Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam


melakukan berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai yang paling
berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan
untuk beraktivitas. Salah satu penyakit maupun gangguan yang dapat
timbul di tangan adalah De Quervain Syndrome.

Saat ini angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama
diantara orang-orang menunjukkan aktifitas yang menggunakan tangan
berulang-ulang, seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin
tertentu dan sekretaris. Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi
penyakit ini.Beberapa morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada
pasien dengan riwayat nyeri progresif dimana berhubungan dengan
aktivitas yang memerlukan penggunaan tangan yang terkena.De
Quervain Syndrome lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibanding
pada anak-anak (Ilyas et al, 2007).

De Quervain Syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada


daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon
otot abductor polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius
distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut (Wright, 2004). Keluhan dari
De Quervain Syndrome ini berupa nyeri yang dapat membatasi
pergerakan dari penderita.

Hingga saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara
insiden De Quervain Syndrome dengan sejumlah ras tertentu.Meskipun
penyakit seperti ini sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi De
Quervain Syndrome menunjukkan jumlah yang signifikan dimana lebih

1
banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.Beberapa sumber
bahkan memperlihatkan rasio yang sangat tinggi pada wanita
dibandingkan pada pria, yaitu 8:1. Menariknya, banyak wanita yang
menderita De Quervain Syndrome selama kehamilannya atau selama
periode postpartum.Pada dasarnya, keluhan tersebut dapat diatasi oleh
ilmu fisioterapi (Read at all, 2000).

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Struktur anatomi yang berperan dalam penyakit ini adalah dua


tendon utama yang menggerakkan ibu jari , yaitu abductor pollicis longus
dan extensor pollicis brevis yang terletak di bawah ibu jari dan di sisi dari
pergelangan tangan.

Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada


yang dibungkus dengan pembungkus tendon ( tendon sheath), ada pula
yang tidak dan langsung melekat pada tulang.

Gambar 2.1 Tendon Sheath

3
Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot
ekstensor dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan
melalui tulang-tulang karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa.
Bagian medial dari retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os
hamate sementara bagian lateralnya melekat pada bagian distal dari os
radius.

Ada enam kompartemen jaringan fibrosa yang melalui otot-otot


ekstensor. Kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh jaringan
fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon sheath yang berisi
cairan synovial dan dibungkus oleh retinaculum ekstensor. Struktur
kompartemen dari medial ke ulnar ( Weinsten et al., 1992):

1. Terdiri dari otot ekstensor pollicis brevis dan tendon otot


abductor pollicis longus.
2. Terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis brevis dan
tendon otot extensor karpi radialis longus.
3. Tendon otot extensor pollicis longus.
4. Terdiri dari tendon otot extensor digitorum dan otot extensor
indicis.
5. Tendon otot extensor digiti minimi.
6. Tendon otot extensor karpi ulnaris.

4
2.2 De Quervain Syndrome
2.2.1 Definisi

De Quervain Syndrome juga dikenal dengan washerwoman’s sprain


atau tenosynovitis adalah penyakit yang terjadi karena adanya penebalan
yang terasa nyeri pada sarung tendon yang menyelubungi musculus
abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis yang diakibatkan
adanya gerakan yang terlalu lama (trauma kronis yang berulang) pada
tendon yang muncul disarung pada ujung distal radius sehingga sarung
tendon menjadi radang dan menebal (Solomon, 2005).

2.2.2 Epidemiologi

Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relative,terutama pada


orang-orang yang memiliki aktivitas menggunakan tangan berulang,
seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin dan sekretaris. Hingga
saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara insiden De
Quervain Syndrome dengan sejumlah ras tertentu. Meskipun penyakit ini
sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi De Quervain Syndrome
menunjukkan jumlah yang signifikan dimana lebih banyak wanita
dibandingkan pria. Keadaan ini biasa nya terjadi pada wanita berumur 30-
50 tahun. Beberapa sumber menunjukan rasio yang sangat tinggi pada
wanita di bandingkan pria yaitu 8:1. Biasanya wanita yang menderita De
Quervain Syndrome selama kehamilan dan postpartum.

2.2.3 Etiologi

5
Penyebab pasti De Quervain Syndrome belum diketahui, tetapi
inflamasi tendon yang terjadi berhubungan dengan gesekan yang
berlebihan / berkepanjangan antara tendon dan pembungkusnya, terjadi
misalnya pada wanita yang bekerja memeras kain. Trauma minor yang
berulang-ulang umumnya memberikan kontribusi terhadap
perkembangan De Quervain Syndrome. Aktivitas-aktivitas yang mungkin
menyebabkan trauma ulangan pada pergelangan tangan termasuk
pekerjaan , tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan
olahraga yang menggunakan raket.

2.2.4 Patofisiologi

Gerakan dan pembebanan yang berlebihan menimbulkan adanya


pergesekan, tekanan, dan iskemia pada sekitar sendi carpometacarpal I,
serta nyeri pada pergelangan tangan tepatnya pada m. abductor pollicis
longus dan m. ekstensor pollicis brevis. Proses peradangan ini juga bisa
mengakibatkan timbulnya bengkak dan nyeri (Clarke, 2007).

Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk


pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abducktor pollicis longus
dan tendon otot ekstensor pollicis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada
daerah ini umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan
ibu jarinya untuk kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, De Quervain
Syndrome dapat terjadi sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif(repetitif).
Pembungkus fibrosa dari tendon abductor pollicis longus dan extensor
pollicis brevis menebal dan melewati puncak dari processus stiloideus
radius ( Brunicardi,2010).

Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih


pada jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon
sheath. Tendon sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun
produksi dan kualitas cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari
selanjutnya terjadi pergesekan otot dengan tendon sheath karena cairan
sinovial yang berkurang tadi berfungsi sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi
proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai inflamasi dari tendon
sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan tendon menjadi terbatas
karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon sheath.
Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan
hal ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-
kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath.
Pergesekan otot-otot ini merangsang nervus yang ada pada kedua otot
tadi sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan

6
yang sering merupakan keluhan utama pada penderita penyakit ini.
Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus dan ekstensor
polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus
radius (Apley, 2008).

2.2.5 Tanda dan Gejala Klinis

Ada beberapa tanda dan gejala klinis yang dapat kita amati dari penderita
De Quervain syndrome, antara lain:

1. Nyeri pada sekitar ibu jari


2. Bengkak pada pergelangan tangan sisi ibu jari
3. Rasa tebal-tebal pada sekitar pergelangan tangan sisi ibu jari
karena syaraf yang menempel pada selubung tendon ikut teriritasi
maupun karena penjepitan syaraf dari tendon yang membengkak
4. Adanya penumpukan cairan pada daerah yang mengalami bengkak
5. Krepitasi saat menggerakkan ibu jari
6. Persendian ibu jari terasa kaku saat bergerak
7. Adanya penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal (Salter,
2008).

7
2.2.6 Diagnosa

 Anamnesa

Dalam mendiagnosis pasien perlu ditanyakan riwayat terjadi nyeri.


Sebagian pasien akan mengungkapkan riwayat terjadinya nyeri
dengan trauma akut pada ibu jari mereka dan sebagian lainnya tidak
menyadari keluhan ini sampai terjadi nyeri yang lambat laun makin
menghebat. Untuk itu perlu ditanyakan kepada pasien apa
pekerjaan karena hal ini akan memberikan kontribusi sebagai onset
dari gejala tersebut khususnya pada pekerjaan yang menggunakan
jari-jari tangan. Riwayat penyakit lain seperti Rheumatoid Arthritis
dapat menyebabkan deformitas dan kesulitan menggerakkan ibu
jari.

 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, terdapat nyeri tekan pada daerah


processus styloideus radius, kadang-kadang dapat dilihat atau
dapat teraba nodul akibat penebalan pembungkus fibrosa pada
sedikit proksimal processus styloideus radius, serta rasa nyeri pada
adduksi pasif dari pergelangan tangan dan ibu jari ( Townsend,
2012).

 Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus yang dilakukan adalah tes Finsklestein dengan


cara membengkokkan ibu jari ke arah telapak tangan kemudian

8
pergelangan tangan ditekuk dalam posisi ulnar deviasi, positif bila
terasa nyeri yang tajam pada pergelangan tangan
(Townsend,2012).

