BAB I
PENDAHULUAN
tinjauan pustaka dan analisisnya. Laporan kasus ini diharapkan bermanfaat bagi
praktisi kesehatan yang ingin mengkaji mengenai kehamilan dengan seksio sesarea.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS UMUM
Nama pasien : Ny. N
Usia : 33 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Bangsa : WNI
Agama : Islam
Alamat : Plaju, Palembang
MRS : 15 Mei 2014 pukul 08.15 WIB
No rekam medik : 0000820068
keluar air-air (-), Os lalu berobat ke RS Pertamina karena ada hipertensi kemudian
Os dirujuk ke RS Muhammadiyah namun karena tempat penuh Os dirujuk ke RS.
Bari karena di RS. Bari juga penuh lalu Os dirujuk ke RSMH Palembang. Os
pernah melahirkan melalui operasi di RS. Muhammadiyah pada tahun 2012.
Riwayat darah tinggi sebelum hamil (-), riwayat darah tinggi hamil sebelumnya
(+), riwayat darah tinggi hamil ini (+). Riwayat nyeri saat haid (-), riwayat
pandangan mata kabur (-), riwayat sakit kepala hebat (-), mual (-), muntah (-). Os
mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan.
Riwayat Reproduksi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Lama haid : 5 hari
Banyaknya : dalam batas normal
HPHT : lupa
Periksa hamil : di Bidan
Riwayat Obstetri
1. Tahun 2006, laki-laki, spontan, BB 2800 gram, sehat, ditolong Dokter di RS.
Muhammad Hoesin Palembang
2. Tahun 2008, perempuan, spontan, BB 3000 gram, sehat, ditolong dokter di RS.
Muhammadiyah Palembang.
3. Tahun 2009, abortus.
4. Tahun 2012, perempuan, SC atas indikasi PPT, BB 2500 gram, sehat, di tolong
dokter di RS. Muhammadiyah.
5. Hamil ini.
Riwayat Persalinan
Dikirim oleh : RS. Bari pada tanggal 15 Mei 2014
His mulai dirasakan sejak tanggal : 14 Mei 2014 pukul 22.00 WIB yang masih
hilang timbul dan semakin sering mulai pukul 03.00 WIB tanggal 15 Mei 2014.
6
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Abdomen
Inspeksi : cembung, simetris, scar (+) bekas operasi SC sebelumnya
7
Palpasi : Tinggi fundus uteri 3 jbpx (32 cm), memanjang, puka, preskep, H
5/5, His 1x/10’/10’’, nyeri tekan (-), tanda Os born (-), linkaran Bandl (-)
Perkusi : Redup, tanda cairan bebas (-), nyeri ketok (-)
Auskultasi : BU (+) normal, DJJ 138 x/m
TBJ : 2945 gram
Pemeriksaan Dalam
VT : Portio lunak, posterior, eff 20%, diameter 1 cm, terbawah kepala, H-
1, ketuban belum daoat dinilai, dan penunjuk belum dapat dinilai.
Pemeriksaan Panggul
Promontorium : tidak teraba
KD : >13 cm
KV : >11,5 cm
L.inominata : teraba 1/3-1/3
Spina ischiadika : tidak menonjol
Arkus pubis : >90 0
Dinding samping : lurus
Kesan panggul : luas
Bentuk PAP : Ginekoid
DKP :-
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan USG (Tanggal 15 Mei 2014)
Tampak JTH Preskep
Biometri Janin:
BPD : 89 cm
FL : 70 cm
AC : 36,5 cm
8
HC : 31,5 cm
EBW : 2890 gram
Ketuban cukup, SP 3,2 cm
Kesan : Hamil JTH Preskep
D. DIAGNOSIS
G5P3A1 hamil 37 minggu belum inpartu dengan PEB + bekas SC 1x a.i HAP et
causa PPT, JTH, preskep.
