Anda di halaman 1dari 29

Nilai

Tanda tangan :

REFERAT
HERNIA

Nama : Samudra Andi Yusuf


NIM : 030.11.265
Pembimbing: dr. Agoes Tino, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
PERIODE 10 OKTOBER 2016 17 DESEMBER 2016
1

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................i
DAFTAR TABEL................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................iii
BAB 1 : PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB 2 : TATALAKSANA..................................................................................................19
BAB 3 : KOMPLIKASI......................................................................................................22
BAB 4 : PENCEGAHAN....................................................................................................23
BAB 5 : KESIMPULAN.....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................25

DAFTAR TABEL

TABEL 1. GAMBARAN KLINIS HERNIA......................................................................10

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.LIGAMENTUM INGUINALE.....................................................................3


GAMBAR 2.ANATOMI REGIO INGUINAL....................................................................3
GAMBAR 3.SEGITIGA HASSELBACH..........................................................................4
GAMBAR 4.KANALIS FEMORALIS & BATAS-BATASNYA.......................................5
GAMBAR 5. HERNIA UMBILIKALIS DISERTAI CAIRAN MEKONIUM..................9
GAMBAR 6. PERKEMBANGAN HERNIA FEMORALIS..............................................10
GAMBAR 7. LOKASI ANATOMI DAN JENIS-JENIS HERNIA....................................11
GAMBAR 8.HERNIA USUS..............................................................................................12
GAMBAR 9. FINGER TIP TEST.......................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga akibat defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas kantong, isi dan cincin 1. Walaupun
terdapat banyak tipe hernia, hernia biasanya berkaitan dengan abdomen dimana 75% dari
kasus-kasus hernia terjadi di regio inguinalis. 2 Hernia dibagi-bagi berdasarkan penyebab,
letak, sifat. Berdasarkan penyebabnya,hernia dibagi menjadi bawaan atau kongenital dan
bawaan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi diafragma, umbilikal,
inguinal dan femoral. Berdasarkan sifatnya, hernia dibagi menjadi reponibel dan ireponibel.1
Dalam sejarahnya pada 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan pengobatan
untuk hernia inguinalis dengan melakukan suatu tekanan dari luar. Galen pada tahun 176
Masehi melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang kecil pada abdomen bagian
bawah, kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab terjadinya hernia inguinalis indirekta.
Susruta pada abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali melaporkan pengobatan bedah terhadap
hernia. Pada autopsi terhadap anak yang menderita hernia sebanyak 500 orang pada abad ke
18 dan 19 didapatkan 56% adanya patensi dari prosesus vaginalis peritonei.2
Kemudian pada abad ke 19 terdapat berbagai metode pembedahan dalam mengatur
kembali lapisan anatomis dari kanalis inguinalis dengan memperhatikan hubungan sekitarnya
seperti struktur dari funikulus spermatikus.3,5 Salah satu metode yang masih dipakai sampai
sekarang adalahmetode dokter bedah yang berasal dari Italia yaitu Eduardo Bassini. Bassini
memperkenalkan metode pembedahan hernia inguinalis dengan cara melakukan konstruksi
tiga lapisan dari regio inguinalis.6
1.1 ANATOMI
a. Kanalis Inguinalis
Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk
dari

anulus

inguinalis

profundus/interna

sampai

anulus

inguinalis

superfisialis/eksterna. Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas


ligamentum inguinale. Pada neonatus, annulus inguinalis interna terletak
hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis eksterna sehingga kanalis

inguinalis pada usia ini sangat pendek. Kemudian, annulus interna bergerak ke
arah lateral akibat pertumbuhan.1
Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada
fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis,
pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial anulus
interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir anulus merupakan origo fascia
spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen
rotundum rotundum uteri pada wanita.1
Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga
(Hesselbachs triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan
dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir anulus merupakan origo fascia
spermatica externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas
medial adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah
ligamentum inguinale.
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan
aponeurosis m.transversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka
dari aponeurosis m.oblikus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus
eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali
sperma pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.1,8

