Daftar Isi................................................................................................................i
Daftar Tabel...........................................................................................................ii
Daftar Gambar.......................................................................................................iii
BAB I : Pendahuluan...........................................................................................1
BAB II : Status Pasien..........................................................................................3
BAB III : Analisa Kasus........................................................................................21
BAB IV : Tinjauan Pustaka...................................................................................27
BAB V : Kesimpulan............................................................................................47
BAB VI : Daftar pustaka.......................................................................................49
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan pada umumnya berlangsung 40 minggu (280 hari) dihitung
dari hari pertma haid terakhir. Kehamilan postterm merupakan kehamilan
yang berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) sejak hari pertama siklus
haid terakhir (HPHT).1,2 Insiden kehamilan postterm antara 4-19%
tergantung pada definisi yang dianut dan kriteria yang dipergunakan dalam
menentukan usia kehamilan.1
Penentuan usia kehamilan menjadi salah satu pokok penting dalam
penegakan diagnosa kehamilan postterm. Informasi yang tepat mengenai
lamanya kehamilan marupakan hal yang penting karena semakin lama janin
berada di dalam uterus maka semakin besar pula resiko bagi janin ataupun
neonatus untuk mengalami gangguan yang berat.1 Diagnosa kehamilan
postterm berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT) hanya memiliki
tingkat akurasi 30 persen.3 Kini, dengan adanya pelayanan USG maka usia
kehamilan
dapat
ditentukan
lebih
tepat,
terutama
bila
dilakukan
penanganan
ekspektatif
sambil
dilakukan
pemantauan
kesejahteraan janin. 3
BAB II
STATUS PASIEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.SOESELO SLAWI
Nama Mahasiswa
NIM
: 030.11.265
Dokter Penguji
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. A
Usia
: 18 tahun
Pendidikan
: tamat SMA
Pekerjaan
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
Tanggal Masuk
: 29 Febuari 2016
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di ponek RSUD dr. Soeselo
Slawi pada tanggal 29 Febuari 2016 pukul 12:30 WIB:
a. Keluhan Utama : Os datang ke PONEK RSUD Dr. Soeselo Slawi dari
poliklinik RSUD Dr. Soeselo Slawi dengan keluhan belum dalam
persalinan
b. Keluhan Tambahan : kencang-kencang sejak 1 hari yang lalu SMRS
Mei 2015. Taksiran partus 24 Febuari 2016. ANC di bidan dan posyandu
teratur dan dikatakan normal selama kehamilan.
f. Riwayat Haid
Menarche usia 12 tahun, lama haid 7 hari, siklus haid 28 hari (teratur),
volume 120 cc, HPHT 17- 05-2015, nyeri haid (-).
g. Riwayat Pernikahan
Saat ini merupakan pernikahan yang pertama dengan suami yang berusia
tahun. Pasien menikah usia 17 tahun, sudah menikah selama 1 tahun.
1. Hamil ini
i. Riwayat ANC
Pasien sudah 7 kali memeriksakan kandungan di bidan dan posyandu,
serta sudah mendapat imunisasi TT sebanyak 1 kali.
k. Riwayat kebiasaan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan jamu, tidak
merokok.
m. Riwayat operasi
Pasien belum pernah menjalani operasi apapun.
n. Riwayat Dirawat
Pasien belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah
: 120/90 mmHg
Nadi
: 80x/menit
: 36,5 C
Status Antrompometri
BB
: 56 kg
TB
: 154 cm
BMI
Status Generalisata
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
: Normotia, sekret -/-, serumen -/-, nyeri tekan -/-, liang telinga
lapang
Mulut
Leher
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Paru
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Supel, massa (-), hepar lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi
Ekstremitas
Status Obstetrik
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29 Febuari 2016
1. Abdomen
His (-)
Auskultasi
2. Genitalia
Vulva, vagina dalam keadaan tenang, oedem labia (-), lendir (-).
VT : -, Effacement 0%, portio lunak, posisi anterior, station hodge I
3. Inspekulo
Tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo.
