Disusun Oleh:
Hosiana Oktaviany Winaris
42180258
PEMAPARAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R.P.H
Tanggal Lahir : 4 Februari 1991
Usia : 28 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kebumen
Tanggal Masuk RS : Rabu, 5 Juni 2019
No RM : 00702XXXX
II. ANAMNESIS
2.1.Keluhan Utama
Keluar darah dari vagina
2.5.Riwayat Pengobatan
Pengobatan rutin : Suplemen dari dokter kandungan.
2.6.Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.
STATUS GENERALIS
1. Kepala
a. Ukuran kepala : Normochepali
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), injeksi
konjungtiva (-/-), mata cowong (-/-), reflek cahaya
(-/-) isokor.
c. Hidung : Deformitas (-), discharge (-), nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
d. Mulut : Sianosis (-), kering (+), faring hiperemis (-), lidah
kotor (-)
e. Telinga : Discharge (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), kelainan
anatomi (-/-),
2. Leher
a. Scar (-), Asimetrisitas (-)
b. Pembesaran Limfonodi (-), nyeri tekan (-)
c. Pembesaran kelenjar thyroid (-)
3. Thorax
Paru-Paru
a. Inspeksi : Dada simetris, kelainan bentuk dada (-), ketinggalan gerak (-),
retraksi (-)
b. Palpasi : Fremitus kanan-kiri normal (D=S), benjolan abnormal (-), nyeri
tekan (-), Ketinggalan gerak (-), krepitasi (-)
c. Perkusi : Sonor +/+
d. Auskultasi : Suara paru vesikuler(+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
a. Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
b. Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra
c. Perkusi : Redup dengan kesan kontur jantung normal
- Batas kanan jantung : SIC II- IV linea parasternalis dextra
- Batas kiri jantung : SIC V linea midclavicularis sinistra
d. Auskultasi : Suara jantung S1/ S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen
a. Inspeksi : Striae gravidarum (+), linea nigra (+)
b. Auskultasi : Peristaltik usus normal 10x/menit
c. Perkusi : Pekak di region suprapubik, nyeri ketuk (-), ukuran hepar normal
d. Palpasi : Buli teraba penuh di regio suprapubik, abdomen teraba supel,
distensi pada daerah suprapubik, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba, massa abnormal (-), turgor kulit normal.
5. Pemeriksaan Ginekologi
a. Pemeriksaan Leopold
- Leopold I : Teraba bokong
- Leopold II : Teraba punggung sebelah kiri
- Leopold III : Teraba kepala
- Leopold IV : Konvergen, kepala belum masuk panggul.
- TFU : 26 cm
- DJJ : 150 X/menit
- Kontaksi : 1x/ 10 menit , 10-15 detik, tidak teratur
b. Genitalia Interna
Inspekulo dan Bimanual tidak dilakukan
c. Genitalia Eksterna
• Inspeksi : Perdarahan pervaginam aktif (+), discharge (-),
perlukaan (-)
6. Ektramitas
Pemeriksaan Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Edema -/- -/-
Rabaan Hangat/ hangat Hangat/ hangat
Capillary Refill Time < 2 detik < 2 detik
V. Planning
Plan for monitor :
1. Tanda- tanda vital Maternal dan fetal
BJ 1.025
pH 6
Protein -
Glukosa -
Urobilin 0,2
Bilirubin -
Keton 15
Leko Gelap +1
Epitel +2
Eritrosit +1
Darah 10
Bakteri +1
VIII. Terapi
- Terapi Konservatif
1. Rawat inap dengan tirah baring ( bed rest )
2. Infus RL 20 tpm
3. Pemberian Antibiotik
Levofloxacin tab mg 500 No V
s.1.d.d
4. Pemberian Tokolitik
MgSo4 40% amp 4 gr No IV
s.i.m.m ( setiap 6 jam IM )
5. Pemberian Pematangan Paru
Dexamethason 2 x 6 mg selama 48 jam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah minggu ke 28 masa
kehamilan.7 Perdarahan antepartum dapat berasal dari15:
a. Plasenta
Meliputi plasenta previa, solusio plasenta dan ruptura sinus marginal.
b. Lokal pada saluran genitali
- Show
- Vulvovaginal varicosities
- Hematuria
d. Perdarahan masif – kehilangan darah > 1000 mL dengan/tanpa tanda klinis syok
2. Plasenta inkreta
3. Plasenta perkreta
C. Plasenta Previa
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
(SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI).
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah bawah
rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta
tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta.
Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi plasenta previa ketika
pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun masa intranatal, dengan
ultrasonografi. Oleh karena itu pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala
dalam asuhan antenatal maupun intranatal.
2. Etiologi Plasenta Previa
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui
dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah
segmen bawah rahim.Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
6. Riwayat abortus
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
3. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian Plasenta Previa11 :
• Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).
• Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret,dll).
• Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
• Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
4. Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):
• Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal,
karena risiko perdarahan sangat hebat.
• Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin
tetap tidak dilahirkan secara normal.
• Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin
bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
• Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga
tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap
ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-
hati.
- Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang
ditutupi plasenta.
6. Diagnosis
Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan
pemeriksaaan:
a. Gejala Klinis
Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau
pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri
(painless), dan berulang (recurrent).
b. Palpasi abdomen
c. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah dan bagian
terbawah janin belum turun, biasanya kepala masih floating.
d. Pemeriksaan inspekulo .
Tujuannya adalah untuk mengetahui asal perdarahan, apakah
perdarahanberasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan
vagina.
e. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotop dan ultrasonografi. Akan
tetapi pada pemerikasaan radiografi clan radioisotop, ibu dan janin dihadapkan
pada bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan USG tidak
menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini dianggap sangat tepat
untuk menentukan letak plasenta.
f. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan
banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan forniks. Mulai
dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan) antara bagian
terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Jari di
masukkan hati-hati kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta.
7. Penatalaksanaan
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus perdarahan
antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin, melakukan resusitasi secara tepat
apabila diperlukan, apabila terdapat fetal distress dan bayi sudah cukup matur untuk
dilahirkan maka perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan dan memberikan
Imunoglobulin anti D pada semua ibu dengan rhesus negatif.
Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik meliputi : setelah terdiagnosis
maka ibu disarankan untuk rawat inap di rumah sakit, tersedia darah transfusi apabila
dibutuhkan segera, fasilitas yang mendukung untuk tindakan bedah sesar darurat,
rencana persalianan pada minggu ke 38 kehamilan namun apabila terdapat indikasi
sebelum waktu yang telah ditentukan maka dapat dilakukan bedah sesar saat itu juga.
Cara pesalinan ditentukan oleh jarak antara tepi plasenta dan ostium uteri internum
dengan pemeriksaan USG transvaginal pada minggu ke 35 kehamilan. Apabila
jaraknya >20 mm persalinan pervaginam kemungkinan besar berhasil. Apabila jarak
antara tepi plasenta dengan ostium uteri internum 0-20 mm maka besar kemungkinan
dilakukan bedah sesar, namun persalinan pervaginam masih dapat dilakukan
tergantung keadaan klinis pasien.
DAFTAR PUSTAKA
https://emedicine.medscape.com/article/262063-overview
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1617885