Anda di halaman 1dari 47

G2P1A0 GRAVIDA 11-12

MINGGU + AB INKOMPLIT
Firosyi Fitryati
4151181412
Identitas Pasien
 I. IDENTITAS PASIEN
 Nama Pasien : Ny. I
 Umur : 25 tahun
 Pendidikan : D3
 Pekerjaan : IRT
 Nama Suami : Tn. MR
 Umur Suami : 27 tahun
 Pendidikan : S1
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
 Agama : Islam
 Alamat : KP Cijerah rt 01/03 Tanimulya Ngamprah Bandung Barat
 Dikirim Oleh : UGD pukul 21.20
 Tgl. Dirawat : 16 Desember 2019, Ruang VK Pukul: 22.20
Anamnesis
 Keluhan utama
 Keluar dari jalan lahir
 Anamnesis
 16 Desember 2019 Pukul 21.20
 Seorang wanita berusia 25 tahun Gravida dua Para satu Abortus nol
(G2P1A0) gravida 11-12 minggu datang ke UGD Rumah Sakit Dustira
dengan keluhan keluar darah dan mulas dari jalan lahir 3 jam
SMRS. Keluar darah dari jalan lahir disertai keluar gumpalan
seperti ati. Pasien sudah ganti pembalut sebanyak 3x.
 Keluhan keluar darah dari jalan lahir tidak disertai dengan adanya
nyeri bagian perut bawah yang terasa hebat, tidak juga disertai
keluarnya gelembung-gelembung cairan atau seperti telur ikan
pada jalan lahir.
 Pasien merasa terlambat haid dengan hari pertama haid
terakhir tanggal 27 September 2019. Pasien mengeluhkan
mual-mual pada pagi hari namun tidak sampai muntah.
Kehamilan diketahui pasien ketika kontrol ke bidan dan
melakukan Test pack dengan usia kehamilan menginjak 4
minggu. Pasien sudah kontrol sebanyak 2x yaitu di bidan
dan dokter kandungan.
 Pasien tidak memiliki riwayat keguguran sebelumnya.
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama berupa
keguguran ada, yaitu pada ibu pasien. Ibu pasien dua kali
keguguran dan pasien merupakan anak tunggal. Suami
pasien sering merokok didalam maupun diluar rumah.
Anamnesis Tambahan

 Anamnesis Tambahan
 –Riwayat tekanan darah tinggi tidak ada
 –Riwayat kencing manis tidak ada
 –Riwayat pernah dioperasi di perut tidak ada
 –Riwayat alergi obat-obatan tidak ada
 –Riwayat trauma daerah perut tidak ada
Riwayat Sosial Ekonomi

 Status pernikahan : Menikah


 Pernikahan ke :1
 Usia suami menikah : 23 tahun
 Usia istri saat menikah : 21 tahun
 Lama pernikahan : 3 tahun
 Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Baik
 Jumlah keluarga di rumah yang dapat membantu ibu : 2 orang (suami dan
ibu pasien)
 Pembuat keputusan dalam keluarga : Suami
Riwayat Haid

 Menarche : 13 tahun
 Siklus : 28 hari
 Lama : 6-7 hari
 Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
 Dismenorrhae : tidak ada
Riwayat Kehamilan Sekarang

 Riwayat Kehamilan Sekarang


 - Usia ibu hamil : 25 tahun
 - HPHT : 27 September 2019
 - Taksiran Persalinan : 4 Juli 2020
 - Usia Kehamilan : 11-12 minggu
 - Perdarahan Pervaginam : Ada
 - Keputihan : tidak ada
 - Mual dan Muntah : tidak ada
 - Masalah atau kelainan pada kehamilan sekarang : Ada
 - Pemakaian obat-obatan dan jamu : tidak ada
Riwayat ANC

 Riwayat ANC
 Pasien pertama kali melakukan ANC pada saat usia kehamilan 4 minggu di
bidan
 Pasien kunjungan ANC pada saat usia kehamilan 8 minggu di dokter spesialis
kandungan
 Pasien melakukan kunjungan ANC selama kehamilan adalah sebanyak 2 kali.
 Pasien sudah 1x dilakukan imunisasi tetanus yaitu pada saat usia 8 minggu
Riwayat Obstetri

