fremitus taktil simetris.
Perkusi : Terdengar sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Vesicular diseluruh lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/-

12. Abdomen
Inspeksi : Perut cembung.
Palpasi : Distensi (-), turgor baik, organomegali (-), nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.

13. Ekstremitas : Hangat di keempat ekstremitas, edema tidak ada.


14. Status Neurologis
GCS : E4M6V5 (15)
 Kaku kuduk :-
 Laseque : >70o / >70o

6
 Brudzinski I :-/-
 Kernig : >135o / >135o
 Brudzinski II :-/-

Refleks patologis
 Babinski : -/- Gorda : -/-
 Chaddock : -/- Gordon : -/-
 Oppenheim : -/- Schaeffer : -/-

IV. Pemeriksaan Penunjang


16/01/19 (11.03) Nilai Rujukan
Pemeriksaan Satuan
IGD RSUD RS Haji
Hematologi
Hemoglobin 11.8 g/Dl 10,8 – 12,8
Hematokrit 33 % 35 – 43
Leukosit 5.08 sel/µL 5500-15.500
Trombosit 256 sel/µL sel/µL 217.000-497.000
Eritrosit 4,2 Juta/ul 3,6 – 5,2
LED 79 mm/jam 0 - 10

V. Resume
Pasien (An. B, 2 tahun 6 bulan) datang ke IGD RS Haji Jakarta dengan keluhan
kejang 15 menit SMRS. Kejang selama kurang lebih 1 menit, dengan keluhan
badan menjadi kaku kelojotan dan mata mendelik ke atas. 1 hari SMRS pasien
demam, batuk dan pilek. Pada hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 16 Januari
2019 didapatkan penurunan hematokrit yaitu 33%, penurunan leukosit yaitu 5080
sel/µL dan peningkatan peningkatan LED yaitu 79 mm/jam.

VI. Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding


Diagnosis Kerja : - Kejang Demam Sederhana
- Infeksi Saluran Nafas Atas
Diagnosis Banding : - Kejang Demam Kompleks
- Meningitis

7
VII. Tatalaksana
Non Medikamentosa :
 Bedrest, minimalisir pergerakan agar tubuh istirahat selama proses
penyembuhan.
 Bantu menurunkan panas dengan kompres air hangat jika demam.

Medikamentosa :
 IGD
- IVFD Kaen 1B 12tpm
- Paracetamol drip 160mg

 Ruang Rawat Hasanah 2


- IVFD RL 300cc/ 1 jam
- IVFD Kaen 3B 1300cc/24 jam
- Paracetamol drip 160mg
- Inj. Medrol 50mg 3 x 1
- Azytromicin tab 1 x 150mg
- Puyer batuk pilek 3 x 1 ( mucoped 2,5mg + kenacod 1mg +
rhinofed 1mg + cefixime 10mg)
- Puyer demam (dumin 100mg + diazepam 1mg) dan ibuprofen 
pemberian selang seling jika masih demam tinggi.
- Vitamin cobazymin

VIII. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

8
FOLLOW UP

Tanggal 17 Januari 2019 18 Januari 2019


S Demam (+) hari ke-3 , kejang (-), Demam (-), kejang (-). Batuk (+),
Batuk (+), pilek (+), mual (-), pilek (+). Nafsu makan dan minum
muntah (-) BAB (+) 1x. Minum (+) mulai membaik.
Makan 
O KU : Baik TD : 90/56 mmHg
Kes : Cm HR : 90x/m, Teraba kuat
TD : 96/64mmHg RR : 20x/m
HR: 88x/m,Teraba kuat, Suhu : 36,4OC
RR: 20x/m, SpO2 : 98%
Suhu: 36,8OC Hasil Lab : -
SpO2 : 96%
Hasil Lab : -

A  Febris H-3  Febris H-4


 KDS Observasi  KDS Perbaikan

P - IVFD RL 300cc/1jam - IVFD Kaen3B 1300cc/24 jam


- IVFD Kaen3B 1300cc/24 jam - Inj. Medrol 50mg 3 x 1
- Inj. Medrol 50mg 3 x 1 - Azytromicin 1 x 150mg
- Puyer batuk pilek 3 x 1 - Puyer batuk pilek 3 x 1
(mucoped 2,5mg + kenacod (mucoped 2,5mg + kenacod
1mg + rhinofed 1mg + 1mg + rhinofed 1mg + cefixime
cefixime 10mg) 10mg)
- Puyer demam (Dumin 100mg - Puyer demam (Dumin 100mg +
+ diazepam 1mg) dan diazepam 1mg) dan ibuprofen
ibuprofen  selang seling  selang seling
- Vitamin cobazymin - Vitamin cobazymin
- ACC rawat jalan.

