Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus

“G4P3A0 31 tahun hamil 7-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarium grade II”

Disusun oleh :

dr. Meidianty Tandi

Supervisior Pembimbing :

dr. Dewi Pande, SpOG

BAGIAN/SMF ILMU OBSTETRI GINEKOLOGI


RSU SELE BE SOLU KOTA SORONG
PAPUA BARAT
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul:

“G4P3A0 31 tahun hamil 7-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum grade II”,

telah dibacakan dan disetujui pada tanggal, Agustus 2019.

Supervisor Pembimbing,

dr. Dewi Pande, SpOG

2
BAB I

PENDAHULUAN

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal


kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-
kadang begitu hebat sampai di mana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan menganggu
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton
dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielitis, dan
sebagainya.1 Mual dan muntah yang berlebihan atau hiperemesis gravidarum
dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal, faktor psikologis, faktor paritas,
faktor nutrisi, dan faktor alergi. Dari semua faktor itulah yang dapat memicu
terjadinya hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.2

Beberapa faktor predisposisi yang berkaitan hiperemesis gravidarum


adalah primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan dimana
hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan, masuknya vili khorialis
dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan tersebut, alergi
sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak. Dan faktor
psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang peranan yang cukup
penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.3

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi


hiperemesis gravidarum tingkat I, II dan III. Pada hiperemesis gravidarum
tingkat II, pasien memuntahkan semua yang dimakan dan diminum, berat
badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi berada
pada rentang 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan
ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.4

Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk


mencegah komplikasi seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan
berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan. Penilaian keberhasilan terapi
dilakukan secara klinis dan laboratoris. Secara klinis, keberhasilan terapi
dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan
intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi. Parameter
laboratorium yang perlu dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam-basa
dan elektrolit.5,6

3
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Literatur lain menyebutkan, prognosis hiperemesis gravidarum
umukmnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan
ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.5,6

4
BAB II
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SR

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir/Umur : 12-02-1988/31 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Suami : Wiraswasta

Umur Suami : 36 tahun

Tanggal MRS : 04 Juli 2019

2. ANAMNESIS
Keluhan utama : Mual dan Muntah
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mual muntah dialami sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Muntah dialami sebanyak ± 5 kali sehari setiap kali makan
dan minum disertai nyeri ulu hati sehingga napsu makan menurun dan pasien
merasakan lemas pada badan. Pasien juga mengalami batuk berdahak sejak 1
minggu yang lalu. Demam disangkal. Buang air kecil dalam batas normal begitu
juga dengan buang air besar.HPHT 6 Mei 2019.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien pernah mengalami keluhan serupa saat mengandung anak ketiga, tetapi
saat itu pasien hanya minta untuk dirawat dirumah dengan bantuan bidan.
Riwayat penyakit darah tinggi, diabetes, asam urat dan ginjal disangkal.

Riwayat kebiasaan :

Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan tertentu atau jamu. Tidak ada
riwayat merokok dan konsumsi alkohol.

Riwayat perkawinan,kehamilan dan persalinan:

Pasien menikah 1 kali, umur 21 tahun. Saat hamil pasien rutin kontrol ke dokter
kandungan. Pasien memiliki riwayat persalinan sebagai berikut :

 Anak pertama berjenis kelamin perempuan/spontan pervaginam/rumah


sakit/2008 ditolong oleh dokter
 Anak kedua berjenis kelamin laki-laki/spontan pervaginam/rumah
sakit/tahun 2014/ditolong oleh bidan.