4. Pemeriksaan Panggul
Hasil
Nilai rujukan
Leukosit
7,6
3.600-11.000 u/l
Eritrosit
4,2
3.80-3.20 juta/ul
Hemoglobin
12,1
11,7-16,6 g/dL
Hematokrit
34
35-47%
MCV
82
80-100 Fl
MCH
29
26-34 pg
MCHC
36
32-36 g/dL
Trombosit
332.000
150.000-450.000 u/l
Eosinofil
1,1
2-4
Basofil
0,3
0-1
Netrofil
65,8
50-70
Limfosit
27,4
25-40
Monosit
5,4
2-8
Golongan darah
HbsAg
HIV skrining
Non reaktif
Non reaktif
Diff count
Non reaktif
Non reaktif
V. RESUME
Pasien datang ke PONEK RSUD Dr. Soeselo Slawi pada tanggal 29
Febuari 2016 pukul 12:15 dengan G1P0A0 18 tahun Hamil 41 minggu 5 hari
dengan late term pregnancy. Pasien datang dari poliklinik kebidanan RSUD
Dr. Soeselo Slawi dengan keluhan belum dalam persalinan. Selain itu,
pasien merasakan perutnya kencang-kencang sejak 1 hari yang lalu SMRS.
Gerak janin (+), nyeri saat janin bergerak (-), mules (-), lendir darah (-),
demam (-), ANC di bidan teratur. HPHT: 17 Mei 2015, HPL: 24 Febuari
2016.
BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien mengatakan bahwa berat
badan sebelum hamil adalah 48 kg sedangkan berat badan saat ini adalah 56
kg dan pasien mengatakan tinggi badannya 154 cm.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/90mmHg, Nadi
80x/mnt, Suhu 36,50 C, dan Pernafasan 20x/menit. Pada pemeriksaan status
10
obstetrik didapatkan TFU 30 cm, punggung janin diperut sebelah kiri ibu,
dan presentasi kepala, janin I intrauterine DJJ 134x/menit regular, his (-).
Saat dilakukan vaginal toucher didapatkan belum ada pembukaan, portio
lunak, penipisan 0%, posisi anterior kepala turun hodge 1. Pemeriksaan
panggul kesan: panggul gynecoid.
Pada pemeriksaan penunjang tanggal 29 Febuari 2016 didapatkan
leukosit 7.6, Hb 12.1, trombosit 332.000, HbsAg (non reaktif) dan sedikit
penurunan pada hematokrit (34)
Dari anamnesis, pemerikdaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada
pasien ini maka diagnosis pasien adalah G1P0A0 18 Tahun, Hamil 41 minggu
5 hari, Janin 1 hidup intrauterine, presentasi kepala, punggung di sebelah
kiri perut ibu dengan late term pregnancy dan belum dalam persalinan
VI. DIAGNOSIS
Diagnosa Masuk
Ibu: G1P0A0 18 tahun hamil 41 minggu 5 hari, Janin I hidup
intrauterin, presentasi kepala, punggung kiri, kepala sudah masuk
pintu atas panggul sebanyak 2/5 dengan late term pregnancy dan
belum dalam persalinan
Diagnosa Akhir
P1A0 18 tahun post partum spontan dalam induksi drip oksitosin botol
ke-2 atas indikasi serotinus.
