Anda di halaman 1dari 28

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Pembimbing :
dr. ,Wahyu Jatmika, SpOG

Disusun Oleh :
Monica Halim
(11-2015-148)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
2016

LAPORAN KASUS
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
________________________________________________________________________
Nama :Monica Halim Tanda tangan :
NIM : 11.2015.148
Dr pembimbing / penguji : dr. Wahyu Jatmika, SpOG

A. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. D Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 25 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (G1P0A0) Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SLTA
Alamat : Cabean RT 05,RW 05,DEMAK Masuk Rumah Sakit : 16 November 2016,
pukul 01.05 WIB
Nama suami : Tn. E
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Cabean RT 05,RW 05,DEMAK

B. ANAMNESIS :
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal: 16 November 2016 ; Jam : 01.05 WIB

Keluhan utama :
Perut terasa nyeri sejak 6 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien G1P0A0, dengan usia 25 tahun, datang dengan keluhan perut terasa nyeri seperti
diremas-remas sejak 6 jam SMRS. Nyeri menjalar sampai ke bahu kanan. Pasien mengaku ada
flek kecoklatan yang keluar dari vagina sejak 1 minggu SMRS. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah sebanyak 2x. Pasien mengaku ini adalah kehamilan yang pertama. Pasien memutuskan
untuk memeriksakan kandungan nya ke RS Mardi Rahayu dan pada pemeriksaan USG pasien
1
dinyatakan hamil diluar kandungan. Tidak ada demam dan nyeri kepala. Riwayat BAB dan
BAK lancar. Pasien rutin memeriksakan kehamilannya di bidan. Pasien tidak memiliki riwayat
tekanan darah tinggi sebelum dan selama pemeriksaan kehamilan. Pasien tidak memiliki riwayat
operasi sebelumnya. Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. Pasien mengatakan HPHT 5
Oktober 2016, dengan HPL 12 Juli 2017.

Riwayat Menstruasi
 Menarche : 15 tahun Menopause :(-)
 Dismenorrhea : ( -) Siklus haid : 28 hari
 Leukorrhea :(-) Lama haid : 7 hari

Riwayat Perkawinan
 Menikah 1 kali pada usia 23 tahun, selama 2 tahun

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil Usia Jenis penyulit Penolong Jenis BB/TB Umur
ke kehamilan persalinan kelamin lahir sekarang
1 Hamil ini

Riwayat kehamilan ini:


 HPHT : 5 Oktober 2016
 HPL : 12 Juli 2017

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


 ( - ) Pil KB ( - ) IUD
 ( - ) Suntikan 3 bulan ( - ) Lain-lain
 ( - ) Susuk KB

Riwayat Antenatal Care :


Pasien memeriksakan kehamilannya pertama kali di bidan.

Riwayat Penyakit Dahulu

2
(−) Alergi (−) Diabetes (−) Hepatitis
(−) Asma (−) Gastritis (−) Hipertensi
(−) Tuberkulosis (−) HIV (−) Penyakit Jantung

Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - √
Asma - √
Tuberkulosis - √
Diabetes - √
Gastritis - √
HIV - √
Hepatitis - √
Hipertensi - √
Penyakit jantung - √

Riwayat Operasi
-
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/ menit (kuat angkat, teratur)
Suhu : 36,2o C
Pernafasaan : 20x/ menit.
Tinggi Badan : 153 cm
Berat Badan : 37 kg
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Kulit : Warna Sawo matang, turgor kulit baik, ikterus (-)

3
Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : SN vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Pembesaran tidak sesuai masa kehamilan, tidak tampak linea nigra dan
striae gravidarum. Bising usus (+), nyeri tekan (+)
Genitalia : Lendir (-), darah (+)
Ekstremitas : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, reflex fisiologis (+/+),
reflex patologis (-/-), Akral hangat tangan dan kaki (+/+), clubbing
finger (-/-), sianosis (-/-)

Kelenjar Getah Bening


Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran

Aspek kejiwaan
Tingkah laku : tenang
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar

D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran payudara (-), puting susu menonjol, cairan dari mammae (-)
Abdomen : TFU = tidak teraba, Terdapat nyeri tekan pada regio hipogastrik dan
inguinal dextra (+), Linea nigra (-), strie livide (-), strie albicans (-), bekas
operasi (+)
Genital : PPV (-) fluksus
Pemeriksaan Dalam

4
Vaginal Toucher
Fluxus (+), Fluor (-)
v/u/v = tak ada kelainan
portio sesuai jempol tangan, lunak, nyeri goyang (+)
OUE tertutup, tidak teraba jaringan
Corpus Uteri sebesar telur bebek
Adnexa : teraba massa pada parametrium kanan
Cavum douglasi : menonjol