5
 Anak ketiga berjenis kelamin laki-laki/spontan pervaginam/rumah
sakit/tahun 2016/di tolong oleh bidan.
Riwayat haid :
Pasien pertama kali Menarche umur 12 tahun dengan siklus teratur 28 hari.
Lamanya haid tiap siklus 4-5 hari. Tetapi saat memakai KB suntik per 3 bulan
siklus haid pasien menjadi tidak teratur. Hari pertama haid terakhir (HPHT) tidak
jelas, ± 6 Mei 2019. .
Riwayat pemakaian kontrasepsi :
Pasien menggunakan KB suntik per 3 bulan.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

 TD : 90/60 mmHg
 Nadi : 98 x/menit, regular, isi cukup
 Pernapasan : 20 x/menit
 Suhu : 36,50C
 SpO2 : 99 %
Head to toe
 Kepala
Ekspresi : normal
Simetris muka : kanan = kiri
Deformitas : (-)
Rambut : hitam, lurus, sukar dicabut
 Mata
Eksoptalmus/enoptalmus : (-)
Gerakan : ke segala arah
Kelopak mata : dalam batas normal
Konjungtiva : anemis (-)
 Telinga
Tophi : (-)
Nyeri tekan di prosesus mastoideus: (-)
Pendengaran : dalam batas normal
 Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
 Mulut
Bibir : sianosis (-), kering (+)

6
Gigi geligi : normal
Gusi : perdarahan (-)
 Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS : R-2 cmH2O
Pembuluh darah : venaectasis (-)
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
 Thorax
Inspeksi:
Bentuk : simetris kiri=kanan
Pembuluh darah : venaectasis (-)
Buah dada : simetris
Sela iga : semetris kiri=kanan
Lain-lain : (-)
 Paru-paru
Palpasi:
Fremitus raba : normal

Nyeri tekan : (-)


Perkusi:
Paru : sonor pada seluruh lapang paru
Batas paru depan kanan : ICS VI dextra
Batas paru belakang kanan : vertebra thoracalis IX dextra posterior
Batas paru belakang kiri : vertebra thoracalis X sinistra posterior
Auskultasi:
Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rhonki -/- , Wheezing -/-
 Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak, batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, bising (-)
 Abdomen
Inspeksi : supel, ikut gerak napas
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+)
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba

7
Perkusis : tympani, ascites (-)
Auskultasi : peristaltic (+) kesan normal
 Ekstremitas : akral hangat, edema pretibial -/-, dorsum pedis
-/-, pembesaran KGB (-),

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PP test (+)  (04/07/2019)

5. DIAGNOSIS
G3P2A0 31 tahun hamil 7-8 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum grade II

6. PENATALAKSANAAN AWAL
 IVFD RL : D5% 1:1 guyur 1 kolf, lanjut RL drip neurobion : D10% 1 : 4 36
tetes/menit
 Inj. Ondansentron 1 amp / 8 jam
 Inj. Ranitidine 1 amp / 12 jam
 Antasida sirup 3 x II C (30 menit a.c)

7. RENCANA PEMERIKSAAN
Lab: DL, SGOT/SGPT, HbsAg, HIV, pemeriksaan USG
Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 04 Juli 2019

Hasil pemeriksaan hematologi Nilai normal (dewasa) Satuan


WBC 10,7 3,8-10,6 x 103/ mm3
RBC 5,92 4,4-5,90 x 106/ mm3
HB 15,3 12,0-16,0 g/dl
HCT 44,5 40,0-54,0 %
PLT 297 150-400 x 103/ mm3
MCV 75,2 79-96 Fl
MCH 25,8 27-32 pg
MCHC 34,4 23-36 g/dl
DIFF COUNT
Limfosit 17,5 20,0-40,0 %
Monosit 12,2 4,0-8,0 %
Neutrofill 70,3 40,0-70,0 %

Hasil pemeriksaan Kimia Darah 04 Juli 2019

Pemeriksaan Darah Nilai normal


Ureum 16 10-50 mg/dl
Creatinin 0.3 L : 0,6-1,1 mg/dl P: 0,5-0,9

8
mg/dl
SGOT 74 L: <37 U/L P: < 31 U/L
SGPT 73 L: 42 U/L P: < 32 U/L

Imunologi Hasil Nilai normal


HbsAg Negatif Negatif
HIV Non reaktif Non reaktif

8. PROGNOSIS
Dubia at Bonam

9. RESUME

Seorang perempuan umur 31 tahun masuk RS pada tanggal 04 juli 2019


dengan keluhan utama mual muntah yang dialami sejak 1 minggu yang lalu.
Mual muntah setiap kali makan dan minum dengan frekuensi ± 5 kali / hari.
BAK (+) sedikit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, suhu 36,50 C, Mata cowong, bibir tampak kering. Pada
pemeriksaan PP test didapatkan hasil (+). HPHT tidak jelas, ± 6 Mei 2019.