VII. PENATALAKSANAAN
Terapi Non Medikamentosa
11
Terminasi kehamilan
Induksi kehamilan : drip oxytocin 5 IU (0,5 cc) dalam 500 cc RL 8
tpm
Evaluasi kemajuan persalinan dalam 6 jam pembukaan cervix,
penurunan kepala
VIII. PROGNOSIS
-
Ibu
Ad vitam
: ad Bonam
Ad sanationam
: ad Bonam
Ad functionam
: ad Bonam
Janin
Ad vitam
: ad bonam
IX. FOLLOW UP
Tanggal
29/02/2016
Subjektif
Gerak janin (+)
Objektif
TSR/CM
Assesment
Planning
G1P0A0 18 Advis dr. Ratna, Sp.OG
12:30
Kencang-
T : 120/90 mmHg
kencang (-)
N : 80 x/mnt
S : 36.50C
12
RR: 20x/mnt
hidup
tpm
Mata : CA -/-
intrauterine,
Cek laboratorium
presentasi
Observasi
(-), G(-)
kepala,
darah,
punggung
respirasi,
Abd : dbn
kiri
dengan pembukaan
Eks : dbn
late
term penurunan
DJJ : 134x/menit
pregnancy
His (-)
dan
18:30
belum
penipisan
0%, persalinan
13
KU,
tek
nadi,
DJJ,
ce
kepala
29/02/2016
TSR/CM
G1P0A0 18 Terapi
18:30
mules
T : 120/90 mmHg
(-), kencang-
N : 64 x/mnt
41 minggu + Observasi
kencang (-)
S : 36.3 C
P : 20x/mnt
I,
Mata : CA -/-
intrauterine,
Thorax
:BJ
reg,M(-), G(-)
kepala,
punggung
late
His: (-)
pregnancy
belum
ada dan
nadi,
tek
respi
cervix, penurunan ke
jam 00:30
dengan
KU,
I-II presentasi
lanjut,
term
belum
14
29/02/16
22:00
:BJ
I-II I,
reg,M(-), G(-)
intrauterine,
tanda vital
presentasi
Observasi
kema
persalinan
kontraksi
dengan
40 late
term
kontraksi
lunak,
effacement
100%,
01/03/2016
Mules (+),
station hodge 1
TSS/CM, TD 120/90, N G1P0A0 18 Terapi
00:30
kencang-
68x/menit,
kencang (+),
16x/menit, S 36,8,
42
merasa
Mata : CA -/-
kesakitan
Thorax
lanjut,
:BJ
I-II intrauterine,
Observasi
KU,
reg,M(-), G(-)
presentasi
darah,
kepala,
nadi,
tek
respi
cervix, penurunan ke
15
durasi
kontraksi
50 pregnancy
dapat
kontraksi
hodge
I,
lunak
effacement 100%, KK
(+), presentasi belakang
01/03/16
Kencang-
kepala
TSS/CM, TD 90/60, N G1P0A0 18 Terapi lanjut
05:30
kencang (+)
96x/menit,
22x/menit,
36,50C, 42
Mata : CA -/Thorax
janin I, hidup
:BJ
I-II intrauterine,
reg,M(-), G(-)
presentasi
kepala,
dengan
50
detik, pregnancy
teraba
bagian
janin,
tiap
kema
kontraksi
16
100%,
Pasien
UUK di anterior
TSS/CM, TD : 110/70, G1P0A0 18 Terapi lanjut
06:30
merasakan
keluar
air 20x/menit,
ketuban
jernih
Mata : CA -/-
merembes
tidak
98x/menit,
(+), Thorax
janin I, hidup
:BJ
I-II intrauterine,
presentasi
kepala,
dengan
50
intensitas
kuat
seperti
bagian
teraba,
detik, pregnancy
batu,
tiap
janin
tidak
kontraksi
KK
(-),
kema
masih
17
anterior,
penurunan
kepala
hodge
presentasi
2,
belakang
07:00
siap untuk
melahirkan
22x/menit,
100x/menit,
Mata : CA -/Thorax
minggu, Evaluasi
:BJ
I-II intrauterine,
reg,M(-), G(-)
presentasi
kepala,
dengan
50
detik, pregnancy
intensitas
kuat
seperti
batu,
bagian-
tiap
kontraksi
pembukaan
tek
nadi,
ku,
100%,
18
01/03/16
Lahir
bayi TSS/CM
P1A0
07:15
spontan
tahun
partum
kanan
gram.
spontan
Evaluasi
dalam
darah,
ketuban
induksi
pernapasan
Apgar S : 36.5 C
jernih, Mata : CA -/-
bening,
tidak Thorax
:BJ
oksitosin
50cc.