Riwayat Obstetrik
Gravida 2, Para 1, Abortus 0
Tanggal Jenis Usia Jenis Tempat BB ASI
No Ket
lahir Kelamin Kehamilan Persalinan & Penolong & PB Eksklusif

Spontan 2700 gr,


1. 04/04/17 L 9 bulan RS (+) Hidup
p.v 53cm
Hamil
2.
Ini
 Riwayat Ginekologi
Tidak ada

 Riwayat KB
Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Kesan sakit : Sakit sedang
 Tanda vital
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 82x/m r.e.i.c
 Respirasi : 19x/m
 Suhu : 36,8°C
 berat badan awal sebelum hamil : 63 kg
 berat badan sekarang : 71 kg
 tinggi badan : 155 cm
 BMI sebelum hamil : 26,2 (Overweight)
 – Kepala
 Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-
 Leher : KGB tidak teraba membesar
 Thorax : bentuk gerak simetris
 Cor : BJ S1 dan S2 murni regular S3 dan S4 Gallop (-),
murmur (-), kardiomegali (-)
 Pulmo : VBS kanan=kiri, rhonki -/-, wheezing -/-, sonor
kanan=kiri
 Abdomen : cembung gravida, bising usus (+) normal, hepar
dan lien sulit dinilai
 Ekstremitas : akral hangat, Udem -/-, Varises -/-, CRT < 2detik
 • Status Obstetrikus
 – Thorax
 Mammae: Papila menonjol : +/+
 Areola hiperpigmentasi : +/+
 Abses : -/-
 Nyeri tekan : -/-
 – Abdomen : Bentuk : datar
 Striae gravidarum : (+)
 Linea nigra : (+)
 Bekas operasi : (-)
 TFU : Tidak dapat dinilai
 vulva/vagina : darah +/+
 PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
 Abdomen : inspeksi : perut tampak datar, luka bekas sc (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-)
 Anogenital : inspeksi : labia mayor : simetris, hiperemis (-)
 Labia minor : hiperemis (-)
 Area bartholin : normal, pembengkakan (-)
 Muara uretra : normal, perdarahan (-)
 Vulva / vagina : darah (+), hiperemis (-), flour albus (-)
 Palpasi : labia mayor : normal, hiperemis (-), nyeri tekan (-)
 Area bartholin : pembengkakan (-), massa (-)
 Vulva/vagina : darah (+)
 Inspekulo : dinding vagina : flour albus (-), hiperemis (-), tampak darah mengalir (+)
 lumen vagina : flour albus (-), bau amis (-)
 forniks : normal, cavum douglas menonjol (-)
 portio : normal, tampak darah mengalir dari OUE, OUE terbuka, jaringan (+)
 Pemeriksaan Dalam
 Vagina : darah (+) , nyeri (-), massa (-)
 Portio : besar normal, OUE terbuka,nyeri goyang portio(-), sisa jaringan (+)
 Forniks : normal, nyeri goyang portio (-), cavum douglas menonjol (-)
 Corpus uteri : sebesar telur bebek
 Promontorium : normal, massa (-)
 Adneksa : normal, tidak teraba
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,8 g/dl 11,0 – 16,0
Eritrosit 4,4 106/uL 4,0 – 5,5
Leukosit 9,7 103/uL 4,0 – 10,0
Hematokrit 40.2 % 36,0 – 48,0
Trombosit 268 103/uL 150 – 450

MCV, MCH, MCHC, RDW


MCV 82,1 fL 75,0 – 100,0
MCH 27,8 Pq 25,0 – 32,0
MCHC 35,0 g/dl 32,0 – 36,0
RDW 14,4 % 10,0 – 16,0

HITUNG JENIS
Basofil 0,3 % 0,0 – 1,0
Eosinofil 0,5 % 1,0 – 4,0
Neutrophil Segmen 63,5 % 50,0 – 80,0
Limfosit 29,9 % 25,0 – 50,0
Monosit 5,8 % 4,0 – 8,0
SERO – IMUNOLOGI
Anti HIV (Rapid) Negatif Negatif

HBsAg Non Reaktif Non Reaktif


Diagnosis Kerja
 V. DIAGNOSA KERJA
 G1P0A0 gravida 11-12 minggu + abortus inkomplit