E. PROGNOSIS
Ibu : dubia ad bonam
Janin : dubia ad bonam
F. PENATALAKSANAAN
Stabilisasi 1-3 jam
Observasi TVI, DJJ, His, tanda inpartu
9
IVFD RL XX/menit
Kateter menetap, catat input dan output
Inj. MgSO4 8 mg
Nifedipin 3x10 mg
R/ terminasi perabdominam
Persiapan tindakan (alat, izin, obat, darah)
Cek lab DR, UR, KD
Konsul bagian mata, dan PDL
G. LAPORAN PERSALINAN
Tanggal 15 Mei 2014
Pukul 11.15 WIB : Operasi dimulai
Penderita terlentang dalam keadaan spinal anastesi. Dilakukan tindakan aseptik
dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi dipersempit
dengan doek steril. Dilakukan insisi Ptannesteill diatas luka operasi lama
kemudian insisi diperdalam secara tajam dan tumpul sampai menembus
peritorneum. Didapatkan uterus sebesar kehamilan aterm. Diputuskan untuk
melakukan SSTP dengan cara sebagai berikut:
- Membuka plika vesiko uterine, vesika urinaria disisihkan ke bawah dan
dilindungi dengan hak besar.
- Insisi SBR semiluner ± 8 cm secara tajam di bagian tengah sampai menembus
cavum uteri. Kemudian diperlebar ke lateral secara tumpul dengan jari.
Menembus plasenta secara tumpul. Ketuban (+), jernih, bau (-).
- Bayi dilahirkan dengan cara meluksir kepala.
Pukul 12.25 WIB
Lahir neonates hidup laki-laki, BB 3000 gr, PB 48 cm, Apgar score 8/9 FT AGA.
Ke dalam cairan infus dimasukkan oksitosin 20 iu. Plasenta dilahirkan dengan
tarikan ringan pada tali pusat.
Pukul 12.30 WIB
10
Plasenta lahir lengkap, BP 530 gram, PTP 47 cm, ukuran Ø 18 x 19 cm. Dilakukan
pembersihan kavum uteri dengan kassa. Kemudian dilakukan penjahitan dengan
cara sebagai berikut:
- Dilakukan penjahitan SBR satu lapis secara jelujur feston dengan Vicryl no. 1.
- Dilakukan retroperitonealisasi secara jelujur dengan Plain catgut no. 2.
- Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya.
- Dilakukan pencucian kavum abdomen dengan NaCl 0,9%.
Dilanjutkan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai
berikut:
- Peritoneum dijahit secara jelujur dengan Plain catgut no. 2.0
- Otot dijahit secara jelujur dengan Plain catgut no. 2.0
- Fascia dijahit secara jelujur festoon dengan Vicryl no. 1
- Subkutis dijahit satu-satu dengan plain catgut no 2.0
- Kulit dijahit secara jelujur subkutikuler dengan Vicryl no. 3.0
Pukul 20.10 WIB
Operasi Selesai
Follow Up
Tanggal/Jam Follow Up
15 Mei 2014/ 16.30 Instruksi post op.
WIB 1. Cek TVI, perdarahan, luka operasi.
