Anda di halaman 1dari 12

BORANG PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : dr. Balina Putri Anesti


No. ID dan Nama Wahana : RSUD H. Abdul Madjid Batoe Muara Bulian
Topik: Demam Tifoid
Tanggal (kasus) : 20 Januari 2019
Nama Pasien : Ny.L No. RM :
Tanggal presentasi : Pendamping : 1. dr. Alfian Nasion
2. dr. Dinaili Maili
Tempat presentasi: : RSUD H. Abdul Madjid Batoe Muara Bulian
Objektif
Presentasi :
□ Keilmuan √ □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka √
□ Diagnostik √ □ Manajemen √ □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil √
Perempuan G1P0A0 mengaku hamil 9-10 minggu minggu datang kerumah
□ Deskripsi : sakit dengan keluhan mual muntah setiap habis makan yang dialami sejak 3
hari yang lalu.
Mampu mendiagnosis hiperemesis gravidarum dan mampu memberikan
□ Tujuan :
tatalaksana yang tepat.
Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka √ □ Riset □ Kasus √ □ Audit
Cara Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi √ □ E-mail □ Pos
Data Pasien : Nama :Ny. L No. Registrasi : -
Nama Klinik : RSUD Muara Teweh Telp : - Terdaftar sejak :-
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Hiperemesis Gravidarum
Ibu G1P0A0 datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan adanya tidak nafsu makan, pusing, dan badan terasa lemah. Pasien
mengatakan mual dan muntah timbul setiap kali makan dan dirasakan bertambah berat 3 hari
belakangan terutama muntah liur pada pagi dan sore hari. Nyeri ulu hati (+). Pasien menyangkal
adanya riwayat demam.
2. Riwayat Pengobatan :Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

1
Riwayat HT (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-).
4. Riwayat Keluarga :Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.
5. Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.
7. Riwayat Imunisasi : Pasien lupa
8. Lain-lain :
Daftar Pustaka :
1. Siddik D. Kelainan gastrointestinal : Hiperemesis gravidarum. Dalam : Prawirohardjo S.
Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Cetakan II. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
209. H. 814-819.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Nomor 5 tahun 2014
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
3. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Jilid Pertama. Edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI. 2001. hal 259-260.
4. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu Kesehatan Reproduksi:
Obstetri Patologi. Edisi II. Jakarta: EGC, 2004. hal 64-67.
5. Manuaba IBD. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC. 2001. hal 397-401.
6. Achadiat CM. Prosedur tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC: 2004. hal 72-74.
7. Swenson KL, Chisholm C. Renal, Hepatic, and Gastrointestinal Disorders and Systemic
Lupus Erythematous in Pregnancy. Dalam: Brandon J, dkk. The John Hopkins Manual of
Gynecology and Obstetrics Edisi ke 2. USA: Lippincott Williams & Wilkins Publishers.
2002.
8. Hartanto H. Penyakit Saluran Cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric Williams. Edisi
ke-21. Jakarta: EGC. 2005. hal 1424-1425.
9. Moeloek FA. Hiperemesis Gravidarum. Standar Pelayanan Medik: Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. hal 21-22.
Hasil Pembelajaran :
1. Hiperemesis Gravidarum
2. Penegakan diagnosa Hiperemesis Gravidarum
3. Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum

2
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
Pasien berusia 28 tahun mengaku kehamilan pertama datang dengan keluhan mual dan muntah
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan adanya tidak nafsu makan,
pusing, dan badan terasa lemah. Pasien mengatakan mual dan muntah timbul setiap kali makan
dan dirasakan bertambah berat 3 hari belakangan terutama muntah liur pada pagi dan sore hari.
Nyeri ulu hati (+). Pasien menyangkal adanya riwayat demam. Riwayat HT (-), DM (-), Asma
(-), Alergi (-). BAB biasa, BAK lancar.
2. Objektif :
HPHT : 5 November 2018
PemeriksaanFisik
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 TekananDarah : 110/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
FrekuensiNafas : 20 x/ menit
Suhu : 36,90 C
Status Internus
Kepala : Tidak ada kelainan
 Mata : Cekung +/+ Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
 Kulit : Turgor kulit baik
Thoraks
Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclaviculas inistra RIC V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bisingtidakada, bunyi jantung tambahan tidak ada