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium – 16 November 2016 pukul 01.05 WIB
Darah rutin
Hemoglobin 9,8 g/dL (N: 11,7 – 15,5)
Leukosit 14.170 (N: 3.600 – 11.000)
Hematokrit 28.30 % (N: 30-43)
Trombosit 279.000 (N: 150.000-440.000)
Gula darah sewaktu 80 mg/dl (75-110 mg/dl)
Natrium 141.8 (135-147 mmol/L)
Kalium 3.85 (3.5-5.1 mmol/L)
Klorida 109.6 (97-108 mmol/L)
Calcium 8.2 (8.8-10.0 ml/dl)
Golongan darah A
CT 5.00 (N: 2-6)
BT 1.30 (N: 1-3)
HbsAg Stik Negatif
 URINE
Plano Test Positif

Pemeriksaan USG (16 November 2016)

5
• Tampak vesica uterina terdistensi optimal,tampak internal echo didalamnya,dinding
relatif menebal
• Tampak uterus membesar ukuran 4x3.5.9x6.8 cm, tampak struktur hiperekoik di cavum
endometrium, tak tampak GS intra uterine. Tampak lesi hipoekoik menyelubungi fundus-
korpus uteri
• Tampak struktur mirip GS di regio adneksa kanan sesuai umur kehamilan 5 minggu
• Tampak fluid collection di periuterus,superior uterus dan kavum douglass
Kesan :
• Gambar cystitis
• Gambar struktur mirip GS di adneksa kanan
Disertai cairan bebas di superior uterus,periuterus dan kavum douglass kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu tak dapat disingkirkan
• Tak tampak GS intra uterine

F. RINGKASAN (RESUME)

Wanita 25 tahun G1P0A0 hamil 5 minggu, datang dengan keluhan perut terasa nyeri
sejak 6 jam SMRS. Nyeri menjalar ke bahu kanan. OS mengaku ada flek kecoklatan yang keluar
dari vagina sejak 1 minggu SMRS. OS juga mengeluh mual dan muntah sebanyak 2x. OS
mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama. OS pertama kalinya memeriksakan
kehamilannya ke bidan. OS mengatakan HPHT 5 Oktober 2016, dengan HPL 12 Juli 2017.
Pada pemeriksaan fisik ginekologi didapatkan palpasi nyeri tekan pada regio hipogastrik
dan inguinal dextra (+), pengeluaran per vaginam (+), pada pemeriksaan dalam didapatkan
Fluxus (+), Fluor (-), v/u/v = tak ada kelainan, portio sesuai jempol tangan, lunak, nyeri goyang
(+), OUE tertutup tidak teraba jaringan, Corpus Uteri sebesar telur bebek, Adnexa : teraba massa
pada parametrium kanan, Cavum douglasi : menonjol. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan hemoglobin 9.8 g/dL, Hematokrit 28.30 %, dan Plano Test positif. Pemeriksaan USG
didapatkan Gambar struktur mirip GS di adneksa kanan,disertai cairan bebas di superior
uterus,periuterus dan kavum douglass kemungkinan kehamilan ektopik terganggu tak dapat
disingkirkan

6
G. DIAGNOSIS
G1P0A0 , umur 25 tahun ,hamil 5 minggu
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) pada tuba uterina kanan

H. RENCANA PENGELOLAAN
 IVFD RL/D5% 20 tetes permenit
 Cygest supp rectal 2x400 mg
 Maltofer fol 1x1
 Mediamer B6 3x1
 Melakukan tindakan operasi laparotomi cito

I. PROGNOSIS
Vitam : dubia ad bonam
Fungsionam : dubia ad malam
Sanationam : dubia ad bonam

J. LAPORAN TINDAKAN
Tanggal ,16 November 2016, Jam 09.45 WIB – Operasi Salpingektomi kanan
Laporan Operasi :
- Insisi dinding abdomen pada linea mediana kurang lebih 10 cm
- Insisi diperdalam sampai peritoneum terbuka
- Tampak perdarahan intra abdomen 600 cc berwarna merah kehitaman berasal dari
rupture tuba graviditas pars ampullaris tuba uterine kanan
- Tuba kanan membesar sebesar jempol kaki dengan hasil konsepsi didalamnya (hamil 8
minggu)
- Uterus sedikit membesar, sebesar telur bebek, besar dan bentuk dalam batas normal
- Adneksa kiri dalam batas normal
- Dilakukan tindakan salpingektomi kanan
- Rawat perdarahan kurang lebih 700 cc
- Cuci cavum abdomen dengan NaCl 0.9%
- Jahit abdomen lapis demi lapis

7
- Tindakan selesai

Pengobatan post Operasi Laparatomi :