Gambar 1. Ligamentum inguinale

Gambar 2. Anatomi Regio Inguinal

Gambar 3. Segitiga Hasselbach


b. Kanalis Femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v.safena magna bermuara di dalam
v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam.
Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh
pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale (ligamentum Cooper), sebelah
lateral oleh (sarung) v.femoralis dan di sebelah medial oleh ligamentum
lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal
dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan
inkarserasi hernia femoralis.1

Gambar 4. Kanalis Femoralis dan batas-batasnya


1.2 DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.1
1.3 EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1,
dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.2,3

Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita
pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy dilakukan tiap
tahunnya di amerika serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis,
166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen
lainya.3

10

Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu
muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis
lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia
inguinal. Insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan
dikalagan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada
wanita.2,3
1.4 ETIOLOGI & FAKTOR PENCETUS
Hernia dapat terjadi akibat kelainan kongenital atau karena sebab yang didapat
(akuisita). Pada hernia yang terjadi akibat kelainan kongenital dibagi menjadi dua, yaitu4:
a. Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat-tempat tertentu
seperti contohnya pada keadaan prosesus vaginalis paten kontralateral disertai
dengan anulus inguinalis yang cukup besar sehingga dapat dilalui kantong dan isi
hernia.
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada
tempattempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (01 tahun) setelah
lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
Sedangkan pada hernia akuisita disebabkan karena beberapa faktor diantaranya4:
a. Tekanan intrabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites
b. Bertambahnya umur. Insidens hernia meningkat seiring dengan bertambahnya
umur seseorang. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang meninggikan
tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang
c. Kelemahan otot dinding perut antara lain akibat kerusakan n.illioinguinalis dan
n.illiofemoralis setelah apendektomi
d. Kehamilan
e. Pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi. Anak dengan kondisi ini
mempunyai resiko 16% mendapat hernia kontralateral pada saat dewasa.
1.5 KLASIFIKASI HERNIA
1. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas :
a. Hernia bawaan atau kongenital
b. Hernia dapatan atau akuisita
2. Hernia juga dibagi nama berdasarkan letaknya yaitu:
11

a. Hernia epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek di line alba antara umbilikus dan prosesus xifoideus. Hernia epigastrika
lebih sering terjadi pada pria daripada wanita dengan insiden tertinggi pada usia
20-50 tahun.9 Hernia epigastrika muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang
merupakan lipoma preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar, baru
kemudian keluar kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Di
berbagai literatur, hernia epigastrika dibagi menjadi hernia epigastrika murni dan
hernia epigastrika palsu. Dikatakan hernia epigastrika murni apabila isi hernia
terdiri dari protusi lemak ekstra peritoneal yang melewati linea alba tanpa kantong
peritoneum. Sedangkan hernia epigastrika murni apabila isi hernia terdiri dari
lemak ekstra peritoneal dan kantong peritoneum dengan atau tanpa omentum dan
usus.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya hernia epigastrika
diantaranya adalah kontraksi yang kuat, tidak terkoordinasi dan sinkron dari
diafragma seperti pada keadaan batuk kronik dan kebiasaan mengangkat beban
yang terlalu berat. Hal ini meningkatkan tekanan intrabdomen sehingga dapat
terjadi penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong
peritoneum.9 Kondisi ini berkaitan dengan penyakit paru dan pekerjaan yang
membutuhkan kerja fisik yang berat seperti atlet dan tentara. Berat badan berlebih
dan obesitas juga meningkatkan risiko terjadinya hernia epigastrika. Dari beberapa
penelitian dilaporkan, bahwa rekurensi terjadinya hernia setelah menjalani operasi
hernia pada pasien obese, termasuk operasi hernia epigastrika, lebih tinggi.
Kondisi ini mungkin disebabkan karena peningkatan tekanan intraabdominal yang
berakibat terhadap peningkatan tekanan pada linea alba dan garis sutura setelah
operasi. Merokok juga meningkatkan rekurensi hernia setelah dilakukan operasi
hernia epigastrika. Biopsi pada dinding abdomen pasien yang merokok
memperlihatkan bahwa terjadi perubahan histologik pada ketebalan kolagen.
Merokok meningkatkan oksidatif stress dan mengaktivasi fungsi neutrofil.
Neutrofil tersebut mensekresikan enzim yang mendestruksi jaringan, seperti
kolagenase dan elastase. Proses ini membuat kolagen pada dinding abdomen
menipis dan melemahkan dinding abdomen. Akan tetapi, hal ini masih merupakan
teori karena belum ada bukti dilapangan.9

12

Pasien sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan pada
kelainan kandung empedu, tukak peptik, atau hernia hiatus esofagus. Keluhan
yang samar ini terutama terjadi bila hernia kecil dan sukar diraba.
b. Hernia inguinal
i. Hernia inguinalis lateralis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis atau disebut juga hernia inguinalis indirek
karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus.1 Kanalis inguinalis normal pada fetus karena pada
bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah
lahir, biasanya prosesus ini mengalami obliterasi. Bila prosesus terbuka terus
akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang dewasa, kanal
telah menutup namun karena merupakan lokus minoris resistensi, maka pada
keadaan yang meningkatkan tekanan intraabdominal, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita. Jika isi dan kantong
hernia lateralis turun hingga skrotum disebut hernia skrotalis.8
ii. Hernia inguinalis medialis (direk)
Hernia inguinalis medialis disebut juga hernia inguinalis direk. Hernia
ini menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang
dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika
inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Hernia ini
hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intraabdomen kronik
dan kelemahan otot dinding di trigonum Hasselbach. Oleh karena itu, hernia
umumnya terjadi bilateral dan khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang,
bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi.
c. Hernia umbilikal.
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan
angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Prevalensi hernia umbilikalis pada
bayi perempuan dan bayi laki-laki 1:1. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan
13

yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat
peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bati menangis. Secara
embriologis, selama awal-awal masa janin, sebagian besar bagian intestinal
terdapat pada bagian proksimal tali umbilikus, yang disebut rongga ekstraselomik.
Normalnya, organ intestinal menarik diri kedalam rongga abdomen saat usia
gestasi 10-12 minggu, cincin umbilikus tertutup dan rongga ekstraselomik
mengalami obliterasi. Pada beberapa kasus cincin umbilikus tidak menutup dan
bagian intestinum menetap di rongga ekstraselomik. Hal ini yang mendasari
terjadinya hernia kongenital pada bagian umbilikus.10 Oleh karena itu, hernia pada
tali umbilikus merupakan wujud yang berbeda dari kelainan dinding abdomen
anterior lainnya seperti gastrokisis dan omfalokel.10 Kelainan ini dapat dideteksi
dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi sejak kehamilan trimester
kedua.10 Hernia umbilikal umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang
terjadi inkarserasi.

Gambar 5. Hernia Umbilikal disertai cairan mekonium

d. Hernia femoralis.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
v.femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada perempuan tua. Insidens hernia
femoralis pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Faktor utama yang menyebabkan
terjadinya hernia femoralis adalah peningkatan tekanan intraabdomen akan
14

mendorong lemak preperitoneal ke dalam kanalis femoralis. Faktor penyebab


lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena
usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi akibat komplikasi herniorafi
pada hernia inguinalis, terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice
yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke
ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas.1

Gambar 6. Perkembangan Hernia Femoralis


e. Hernia skrotalis
Prevalensi hernia scrotalis sangat jarang terjadi. Hernia scrotalis hanya terjadi
pada pria, umumnya pada usia diatas 50 tahun, mempunyai predileksi di kanan
dan jarang terjadi pada kedua sisi. Pada sebagian besar kasus, isi dari vesica
urinaria sebagian besar berada di dalam skrotum. Terkadang, seluruh vesica
urinaria bersama dengan trigonum dan bagian terminal dari ureter tergeser ke
skrotum menyebabkan retensi urin dan uremia. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya hernia scrotalis diantaranya adalah adanya obstruksi traktur urinarius
15

(mulai dari pembesaran prostat, prostatitis, kontraktur leher vesica urinaria atau
striktur uretra), hilangnya tonus vesica urinaria dengan kelemahan struktur
disekitarnya yang biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40an dan hernia
geser.11

Gambar 7. Lokasi anatomi dari jenis-jenis hernia


3. Menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi :
a. Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut.
b. Hernia ireponibel bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut.

4. Menurut keadaannya, hernia dibagi menjadi :


a. Hernia inkarserata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan pergerakan usus.1
b. Hernia strangulata bila isi hernia terjepit oleh cincin sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi
gangguan vaskularisasi. Keadaan ini dapat sampai menyebabkan terjadinya
nekrosis.1 Gangren dapat terjadi 5-6 jam setelah terjadinya strangulasi. Hernia
femoralis lebih berisiko untuk terjadi strangulasi diakibatkan oleh lehernya yang
lebih pendek dan sekitarnya lebih kaku.7 Bila strangulasi hanya menjepit sebagian
dinding usus disebut hernia Richter

16

Gambar 8. Hernia Usus

Tabel 1. Gambaran Klinis Hernia


Jenis

Reponibel

Nyeri

Obstruksi

Tampak

Toksik
-

Reponibel/beba

sakit
-

s
Ireponibel/akre

ta
Inkarserasi
Strangulasi

+
++

+
+

+
++

++

5. Tipe hernia lain


a. Hernia ventralis

17

Hernia ventralis merupakan nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian anterolateral. Nama lainnya adalah hernia insisional atau hernia sikatriks.
Hernia ventralis adalah penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang
baru yang lama. Faktor predisposisi yang berpengaruh diantaranya infeksi luka
operasi, luka operasi yang tidak menutup dengan baik, tehnik penutupan luka
operasi yang kurang baik, jenis insisi, obesitas, peninggian tekanan intraabdomen.
Keadaan umum pasien yang kurang baik, seperti malnutrisi dan juga pemakaian
steroid dalam jangka lama, juga merupakan faktor predisposisi.
b. Hernia Lumbalis
Hernia lumbalis biasanya berada didaerah lumbal antara iga XII dan krista
illiaka. Di daerah tersebut ada dua buah trigonum masing-masing trigonum
kostolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Hernia
pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan
teraba benjolan di tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi kranial
panggul dorsal. Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa pintu hernia.1
c. Hernia Spieghel
Hernia spieghel ialah hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fasia
Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Umumnya dijumpai pada usia 40-70
tahun. Prevalensi terjadinya hernia Spieghel pada pria dan wanita adalah 1:1.
Hernia spieghel biasanya terjadi di kanan dan jarang bilateral. Diagnosis
diteggakkan dengan ditemukannya benjolan di sebalah atas titik McBurney kanan
atau kiri, pada tepi lateral m.rektus abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus,
omentum atau ovarium. Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
ultrasonografi. Inkarserasi jarang terjadi.1
d. Hernia Obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium. Kanalis
obturatorium merupakan saluran yang berjalan miring ke kaudal yang dibatasi di
kranial dan lateral oleh sulkus obturatorius os.pubis, serta dikaudal oleh tepi bebas
membran obturatoria, m.obturatorius internus dan eksternus. Didalam kanalis
obturatorius, berjalan arteri, saraf dan vena obturatoria. Diagnosis ditegakkan atas
dasar adanya tanda Howship-Romberg yang patognomonik yaitu terdapat keluhan
nyeri yang meluas pada bagian medial paha bawah saat abduksi, ekstensi dan rotasi

18

internal lutut akibat penekanan n.obturatorius. Colok dubur atau pemeriksaan


vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang nyeri.1
e. Hernia Perinealis
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek
dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau
sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau reseksi
rektum secara abdominoperineal. Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri
atas m.levator anus dan m.sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada
semua daerah dasar panggul. Hernia perinealis biasanya dibagi atas hernia anterior
dan hernia posterior.1
f. Hernia Pantalon
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada
satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga
berbentuk seperti celana. KeadaanKausa
ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia
inguinalis. Diagnosis umumnya sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan
biasanya baru ditemukan sewaktu operasi.1
Kelemahan Otot Abomen

Tekanan Intraabdominal

1.6 PATOFISIOLOGI
Trauma
Malformasi Kongenital

Reponible

Aging Beban Berat Hamil

Ireponible

Inkarserata

Strangulata

Obesitas

Mengedan

Inflamasi

Ritcher

Obstruksi

Nekrosis

Infeksi

Peritonitis
19

Sepsis

1.6.1

PATOFISIOLOGI HERNIA STRANGULASI


Strangulasi menyebabkan adanya obstruksi dari intestinal atau usus. Hal ini
menyebabkan gangguan sirkulasi usus. Gangguan ini diawali dengan gangguan
sirkulasi balik atau vena. Hal ini menyebabkan kongesti dari dinding usus.
Selanjutnya, terjadi transudasi atau perpindahan cairan serosa kedalam kantong hernia
(hernial sac). Hal ini diikuti oleh peningkatan tekanan intestinal. Peningkatan tekanan
ini menyebabkan gangguan sirkulasi arteri lebih lanjut. Akhirnya terjadi ekstravasasi
darah ke dalam kantong hernia. Kemudian, terbentuk perlengketan eksudat dengan
cairan serosa yang berwarna merah. Hal ini menyebabkan dinding usus kehilangan
tonus dan menjadi lebih rapuh. Pada tahap ini transudasi bakterial terjadi dan cairan di
kantong hernia terinfeksi. Terjadilah gangren dengan cincin yang terkonstriksi.
Apabila cincin ini tidak dibebaskan dapat terjadi perforasi dinding usus dan dapat
berlanjut menjadi peritonitis.12

1.7 GAMBARAN KLINIS HERNIA


1.7.1 GAMBARAN KLINIS HERNIA INGUINALIS
Pasien dengan hernia umumnya datang dengan keluhan benjolan di lipat paha.
Benjolan muncul waktu pasien berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
pasien berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual

20

dan muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis
atau gangren.
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi yang perlu diperhatikan adalah keadaan asimetri
pada kedua sisi lipat paha, skrotum dan labia pada posisi duduk dan berbaring. Pasien diminta
untuk mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat.
Pada palpasi didapatkan adanya benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Dalam hal reposisi, pada waktu jari masih
berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh heria,
berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis. Kalau kantong hernia berisi organ, pada palpasi mungkin teraba usus,
omentum (seperti karet) atau ovarium.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau, jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan
ke kranial melalui anulus eksternus.

Gambar 9. Finger tip test


1.7.2

GAMBARAN KLINIS HERNIA FEMORALIS

Pasien hernia femoralis umumnya datang dengan keluhan benjolan di lipat paha yang
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen

21

seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering
penderita datang ke dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinale di medial
v.femoralis dan lateral tuberkulum pubikum

1.8 GAMBARAN KLINIS HERNIA PADA ANAK


Berdasarkan anamnesis, didapatkan keluhan utama dari orang tua pasien biasanya
terdapat benjolan di daerah inguinal/skrotum yang intermitten. Benjolan terlihat lebih
jelas pada saat menangis atau mengedan. Seringkali, penonjolan dapat hilang saat
istirahat atau dapat dimasukkan secara manual.8
Pada pemeriksaan fisik status lokalis didapatkan benjolan pada skrotum/kanal
inguinal/labia yang membesar apabila pasien mengedan. Kemudian korda pada sisi yang
terkena lebih tebal dibandingkan sisi yang tidak terkena. Pada hernia strangulata, tonjolan
tidak dapat dimasukkan. Apabila sudah beberapa jam, anak akan rewel, tidak mau makan,
merasa nyeri, mengalami distensi abdomen, serta sulit buang air dan mengeluarkan
kotoran. Tonjolan terlihat membengkak, kemerahan, serta terdapat perubahan warna pada
kulit yang melapisinya.8

1.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang pada hernia meliputi darah lengkap, urinalisis, blood urea
nitrogen (BUN), kreatinin dan laktat8. Pemeriksaan radiologi umumnya tidak digunakan
dalam mendiagnosis hernia, akan tetapi, pada keadaan tertentu dapat berguna.
Diantaranya adalah
a. USG USG dapat bermanfaat dalam membedakan massa terdapat di pangkal
paha atau di dinding abdomen atau untuk membedakan penyebab bengkaknya
testis. Sensitivitas USG dalam mendeteksi inguinal hernia mencapai 90% dan
spesifisitasnya 82-86%.13
b. CT Scan mungkin diperlukan apabila dari pemeriksaan fisik tidak bisa didapatkan
atau untuk mendiagnosis hernia sphiegel atau obturator.7
1.10

DIAGNOSIS BANDING
22

a.
b.
c.
d.
e.

Hidrokel
Elefantiasis skrotum
Limfadenitis inguinalis
Varikokel
Lipoma

BAB II
TATALAKSANA
a. Tatalaksana Hernia Secara Umum
Terapi konservatif sambil menunggu proses alami dapat dilakukan pada hernia
umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa penggunaan
alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian
korset pada hernia ventralis. Pemakaian korset pada hernia inguinalis tidak dianjurkan
karena dapat melemahkan otot dinding perut.
Terapi definitif untuk hernia adalah tindakan operasi. Usia lanjut bukan
merupakan kontraindikasi operasi elektif. Pada pasien hernia inkarserata yang tidak
menunjukkan gejala sistemik dapat dilakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi
berhasil dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari setelah udem jaringan
hilang dan keadaan pasien sudah lebih baik.
Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan
pulihnya isi hernia harus dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan
reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit dievaluasi kembali warna, peristalsis dan pulsasi pada
a.arkuata pada usus.1
b. Tatalaksana Hernia Inguinalis
i. Konservatif

23

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan


pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Reposisi tidak dilakukan pada pasien hernia inguinalis strangulasi, kecuali pada
anak-anak. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di bawah
dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi
hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan
reposisi oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan
dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia.
Bila reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika
reposisi tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus di operasi segera.1
ii. Operatif
Tatalaksana definitif hernia adalah dengan operasi sehingga perlu dirujuk ke
dokter spesialis bedah. Pada hernia inguinalis reponibel dan ireponibel dilakukan
tindakan bedah elektif, sedangkan bila telah terjadi proses inkarserasi dan
strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepatnya. Prinsip dasar operasi
hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti
metode Bassini dan metode Mc Vay. Metode Bassini merupakan tehnik herniorafi
yang pertama dipublikasi tahun 1887. Pada metode ini, dilakukan diseksi kanalis
inguinalis kemudian rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mengaproksimasi
muskulus obliqus internus, muskulus transversus abdominis dan fasia transversalis
dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Tehnik ini dapat diterapkan
untuk hernia inguinalis lateralis dan medialis. Sedangkan pada metode Mc Vay

24

dilakukan penjahitan fasia transversa, m.transversus abdominis dan m.oblikus


internus abdominis ke ligamentum cooper.1,2

c. Tatalaksana Hernia Femoralis


Setiap hernia femoralis memerlukan tindakan operasi, kecuali kalau ada kelainan
lokal atau umum yang merupakan kontraindikasi operasi. Operasi terdiri atas
herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan menjepit anulus femoralis.
Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal atau kombinasi keduanya.
Pendekatan krural tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan.
Pendekatan inguinal dengan membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi
dinding posteriornya biasanya dilakukan pada lelaki karena hernia femoralis pada
lelaki lebih sering disertai hernia inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat
dipilih pada hernia femoralis inkarserata, hernia residif atau kombinasi dengan hernia
inguinalis.
Pada tehnik Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke
ligamentum lakunare Gimbernati.
d. Tatalaksana Hernia Umbilikalis
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum
bayi berumur enam bulan; kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha
untuk mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan
kanan, kemudian memancangkannya dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu.
Bisa juga digunakan uang logam yang dipancangkan di umbilikus untuk mencegah
penonjolan isi rongga perut. Bila sampai dengan usia 1,5 tahun hernia masih
menonjol, umumnya diperlukan koreksi operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2
cm jarang terjadi regresi spontan dan lebih sukar diperoleh penutupan dengan
tindakan konservatif.

25

BAB III
KOMPLIKASI
3.1 KOMPLIKASI HERNIA
Komplikasi hernia bergantung kepada keadaan dari isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan di kantong hernia seperti pada hernia ireponibel; ini dapat terjadi apabila isi
kantong terlalu besar. Dapat pula, terjadi isi hernia yang tercekik oleh cincin hernia
sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana.1
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
awalnya terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam
hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan
pada cincin hernia makin bertambah sehingga peredaran darah semakin terganggu. Isi
hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Oleh karena itu, komplikasi dari hernia diantaranya adalah1 :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Infeksi
Obstruksi
Perforasi
nekrosis usus
peritonitis
sepsis

3.2 KOMPLIKASI OPERASI HERNIA


26

a) Cedera v.femoralis, n.illioinguinalis, n.illiofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli


b)
c)
d)
e)

bila masuk pada hernia geser


Hematoma
Infeksi luka
Atrofi testis karena lesi a.spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis
Hernia residif
BAB IV
PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan hernia adalah mencegah peningkatan tekanan intraabdomen
sehingga apabila ada penyakit yang mendasari terjadinya hernia perlu di tangani
terlebih dahulu. Cara mencegah peningkatan tekanan intraabdomen diantaranya
adalah15 :

a. Meningkatkan konsumsi makanan yang kaya akan serat untuk mencegah konstipasi dan
mengedan pada saat defekasi
b. Menghindari mengangkat beban yang terlalu berat
c. Mengendalikan berat badan
d. Tidak merokok

27

BAB V
KESIMPULAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan dari suatu rongga akibat defek atau
kelemahan dari dinding rongga tersebut. Hernia terdiri dari kantong, isi dan cincin.
Tujuh puluh lima persen dari kasus hernia terjadi di regio inguinalis. Penyebab dari
hernia bisa terjadi karena kelainan kongenital atau didapat (akuisita). Klasifikasi
hernia terdiri dari beberapa macam diantaranya : berdasarkan terjadinya, letaknya,
sifatnya, keadaannya dan yang terakhir hernia inflamasi. Gambaran klinis dari hernia
biasanya pasien datang dengan keluhan utama benjolan di lipat paha. Benjolan
muncul waktu pasien berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
pasien berbaring. Pada pemeriksaan fisik didapatkan dari inspeksi yang perlu
diperhatikan adalah keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum dan labia
pada posisi duduk dan berbaring. Pasien diminta untuk mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Pada palpasi didapatkan adanya
benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi. Kemudian dilakukan finger tip test untuk membedakan antara hernia
inguinalis lateralis dan medialis. Pemeriksaan penunjang umumnya tidak digunakan
untuk mendiagnosis hernia. Tatalaksana hernia terdiri dari konservatif maupun
operatif. Pada terapi konservatif dilakukan reposisi sedangkan prinsip terapi operatif
pada hernia dilakukan herniotomi dan hernioplastik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R & Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 2004. Hal 523-537
28

2. Sjamsuhidajat R & Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
3. Mansjoer A, Suprohaita,Wardhani WK,Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
4. Burcharth, Pommergaard, Rosenberg. The Inheritance of Groin Hernia: a systematic
review. Hernia;2013;17; pg. 183-9
5. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 November 2016)
6. Burhitt HG & O.R.G. Quick Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356
7. Palanivelu C. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit
GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
8. Rather
AA.
Abdominal
Hernias.
Available
at:
emedicine.medscape.com/article/189563-overview. Accessed on : November 13,2016
9. Ponten JEH, Somers KYA, Nienhuijs SW. Pathogenesis of the Epigastric Hernia.
Hernia;2012;16;pg. 627-33
10. Kamalesh P. Congenital Hernia of the Umbilical Cord Associated with Extracelomic
Colonic Atresia and Perforation of gut in a newborn. African Journal of Pediatric
Surgery; 2014; 11; Pg.74-6
11. Zajaczkowski T. Scrotal Hernia : report of two cases. Int Urol Nephrol; 2007; 39;
Pg.479-84
12. Russel RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. Bailey & Loves : short practice of
surgery. 23th ed. Oxford University Press. New York. 2000. Pg. 1144-45
13. LeBlanc KE, LeBlanc LL, LeBlanc KA. Inguinal Hernias: Diagnosis & Management.
Available at: http://www.aafp.org/afp/2013/0615/p844.pdf. Accessed on : November
16,2016
14. Romain B, Chemaly R, Meyer N, Brigand C, Steinmetz JP, Rohr S. Prognostic
Factors of Postoperative Morbidity and Mortality in Strangulated Groin Hernia.
Hernia; 2012; 16; Pg.405-10
15. Pruti S, Picco MF, Rajan E. Self Management Inguinal Hernia. Available at:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/inguinal-hernia/manage/ptc20207684. Accessed on : November 16,2016

29

Anda mungkin juga menyukai