3
Abdomen
Inspeksi : Striae gravidarum (-), striae nigra (-)
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Refilling capiller baik, Edema (-/-), Sianosis (-/-)
Status Obstetri dan Ginekologi
Abdomen
Tinggi Fundus Uteri : belum teraba
Denyut Jantung Janin : belum terdengar
Genitalia
Inspeksi : Vulva / vagina tidak tampak kelainan, pendarahan aktif (-)
Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan
Laboratorium:
Tanggal 20 Januari 2019
Darah Rutin :
Hb : 10,7 g%
Leukosit : 7800/mm3
Eritrosit : 3,68juta/mm3
Trombosit : 238.000 / mm3
Hematokrit : 28,7 %
Assesment (tinjauan pustaka dan pembahasan) :
DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu. Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50% kehamilan.1-3
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Literatur lain menyebutkan bahwa mual dan
muntah terjadi 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita
hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 34% mengalami muntah-muntah.1,3
Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu

4
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis
akibat keluarnya asam hidroklorida dalam muntahan, hipokalemia, dan terdapat aseton dalam
urin bahkan seperti gejala penyakit appendisitis, pielitis, dan sebagainya. Mual biasanya terjadi
pada pagi hari, tapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Mual dan muntah ini terjadi
pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida.1,2

ETIOLOGI
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai
berikut:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Ditemukan
peninggian yang bermakna dari kadar serum korionik gonadotropin total maupun β-
subunit bebasnya pada ibu dengan hiperemesis dibandingkan dengan yang hamil
normal.1,3,4
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organik.1,3,5
3. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan lain-lain. Gejala mual-muntah dapat
juga disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada penderita diabetes
melitus (gastroparesis diabeticorum).1
4. Faktor psikologik memegang peranan pada penyakit ini, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual
dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.1,3,5

PATOGENESIS
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon
estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian

5
mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.1,3
Hormon HCG (human chorionic gonadotropin) diproduksi setelah terjadi pembuahan
serta adanya jaringan plasenta yang terbentuk di awal pertumbuhan janin. Kadar human
chorionic gonadotropin (hCG) akan meningkat pada usia 10-12 minggu pertama kehamilan,
selanjutnya akan menurun dan akan stabil hingga menjelang proses persalinan. Kadar HCG
yang meningkat pada trimester pertama akan menginduksi ovarium untuk memproduksi
estrogen, yang dapat merangsang mual dan muntah.
Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara menghambat
motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. Kadar thyrotropin stimulating
hormone (TSH) yang menurun pada awal kehamilan juga berhubungan dengan hiperemesis
gravidarum meskipun mekanismenya belum jelas. Faktor predisposisi yang memungkinkan
pada pasien ini adalah faktor psikis. Ibu hamil yang mengalami stress akibat kehamilan tak
diinginkan bisa mengalami mual dan muntah. Hormon estrogen yang meningkat juga
menyebabkan meningkatnya asam lambung. Mual muntah yang meningkat pada pagi hari
disebabkan karena jarak antara waktu makan malam dengan makan pagi cukup panjang,
sehingga perut kosong dan mengeluarkan asam lambung yang membuat ibu merasa lebih mual.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada
sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di samping pengaruh
hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik
dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih
berat.1,3
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi, sehingga akan mengakibatkan cepat merasa lelah, lemah, lesu,
pusing, tidak berenergi dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti biasa.Oksidasi lemak
yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan
cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya
zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya

6
ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak
hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Di samping dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan
lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi
atau tindakan operatif.1,3

KLASIFIKASI
Klasifikasi hiperemesis gravidarum secara klinis dibagi menjadi 3 tingkatan, antara lain :
a. Tingkat 1
Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan
sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100
x/mnt, dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.
b. Tingkat 2
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, gejala lebih berat, segala yang dimakan
dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebris, nadi cepat lebih dari 100-140 x/mnt,
tekanan darah sistolik menurun, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun. Dapat pula tercium aseton dalam
hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
c. Tingkat 3
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala
nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan, termasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya
payah hati. Literatur lain menyebutkan Wernicke encephalopathy dari defisiensi tiamin
diikuti tanda-tanda dari keterlibatan sistem saraf pusat., meliputi bingung, gangguan
penglihatan, ataksia, and nistagmus. Walaupun kondisi tingkat 3 sangat jarang, yang
mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau
berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin,