 VI. PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan umum:
 Tirah baring
 Observasi KU, Tanda-tanda vital
 IVFD RL 500cc 20gtt/m
 Penatalaksanaan 16-12-2019:
 Konsul dr lina Sp.OG
 Rencana kuretase
PROGNOSIS
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : ad bonam
TANGGAL/JAM KETERANGAN Tatalaksana
16 desember 20) Penatalaksanaan
S: Seorang wanita berusia 25 tahun Gravida dua Para satu Abortus nol (G2P1A0) gravida 11-12 minggu datang ke UGD Rumah Sakit Dustira
2019 umum:
dengan keluhan keluar darah dan mulas dari jalan lahir 3 jam SMRS. Keluar darah dari jalan lahir disertai keluar gumpalan seperti ati. Pasien
Tirah baring
sudah ganti pembalut sebanyak 3x. Keluhan keluar darah dari jalan lahir tidak disertai dengan adanya nyeri bagian perut bawah yang terasa
Observasi KU,
hebat, tidak juga disertai keluarnya gelembung-gelembung cairan atau seperti telur ikan pada jalan lahir.
Tanda-tanda vital
O:
IVFD RL 500cc
Status Generalis
20gtt/m
– Keadaan umum : Baik
– Kesadaran : Composmentis
Penatalaksanaan :
22.20 WIB – Kesan sakit : Sakit sedang
Konsul dr lina
– Tanda vital
(Ponek UGD) • Sp.OG
TD : 120/80 mmHg
Rencana kuretase
• Nadi : 88x/m r.e.i.c
• Respirasi : 20x/m
• Suhu : 36,6°C
– Kepala
• Mata : Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : bentuk gerak simetris
Cor : BJ S1 dan S2 murni regular
S3 dan S4 Gallop (-), murmur (-), kardiomegali (-)
Pulmo : VBS kanan=kiri, rhonki -/-, wheezing -/-, sonor kanan=kiri
Abdomen : cembung gravida, bising usus (+) normal, hepar dan lien sulit dinilai
Ekstremitas : akral hangat, Udem -/-, Varises -/-,
CRT < 2detik
• Status Obstetrikus
– Thorax
Mammae : Papila menonjol : +/+
Areola hiperpigmentasi : +/+
Abses : -/-
Nyeri tekan : -/-
ASI : -/-
– Abdomen : TFU : Tidak dapat dinilai
- Vulva/vagina : Darah : +/+
13 desember 2019 Pemeriksaan ginekologi
Abdomen : inspeksi : perut tampak datar, luka bekas sc
06.00 WIB (-)
Follow Up Palpasi : nyeri tekan (-)
Anogenital : inspeksi : labia mayor : simetris, hiperemis
(-)
Labia minor : hiperemis (-)
Area bartholin : normal, pembengkakan (-)
Muara uretra : normal, perdarahan (-)
Vulva / vagina : darah (+), hiperemis (-), flour
albus (-)
Palpasi : labia mayor : normal, hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Area bartholin : pembengkakan (-), massa (-)
Vulva/vagina : darah (+)
Inspekulo : dinding vagina : flour albus (-), hiperemis (-),
tampak darah mengalir (+)
lumen vagina : flour albus (-), bau amis (-)
forniks : normal, cavum douglas menonjol (-)
portio : normal, tampak darah mengalir dari
OUE, OUE terbuka, jaringan (+)
Pemeriksaan Dalam
Vagina : darah (+) , nyeri (-), massa (-)
Portio : besar normal, OUE terbuka,nyeri
goyang portio(-),
sisa jaringan (+)
Forniks : normal, nyeri goyang portio (-), cavum
douglas
menonjol (-)
Corpus uteri : sebesar telur bebek
Promontorium : normal, massa (-)
Adneksa : normal, tidak teraba
A: G1P0A0 Gravida 11-12 minggu + Abortus inkomplit
TANGGAL/JAM KETERANGAN Tatalaksana
17 desember 17-12-2019 – R.BURANGRANG
2019 09.00 – DILAKUKAN TINDAKAN KURETASE
Pasien dilakukan tindakan kuretase. Diagnosa post operatif: Abortus inkomplit. Pasien
diberikan terapi post kuretase yaitu observasi KU, tanda vital, cefadroksil 500 mg 3x1, asam
mefenamat 500 mg 3x1, bledstop 125mcg 2x1