2. Cek Hb, bila Hb <10g% transfuse s.d. Hb >10g%.
3. IVRD RL + Oksitosin 20 iu xx/menit.
4. Kateter menetap, catat input dan output, balans cairan
5. Mobilisasi bertahap :
- 6 jam post op : miring kanan-kiri
- 12 jam post op : duduk
- 24 jam post op : berdiri
6. Diet biasa
7. Obat-obatan
- Injeksi ceftriaxone 2x1 gram IV
- Injeksi ketorolac 2x30 mg IV
- As tranexamat 3x1 amp IV
- Injeksi Vitamin C 3x1 amp IV
8. Lapor dr. Jaga jika ada keluhan.
16 Mei 2014/ 06.00 S: Keluhan (-)
WIB
O: Status Present
KU : sakit sedang
Sensorium : Kompos mentis
TD : 150/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
11
T : 36,5oC
Status Obstetri
PL : FUT 2jbpst, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia rubra (+), vulva
tenang, luka operasi tertutup opsite
A: P4A1 post SSTP a.i. PEB + Bekas SC 1x atas indikasi HAP e.c PTT
P:
Observasi TVI, perdarahan
Mobilisasi bertahap
Diet TKTP
Vulva higine
ASI on demand
Konsul PKBRS
Cek laboratorium ulang
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
Inj. Tramadol 3x1amp IV
Inj. Asam Tranexamat 3x1 amp IV
A: P4A1 post SSTP a.i. PEB + Bekas SC 1x atas indikasi HAP e.c PTT +
Partial HELP Syndrome
P:
Observasi TVI, perdarahan
Mobilisasi bertahap
Vulva higine
Inj. Tramadol pukul 12.00
Inj. Transamin pukul 12.00
A: P4A1 post SSTP a.i. PEB + Bekas SC 1x atas indikasi HAP e.c PTT +
partial HELLP Syndrome
12
P:
Observasi TVI, perdarahan
Mobilisasi bertahap
Inj. Ceftriaxone pukul 18.00
Inj. Tramadol pukul 20.00
Inj. Transamin pukul 20.00
19 Mei 2014/ 06.00 S: Keluhan (-)
WIB
O: Status Present
KU : sakit sedang
Sensorium : Kompos mentis
TD : 130/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5Oc
Status Obstetri
PL: FUT 3 jbpst, kontraksi baik, perdarahan aktif (-), lokia (+) alba, vulva
tenang
A: P4A1 post SSTP a.i. PEB + Bekas SC 1x atas indikasi HAP e.c PTT +
partial HELLP Syndrome
P:
Observasi TVI
Diet TKTP
ASI on demand
Inj. Asam mefenamat 2x1 gr
R/ aff infuse
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. SEKSIO SESAREA
1. Definisi
13
Seksio sesarea atau Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
3) Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada
jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga
bisa menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis),
condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma
acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang
kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C.
b. Indikasi Ibu
1) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun ,
memiliki risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita
dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang
memiliki penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
kencing manis, dan preeklampsia. Eklampsia dapat menyebabkan ibu
kejang shingga dokter memutuskan persalinan dengan seksio sesarea.
2) Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul
sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan.
3) Persalinan Sebelumnya dengan seksio sesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah sesar tidak mempengaruhi
persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak.
Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya
tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu
sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja
dilakukan.
4) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku
sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
15
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit
bernafas.
5) Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine
action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar
pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong,
tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.
6) Ketuban Pecah Dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan
bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban
merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban
(amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.
7) Rasa Takut Kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan
mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit
di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”.
Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan
merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa
karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit.
Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan
alami yang berlangsung.2
c. Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin
berkisar 120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak
jantung janin melemah, lakukan segera seksio sesarea untuk
menyelematkan janin.
b) Bayi Besar (makrosomia)
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai
dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi
yang satu dan bokong pada posisi yang lain.
d) Faktor Plasenta
16
Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian
atau seluruh jalan lahir.
Plasenta lepas (solusio plasenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat
dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi
dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia
mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.
Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada
umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang
kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu
yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang
menyebabkan menempelnya plasenta).
e) Kelainan Tali Pusat
Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada
keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali
pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.
Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama
tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan
nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.
4) Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas rahim,
kemudian diperlebar secara sagital dengan gunting
5) Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan. Janin
dilahirkan dengan meluksir kepala dan mendorong fundus uteri. Setelah
janin lahir seluruhnya, tali pusat dijepit dan dipotong di antara kedua
penjepit.
6) Plasenta dilahirkan secara manual. Disuntikkan 10 unit oksitosin ke
dalam rahim secara intramural.
7) Luka insisi segmen atas rahim dijahit kembali.
Lapisan I : Endometrium bersama miometrium dijahit secara
jelujur dengan benang cat gut, khromik
Lapisan II : Hanya miometrium saja dijahit secara simpul
(berhubung otot segmen atas rahim sangat tebal)
dengan cat gut khromik.
Lapisan III : Perimetrium saja dijahit secara simpul dengan
benang cat gut biasa.
8) Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.
9) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding
perut dijahit.
c. Teknik Seksio-Histerektomi
1) Setelah janin dan plasenta dilahirkan dari rongga rahim, dilakukan
hemostasis pada insisi dinding rahim, cukup dengan jahitan jelujur atau
simpul
2) Untuk memudahkan histerektomi, rahim boleh dikeluarkan dari rongga
pelvis.