Lakukan tes Finsklestien secara bilateral untuk membandingkan


bagian yang tidak terkena. Selain dengan Finsklestien harus
diperhatikan pula sensorik dari ibu jari, refleks otot-otot dan
epikondilitis lateral pada tennis elbow untuk melihat sensasi nyeri
apakah primer atau merupakan reffered pain (Townsend,2012).

2.2.7 Diagnosa Banding

 Carpal Tunnel Syndrome, dimana pada penyakit ini dirasakan nyeri


pada ibu jari tangan, yang juga dapat dirasakan pada seluruh
pergelangan tangan bahkan dapat mencapai sampai ke lengan.
Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan
oleh kompresi pada nervus medianus akibat inflamasi pada
pergelangan tangan. Penyebab inflamasi dapat karena suatu
infeksi, trauma, atau penggunaan berlebihan pada pergelangan
tangan. Gejala lain pada penyakit ini adalah adanya rasa panas dan
kelemahan otot-otot pergelangan tangan.
 Osteoarthritis pada persendian di pergelangan tangan.

9
 Kienbock disease yaitu osteonekrosis pada os lunate.
 Degenerative arthritis pada sendi radioscaphoid, cervical
radiculopathy trauma segmen C5 atau C6.
 Sindroma intersection dimana tenosynovitis terjadi pada tendon dari
kompartemen dorsal pertama ( tendon otot ekstensor polisis brevis
dan otot abduktor polisis longus) sampai ke tendon kompartemen
dorsal kedua (otot ekstensor carpi radialis longus dan otot ekstensor
karpi radialis brevis), dengan gejala nyeri dan inflamasi pada bagian
distal pada daerah dorsolateral dari lengan bawah. Nyeri pada
penyakit ini lebih kurang di daerah lateral dibandingkan pada De
Quervain Syndrome.
 Sindroma Wartenberg, disebabkan oleh kompresi pada cabang
superfisial nervis radialis yang mempersarafi bagian dorsal ibu jari
dan sebagian jari telunjuk. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan
kronis pada saraf, aktivitas yang melakukan gerakan refetitif,
maupun trauma. Pasien dengan sindroma wartenberg mengeluh
rasa nyeri pada bagian dorsal radial tangan. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan Tinel’s sign yaitu dengan
mengetuk ringan diatas nervus radialis dan pasien akan merasakan
sensasi yang serupa dengan sengatan listrik ringan.

2.2.8 Penatalaksaan

Terapi De Quervain Syndrome pada prinsipnya adalah untuk


mengurangi nyeri yang diakibatkan oleh adanya inflamasi. Terapinya
sendiri dibagi menjadi dua yakni penatalaksanaan konservatif dan
tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan sangat jarang dilakukan
(Natarajan, 1985). Sedangkan untuk penatalaksaan konservatif
diuraikan sebagai berikut (Sjamsuhidajat,1998):
1. Medikamentosa

10
Pemberian obat anti-inflamasi non-steroid sering diberikan
kepada penderita untuk mengurangi nyeri. Kadang juga diberikan
injeksi kortikosteroid untuk mengatasi inflamasi yang terjadi.
2. Rehabilitasi Medik
a. Fisioterapi : Dengan memberikan modalitas terapi berupa
terapi dingin pada fase akut dan dapat pula dimodifikasi
dengan stimulasi listrik TENS untuk mengurangi nyeri dan
terapi SWD ( Short Wave Diathermy) yang juga digunakan
untuk mengurangi nyeri serta mengurangi inflamasi yang
terjadi pada fase kronik.
b. Ortotik-Prostetik : Dengan memberikan splint untuk
mengistirahatkan ibu jari dan pergelangan tangan.

Splint tidak diperkenankan dipakai sepanjang hari secara terus-


menerus, penderita perlu membuka splint minimal 2 kali dalam
sehari. Saat splint dilepas, penderita dapat melakukan latihan-
latihan sebagai berikut (Sjamsuhidajat, 1998).

11
 Opposition stretch : letakkan tangan anda di atas meja, angkat
pergelangan tangan. Kemudian ujung ibu jari menyentuh
ujung jari kelingking. Tahan posisi tersebut selama kurang
lebih 6 detik. Ulangi 10 kali.
 Wrist stretch : dengan tangan yang lain, bantu tangan sisi lain
untuk menahan dalam posisi fleksi selama 15-30 detik.
Kemudian dengan cara yang sama, lakukan masing-masing 3
kali untuk tiap tangan. Sendi siku tetap dalam kondisi lurus.
 Wrist flexion : genggam sebuah sabun dalam posisi tangan
supinasi. Lakukan gerakan fleksi pada sendi pergelangan
tangan secara perlahan. Lakukan 10 kali. Beban dapat secara
perlahan ditingkatkan.