09.00 WIB
(Ponek UGD)
TANGGAL/JAM KETERANGAN Tatalaksana
18 desember S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan, selain masih ada darah yang keluar tetapi berkurang dari yang sebelumnya, ganti pembalut 2 Pasien diberikan
kali, demam (-), mata berkurang (-), pusing (-)
2019 terapi post
O:
kuretase yaitu
Status Generalis
observasi KU,
– Keadaan umum : Baik
tanda vital,
– Kesadaran : Composmentis
cefadroksil 500
– Kesan sakit : Sakit sedang
mg 3x1, asam
– Tanda vital
mefenamat 500
• TD : 120/80 mmHg
mg 3x1, bledstop
07.00 WIB • Nadi : 80x/m r.e.i.c
125mcg 2x1
• Respirasi : 19x/m
(Ponek UGD) • Suhu : 36,6°C
– Kepala
• Mata : Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : bentuk gerak simetris
Cor : BJ S1 dan S2 murni regular
S3 dan S4 Gallop (-), murmur (-), kardiomegali (-)
Pulmo : VBS kanan=kiri, rhonki -/-, wheezing -/-, sonor
kanan=kiri
Abdomen : cembung gravida, bising usus (+) normal, hepar dan lien
sulit dinilai
Ekstremitas : akral hangat, Udem -/-, Varises -/-,
CRT < 2detik
Status Obstetrikus
– Thorax
Mammae : Papila menonjol : +/+
Areola hiperpigmentasi : +/+
Abses : -/-
Nyeri tekan : -/-
ASI : -/-
– Abdomen : TFU : Tidak dapat dinilai
- Vulva/vagina : Darah : +/+
- A: Post kuretase atas indiksi abortus inkomplit
Tinjauan Pustaka
Pembahasan

DEFINISI

Abortus (abortus, abortion ) berasal dari bahasa


latin aboriri –keguguran (to miscarry) adalah
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Batasannya
ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.1
KLASIFIKASI ABORTUS
 Abortus iminens
 Abortus tingkat permulaan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai dengan terjadinya perdarahan atau pengeluaran duh
berdarah melalui ostium serviks yang tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan1,2
 Abortus insipiens
 Abortus yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar dan ostium
uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri
dan dalam proses pengeluaran. Pasien merasa nyeri akibat kontraksi
yang sering dan kuat, perdarahan bertambah sesuai dengan
pembukaan serviks uterus dan besar uterus sesuai dengan usia
kehamilan.1
 Abortus septik
 Abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh
atau peritoneum (septikemia atau peritonitis).
 Abortus inkomplet
 Abortus inkomplet adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka
dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Perdarahan bisa banyak ataupun sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa.1,2
 Missed abortion
 Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsinya seluruhnya tertahan dalam
kandungan. Pasien tidak merasakn keluhan apapun kecuali pertumbuhannya yang
terhambat. Missed abortion dapat didahului dengan abortus iminens yang kemudian
merasa sembuh, tetapi pertmbuhan janin terhenti.
 Abortus habitualis
 Abortus habitualis merupakan abortus spontan yang terjadi sebanyak 3 kali atau lebih
berturut-turut. Salah satu penyebab tersering yang dijumpai adalah inkompetensia
serviks yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap
bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama.1
Diagnosis
 Anamnesis
 Perdarahan dari jalan lahir banyak atau sedikit tergantung jaringan yang tersisa, disertai
keluarnya jaringan hasil konsepsi gumpalan seperti ati, rasa mulas atau keram perut
didaerah simfisis, dapat juga disertai nyeri pinggang akibat kontraksi dari uterus.

 2. Pemeriksaan fisik
 Perhatikan keadaan umum pasien tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat, konjungtiva anemis. TFU biasanya lebih kecil dari usia kehamilan.
Pemeriksaan ginekologi: pada inspeksi vulva dapat ditemukan adanya perdarahan
pervaginam dan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi. Inspekulo ditemukan tampak
darah megalir pada ostium eksterna uteri, ostium uteri terbuka ada jaringan yang keluar
dari ostium. Pada colok vagina atau vaginal toucher apakah ditemukan porsio terbuka,
teraba jaringan diportio, besarnya uterus biasanya lebih kecil dari usia kehamilan.
 Pemeriksaan penunjang

 Laboratorium darah
 Untuk melihat adanya tanda-tanda anemia atau syok.