3) Mula-mula ligamentum profundum dijepit dengan cunam kocher dan
cunam oschner kemudian dipotong sedekqat mungkin dengan rahim,
20
Pada kehamilan dengan riwayat seksio sesarea, perlu diperhatikan apakah akan
dilaksanakan persalinan per vaginam atau per abdominam. Pada ibu dengan
riwayat tersebut, tidak harus selalu dilakukan seksio sesarea lagi, terutama bila
penyebab seksio sesarea sebelumnya bukan merupakan indikasi yang menetap.
Jika tidak ada kontraindikasi, dicoba untuk melahirkan per vaginam.
2. Indikasi VBAC
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun
1999 dan 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang
direncanakan untuk persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea.
Total 74-75
3. Kontraindikasi VBAC
Kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah :
a) Bekas seksio sesarea klasik
b) Bekas seksio sesarea dengan insisi T
c) Bekas ruptur uteri
d) Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang luas
e) Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnya miomektomi
f) Disproporsi sefalopelvik yang jelas.
g) Pasien menolak persalinan pervaginal
h) Panggul sempit
i) Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra indikasi
persalinan pervaginal
komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang lalu misalnya laserasi
serviks yang luas merupakan kontra indikasi melakukan VBAC.
b. Jumlah seksio sesarea sebelumnya
VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi corporal sebelumnya
maupun pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau
lebih, sebab pada kasus tersebut diatas seksio sesarea elektif adalah lebih
baik dibandingkan persalinan per vaginal.
c. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya
Insisi uterus dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea
klasik dilakukan pada otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini
mungkin tidak dapat pulih seperti semula dan dapat terbuka lagi sepanjang
kehamilan atau persalinan berikutnya.
d. Indikasi operasi pada seksio sesarea yang lalu
Tabel 4. Hubungan indikasi seksio sesarea lalu dengan keberhasilan
penanganan VBAC
Indikasi seksio yang lalu Keberhasilan VBAC (%)
Letak sungsang 80.5
Fetal distress 80.7
Solusio plasenta 100
Plasenta previa 100
Gagal induksi 79.6
Disfungsi persalinan 63.4
e. Usia Maternal
Dari penelitian didapatkan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun
mempunyai angka seksio sesarea yang lebih tinggi.
f. Usia kehamilan saat seksio sesarea sebelumnya
Pada usia kehamilan < 37 minggu dan belum inpartu misalnya pada
plasenta previa dimana segmen bawah rahim belum terbentuk sempurna
kemungkinan insisi uterus tidak pada segmen bawah rahim dan dapat
mengenai bagian korpus uteri yang mana keadaannya sama dengan insisi
pada seksio sesarea klasik.
27
5. Komplikasi
Menurut Landon komplikasi terhadap maternal, antara lain:
a. Ruptur uteri,
Tanda-tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut :
Nyeri akut abdomen
Sensasi popping (seperti akan pecah)
Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan Leopold
Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung bayi
Presenting parutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginal
Perdarahan pervaginal
b. Gangguan sistem tromboembolik,
c. Endometritis
d. Kematian maternal dan gangguan-gangguan lain
BAB IV
ANALISIS KASUS
DAFTAR PUSTAKA
Angsar MD dan Listya S. Seksio sesarea. Dalam: Hanifah W, Abdul BS, dan Trijatmo
R, penyunting. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: EGC; 2000. h. 133-43.
Anonim. Persalinan pervaginam dengan bekas seksio sesarea [serial online] 2010
[diakses 03 Agustus 2011]. Didapat dari:http://library.usu.ac.id/download/pdf.
Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division,
509-536.
Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and
problem pregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd.
2000:478-90.
Leveno KJ,dkk. Sesar. Dalam: Leveno KJ, Gary C, Norman FG, James MA, Steven
LB, Brian MC, dkk, penyunting. Obstetri Williams panduan ringkas. Jakarta:
EGC;2003. h. 247-58.
Porter TF dan James RS. Cesarean Delivery. Dalam: Danforth’s obstetric and
gynecology, chapter 24. Isilo; 2007.