10. FOLLOW UP
05/07/2019
S : Mual (+) muntah 2 kali
O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit, reguler, isi cukup; RR
20x/menit; suhu 36,0 C
A : G4P3A0 + hiperemesis gravidarum grade II
P :
 IVFD RL drip neurobion : D10% 1 : 4 36 tetes/menit
 Inj. Ondansentron 1 amp / 8 jam
 Inj. Ranitidine 1 amp / 12 jam
 Antasida sirup 3 x II C (30 menit a.c)

06/07/2019
S : Mual (+) sedikit muntah (-)
O : Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg, Nadi : 84 x/menit, reguler, isi cukup; RR
20x/menit; suhu 36,1 C
A : G4P3A0 + hiperemesis gravidarum grade II

9
P :
 Aff infus
 Antasida sirup 3 x II C (30 menit a.c)

10
BAB III

PEMBAHASAN

Definisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan


sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
sampai di mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
dapat mempengaruhi keadaan umum dan menganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala
penyakit apendisitis, pielitis, dan sebagainya.1 Mual dan muntah yang berlebihan
atau hiperemesis gravidarum dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal, faktor
psikologis, faktor paritas, faktor nutrisi, dan faktor alergi. Dari semua faktor
itulah yang dapat memicu terjadinya hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.2

Pada kasus ini, pasien mengalami mual dan muntah sebanyak ± 5 kali sehari
setiap kali makan dan minum, sudah berlangsung selama 1 minggu sehingga
menyebabkan pekerjaan sehari-hari terganggu dan berat badan menurun. Usia
kehamilan pasien kurang dari 20 minggu namun belum bisa dipastikan penyebab
kemungkinan karena faktor hormonal dan faktor psikologis.

Etiologi Hiperemesis gravidarum

Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah
sebagai berikut3

1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola


hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan
dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan


metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan tersebut.

3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.

4. Faktor psikologis Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri,


rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap
untuk menerima kehamilan memegang peranan yang cukup penting
dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.

Menurut Goodwin, dkk. (1994) dan Van de Ven (1997), hiperemesis


nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar hormon
korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum. Selain itu,

11
pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis. Namun
adanya hubungan 4 dengan serum positif terhadap Helicobacter pylori sebagai
penyebab ulkus peptikum tidak dapat dibuktikan oleh beberapa peneliti.3

Muntah merupakan suatu mekanisme dari saluran cerna bagian atas


mengeluarkan isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan
pada usus. Muntah termasuk refleks integratif kompleks yang terdiri dari tiga
komponen utama yakni detektor muntah, mekanisme integratif, dan efektor yang
bersifat somatik. Rangsang dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis
menuju pusat muntah. Selain itu pusat muntah juga menerima rangsangan dari
pusat muntah lain yang lebih tinggi pada serebral dari chemoreseptor trigger zone
(CTZ) pada area postrema dan dari apparatus vestibular via serebelum. Bila sinyal
tersebut berasal dari perifer maka sinyal tersebut tidak akan melalui CTZ tetapi
akan mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitaris. Pusat muntah ini
berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari
pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna
bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.4

Apabila rangsangan dirasakan sudah mencukupi maka akan mengakibatkan


pernafasan menjadi lebih dalam, terangkatnya tulang hioid dan laring untuk
mendorong sfingter krikoesofagus terbuka, tertutupnya glotis dan akhirnya
terangkatnya palatum mole untuk menutup nares anterior.Akhirnya timbul
kontraksi kuat dari otot abdomen yang mengakibatkan timbulnya tekanan
intragastrik yang tinggi sehingga terjadi relaksasi dari sfingter esofagus yang
memungkinkan terjadinya pengeluaran isi lambung.4

Sampai saat ini patogenesis hiperemesis gravidarum masih kontroversial.


Dengan adanya muntah yang terus menerus mengakibatkan berkurangnya
cadangan energi. Tubuh mulai beradaptasi dengan mengambil jalur lain untuk
memperoleh energi yakni melalui jalur glukoneogenesis dengan mengoksidasi
asam lemak. Oksidasi lemak ini memiliki kerugian yakni meningkatkan kadar
keton dalam urin akibat hasil dari oksidasi tidak sempurna dari asam lemak yakni
tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton.4

Selain kehilangan cadangan energi, muntah yang berkepanjangan dapat


menyebabkan kehilangan cairan yang cukup tinggi yang menyebabkan timbulnya
dehidrasi sehingga cairan plasma dan ekstravaskular akan berkurang. Natrium dan
klorida yang terdapat dalam darah dan urin berkurang. Dampak lainnya yakni
mengakibatkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal
ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan
tertimbunnya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari

12
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah
yang lebih banyak, merusak liver, sehingga memperberat kondisi pasien.5

Pada kasus didapatkan usia kehamilan pasien kurang dari 20 minggu namun
belum bisa dipastikan penyebab kemungkinan karena faktor hormonal dan faktor
psikologis.

Diagnosa Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi


hiperemesis gravidarum tingkat I, II dan III. Hiperemesis gravidarum tingkat I
ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan
dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama
isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan
dapat keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut. Frekuensi nadi meningkat
sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan
fisis ditemukan mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan penurunan
jumlah urin.6

Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang


dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat.
Frekuensi nadi berada pada rentang 100-140 kali/menit dan tekanan darah
menurun. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan
aseton serta bilirubin dalam urin.6

PARAMETER TINGKAT I TINGKAT II TINGKAT III

1.Kondisi Umum Lemah Lemah >>, apatis Lebih buruk


2.Kesadaran Compos mentis Apatis Somnolen-koma
3.Nyeri Epigastrium + ++ +++
4.Muntah >> >>> Berhenti
5.TD ↓ ↓ ↓
Sampai 100-140x/menit ↑
6.Nadi 100x/menit
7.Turgor Kulit ↓ ↓ ↓
8.Mata Cekung Cekung, ±ikterus Cekung, ±ikterus
9.BAK Normal Oliguria Oliguria-anuria
10.Keton Urin + ≥+2 ≥+2

Pada kasus didapatkan pasien merasa lemas dikarenakan mual muntah yang
dialami sejak 1 minggu yang lalu. Mual muntah setiap kali makan dan minum
dengan frekuensi ± 5 kali / hari disertai nyeri pada epigastrium. BAK (+) tapi

13
sedikit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, suhu 36,50 C, Mata cowong, bibir tampak kering. Pada
pemeriksaan laboratorium juga didapatkan peningkatan SGOT dan SGPT.

Diagnosis Banding

a. Appendisitis Akut

Pada pasien hamil dengan appendisitis akut keluhan nyeri tekan pada perut
sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendisitis akut
keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare, dan
rebound tenderness juga bisa dijadikan petunjuk untuk membedakan wanita
hamil dengan appendiksitis akut dan tanpa appendiksitis akut.3,7,8

b. Ketoasidosis Diabetes.

Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes bila sebelum hamil


mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi
disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu dilakukan
pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada urine,
pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah. 1,8,9

c. Gastritis dan Ulkus Peptikum.

Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien


mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obat-obat
analgetik non steroid (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat
membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena
hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri
epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari karena berisiko
dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain
menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien
hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare. 1,8,9

d. Hepatitis.

Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya


sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan SGOT dan
SGPT yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis
gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak
menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah
menderita hepatitis. Anamnesa yang cermat dapat membantu menegakkan
diagnosis. 1,8,9

e. Tumor Serebri.