7
dan proteinuria dalam urin.
DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis : 6
a. Sering muntah (lebih dari 10 kali per 24 jam)
b. Tenggorokan terasa kering dan terus-menerus merasa haus
c. Kulit menjadi keriput (dehidrasi)
d. Berat badan mengalami penyusutan
e. Pada keadaan yang berat dapat terjadi ikterus sampai dengan gangguan syaraf/kesadaran.
Pemeriksaan fisik 2
a. Pemeriksaan tanda vital :
Nadi meningkat 100x/mnt, tekanan darah menurun (pada keadaan berat), subfebris, dan
gangguan kesadaran (pada keadaan berat).
b. Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi :
Mata cekung, bibir kering, turgor berkurang.
c. Pemeriksaan generalis :
Dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan turun > 5% dari berat badan sebelum
hamil, uterus besar sesuai usia kehamilan, pada pemeriksaan inspekulo tampak serviks
yang berwarna biru (livide).
Pemeriksaan penunjang 2
a. Pemeriksaan laboratorium
Darah : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit.
Urinalisa : warna pekat, berat jenis meningkat, adanya ketonuria, dan proteinuria
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar atau kehamilan molahidatidosa.

TATALAKSANA
Non medikamentosa :
a. Mengusahakan kecukupan nutrisi ibu dengan menganjurkan makan makanan yang banyak
mengandung gula
b. Makan porsi kecil, tetapi lebih sering, dan menghindari makanan yang merangsang
muntah (yang berminyak dan berbau)
c. Istirahat cukup

8
d. Anjurkan ibu hamil tidak segera bangun dari tempat tidur agar terjadi adaptasi aliran
darah menuju susunan saraf pusat.
Medikamentosa : 8
Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit kemudian dilakukan
rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per
oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Pemberian glukosa,
multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan.
Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Pasien dengan defisiensi
vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan
dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil
laboratorium.
Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk. Obat-
obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen
prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan
10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini
pertama yang aman dan efektif.
Penelitian randomized trial menjelaskan bahwa kombinasi piridoksin dan doxylamine
terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi dengan tiamin
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernicke’s
encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah
berat yang disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan
ekstraokular
Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan
aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin menyembuhkan
mual dan muntah dengan cara menghambat post synaptic mesolimbic dopamine receptors
melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Obat-obatan tersebut
dikontraindikasikan terhadap pasien dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin,
penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang
yang tidak terkendali, dan glaukoma sudut tertutup. Fenotiazin atau metoklopramid diberikan
jika pengobatan dengan antihistamin gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet
bukal dengan efek samping sedasi yang lebih kecil. Penelitian lain menyebutkan bahwa
metoklopramid dan prometazin intravena memiliki efektivitas yang sama untuk mengatasi
hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek samping mengantuk dan pusing yang lebih

9
ringan.
Studi kohort telah menunjukkan bahwa penggunaan metoklopramid tidak berhubungan
dengan malformasi kongenital, berat badan lahir rendah, persalinan preterm, atau kematian peri-
natal. Metoklopramid memiliki efek samping tardive dyskinesia, tergantung durasi pengobatan
dan total dosis kumulatifnya oleh karena itu penggunaan selama lebih dari 12 minggu harus
dihindari.
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine 3 (5HT3) seperti ondansetron mulai sering
digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas.
Ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi
ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi mayor pada
penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan. Droperidol efektif untuk mual dan muntah
dalam kehamilan, tetapi sekarang jarang digunakan karena risiko pemanjangan interval QT dan
torsades de pointes. Pemeriksaan elektrokardiografi sebelum, selama dan tiga jam setelah
pemberian droperidol perlu dilakukan.
Metilprednisolon dapat menjadi obat pilihan untuk kasus-kasus refrakter.
Metilprednisolon lebih efektif daripada promethazine untuk penatalaksanaan mual dan muntah
dalam kehamilan, namun tidak didapatkan perbedaan dalam tingkat perawatan rumah sakit
pada pasien yang mendapat metilprednisolon dengan plasebo. Hanya sedikit bukti yang
menyatakan kortikosteroid efektif. Efek samping metilprednisolon sebagai sebuah
glukokortikoid juga patut diperhatikan. Penelitian metaanalisis mengatakan dari empat studi,
penggunaan glukokortikoid sebelum usia gestasi 10 minggu berhubungan dengan risiko bibir
sumbing dan tergantung dosis yang diberikan, oleh karena itu, penggunaan glukokortikoid
direkomendasikan hanya pada usia gestasi lebih dari 10 minggu. Pada setiap tahap, nutrisi
enteral atau parenteral dapat dipertimbangkan jika terjadi dehidrasi atau penurunan berat badan
persisten.