3. Edukasi

12
 Sebaiknya, pergelangan tangan diistirahatkan untuk
sementara waktu dan penderita menghindari kegiatan
seperti mencuci, menulis, dll yang dapat memperberat kerja
otot pergelangan tangan.
 Penderita diedukasikan untuk sering melakukan kompres
dingin pada bagian pergelangan tangan di rumahnya.
4. Intervensi bedah diperlukan jika terapi konservatif tidak efektif
lagi terutama pada kasus-kasus lanjut dimana telah terjadi
perlengketan pada tendon sheath.

2.2.9 Komplikasi
Rasa nyeri pada ibu jari sebagai akibat dari peradangan m.abductor
pollicis longus dan m.extensor pollicis brevis dapat menimbulkan
komplikasi berupa kelemahan otot, rupture otot serta disuse atrofi

2.2.10 Prognosis
Prognosis penyakit ini umumnya baik. Pasa kasus-kasus dini,
biasanya berespon dengan baik pada terapi konservatif. Sedangkan
pada kasus-kasus lanjut dan tidak memberikan respon yang baik
dengan terapi konservatif, dilakukan tindakan bedah untuk
dekompresi pada kompartemen dorsal pertama dari pergelangan
tangan. Umumnya berlangsung dengan baik, morbiditas dapat
terjadi jika terjadi komplikasi pasca operasi misalnya adhesi tendo
atau subluksasi volar tendon.

2.2.11 Preventif
Pasien dengan De Quervain Syndrome perlu untuk menghindari
aktivitas-aktivitas repetatif dari pergelangan tangan atau dari ibu jari
hingga pengobatan yang adekuat tercapai.

13
BAB 3
KESIMPULAN

De Quervain Syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada


daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi pembungkus tendon otot
abductor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis dengan jepitan pada
kedua tendon tersebut serta pergesekan yang terlalu banyak atau lama
sehingga sarung tendon menjadi radang dan menebal tetapi tendon
normal (Richardson & Iglarsh, 2009). De Quervain’s Syndrome adalah
suatu bentuk peradangan yang disertai rasa nyeri dari selaput tendon
yang berada di sarung synovial, yang menyelubungi extensor pollicis
brevis dan abductor pollicis longus (Appley, 2008) .

Penyebab pasti De Quervain Syndrome belum diketahui, tetapi


inflamasi tendon yang terjadi berhubungan dengan gesekan yang
berlebihan / berkepanjangan antara tendon dan pembungkusnya, terjadi
misalnya pada wanita yang pekerjaannya memeras kain.

Untuk memperbaiki fungsi yang terganggu, maka dibutuhkan terapi


latihan. Selain terapi dapat juga diberikan obat-obatan. Tetapi, lebih
disarankan untuk menggunakan terapi rehabilitasi seperti penggunaan
splint, dengan cara mengistirahatkan tangan yang terkena sejenak,
kemudian dilanjutkan dengan latihan pergelangan tangan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas A, Ast M, Schaffer AA, Thoder J.2007."De quervain tenosynovitis of


the wrist". J Am Acad Orthop Surg 15 (12): 757–64.

Wright, PE. 2004. Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing


Tenosynovitis in Campbell-Operative Orthopaedics, 10th EditionPart
XVIII, chapter 73.

Read HS, Hooper G, Davie R. 2000. "Histological appearances in post-


partum de Quervain's disease". J Hand Surg [Br] 25 (1): 70–2.

Weinsten, SL et all, The Wrist and Hand in Turek’s Orthopaedics, Fifth


Edition, JB Lippincott Company, Philadelphia, 1992. page : 428-30

Solomon, Louis, David Warwick, Salvadurai Nayagam. 2005. Apley’s


Concise System of Orthopaedics and Fractures. Edisi 3. London: Hodder
Arnold.

Apley A Graham, Solomon,Louis, Orthopedi dan Fraktur Sistem, Jakarta :


Widya Medika , 2008.

15

Anda mungkin juga menyukai