14
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat
juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap
hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT
scan kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.4,8

Penatalaksanaan

Tatalaksana hiperemesis gravidarum yang berat dianjurkan untuk dirawat di


rumah sakit, hal utama yang harus diperhatikan adalah tatalaksana dehidrasi
untuk meningkatkan volume intravaskuler, memperbaiki gangguan elektrolit dan
mencegah terjadinya kompensasi vasokonstriksi sehingga mengganggu perfusi
jaringan.8

Beberapa pasien membaik dengan mengurangi aktivitas dan memperbanyak


istirahat. Pasien yang lain ada yang membutuhkan udara luar lebih banyak.
Hiperemesis gravidarum perlu perawatan lebih lanjut di rumah sakit bila terapi di
rumah tidak berhasil atau bila terjadi ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan
nutrisi yang parah. Pada beberapa kasus refrakter yang parah dari hiperemesis
gravidarum, bila hidup ibu terancam, atau bila hiperemesis gravidarum
memberikan beban fisik dan psikologis, perlu dipikirkan teminasi kehamilan.10

Prinsip Manajemen Hiperemesis Gravidarum10.11.12

a) Atasi dehidrasi dan ketosis

b) Berikan infus D5 10% dan B kompleks

c) Atasi defisit asam amino, elektrolit

d) Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai ketosis dan deficit elektrolit

e) Berikan obat antimuntah : dopamin antagonis (metoklopramid, domperidon),


fenotiazin (klorpromazin, proklorperazin), antikolinergik (disiklomin),
antagonis resptor H1 (prometazin, siklizin). Namun bila masih tetap tidak
merespon dapat diberikan kombinasi steroid dengan reseptor 5-
Hidrokstiptamin atau serotonin (5-HT3) antagonis yaitu ondansetron, sisaprid.

f) Berikan support psikologis

g) Atasi bila dijumpai keadaan patologis

h) Jika kehamilannya patologis (misal : Mola hidatidosa), lakukan evakuasi

i) Nutrisi peroral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan sesuai apa yang
dikehendaki pasien (prinsip utama adalah pasien masih dapat makan) dengan
porsi seringan mungkin dan baru ditingkatkan bila pasien lebih segar/enak

15
j) Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan
dengan porsi wajar (lebih baik lagi bila telah dibultikan dengan hasil
laboratorium yang telah normal) dan obat peroral telah diberikan beberapa
saat sebelum infus dilepas

Diet dan perubahan gaya hidup merupakan pendekatan lini pertama pada
pasien dengan hiperemesis gravidarum ringan. Tujuan diet hiperemesis
gravidarum adalah mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
serta secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup
sesuai keadaaan dan kebutuhan pasien. Makanan bagi hiperemesis gravidarum
dianjurkan memiliki karbohidrat tinggi (75-80% dari kebutuhan energi total),
lemak rendah (≤ 10% dari kebutuhan energi total), dan protein sedang (10-15%
dari kebutuhan energi total) 13
Diet awal yang dianjurkan pada pasien hiperemesis gravidarum meliputi: 13
1) Makan ketika lapar meskipun di luar jam makan rutin. Bila makan pagi dan
siang sulit diterima, optimalkan makan malam dan selingan malam
2) Makan sedikit tapi sering, jangan sampai lambung kosong
3) Minum banyak air di antara waktu makan tetapi tidak saat makan. Tunggu
minimal 30 menit setelah makan sebelum minum
4) Hindari makan pedas dan berlemak termasuk aroma yang menimbulkan rasa
mual-muntah. Tingkatkan konsumsi makanan kering
5) Konsumsi snack yang mengandung protein sebelum tidur.
6) Konsumsi crackers pagi hari saat bangun tidur.
7) Makanan dan minuman herbal seperti peppermint, jahe, frozen dessert
8) Vitamin prenatal pada pra konsepsi menurunkan mual-muntah saat
kehamilan.
Pada kasus, pasien diberikan penatalaksanaan berupa :
o IVFD RL drip neurobion : D10% 1 : 4 36 tetes/menit
o Inj. Ondansentron 1 amp / 8 jam
o Inj. Ranitidine 1 amp / 12 jam
o Antasida sirup 3 x II C (30 menit a.c)
Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana pemberian cairan intravena ini
telah teruji efektif dalam penanganan hiperemesis gravidarum pada 83%
pasien. Ondansetron biasa digunakan bila muntah refrakter, tiddak
membaik, prawat inap rekuren. Pada small-random studies didapatkan
bahwa ondansetron lebih superior dalam menurunkan mual daripada
kombinasi doxylamin-piridoksin serta lebih efektif menurunkan muntah
yang parah daripada metoklopramid.Seperti metoklopramid, ondansetron
memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin tetapi efek samping
sedasi ondansetron lebih kecil, sedangkan antasida merupakan obat yang
bekerja menetralkan asam lambung dan mengurangi perasaan nyeri ulu hati.