botol
dini
ke-2
didapatkan
tanda-tanda
TFU : sepusat
postmaturitas
kulit
nadi,
tek
ku,
serotinus
perineum
kering, grade 2
rapuh
dan
mudah
mengelupas,
pewarnaan
mekonium
(kehijauan) pada
kulit
dan
pewarnaan
kekuningan
pada kuku, kulit
dan tali pusat
01/03/2016
Plasenta
07:25
spontan,
lengkap,
lahir TSS/CM
T : 120/80 mmHg
tidak N : 84 x/mnt
P1A0
tahun
partum
19
kontr
didapatkan
S : 36.5 C
spontan
uterus
tanda-tanda
P : 18x/mnt
dalam
plasenta
Mata : CA -/-
induksi
:BJ
coklat
ke-2
kekuningan,
tanda-tanda
kalsifikasi
TFU : sepusat
serotinus
plasenta seperti
nodul-nodul
kecil
01/03/2016
Nyeri (+)
07:30
TSS/CM
P1A0
T : 120/80 mmHg
tahun
N : 84 x/mnt
partum
evaluasi
S : 36.5 C
spontan
jumlah perdarahan,
P : 18x/mnt
dalam
Evaluasi
Mata : CA -/-
induksi
Thorax
:BJ
reg,M(-), G(-)
oksitosin
botol
esti
per
kontr
uterus
ke-2
01/03/2016
09:30
(-),
nyeri
serotinus
TSR/CM
P1A0
miring-miring
(+),
jait
N : 64 x/mnt
(+), S : 36.3 C
bekas P : 20x/mnt
tahun
mefenamat
partum
3x500 mg
spontan
SF 2x1
dalam
Metilet 2x1
20
ASI
(-). Thorax
:BJ
induksi
Pasien
reg,M(-), G(-)
oksitosin
mengeluh lemas
botol
ke-2
: 8 jam 30 menit
Kala II
: 15 menit
Kala III
: 10 menit
Kala IV
serotinus
BAB III
ANALISA KASUS
Teori
Kasus
1. Anamnesa :
21
kehamilan
adalah
serotinus
kehamilan
yang
lebih,
dihitung
menurut
rumus
kehamilan
berlangsung
41
yang
minggu
namun 42 minggu.2
2. Faktor
risiko
terjadinya
dengan
teori
adalah
pria
Selain
itu,
anensefalus,
jenis
menyebabkan
terjadinya
kehamilan postterm.
3. Diagnosis
kehamilan
postterm
22
diantaranya
adalah:
a)
penderita
yang
a. Terjadi
kesalahan
atau
akibat
menstruasi abnormal
b. Tanggal haid terakhir
diketahui jelas, tetapi
terjadi
kelambatan
ovulasi
c. Tidak ada kesalahan
menentukan
haid
berlangsung
kehamilan
postterm).1,5
Riwayat
Pasien
melakukan
tes
kehamilan
23
Antenatal
o Tes kehamilan. Bila
pasien
melakukan
pemeriksaan
imunologik
tes
sesudah
minggu.
untuk
minggu
pada
multiparitas.
24
Dengan
sedangkan
pada
kehamilan
usia
10-12
minggu.
Berdasarkan
kriteria
Kehamilan
dinyatakan
kehamilan
riwayat
tidak
pemeriksaan
sebagai berikut:
Telah
lewat
36
Telah
lewat
32
terdengar
dengan Doppler
Telah
lewat
24
minggu
sejak
dirasakan
gerak
25
Telah
lewat
minggu
22
sejak
terdengarnya
DJJ
pertama
kali
dengan
stetoskop
laennec3
TFU
tidak
dilakukan
TFU : 30 cm
Pada pasien
panggul
didapatkan
Pintu atas panggul (Pevic Inlet)
:Promontorium
NST
Aminostropi
teraba,
caesaria
tidak
pervaginam
NST
&
dilakukan
Didapatkan
aminostropi
dari
data
tidak
hasil
26
pemeriksaan
USG
adalah
postterm pregnancy
postterm,
pada
kehamilan
kali
lebih
besar
dari
kehamilan aterm.1
Penatalaksanaan kehamilan postterm Pada pasien didapatkan VT : belum
dibagi menjadi dua yaitu aktif atau ada dilatasi serviks (0), penipisan 20
ekspektatif. Dilakukan pengelolaan % (0), konsistensi lunak (2), posisi
aktif apabila serviks telah matang anterior (2), station hodge +1 (3).
dengan
cara
persalinan.
dilakukan
Pertama-tama
persalinan
dengan
drip
27
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA KEHAMILAN POSTTERM
I.
DEFINISI
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus adalah
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih, dihitung
berdasarkan hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan
siklus haid yang teratur, rata-rata 28 hari (WHO 1977, FIGO 1986) 1.
Sedangkan kehamilan late term merupakan kehamilan yang berlangsung
41 minggu namun 42 minggu.2
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
II.
PENGARUH PROGESTERON
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya dapat
meningkatan sensitivitas uterus terhadap oksitosin dan memicu proses
biomolekular dalam persalinan, sehingga beberapa penulis menduga
terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesteron.
TEORI OKSITOSIN
28
terjadinya.
TEORI KORTISOL/ACTH JANIN
Peningktan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin dipercaya merupakan
pemberi tanda dimulainya proses persalinan. Kortisol akan memberi
pengaruh terhadap plasenta sehingga produksi progesteron berkurang,
sekresi estrogen bertambah dan produksi prostaglandin meningkat. Pada
keadaan cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin
dan tidak adanya hipofisis pada janin akan menyebabkan produksi kortisol
postterm
HEREDITER
Mogren dan Cunningham menyatakan bahwa apabila seorang ibu
melahirkan anak perempuan dalam keadaan postterm, maka besar
kemungkinan anak perempuan berikutnya akan mengalami kehanilan
postterm.
Faktor risiko terjadinya kehamilan postterm diantaranya adalah
primigravida dan riwayat kehamilan postterm sebelumnya. Selain itu,
anensefalus, jenis kelamin pria, dan riwayat genetik juga dapat menjadi
III.
29
Riwayat Haid
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit ditegakkan apabila pasien
mengetahui dengan pasti HPHT-nya. Untuk HPHT dapat dipercaya
diperlukan beberapa kriteria diantaranya adalah: a) penderita yakin betul
HPHT-nya b) siklus haid teratur 28 hari c) tidak minum pil antihamil
setidaknya 3 bulan terkahir. Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan
menghitung berdasarkan rumus Naegele. Berdasarkan riwayat haid,
penderita yang ditetapkan sebagai kehamilan postterm kemungkinan
adalah sebagai berikut :
o Terjadi kesalahan dalam menentukan haid terakhir atau akibat
menstruasi abnormal
o Tanggal haid terkahir diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan
ovulasi
o Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan
memang berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari
seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm).1,5
pasien
melakukan
pemeriksaan
tes
30
Doppler
Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali
dengan stetoskop laennec3
31
Pemeriksaan Laboratorium
o Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA)
Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan
amnion
32
33
Berat janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta,
maka terjadi penurunan berat janin. Namun, seringkali pula plasenta
masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertmbah terus
sesuai bertambahnya umur kehamilan. Zwardling menyatakan bahwa
rata-rata berat janin lebih dari 3600 gram sebesar 44,5% pada kehamilan
postterm, sedangkan pada kehamilan aterm sebesar 30,6%. Risiko
persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada kehamilan
postterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan aterm.1
sindrom
postmaturitas.
Dapat
dikenali
pada
neonatus
dengan
34
c. Stadium 3
tali
pusat,
keluar
35
36
37
amnion
berkurang.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
38
urin
janin,
dan
pada
akhirnya
akan
menimbulkan
oligohidramnion.9
Estimasi volume cairan amnion dapat dilakukan dengan pemeriksaan
USG dengan cara menilai indeks cairan amnion (amniotic fluid index/AFI).
Penilaian dengan indeks ini dilakukan dengan cara menambahkan ukuran
kedalaman dari setiap kantung vertikal terbesar pada tiap kuadran uterus.
Bila nilai AFI telah turun hingga 5 cm atau kurang, maka merupakan
indikasi adanya oligohidramnion.9
Metode lain adalah dengan cara mengukur salah satu kantung cairan
amnion vertikal yang terbesar (single deepest pocket). Menurut pemeriksaan
ini, volume cairan amnion dikatakan berkurang bila didapatkan ukuran
kantong 2 cm.9
39
40
41
farmakologik
atau
cara
lain
untuk
memperlunak
atau
dari
pemeriksaan
dalam
dan
akan
digunakan
untuk
42
43
dilakukan
evaluasi
terhadap
anomali
janin
dan
gangguan
44
lebih dari 10.500 ibu hamil yang memiliki nilai amniotic fluid index
intrapartum <5 cm dibandingkan dengan kontrol yang memiliki nilai
amniotic fluid index >5 cm. Menurut hasil penelitian didapatkan bahwa
risiko
seksio
sesarea
atas
indikasi
gawat
janin
pada
kelompok
oligohidramnion lebih tinggi 2 kali lipat. Selain itu, risiko janin dengan skor
APGAR 5 menit dibawah 7 pada kelompok ini lebih tinggi 5 kali lipat.