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM
I. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di
atas 380C, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan
oleh proses intrakranial..1
Menurut National Institutes of Health (NIH) dan International League
Againts Epilepsy (ILAE) kejang demam adalah kejang pada bayi atau anak yang
bersamaan dengan demam, definisi ini tidak termasuk dalam kejang tanpa
pencetus dan kejang karena infeksi SSP, ketidakseimbangan elektrolit dan
kejadian simtomatik akut lain. suhu tubuh ≥ 101o F (≥ 38,3o C).2
Keterangan:
1. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan elektrolit
atau metabolik lainnya.
2. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut
sebagai kejang demam.
3. Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam,
namun jarang sekali. National Institute of Health (1980) menggunakan batasan
lebih dari 3 bulan, sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978), serta ILAE (1993)
menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan.
4. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului demam,
pikirkan kemungkinan lain, terutama infeksi susunan saraf pusat.
5. Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini
melainkan termasuk dalam kejang neonatus

II. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.1
Kejang demam adalah kelainan kejang yang umum pada anak. Secara global
sekitar 2-5 % insidensi kejang demam pada anak tergantung lokasi geografis.2

10
Tabel 1. Epidemiologi Kasus Kejang Demam

Kebanyakan dari kejang demam adalah kejang demam sederhana. Namun


terdapat sepertiga kejang demam memiliki 1 atau lebih gambaran kejang demam
kompleks. Dalam sebuah studi 428 anak dengan kejang demam pertama kali,
gambaran kejang demam kompleks terdapat 35% termasuk kejang fokal (16%),
kejang berulang (14%) dan durasi panjang (>10 menit) (13%). 5% lainnya
mencakup status epilepticus dimana kejang mencapai lebih dari 30 menit.2

III. Klasifikasi
a. Kejang demam sederhana: kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, dan umumnya berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik
dan atau klonik tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang
demam.1
b. Kejang demam kompleks: kejang dengan salah satu ciri berikut:
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
- Kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam1

11
Klasifikasi Kejang berdasarkan ILAE 20173:

Gambar 1. Klasifikasi Kejang Menurut ILAE 2017

Definisi dari beberapa klasifikasi kejang3:


 Absens : onset tiba-tiba, terdiam dan tatapan kosong. Durasi
beberapa detik hingga 30 detik dan kembali cepat.
 Atonik : tidak ada kontraksi otot
 Tonik : peningkatan kontraksi otot beberapa detik hingga menit
 Klonik : gerakan berulang baik simetrik atau asimetrik pada otot
yang sama
 Myoklonik :kontraksi involunteer tiba-tiba baik satu maupun banyak
otot.

IV. Patofisiologi

Peningkatan temperatur dalam otak berpengaruh terhadap perubahan letupan aktivitas


neuronal. Perubahan temperature tersebut menghasilkan sitokin yang merupakan
pyrogen endogen, jumlah sitokin akan meningkat seiring kejadian demam dan respon
inflamasi akut. Respon terhadap demam biasanya berhubungan dengan interleukin-1
(IL-1) yang merupakan pyrogen endogen atau lipopolisakarida (LPS) dinding bakteri
gram negative sebagai pyrogen eksogen. LPS menstimulus makrofag yang akan
memproduksi piro- dan antiinflamasi sitokin TNF-α, IL-6, IL-1ra dan PGE2. Reaksi

12
sitokin ini mungkin melalui sel endothelial circumventricular akan menstimulus
enzim COX-2 yang akan mengkatalis konversi asam arakidonat menjadi PGE2 yang
kemudian menstimulus pusat termoregulasi di hipotalamus, sehingga terjadi kenaikan
suhu tubuh.4
Demam juga akan meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus, pyrogen endogen
yaitu IL-1β akan meningkatkan eksitabilitas neuronal (glutamatergic) dan
menghambat GABA-ergic. Peningkatan eksitabilitas neuronal ini yang menimbulak
kejang.4

V. Faktor Risiko
Faktor risiko absolut untuk anak mengalami kejang demam2:
 Tanpa ada faktor risiko 2,2%
 Kejang demam pada keluarga lapis kedua 6,6%
 Delay Development 10,3%
 Hari Rawat neonatus ≥ 28 hari 11,6%
 Kejang demam pada keluarga lapis pertama
- 1 orang keluarga 9,6%
- 2 orang keluarga 32,5%

Faktor risiko untuk kejang demam berulang2:


 Umur ≤ 18 bulan
 Temperature puncak ≤ 38,3o C
 Riwayat keluarga dengan kejang demam
 Durasi demam yang diketahui < 1 jam

VI. Diagnosis
A. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan dapat meliputi:
 Apakah kejang disertai demam?
 Onset Kejang?
 Lama kejang?
 Bagaimana bentuk kejang? Umum atau fokal?
 Bagaimana kesadaran saat kejang?

13
 Apakah kejang berulang?
 Berapa lama interval antar kejang?
 Bagaimana kondisi pasien setelah kejang? Adakah defek neurologis?
 Apakah ada hal lain yang menyertai kejang?

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien kejang demam


meliputi penilaian terhadap keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital,
status generalis dan status neurologis.

C. Pemeriksaan Penunjang1
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hal ini tidak dikerjakan secara rutin pada pasien kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah
perifer, elektrolit dan gula darah.

2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru,
saat ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak
berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan
keadaan umum baik.
Indikasi pungsi lumbal (level of evidence 2, derajat rekomendasi B):
o Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
o Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
o Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang
sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotic
tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.

14
3. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, kecuali apabila
bangkitan bersifat fokal.EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk
menentukan adanya focus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi
lebih lanjut.

4. Foto Rontgen
Foto X-Ray kepala dan CT-SCAN atau MRI jarang dikerjakan,
tidak rutin.Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti
kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis
nervus kranialis.

VII. Diagnosa Banding5


1. Meningitis aseptic
2. Viral encephalitis
3. Bakterial meningitis

VIII. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Saat Kejang
Diazepam intravena 03-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-
2 mg/menit atau dalam 3-5 menit. Dosis maksimal 20 mg. dapat juga
diberikan diazepam per rektal 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak BB < 10 kg dan diazepam rektal 10 mg untuk BB > 10 kg.
pemberian diazepam dapat diulang dengan dosis yang sama dengan interval
waktu 5 menit.1
Jika setelah pemberian 2 kali diazepam per rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena
0,3-0,5 mg/kg.1
Bila kejang belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan
dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya 4-8 mg/kg/hari
dimulai dari 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan feniotin kejang belum
berhenti maka harus dirawat diruang intensif. Bila kejang berhenti, pemberian

15
obat selanjutnya tergantung jenis kejang demam apakah kejang demam
sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.1

b. Tatalaksana Saat Demam

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi


risiko terjadinya kejang demam.Meskipun demikian, dokter neurologi anak di
Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol
yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis
ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

c. Pemberian Antikonvulsan
 Pemberian obat antikonvulsan intermiten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah
obatantikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam.Profilaksis
intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satufaktor risiko di
bawah ini:
1. Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
2. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
3. Usia <6 bulan
4. Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
5. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat
dengan cepat.

Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat
badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu
diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat
menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.

 Pemberian obat antikonvulsan rumat


Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan,

16
maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
jangka pendek.Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.

Keterangan:
1. Kelainan neurologis tidak nyata, misalnya keterlambatan perkembangan,
BUKAN merupakan indikasi pengobatan rumat.
2. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak
mempunyai fokus organik yang bersifat fokal.
3. Pada anak dengan kelainan neurologis berat dapat diberikan edukasi untuk
pemberian terapi profilaksis intermiten terlebih dahulu, jika tidak
berhasil/orangtua khawatir dapat diberikan terapi antikonvulsan rumat.

d. Pemberian Obat Rumatan


Obat rumatan diberikan hanya jika kejang demam menunjukkan salah
satu ciri sebagai berikut4:
1. Kejang lama dengan durasi > 15 menit
2. Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, dan
hidrosefalus
3. Kejang fokal

Pengobatan rumatan dapat dipertimbangkan bila4:


1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam
2. Kejang demam terjadi pada bayi usia kurang dari 12 bulan
3. Kejang demam dengan frekuensi >4 kali per tahun

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif
dalam menurunkan risiko berulangnya kejang.Pemakaian fenobarbital setiap
hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50%
kasus.Obat pilihan saat ini adalah asam valproat.Pada sebagian kecil kasus,

17
terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati.Dosis asam valproat adalah 15-40
mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2
dosis.

Lama pengobatan rumat


Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumat
untuk kejang demam tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada
saat anak tidak sedang demam.

Gambar 2. Alur Penanganan Kejang Akut dan Status Konvulsif

IX. Prognosis

Kecacatan atau kelainan neurologi, terkait prognosis kejang demam secara


umum sangat baik. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak
pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Kelainan neurologis dapat terjadi pada
kasus kejang lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi
melaporkan terdapat gangguan recognition memory pada anak yang mengalami
kejang lama. Hal tersebut menegaskan pentingnya terminasi kejang demam yang
berpotensi menjadi kejang lama.

18
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:
a. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
b. Usia kurang dari 12 bulan
c. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
d. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang.
e. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang
demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor risiko terjadinya epilepsy adalah kelainan neurologis atau
perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam
kompleks, riwayat epilepsy pada orang tua atau saudara kandung. Masing-masing
faktor risiko meningkatkan kemungkinan epilepsy sampai 4-6%, kombinasi dari
faktor risiko meningkatkan kemungkinan epilepsy 10-49%. Kemungkinan
menjadi epilepsy tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang
demam.1
Kematian langsung karena kejang demam tidak pernah dilaporkan. Angka
kematian pada kelompok anak yang mengalami kejang demam sederhana dengan
perkembangan normal dilaporkan sama dengan populasi umum.

X. Edukasi Terhadap Orang tua

Kejang demam merupakan hal yang sangat menakutkan orangtua dan tak
jarang orang tua menganggap anaknya akan meninggal. Pertama orang tua perlu
diyakinkan dan diberi penjelasan tentang risiko rekurensi serta petunjuk dalam
keadaan akut. Lembaran tertulis dapat membantu komunikasi antara orang tua dan
keluarga. Penjelasan terutama pada4:
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberi informasi mengenai risiko berulang
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi efektif, tetapi harus diingat risiko
efek samping obat.

19
Beberapa hal yang harus dikerjakan saat kejang4:
1. Tetap tenang dan tidak panic
2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lender di mulut atau hidung. Walaupun lidah mungkin tergigit,
jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal, jangan diberikan bila kejang telah berhenti
7. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien (An.B, 2 tahun 6 bulan) datang ke IGD RS Haji Jakarta dengan keluhan
kejang 15 menit SMRS. Kejang selama kurang lebih 1 menit, dengan seluruh badan
menjadi kaku kelojotan dan mata mendelik keatas. 1 hari SMRS pasien demam, batuk
dan pilek. Pada hasil pemeriksaan fisik suhu anak 38,8oC, dan hasil darah rutin
tanggal 16 Januari 2019 didapatkan penurunan hematokrit yaitu 33%, penurunan
leukosit yaitu 5080 sel/µL dan peningkatan peningkatan LED yaitu 79 mm/jam.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien, maka pasien di
diagnosis kejang demam sederhana, sesuai dengan kriteria kejang demam sederhana
yaitu : Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun (pasien berusia 2 tahun 6 bulan, yang masuk ke dalam range
usia tersebut). Yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu diatas 38oC, dengan
metode pengukuran suhu apapun) dan suhu pasien 38,8oC, sesuai dengan kriteria.
Serta tidak disebabkan oleh proses intracranial, juga bukan disebabkan infeksi SSP,
gangguan metabolik, tidak pernah ada riwayat kerjang tanpa demam. Kejang demam
pasie hanya berlangsung singkat yaitu kurang lebih 1 menit (kurang daro 15 menit),
bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan
berhenti sendiri. Kemudian pasien di tatalaksana dengan cairan dan terapi
medikamentosa yaitu, cairan awal IVFD RL 300cc/ jam dan dilanjutkan dengan IVFD
Kaen 3B 1300cc/24 jam. Diberikan puyer demam yang mengandung diazepam 1mg.
Pemberian cairan dan medikamentosa tersebut sesuai dengan algoritma
penatalaksanaan kejang yaitu 0,25mg – 0,5mg perkilogram berat badan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Hardiono D.P., Dwi P.W, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan Kejang


Demam. Jakarta: IDAI. 2016:1.
2. Shlomo S. Evaluation and Management of Simple and Complex Febrile
Seizures: A CME Web_Based Monograph. New York: University of Kentucky
College of Medicine. 2008:2.
3. Robert S.F, Saul M. The 2017 ILAE Classification of Seizures.Stanford
Epilepsy Center: ILAE. 2017.
4. Rifqi F.A. Penatalaksanaan Kejang Demam. Cermin Dunia Kedokteran.
Jakarta: Kalbe. 2015;42(9):658-661.
5. Mahmoud M. Febrile Seizures: Four Steps Algorithmic Clinical Approach.
Iran J Pediatr. 2010 Mar;20 (1): 5-15.
6. Offringa M., Newton R. Prophylactic drug management for febrile seizures in
children. Cochrane Database Syst Rev.2012 Apr 18;(4)

22

Anda mungkin juga menyukai