 USG
 Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu dengan diagnosis secara
klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong
gestasi sudah sulit dikenali, kavum uteri tampak massa hiperekoik
yang bentuknya tidak beraturan.
Diagnosis Pada Kasus
Diagnosis G2P1A0 gravida 11-12 minggu dengan abortus inkomplit dapat ditegakkan
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis
pasien datang dengan keluhan adanya perdarahan dari jalan lahir pada usia kehamilan 11-12
minggu. HPHT pasien 27 September 2019 rumus Neagle didapatkan usia kehamilan 11-12
minggu. Perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu (kehamilan usia muda) dapat
dipikirkan adanya abortus, molahidatidosa dan kehamian ektopik terganggu.

Keluhan perdarahan dari jalan lahir disertai dengan riwaya keluar gumpalan seperti ati disertai
mulas, ini menandakan adanya usaha pengeluaran hasil konsepsi yang akhirnya keluar namun
proses pengeluaran hasil konsepsi masih berlanjut karena setelah jaringan seperti ati keluar,
perdarahan masih timbul hingga membuat pasien datang berobat.

Keluar gumpalan seperti ati tidak bisa langsung didiagnosis abortus inkomplit tetapi masih
bisa didiagnosis banding dengan abortus insipiens.
Diagnosis Pada Kasus
Keluhan tidak disertai mulas dan nyeri perut bagian bawah hebat hingga pingsan juga tidak ada, ini
menyingkirkan adanya kehamilan ektopik terganggu. Tidak juga disertai keluarnya gelembung seperti
telur ikan menyingkirkan mola hidatidosa.

Saat kehamilan ini pasien mengeluh mual tetapi tidak sampai muntah. Ini dapat juga menyingkirkan
molahidatidosa.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam keadaan komposmentis, tensi 120/80 mHg, nadi
82x/menit, respirasi 19x/menit dengan suhu 36,80C menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda syok
pada pasien. Pada pemeriksaan kepala, mata konjungtiva tidak anemis menandakan pasien tidak
mengalami anemia. Pemeriksaan ekstremitas didapatkan CRT < 2 detik menandakan tidak terjadi syok
pada pasien.
DIAGNOSIS PADA KASUS
Pemeriksaan ginekologis inspeksi vulva / vagina : darah (+), pada palpasi
vulva/vagina : darah (+). Inspekulo dinding vagina tampak darah mengalir (+), pada
portio tampak darah mengalir dari OUE, OUE terbuka, sisa jaringan (+). Pada
pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan litelatur yaitu pemeriksaan
ginekologi: pada inspeksi vulva dapat ditemukan adanya perdarahan pervaginam dan
ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi. Inspekulo ditemukan tampak darah
mengalir pada ostium eksterna uteri, ostium uteri terbuka, ada jaringan yang keluar
dari ostium.
Diagnosis Pada Kasus
Pada pemeriksaan dalam portio OUE terbuka, nyeri goyang portio (-), sisa jaringan (+), corpus uteri
sebesar telur bebek. Pada abotus inkomplit terjadinya hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal, ditandai dengan OUE terbuka, teraba jaringan pada kavum uteri dan teraba
sisa jaringan pada portio.

Pemeriksaan laboratorium darah yang dilakukan pasien dengan hasil Hb 12,8g/dl, dan leukosit 9,7
103/uL. Pemeriksaan darah menunjukan tidak adanya anemia dan infeksi pada pasien.

Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan USG karena Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu
dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong
gestasi sudah sulit dikenali, kavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak
beraturan.
Faktor Risiko
1. Faktor janin
Abortus spontan dini sering memperlihatkan kelainan perkembangan zigot, mudigah, janin atau
kadang, plasenta. Trisomi autosom adalah anomali kromoson yang tersering ditemukan pada
keguguran trimester pertama.
2. Faktor ibu
- Infeksi : Penyakit infeksi dapat menimbulkan abortus, beberapa teori diajukan untuk mencoba
menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus diantaranya, adanya metabolik toksik,
endotoksin, eksotoksin atau sitokin yang berdampak langsung pada jani atau unit fetoplasenta
- Anatomik : Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti
abortus berulang, prematuritas, serta malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk uterus
berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan
- Genetik : Sebagin besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling sedikit
50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik. Trisomi timbul
akibat dari nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal.
Faktor Risiko
- Hormonal :Ovulasi, implantasi serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang
baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu perlu perhatian langsung
terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah
konsepsi terutama kadar progesteron. Pada pasien HbA1c yang tinggi meningkatkan
abortus.
- Inkompetensi Serviks :Inkompetensi servik ditandai oleh dilatasi serviks tanpa nyeri
pada trimester kedua. Hal ini dapat diikuti oleh prolaps dan menggembungnya membran
janin ke dalam vagina, dan akhirnya ekspulsi janin imatur
- Faktor Lingkungan : Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat,
bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan
terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Sigaret rokok diketahui mengandung
ratusan unsur toksik, antara lai nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif
sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan
pasokan ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem
sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat
terjadinya abortus.1
Faktor Risiko

- Faktor Hematologik : Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi
dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Berbagai komponen koagulasi
dan fibrinolitik memegang peran penting pada implantasi embrio, invasi trofoblas, dan
plasentasi. Kadar faktor VII, VIII, X, dan fibrinogen meningkat selama kehamilan normal,
terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu.1
- Trauma : abdomen maor dapat memicu abortus. Namun, hal ini jarang terjadi
- Bedah ibu : Bedah abdomen atau panggul tanpa penyulit yang dilakukan pada awal
kehamilan tampaknya tidak meningkatkan risiko abortus.

3. Faktor Ayah
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya keguguran. Yang jelas
adalah kelainan kromosom pada sperma.
Faktor risiko pada kasus
Pasien hamil sebanyak 2 kali dan sebelumnya tidak ada riwayat abortus. Pasien memiliki
riwayat abortus berulang pada ibu pasien. ini merupakan faktor risiko abortus pada
kehamilan pasien, yaitu adanya kelainan genetik 50% kejadian abortud pada trimester
pertama merupakan kelainan sitogenetik embrio biasanya aneuploidi, separuhnya berupa
trisomi autosom, akibat dari nondisjunction meiosis selama gametogenesis. Suami pasien
sering merokok didalam maupun diluar rumah, salah satu faktor risiko lingkungan, diketahui
rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui
mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida
juga menurunkan pasokan ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan
pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat
terjadinya abortus.
Faktor risiko pada kasus
Riwayat tekanan darah tinggi tidak ada, riwayat kencing manis tidak ada, riwayat pernah
dioperasi di perut tidak ada, riwayat alergi obat-obatan tidak ada, riwayat trauma daerah
perut tidak ada.

Faktor-faktor risiko terjadinya abortus, tekanan darah tinggi adalah salah satu dari
komplikasi kehamilan, wanita yang HbA1c tinggi akan meningkatkan risiko abortus, riwayat
operasi diperut biasanya operasi tumor ovarium saat kehamilan karena pengangkatan dini
korpus luteum atau ovarium tempat korpus luteum berada, riwayat obat-obatan 1-10%
malformasi janin akibat paparan obat, trauma sekitar abdomen dapat memicu abortus.
Patogenesis
 Keguguran dini biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis dan disertai
nekrosis jaringan sekitar. Dalam kasus ini, ovum terlepas, dan hal ini dianggap benda
asing dalam uterus kemudian merangsang kontrasi uterus yang menyebabkan ekspulsi.
 Sebelum minggu ke-10, ovum biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan
karena sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam
desidua basalis, hingga hasil konsepsi mudah terlepas keseluruhannya.
 Antara minggu 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan
desidua makin erat, hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta)
tertinggal jika terjadi abortus. Apabila kantung dibuka biasanya dijumpai janin kecil
yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh cairan, atau mungkin tidak tampak janin
didalam kantung dan disebut “blighted ovum”.1
Komplikasi
 Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya. Syok pada abortus bisa terjadi karena
perdarahan dan karena infeksi berat. Apabila abortus inkompletus tidak segera
mendapatkan penanganan yang tepat, hal ini dapat menyebabkan abortus sepsis. Infeksi
yang terjadi berat karena penyebaran kuman sampai peredaran darah.
 Komplikasi post kuretase : Perforasi uterus pada kuretase dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi retroversi.
16-12-2019
R.BURANGRANG
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam keadaan komposmentis, tensi 120/80 mHg,
nadi 82x/menit, respirasi 19x/menit dengan suhu 36,80C menunjukkan bahwa tidak ada
tanda-tanda syok pada pasien. Pada pemeriksaan kepala, mata konjungtiva tidak anemis
menandakan pasien tidak mengalami anemia. Pemeriksaan ekstremitas didapatkan CRT < 2
detik menandakan tidak terjadi syok pada pasien. Pemeriksaan laboratorium darah yang
dilakukan pasien dengan hasil Hb 12,8g/dl, dan leukosit 9,7 103/uL. Pemeriksaan darah
menunjukan tidak adanya anemia dan infeksi pada pasien