PROGNOSIS
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Namun bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan
cepat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.9

PEMBAHASAN
Seorang wanita berusia 28 tahun tahun berobat ke RS di diagnosa G1P0A0 gravid ± 9 –

10
10 minggu dengan hiperemesis gravidarum karena didapatkan dari :
Anamnesa
Pasien berusia 28 tahun tahun mengaku kehamilan pertama dengan HPHT 5 November
2018 datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
juga mengeluhkan adanya tidak nafsu makan, pusing, dan badan terasa lemah. Pasien
mengatakan mual dan muntah timbul setiap kali makan dan dirasakan bertambah berat 3 hari
belakangan terutama muntah liur pada pagi dan sore hari. Pasien menyangkal adanya riwayat
demam, mimisan, bintik-bintik merah pada badan, ataupun adanya tanda-tanda pendarahan
lainnya. Keluhan pasien di atas sesuai dengan diagnosis hiperemesis gravidarum yaitu pasien
dinyatakan hamil dari keadaan amenorea sejak 5 November 2018 serta mual dan muntah yang
semakin memberat 3 hari SMRS sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Adapun peningkatan kadar HCG pada trimester pertama kehamilan akan menginduksi
ovarium untuk memproduksi estrogen yang merangsang meningkatnya asam lambung sehingga
menyebabkan mual dan muntah. Mual muntah yang meningkat pada pagi hari disebabkan
karena jarak antara waktu makan malam dengan makan pagi cukup panjang, sehingga perut
kosong dan mengeluarkan asam lambung yang membuat ibu merasa lebih mual.
Mual dan muntah yang terjadi pada pasien menyebabkan terjadinya dehidrasi dan
terpakainya cadangan karbohidrat dan lemak untuk keperluan energi. Dehidrasi mengakibatkan
terjadinya hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang atau tekanan darah
menurun, hal ini menyebabkan pasien merasa pusing dan lemah.
Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang diberikan pada pasien berupa IVFD D10% : RL (2 : 1) 28 tpm,
injeksi Ondansentron 3 x 1 ampul , injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul, peroral tablet Vitamin B6 1 x
1 dan Antasida sirup 3 x CI.
Penghentian pemberian makanan peroral selama 1 x 24 jam bertujuan untuk mengurangi
terjadinya mual dan muntah pada pasien, cairan D10% bertujuan untuk menghentikan
terjadinya pemecahan lemak sedangkan cairan RL digunakan untuk menstabilkan elektrolit
dalam darah yang hilang akibat dehidrasi yang timbul. Pemberian ranitidine bertujuan
mengurangi sekresi asam lambung, sedangkan ondansentron dipilih sebagai antiemetik yang
aman bagi trimester pertama kehamilan karena tidak meningkatkan risiko malformasi mayor.
Pemberian vitamin B6 (piridoksin) merupakan farmakoterapi lini pertama yang aman dan
efektif menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan disertai dengan pemberian antasida
sirup yang bermanfaat untuk menetralkan asam lambung.

11
Plan :
DIAGNOSIS KERJA :
Hiperemesis Gravidarum
PENGOBATAN :
 IVFD D10% : RL ( 2 : 1 ) 28 tpm
 Injeksi Ondansentron 1 ampul/8jam/IV
 Injeksi Ranitidin 1 ampul/12jam/IV
 Vitamin B6 1 tablet/24jam/PO
 Antasida sirup CI/8jam/PO

PENDIDIKAN :
Diberikan edukasi mengenai penyakit yang diderita, penatalaksanaan dan kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi.
KONSULTASI :
Pada saat ini belum dibutuhkan konsultasi.
Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan
Rehidrasi dan pemberian Saat Dengan tindakan tersebut, diharapkan dapat
obat sebagai pasien mengurangi gejala mual dan muntah yang ada, serta
penatalaksanaan datang menjaga intake cairan yang ada sehingga pasien bisa
terhindar dari deplesi elektrolit dan ketoasidosis.
Edukasi Saat Pasien mengerti mengenai penyakit yang dialami pada
pasien kehamilan sekarang dan agar kualitas hidup pasien
datang dan semakin membaik
3 hari
pasca
opname

28 Januari 2019
Peserta Pendamping, Pendamping,

dr. Balina Putri Anesti (dr. Alfian Nasion) (dr. Dinaili Maili)
12

Anda mungkin juga menyukai