LAPORAN KASUS
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Oleh:
dr. Fika Ertitri
Peserta Internsip Dokter Indonesia (PIDI)
Tahun 2017- 2018
Pembimbing :
dr. Haris Kurniawan
RSUD Caruban
2017
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pendamping,
OBJECTIVE
Pemeriksaan Fisik
KEADAAN UMUM
KU : Cukup Kesadaran : 456 (compos mentis)
TD : 110/70 mmHg N : 98x/menit RR : 20x/menit Tax: 36,5 0C
BB : 46,5 kg TB : 150 cm
Status Interna :
• Kepala- Leher : anemia (-), icterus(-), cyanosis (-), Dyspneu (-),
pemb.KGB(-), peningktn JVP(-)
• Thorax
Jantung
I = Iktus cordis terihat dbn
P =Iktus cordis teraba di ICS V midclavicular line sinistra
P = batas jantung dbn
A = S1,2 singel reguler, murmur(-),gallop(-)
Paru
I = gerak nafas simetris
P = fremitus raba simetris
P = sonor
A = vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
• Abdomen
I : dalam batas normal
P : Gravida, TFU : teraba diatas simfisi os pubis
P : timpani
A : Bising usus (+) normal
• Ekstremitas
Kering, Hangat (+)/(+), CTR 2’’ , pitting edema (-)/(-)
ASSESSMENT
Diagnosis : G1 P0 A0 UK 10-12 minggu dengan hiperemesis gravidarum
PLANNING
Medikamentosa :
Ondansetron sirup 3 x CI
Lagesil sirup 3 x CI
Vitamin B6 tablet 3 x1
Non medikamentosa :
Makan sedikit-sedkit (porsi sedikit) namun sering (frekuensi makan lebih
sering).
Hindari makanan yang berbau tajam dan berbumbu (misalkan makanan yang
berminyak dan berbau lemak).
Hindari penggunaan tablet besi.
Bila keluhan semakin berat, segera larikan ke rumah sakit untuk rehidrasi
cairan.
KIE :
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita oleh
pasien, memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah yang sedang dialami
merupakan gejala yang fisiologik (wajar) pada kehamilan muda dan akan
hilang dengan sendirinya setelah kehamilan 4 bulan. Namun jika keluahan
semakin berat, maka pasien harus segera di bawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga terapi yang akan diberikan kepada
pasien (cara penggunaan serta pemberian obat).
- Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk tetap menjaga asupan
makanan pasien, dengan cara memulai makan dengan porsi sedikit namun
frekuensi makan lebih sering.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk menghindari makan
makanan yang berbau tajam dan berbumbu.
BAB I
PENDAHULUAN
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering didapatkan pada trimester pertama kehamilan. Mual biasanya terjadi
pada pagi hari atau sering disebut sebagai morning sickness, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80 % primigravida dan 40 – 60 %
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
(Wibowo, 2005).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum (HG) adalah mual dan muntah hebat dalam masa
kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau
gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan
janin di dalam kandungan. Pada umumnya HG terjadi pada minggu ke 6 - 12 masa
kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16 – 20 masa kehamilan (Mark,
2006).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari, karena keadaan umum
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH).
2.2 Epidemiologi
Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang
bekerja.
Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat
pasien hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih
dari sekali.
Pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi HG dapat
dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan
anemia, wanita primigravida, kehamilan ganda, dan hamil mola hidatidosa.
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan korionik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola
hidatidosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan
terjadinya HG (Wibowo, 2005).
Diduga HG dipicu oleh level hormon ß-hCG yang tinggi. Hormon ini
meningkat cepat pada triwulan pertama kehamilan dan dapat memicu bagian dari
otak yang mengontrol mual dan muntah (Mark, 2006).
2. Faktor Organik
3. Faktor Psikologis
4. Faktor Alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vili khorialis yang
masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan terjadinya HG (Wibowo, 2005).
7. Helicobacter pylori
2.4 Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat, mual dan muntah terus
menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, penurunan klorin urin,
selanjutnya terjadi hemokonsentrasi, yang mengurangi perfusi darah ke jaringan
dan menyebabkan tertimbunnya asam aseton, hidroksi, butirik dan aseton dalam
darah, kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
yang menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang membuat frekuensi muntah semakin berlebihan
(Wibowo, 2005).
Etiologi mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan masih belum
diketahui, namun terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya
hiperemesis gravidarum. Faktor sosial, psikologis dan organobiologik, yang
berupa perubahan kadar hormon-hormon selama kehamilan, memegang peranan
dalam terjadinya hiperemesis gravidarum. Disfungsi pada traktus gastrointestinal
yang disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron diduga menjadi salah satu
penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar
progesteron memperlambat motilitas lambung dan mengganggu ritme kontraksi
otot-otot polos di lambung (disritmia gaster). Selain progesteron, peningkatan
kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen serta penurunan
kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH), terutama pada awal kehamilan,
memiliki hubungan terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum walaupun
mekanismenya belum diketahui. Pada studi lain ditemukan adanya hubungan
antara infeksi kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum. Sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum
yang diteliti pada studi tersebut menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori
yang positif (Miller, 2008).
Tingkat I
- Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir,
dan sedikit empedu kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir keluar
darah.
- Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistole menurun.
- Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin masih normal.
Tingkat II
- Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat
- Subfebril, nadi cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan darah sistole
kurang dari 80 mmHg
- Apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, bilirubin ada dan berat badan
cepat menurun.
Tingkat III
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
2.6 Diagnosis
Anamnesa
amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum akan
dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus hebat.
Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan vital sign : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah
menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-
koma).
Laboratorium, meliputi :
- Urin lengkap, keton urin
- Gula darah
- Elektrolit
- Faal hepar
- Faal ginjal
USG : menilai dan memastikan kehamilan (Moeloek, 2002 ; Mark, 2006).
1. Anamnesis : amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan
diminum akan dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu, dan haus hebat.
2. Pemeriksaan vital sign : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah
menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
2.7 Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang
berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman
seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
1. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang
maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat
yang teratogen.
2. Diet
a. Diet hiperemesis 1 : diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam zat-zat
gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti
dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman selama 24
jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
5. Cairan parenteral
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Untuk
mempertahankan keseimbangan cairan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari
terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap
4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.
6. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital (Wibowo, 2005).
Penatalaksanaan Konvensional
Penatalaksanaan Diet
Terapi Alternatif
Ada berbagai terapi alternatif lain yang sangat efektif. Akar jahe (Zingiber
officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang
cukup baik. Bahan aktifnya, disebut gingerol, dapat menghambat pertumbuhan
seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang
sering menyebabkan infeksi. Ekstrak jahe ini sangat direkomendasikan oleh ACOG.13
Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, 4 kali sehari.
Dengan muntah yang persisten, kita harus mencari adanya penyebab lain
seperti gastroenteritis, kolesistitis, pankreatits, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis,
dan perlemakan hati dalam kehamilan. Hampir semua wanita hamil akan
memberikan respon yang baik dengan penatalaksanaan yang telah disebutkan di atas.
Bila masih ada muntah berkepanjangan, maka pemberian nutrisi enteral harus
dipikirkan.
Tabel 2. Tata laksana obat untuk hiperemesis gravidarum yang sudah diteliti
(Sonkusare, 2008).
2.8 Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah
dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, penumoni aspirasi, robekan mukosa
pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan perdarahan ruptur esofagus,
kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak
sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang.
1. Gagal ginjal
2. Central pontine myelinolysis
4. Mallory-weiss syndrome
5. Hipoglikemia
6. Anuria
7. Takikardi
8. Ikterus
10. Malnutrisi
12. Pneumomediastinitis
1. Stress berkepanjangan
2. Dehidrasi
3. Malnutrisi
2.9 Pencegahan
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan
berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan
dalam keadaan panas atau sangat dingin.
c. Jangan berikan makanan dalam jumlah atau porsi besar karena akan membuat
pasien bertambah mual
e. Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minum dengan
air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan
karbonat.
2.10 Prognosis
Prognosis umumnya baik, dan dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi
elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cermat (Moeloek,
2002).
BAB III
KESIMPULAN
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering didapatkan pada trimester pertama kehamilan. Mual biasanya terjadi pada pagi
hari atau sering disebut sebagaimorning sickness, tetapi dapat pula timbul setiap saat
dan malam hari. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini
belum jelas, mungkin karena sistem syaraf pusat atau pengosongan lambung yang
berkurang.
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah
dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, penumoni aspirasi, robekan mukosa
pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan perdarahan ruptur esofagus,
kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak
sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
ACOG (American College of Obstetrics and Gynecology): Practice Bulletin No. 52:
Bsat FA, Hoffman DE, Seubert DE. Comparison of three out patient regimens in the
Jewell D, Young G. Interventions for nausea and vomiting in early pregnancy. The
doi:10.1002/14651858.CD000145.
Gynecol. 2002;186:S256.
hg.pdf
Miller AWF, Hanretty KP. Vomiting in pregnancy. Dalam: Miller AWF, Hanretty KP,
eds. Obstetrics Illustrated, 5th ed. London: Churchill Livingstone; 2008: 102-3.
dari: http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview
Siddik D. Kelainan gastrointestinal. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Sorenson HT, Nielsen GL,Christensen K et al. Birth outcome following maternal use
dalam Ilmu Kebidanan Edisi Kedua, Cetakan ketujuh. Yayasan Bina Pustaka