Hasil penelitian Divon dkk (1995) yang dikutip dari Cunningham et al,
(2010) juga menyatakan bahwa hanya ibu paturien postterm yang memiliki
nilai amniotic fluid index 5 cm yang mengalami deselerasi denyut jantung
janin dan aspirasi mekonium.9
Sebaliknya, Zhang dkk (2004) yang dikutip dari Cunningham et al.,
(2010) melaporkan bahwa kondisi oligohidramnion dengan nilai AFI 5 cm
tidak berhubungan dengan kondisi perinatal yang buruk. Begitu juga dengan
Magann dkk (1999) yang tidak menemukan peningkatan risiko komplikasi
intrapartum pada kondisi oligohidramnion.9
Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi
janin postterm sehingga setiap persalinan postterm harus dilakukan
pengawasan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di Rumah Sakit dengan
pelayanan operatif dan neonatal yang memadai.
Menurut Mochtar, et al (2004) pengelolaan persalinan pada kehamilan
postterm mencakup:
a) Pemantauan
yang
baik
terhadap
kontraksi
uterus
dan
45
ketat
terhadap
neonatus
dengan
tanda-tanda
postmaturitas
46
BAB V
KESIMPULAN
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus adalah kehamilan
yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari
pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata
28 hari (WHO 1977, FIGO 1986). Sedangkan, kehamilan late term adalah
kehamilan yang berlangsung 41 minggu namun 42 minggu dihitung dari
HPHT. Kehamilan postterm dapat menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas. Penyebab
terjadinya kehamilan postterm sampai sekarng belum jelas. Faktor risiko
kehamilan postterm diantaranya adalah primigravida, riwayat kehamilan
postterm sebelumnnya, jenis kelamin janin pria, anensefalus dan riwayat
genetik. Diagnosis kehamilan postterm dinilai berdasarkan HPHT dan hasil
pemeriksaan antenatal. Pengelolaan dibagi menjadi dua yaitu aktif atau
ekspektatif. Dilakukan pengelolaan aktif apabila serviks telah matang
dengan cara dilakukan induksi persalinan. Pertama-tama dinilai dahulu
bishop score nya, apabila bishop score < 5 maka dilakukan pematangan
serviks terlebih dahulu dengan misoprostol / Cytotec yaitu 25-50 mcg,
diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam hingga munculnya his /
kontraksi. Namun, bila bishop score > 5 maka di induksi dengan drip
47
oksitosin dalam infus RL 500 cc 8 tetes per menit dapat ditingkatkan 4 tetes
setiap 30 menit maksimal 20 tetes per menit.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan USG didapatkan
pasien Ny.A G1P0A0 18 tahun hamil 41 minggu + 5 hari datang dengan
keluhan belum dalam persalinan. Pasien mengatakan HPHT-nya 17-05-2015
dan HPL 24-02-2016. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan TFU
30 cm, DJJ 134x/menit, VT : belum ada dilatasi serviks, penipisan 0%,
konsistensi lunak, posisi anterior dan penurunan kepala hodge I. Diagnosis
awal masuk pada pasien ini adalah G1P0A0 18 tahun hamil 41 minggu 5
hari , Janin I hidup intrauterin, presentasi kepala, punggung kiri, kepala
sudah masuk pintu atas panggul sebanyak 2/5 dengan late term pregnancy
dan belum dalam persalinan. Sedangkan diagnosis akhir pada pasien ini
adalah P1A0 18 tahun post partum spontan dalam induksi drip oksitosin
botol ke-2 atas indikasi serotinus. Pengelolaan pada pasien ini dilakukan
induksi persalinan dengan drip oxytocin 5 IU dalam 500cc RL karena
berdasarkan hasil bishop skornya lebih dari 5.
48
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Postterm pregnancy. In: Williams Obstetrics. 22 nd ed. McGraw-Hill New
York.2005:881-90.
2. Ob-Gyns Redefine
Meaning
of
Term
Pregnancy.
Available
on
49
50