16
Prognosis

Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah


komplikasi seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan
lebih dari 3 kg atau 5% berat badan. Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara
klinis dan laboratoris. Secara klinis, keberhasilan terapi dapat dinilai dari
penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan intensitas mual, serta
perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi. Parameter laboratorium yang perlu
dinilai adalah perbaikan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.4,12

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat


memuaskan. Literatur lain menyebutkan, prognosis hiperemesis gravidarum
umukmnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan
ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.4,12

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat


memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya pada
usia kehamilan 20-22 minggu. Namun demikian pada tingkatan yang berat
penyakit ini dapat membahayakan nyawa ibu dan janin. Wanita dengan
hiperemesis gravidarum yang memiliki penurunan berat badan (<7 kg) berisiko
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil masa kehamilan, preterm,
Apgar skor lima menit pertama <7. Kriteria keberhasilan pengobatan dapat
ditentukan sebagai berikut:
1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit kembali normal
2. Diuresis bertambah
3. Kesadaran komposmentis
4. Hasil pemeriksaan laboratorium (ketonuria negatif).
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik,
manifetsasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan.4
Pada kasus ini prognosisnya baik karena penanganan yang diberikan belum
terlambat dan diharapkan ibu pulang dalam kondisi yang baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;
2010; hal. 815-16.
2. Santi LS. Hubungan Antara Status Gizi Ibu Hamil Dengan Hiperemesis
Gravidarum. Jurnal Darul Azhar Vol 4, No.1 Agustus 2017 – Januari 2018: 44
– 51
3. Widayana A, Megadhana W, Kemara K. Diagnosis Dan Penatalaksanaan
Hiperemesis Gravidarum. Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah; Denpasar;2015
4. Ogunyemi DA, 2017. Hyperemesis Gravidarum, accessed at
<http://www.emedicine.com/article/254751-overview>
5. Verberg MFG, Gillott DJ dan Grudzinskas JG. 2005. Hyperemesis
Gravidarum, A Literature Review. Human Reproduction Update.vol 11.
No.5. pp. 527-539.
6. Siddik D. Kelainan gastrointestinal. In: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH, editors. Ilmu kebidanan. 4th Ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2008.p.814-28.
7. Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. N Engl J Med. 2010;363:1544-
50.
8. Sheehan P. Hyperemesis Gravidarum Assessment And Management. Aust
Fam Physician 2007,36:698-701.
9. Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring For Women With Nausea
And Vomiting In Pregnancy : New Approaches. British Journal of Midwifery,
May 2008, Vol 16, No. 5.
10. King Edward Memorial Hospital Perth Western Australia, Abnormalities of
Early Pregnancy : Management of Hyperemesis Gravidarum, 2015, accessed
at<http://www.wnhs.health.wa.gov.au/development/manuals/O&G_guidelines
/sectionc/9/c9.6.pdf >
11. Shehmar M, et al, The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy
and Hyperemesis Gravidarum. Royal College of Obstetrician and
Gynaecologists, 2016. Accessed at
<http://rcog.org.uk/globalassets/documents/guidelines/green-top-guidelines/
gtg69-hyperemesis.pdf>
12. King, L.T., et al, Evidence-Based Approaches to Managing Nausea and
Vomiting in Pregnancy, 2009, accessed at
<http://emedicine.medscape.com/viewarticle/712662>
13. Almatsier, S., Penuntun Diet, 2009, Jakarta : Instalasi Gizi Perjan RS Dr.
Ciptomangunkusumo dan Asosiasi DietisienIndonesia

18

Anda mungkin juga menyukai