18-12-2019
POST KURETASE
Pada anamnesis tidak ada pusing, mata berkunang, demam. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan pasien dalam keadaan komposmentis, TD 120/80 mmHg, Nadi 80x/m r.e.i.c,
Respirasi 19x/m, Suhu 36,6°C
Menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda syok pada pasien. Pada pemeriksaan kepala,
mata konjungtiva tidak anemis menandakan pasien tidak mengalami anemia. Pemeriksaan
ekstremitas didapatkan CRT < 2 detik menandakan tidak terjadi syok pada pasien. Sehar
Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan Umum
 - Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda
vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu)
 - Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik < 90 mmHg).
 Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam.
 Ampicillin 2 gram IV/IM kemudian 1 gram diberikan setiap 6 jam.
 Gentamicin 5mg/kgBB IV setiap 8 jam.
 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
 Doksisiklin 100 mg setiap 12 jam
Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan Khusus
 Jika perdarahan berat kehamilan kurang dari 16 minggu. Lakukan evakuasi isi
uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang dianjurkan. Kuret
tajam sebaiknya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat
dilakukan, segera berikan ergometrin 0,2mg IM.
 Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
keluarkan hasil konsepsi yang tampak muncul pada OUE dengan jari atau
forceps cincin.
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1
liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
Penatalaksanaan

 Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2


jam. Nilai kondisi ibu baik, pindahkan ke ruang rawart.
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
haemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik, dan kadar
Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
Penatalaksanaan

 Pada litelatur tindakan kuretase yang dianjurkan dengan karet vakum


menggunakan kanula plastik. Pasca tindakan perlu diberikan
uterotonika parenteral ataupun per oral dan antibiotik.
 Profilaksis perlu diberikan kepada semua wanita yang menjalani
abortus bedah transerviks, tidak ada satupun regimen yang superior.
Salah satu regimen yang mudah penggunaannya, murah, dan efektif
adalah doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 7 hari.
Penatalaksanaan

 Konseling kontrasepsi pasca keguguran Alat Kontrasepsi dalam Rahim


(AKDR) Pasca Keguguran Kesuburan dapat kembali kira-kira 14 hari
setelah keguguran. Untuk mencegah kehamilan, AKDR umumnya dapat
dipasang secara aman setelah aborsi spontan atau diinduksi.
Kontraindikasi pemasangan AKDR pasca keguguran antara lain infeksi
pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius lain dari abortus. Teknik
pemasangan AKDR masa interval digunakan untuk abortus trimester
pertama.
Penatalaksanaan Abortus inkomplit pada kasus

Penatalaksanaan pada pasien yaitu kuretase dan setelah dilakukan


tindakan kuretase diberikan cefradoksil 500 mg 3 x 1, asam mefenamat
500 mg 3 x 1, bledstop 125mcg 3 x 1.
Tindakan yang dianjurkan apabila abortus inkomplit yaitu aspirasi vakum
manual (AVM), tetapi kuret tajam sebaiknya dilakukan bila AVM tidak
tersedia. Dan pada kasus ini dilakukan kuretase tajam karena
ketidaktersediaan AVM. Setelah dilakukan kuretase pasien diberikan
uterotonika secara parenteral maupun oral, dan antibiotik.
Pada antibiotik tidak ada satu regimen yang superior.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai