ANTEPARTUM BLEEDING
Pembimbing:
dr. Ali Mahmud, Sp.OG
Penyusun:
Adeline Tampang Allo 20190420012
Benedicta 20190420066
Claudia Monica 20190420070
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan responsi dengan
topik “ANTEPARTUM BLEEDING” dengan lancar. Responsi ini disusun
sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di
bagian Obstetri dan Ginekologi RSU Haji Surabaya, dengan harapan
dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada:
a. dr. Ali Mahmud, Sp.OG, selaku Dosen Pembimbing.
b. Para dokter di bagian Obstetri dan Ginekologi RSU Haji Surabaya.
c. Para perawat dan pegawai di bagian Obstetri dan Ginekologi RSU
Haji Surabaya.
Kami menyadari bahwa responsi yang kami susun ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi manfaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
1.1 IDENTITAS.....................................................................................1
1.2 ANAMNESA....................................................................................1
1.4 RESUME.........................................................................................3
1.5 DIAGNOSA.....................................................................................4
1.6 PLANNING......................................................................................4
2.1 Definisi................................................................................................6
2.2 Etiologi................................................................................................6
2.3 Diagnosis..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................16
iii
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 IDENTITAS
Ibu
Nama : Ny. Yuliah
Usia : 29 tahun
Alamat : Gunung Anyar Surabaya
Agama : Islam
MRS : 2 September 2020 pukul 14.21 WIB
No. Reg : 895034
1.2 ANAMNESA
Keluhan utama:
Keluar darah banyak
Keluhan tambahan:
Keluar cairan tidak tahu kencing atau ketuban
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSU Haji Surabaya dengan keluhan keluar
darah dari kemaluan sejak akan KRS. Keluhan serupa dialami 3 hari
yang lalu, telah dirawat inap dan di KRS kan hari ini, namun saat berada
di depan lobi tiba-tiba keluar darah kembali. Pendarahan sebanyak 1
softex penuh merembes. Tidak ada nyeri perut sebelumnya. Pasien
mengatakan merupakan kehamilan yang kedua. Setelah 2 jam MRS
pasien merasa keluar cairan dari kemaluan tidak tahu kencing atau
ketuban. Nafsu makan dan minum selama kehamilan ini baik. BAB dan
BAK lancar tidak ada masalah. Demam (-), batuk pilek (-), riwayat
kontak COVID (-).
1
- Asma (-)
Riwayat Penyakit keluarga
- Diabetes mellitus (-)
- Hipertensi (-)
- Asma (-)
- Alergi (-)
Riwayat penggunaan obat : (-)
Riwayat alergi : (-)
Riwayat Sosial : Merokok (-), alkohol (-)
Riwayat haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 27 hari
Durasi : 8-9 hari, teratur
Dismenorhea: (-)
HPHT : 9 Januari 2020
HPL : 16 Oktober 2020
Usia kehamilan : 34 minggu
Riwayat perkawinan
Kawin ke-1, masih kawin, lama kawin 11 tahun
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Anak
Jenis
No Penolong Thn Aterm Penyulit
Persalinan JK BB Keadaan
2
Riwayat ANC:
Tiga kali di dokter kandungan.
Riwayat KB:
Pil KB, 2 tahun
3
b. DJJ: 150x/min, teratur
c. Anogenital : Inspeksi : darah (+), lochea (-), perineum normal
Inspekulo vagina : kelainan (-), lakmus tes (+) berwarna biru ungu
Vagina Toucher (VT) : tidak dilakukan
1.4 RESUME
1) Anamnesa
Pasien datang ke IGD RSU Haji Surabaya dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak akan KRS. Keluhan serupa dialami 3 hari yang lalu,
telah dirawat inap dan di KRS kan hari ini, namun saat berada di depan
lobi tiba-tiba keluar darah kembali. Pendarahan sebanyak 1 softex
penuh merembes. Tidak ada nyeri perut sebelumnya. Setelah 2 jam
MRS pasien merasa keluar cairan dari kemaluan tidak tahu kencing
atau ketuban.
2) Pemeriksaan Fisik
GCS: 4-5-6
BB/TB : 66 kg/ 147 cm
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 125/88 mmHg
Nadi : 116 kali/menit,reguler
Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,6ᵒC axillar
Status generalis : kepala, leher, thorax, abdomen, extremitas dalam
batas normal, Linea nigra (+) , striae gravidarum (+)
Status Obstetri
- Leopold
Leopold I : TFU : 30cm
Leopold II : Kanan: ekstremitas, Kiri : punggung
Leopold III : (tidak ada data)
Leopold IV : (tidak ada data)
- DJJ: 150x/min
- Anogenital : Inspeksi : darah (+), lochea (-), perineum normal
Inspekulo vagina : kelainan (-), lakmus tes (+) berwarna biru ungu
4
1.5 DIAGNOSA
G2P1A0, 34 minggu, THIU dengan antepartum bleeding dan suspek ketuban
pecah dini
1.6 PLANNING
Diagnosa
Darah lengkap
CRP
Kimia klinik : GDA, Albumin
Rapid test
USG
Terapi
- PO Erythromycin 4x500mg
-
Monitoring
KU
TTV
Pemberatan gejala gangguan organ dan komplikasi
Edukasi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perdarahan antepartum didefinisikan sebagai pendarahan dari atau pada
saluran genital, yang terjadi mulai minggu ke 24 kehamilan dan mendekati tanggal
persalinan. (RCOG,2011)
2.2 Etiologi
Penyebab perdarahan antepartum dapat dibagi menjadi beberapa dengan
penyebab terbanyak akibat dari pendarahan plasenta sebesar 70% (Dutta’s
Obstetrics, 2015).
2.2.1.1 Definisi
Plasenta previa merupakan suatu kondisi dimana plasenta yang letaknya
pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan rahim (William Obstetrics, 2018).
6
2.2.1.2 Klasifikasi
1. Tipe I (Letak bawah)
2. Tipe II (Marginal)
3. Tipe III (Incomplete atau partial central)
4. Tipe IV (Central atau total)
7
2.2.1.5 Diagnosa
Jika terdapat pendarahan uterus setelah pertengahan kehamilan, plasenta
previa atau aburptio plasenta harus dipertimbangkan. Plasenta previa tidak
boleh di tiadakan kecuali setelah pemeriksaan sonography dengan jelas
menunjukkan tidak adanya plasenta previa.
2.2.1.6 Manajemen
Tatalaksana yang harus segara dilakukan saat terjadi pendarahan: (Dutta’s
Obstetrics, 2015)
1. Menilai banyaknya pendarahan dengan melihat keadaan umum, nadi,
dan tekanan darah.
2. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah (cross
matching) dan menilai estimasi hemoglobin.
3. Pemasangan kanul IV dan infus NS.
4. Dengan lembut palpasi abdomen untuk memastikan apakah terdapat
nyeri tekan uterus dan mengukur denyut jantung janin.
5. Inspeksi vulva untuk menilai adanya pendarahan aktif.
Terapi ekspektatif
1. Rawat inap, tirah baring, observasi tanda vital, dan berikan antibiotik
profilaksis.
2. Apabila berhubungan dengan trauma, monitoring setidaknya-24 jam
untuk menyingkirkan kemungkinan solutio plasenta.
3. Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia
kehamilan, letak, dan presentasi janin.
4. Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat
peroral 60 mg selama 1 bulan.
5. Pastikan sarana untuk melakukan tranfusi
6. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau
8
diperlukan waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan
segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
7. Jika perdarahan berulang pertimbangkan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Manajemen aktif diindikasikan jika pendarahan terjadi pasa udia kehamilan
37 minggu, pasien dalam persalinan, pendarahan terus berlanjut, bayi
dengan status kardiak tidak meyakinkan, atau mati. (Dutta’s Obstetrics,
2015)
1. Persalinan caesar dilakukan pada semua wanita dengan bukti
pemeriksaan sonographic plasenta previa berada 2cm dari internal os.
Persalinan caesar dapat menurunkan resiko maternal dan
meningkatkan keselamatan fetal.
2. Persalinan pervaginam dapat diperhitungkan jika plasenta berada 2-
3cm dari cervical os.
2.2.2.1 Definisi
Abrupsio plasenta didefinisikan pemisahan/ separasi prematur pada
plasenta dengan implantasi normal yang terjadi sebelum persalinan (Branche,
2019).
Abrupsio plasenta adalah separasi plasenta letak normal setelah 20
minggu gestasi dan sebelum persalinan. (Li et al., 2019).
9
Hampir 50% wanita dengan abrupsio plasenta tidak memeiliki faktor
resiko yang dapat teridentifikasi
Riwayat solusio pada kehamilan sebelumnya: Risiko kekambuhan sekitar
5% -17% [17]. Setelah dua kali abrupsi, risiko kekambuhan sekitar 25%.
Gangguan hipertensi ibu: berhubungan dengan hampir 50% kasus
solusio derajat 3. Secara khusus, hipertensi kronis (kejadian 1,5% -2,5%),
preeklamsia (sekitar 3%), dan preeklamsia berat berhubungan dengan
solusio plasenta.
Trauma abdomen diketahui sebagai penyebab solusio plasenta tetapi
hanya bertanggung jawab atas 1% kasus
Merokok: 90% peningkatan solusio pada wanita yang merokok
dibandingkan dengan kontrol. Merokok bertanggung jawab atas 15% -
25% episode solusio .
Kokain: tingkat solusio 1,9%
Kelahiran sesar sebelumnya dikaitkan dengan peningkatan risiko solusio
pada kehamilan berikutnya
Polihidramnion telah dikaitkan dengan solusio plasenta pada pasien
dengan usia gestasi> 37 minggu
Gestasi multipel: risiko solusio 1,2% pada kembar, 1,5% pada kembar
tiga
PPROM: bukti perdarahan desidua lama dapat ditemukan di hampir 40%
plasenta dari pasien dengan PPROM.
Korioamnionitis: Infiltrasi neutrofil pada selaput janin dan serviks terlihat
pada ketuban pecah dini (PROM), dan korioamnionitis dikaitkan dengan
solusio plasenta.
Leiomioma yang terdeteksi pada USG trimester kedua dikaitkan dengan
sedikit peningkatan risiko solusio
Perdarahan subkorionik yang terdeteksi ultrasonografi sebelum 22
minggu kehamilan menyebabkan peningkatan risiko solusio plasenta
2.2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi klinis abrupsio plasenta adalah sebagai berikut: (Deering,
2018)
Kelas 0 - asimptomatis
10
Kelas 1 - ringan (kira-kira 48% dari semua kasus)
Kelas 2 - sedang (kira-kira 27% dari semua kasus)
Kelas 3 - berat (kira-kira 24% dari semua kasus)
Diagnosis kelas 0 dibuat secara retrospektif dengan temuan blood clot
atau area depresi pada plasenta yang telah lahir.
Karakteristik kelas 1 termasuk:
•Tidak ada perdarahan vagina sampai perdarahan vagina ringan
•Uterus agak lunak
•TD dan detak jantung ibu normal
•Tidak ada koagulopati
•Tidak ada gawat janin
Karakteristik kelas 2 meliputi yang berikut:
•Tidak ada perdarahan vagina sampai perdarahan vagina sedang
•Nyeri uterus sedang sampai berat dengan kemungkinan kontraksi
tetanik
•Takikardia ibu dengan perubahan ortostatik pada TD dan denyut
jantung
•Gawat janin
•Hipofibrinogenemia (yaitu 50-250 mg / dL)
Karakteristik kelas 3 meliputi yang berikut:
•Tidak ada perdarahan vagina hingga perdarahan vagina yang berat
•Uterus tetanik yang sangat nyeri
•Syok ibu
•Hipofibrinogenemia (yaitu, <150 mg / dL)
•Koagulopati
•Kematian janin
Klasifikasi berdasarkan varietas abrupsio plasenta (Konar, 2018):
1. Revealed: Setelah pemisahan plasenta, darah masuk ke
bawah antara membran dan desidua. Akhirnya darah yang
keluar dari saluran serviks terlihat dari luar. Ini adalah tipe
yang paling umum.
2. Concealed: Darah terkumpul di belakang plasenta yang
terpisah atau terkumpul di antara membran dan desidua.
11
Darah yang terkumpul dicegah keluar dari serviks dengan
bagian presentasi yang menekan segmen bawah. Kadang-
kadang, darah bisa meresap ke dalam kantung ketuban
setelah membran pecah. Dalam keadaan apapun, darah
tidak terlihat di luar. Jenis ini jarang terjadi.
3. Mixed: Pada tipe ini, sebagian dari darah terkumpul di
dalam (tersembunyi) dan sebagian dikeluarkan
(terungkap). Biasanya satu varietas mendominasi yang
lain. Ini sangat umum.
12
Nyeri abdomen dapat konstan atau intermiten. Pada abrupsio berat dengan
lebih dari 50% plasenta terlepas, abnormalitas detak jantung fetus dan
koagulopati mungkin ada.(Mapara and Cochrane, 2017)
2.2.2.5 Diagnosa
Diagnosis abrupsi ditegakkan secara klinis (perdarahan vagina, nyeri
perut / nyeri uterus, gangguan detak jantung janin, atau kontraksi
uterus).
Riwayat dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium dan
ultrasonografi yang sesuai prosedur manajemen. Penilaian rutin yang
dilakukan adalah pengukuran tanda-tanda vital, status oksigenasi, dan
output urin.
Penilaian laboratorium mungkin termasuk hematokrit, jumlah trombosit,
studi koagulasi (waktu protrombin [PT], waktu tromboplastin parsial
[PTT], dan brinogen), golongan darah dan skrining, atau cross-match,
kreatinin serum, dan skrining obat.
Penyebab lain perdarahan trimester ketiga harus disingkirkan. Diagnosis
banding meliputi plasenta previa, vasa previa, lesi serviks (misalnya
keganasan) dan lesi vagina.
Pemeriksaan ultrasonografi berguna terutama untuk menyingkirkan
plasenta previa atau vasa previa. Sensitivitas dan kota spesifik USG
dalam diagnosis solusio plasenta masing-masing adalah 24% dan 96%.
Solusio plasenta tetap dicari dengan tanda atau gejala klinis, sehingga
meskipun ultrasonografi sangat membantu dalam mengesampingkan
penyebab lain perdarahan trimester ketiga, ultrasonografi tidak memiliki
sensitivitas yang diperlukan untuk mendeteksi solusio plasenta secara
andal.
Computed tomography (CT) telah digunakan untuk mengidentifikasi
solusio pada pasien trauma. Sebuah studi retrospektif pasien trauma
hamil yang dievaluasi dengan CT menemukan sensitivitas tinggi (86%)
dan kota tertentu (98%) dalam mendeteksi solusio plasenta
Pencitraan resonansi magnetik (MR) juga telah digunakan untuk
mengidentifikasi solusio plasenta.
13
Pemeriksaan spekulum vagina juga dapat dilakukan untuk singkirkan
sumber perdarahan serviks atau vagina. (Visintine, 2017)
14
2.2.2.6 Perbedaan Plasenta Previa dan Abrupsio Plasenta
2.2.2.7 Manajemen
15
beratnya solusio tersebut. Persiapan harus dilakukan untuk mengantisipasi
potensi komplikasi maternal. Ini harus mencakup akses intravena; dua
akses intravena akan membantu resusitasi cairan secara cepat atau
membantu pemberian darah. Ketersediaan darah atau komponen darah
dapat menyelamatkan hidup; Oleh karena itu, kerja sama dengan bank
darah sangat penting. Status janin biasanya dinilai dengan pemantauan
detak jantung janin kontinyu secara elektronik, setidaknya dalam keadaan
akut. Untuk wanita dengan solusio kronis, setelah stabil secara klinis,
pemantauan intermiten dapat menjadi pertimbangan. (Visintine, 2017).
2.3 Diagnosis
1. Anamnesis :
a. Perdarahan. Perlu diketahui banyak warna, konsistensi, dan karakteristik
perdarahan.
b. Nyeri perut. Perlu diketahui letak, waktu terjadinya, frekuensi, berat dan
durasi nyeri. Jika terdapat kontraksi juga perlu dibedakan.
c. Tonus uterus. Uterus yang lunak, dan tidak nyeri menunjukkan kesan
sebagai perdarahan dari saluran kelamin dan vasa previa. Jika timbul
uterus yang keras seperti papan menunjukkan solusio plasenta.
d. Faktor pencetus. Perlu ditanyakan faktor pencetus seperti aktivitas seksual
sebelumnya dan trauma.
2. Pemeriksaan fisik. Tekanan darah, nadi, pernafasan, temperatur, saturasi
oksigen dan tingkat kesadaran perlu diobservasi. Pada palpasi dan Leopold,
dicari letak posisi bayi dan tonus uterus.
3. Pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika diagnosis
plasenta previa telah disingkirkan karena dapat mencetus perdarahan yang
lebih parah. Pemeriksaan dalam berfungsi untuk mencara letak perdarahan,
pembukaan dan kematangan serviks.
4. Pemeriksaan laboratorium. Pada kasus perdaharan, perlu dilakukan tes
laboratorium Full Blood Count, koagulasi, 4 unti Cross-matched, Apt
test,golongan darah dan rhesus. Jika pada wanita dengan rhesus negatif,
disarankan untuk dilanjuti dengan pemeriksaan tes Kleihauer.
2.4 Tatalaksana
16
2.5 Komplikasi
Komplikasi maternal : anemia, infeksi, syok, nekrosis tubulus renalis, consumptive
coagulopathy, perdarahan postpartum, prolonged hospital stay, psychological
sequel, komplikasi transfuse darah.
Komplikasi fetal : hipoksia fetal, small for gestational age and fetal growth
restriction, prematuritas (iatrogenic dan spontan), kematian fetal.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Deering, S. H. (2018) How is abruptio placentae classified? Available at:
https://www.medscape.com/answers/252810-185521/how-is-abruptio-
placentae-classified (Accessed: 13 September 2020).
Li, Y. et al. (2019) ‘Analysis of 62 placental abruption cases: Risk factors and
clinical outcomes’, Taiwanese Journal of Obstetrics and Gynecology. Elsevier
Ltd, 58(2), pp. 223–226. doi: 10.1016/j.tjog.2019.01.010.
Sujon S. Dutta’s Textbook of Obstetrics. 8th ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers; 2015
19