 Infus D5/RL/NaCl 20 tpm
 Ceftriaxone 2 x 1 gram
 Tramadol 3 x 1 dalam Nacl 100 cc
 Alinamin ( Vit B1 dan B2) 2 x 1 amp IV
 Vitamin C 1 x 1
 Ketoprofen supp rectal 2 x 1
 Tranfusi WB 2 kolf  cek Hb
 Puasa

FOLLOW UP
TanggaL 17 November 2016, Jam 08.00 WIB
S : Nyeri perut di bekas operasi skala 8. Pusing (-), mual/muntah (-), flatus (-)
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 99 x/menit
Frekuensi nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Mata : CA +/+, SI -/-
Thorax : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, nyeri tekan (+), bekas luka (+) tertutup kassa, Rembesan (-)
TFU : tidak teraba
PPV : (+) flek
Extremitas : oedem (-/-) sianosis (-)
Hb : 7,8 g/dL
A : P0A1 Umur 25 tahun
Post Laparotomi (Salpingektomi dextra) atas indikasi Kehamilan Terganggu (KET) hari ke 1

8
P : Lanjutkan terapi + tranfusi darah Ektopik

Tanggal 18 November 2016, Jam 07.30 WIB


S : Nyeri perut di bekas operasi skala 4, bisa flatus
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36.2 ºC
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, nyeri tekan (-), bekas luka (+) tertutup kassa, rembesan (-)
TFU : tidak teraba
PPV : (+) flek
Extremitas : oedem (-/-) sianosis (-)
A :P0A1umur 25 tahun , Post Salpingektomi dekstra atas indikasi KET hari ke 2
P : Lanjutkan terapi, mobilisasi duduk,direncanakan pulang

9
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uterus.Kehamilan ektopik masih merupakan penyebab
utama yang mengancam jiwa pada trimester pertama.Kecurigaan tinggi terhadap informasi klinis
yang didapatkan dan prosedur diagnostik yang modern sekarang menyebabkan diagnosis dan
pengobatan dapat dilakukan pada tanda-tanda awal gejala.
Manajemen kehamilan ektopik telah berubah secara dramatis selama bertahun-tahun.
Antaranya adalah terapi medis dengan metotreksat sistemik, intervensi yang ditargetkan secara
spesifik untuk trofoblas yang sedang berproliferasi, dan sekarang ada juga yang melakukan
operasi. Namun, operasi tetap menjadi pilihan pertama ketika terjadinya ruptur yang
menyebabkan perdarahan intraperitoneal, kegagalan terapi medis, dan kasus-kasus di mana terapi
medis merupakan kontraindikasi. Diagnosis dini dan pemilihan terapi yang optimal adalah kunci
untuk pencegahan komplikasi, pengendalian biaya dan mengurangkan kadar kematian. Karena
itu, pada kesempatan kali ini penulis membuat makalah ini dengan tujuan untuk membahas
mengenai diagnosis dan penatalaksanaan kehamilan ektopik.
Umumnya keluhan utama pasien kehamilan ektopik terganggu adalah rasa nyeri pada
abdominal terutama bagian bawah. Selain itu juga terdapat keluhan perdarahan pervaginam.
merupakan tanda dan gejala klinis yang mengarah ke diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala
nyeri abdominal dan perdarahan pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif. Dari hasil
anamnesis haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-kadang terdapat gejala
subyektif kehamilan muda.1,2,3
Pemeriksaan fisik juga merupakan pemeriksaan yang penting, pemeriksaan yang dapat
dilakukan meliputi seperti dibawah ini dan dapat ditemukan tanda-tanda : 4,5
1. Tanda-tanda akut abdomen : nyeri tekan yang hebat (defance muscular), muntah,
gelisah, pucat, anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur (syok).
2. Nyeri bahu : karena perangsangan diafragma
3. Tanda Cullen : sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam
4. Massa pelvik. Pada pemeriksaan bimanual, massa pelvik dengan ukuran 5-15 cm
dapat ditemukan pada 20% wanita. Massa hampir selalu ditemukan disamping atau

10
belakang uterus dan konsistensi lunak. Nyeri palpasi sering mengidentifikasi dimana
massa berada. Pemeriksaan bimanual yang berlebihan tidak perlu dilakukan untuk
mencegah ruptur.
5. Pada pemeriksaan ginekologik (periksa dalam) terdapat :
a. Adanya nyeri goyang serviks : dengan menggerakkan porsio dan serviks ibu akan
merasa sakit yang sangat. Ditemukan pada 75% wanita dengan ruptur tuba.
b. Douglas crise : rasa nyeri hebat pada penekanan kavum douglas
c. Kavum Douglas teraba menonjol karena terkumpulnya darah, begitu pula teraba
masa retrouterin (massa pelvis)
6. Pervaginam keluar decidual cast
7. Pada palpasi perut dan pada perkusi : ada tanda-tanda perdarahan intra abdominal
(shifting dullness).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:


Human Chorionic Gonadotropin (β-HCG)
Penentuan kehamilan secara cepat dan akurat sangat penting dalam mengevaluasi wanita
dengan keluhan yang mengarah kepada kehamilan ektopik. Uji-uji kehamilan serum dan urine
yang saat ini ada dan menggunakan metode enzyme-linkedimmunosorbent assays (ELISA) untuk
β-hCG cukup sensitif untuk kadar 10 sampai 20 mlU/mL dan positif pada lebih dari 99 persen
kehamilan ektopik (Kalinski dan Guss, 2002). Namun, meskipun jarang pernah dilaporkan
kasus-kasus ke hamilan ektopik dengan pemeriksaan β-hCG serum yang negatif.6
Progesteron Serum
Pengukuran progesteron serum satu kali sudah dapat digunakan untuk menetapkan bahwa
kehamilan berkembang normal dengan tingkat kepercayaan tinggi. Nilai yang melebihi 25
ng/mL menyingkirkan kehamilan ektopik dengan sensitivitas 92,5 persen (Lipscomb dkk.,
1999a; Pisarska dkk., 1998). Sebaliknya, nilai yang kurang dari 5 ng/mL ditemukan hanya pada
0,3 persen kehamilan normal (Mol dkk., 1998). Karena itu, nilai <5 ng/mL menandakan
kehamilan intrauterus dengan janin meninggal atau suatu kehamilan ektopik. Karena pada
sebagian besar kehamilan ektopik kadar progesteron bervariasi antara 10 dan 25 ng/mL maka
pemakaian klinis pemeriksaan ini terbatas.6
Penanda-penanda Serum Baru

11
Sejumlahpenelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengevaluasi beberapa penanda
baru untuk mendeteksi kehamilan ektopik. Penanda-penanda ini mencakup vascular endothelial
growth factor (VEGF), antigen kanker 125 (CA125), kreatin kinase, fibronektin janin dan
proteomika berbasis spektrometri massa (Daniel, 1999; Ness. 1998; Predanic, 2000 Shankar,
2005, dick.). Belum ada satuptm yang saat ini digunakan secara klinis.6
Hemogram
Setelah perdarahan, volume darah yang berkurang akan dipulihkan ke arah normal
dengan hemodilusi dalam satu hari atau lebih. Bahkan setelah perdarahan yang cukup banyak,
hemoglobin atau hematokrit mungkin pada awalnya hanya memperlihatkan penurunan ringan.
Karena itu, setelah perdarahan akut, penurunan kadar hemoglobin atau hematokrit setelah
beberapa jam merupakan indeks yang lebih bermanfaat daripada kadar awal. Pada sekitar
separuh wanita dengan kehamilan ektopik terganggu (ruptur), dapat dijumpai leukositosis
dengan derajat bervanasi hingga 30.000/µL.6

Sonografi
Untuk memastikan diagnosis klinis yang dicurigai mengalami gestasi ektopik, alat pencitraan ini
tidak tergantikan.Pada banyak kasus, lokasi dan ukuran kehamilan juga dapat dipastikan.6
 Sonografi Transvagina (TVS-Trans vaginal Sonografi). Sonografi transvagina
beresolusi tinggi menimbulkan revolusi dalam perawatan wanita yang dicurigai
mengalami kehamilan ektopik.Metode ini adalah bagian interal dari sebagian besar
algoritme yang ditujukan untuk mengidentifikasi kehamilan ektopik.6
 Sonografi Transabdomen. Identifikasi hasil kehamilan tuba dengan sonografi
transabdomen lebih sulit dilakukan.Jika kantong gestasi jelas dapat diidentiflkasi di
dalam rongga uterus maka kehamilan ektopik masih perlu dipertimbangkan jika pasien
menggunakan ART. Sebaliknya, jika secara sonografi tidak dijumpai kehamilan uterus
maka hasilpemeriksaan positif untuk β-hCG, cairan di cul-de-sac dan adanya massa
pelvis abnormal menandakan bahwa kehamilan ektopik hamper pasti. Kehamilan di
uterus biasanya belum diketahui dengan sonografi abdomen sampai 5 hingga 6 minggu
haid atau 28 hari setelah ovulasi.6

12
Kuldosentesis
Teknik sederhana ini dahulu sering digunakan untuk mengidentifikasi hemoperitoneum,
serviks ditarik menuju simfisis dengan tenakulum dan dilakukan insersi jarum ukuran 16 atau 18
melalui forniks vagina posterior ke dalam cul-de-sac. Jika ada cairan dapat diaspirasi tetapi tidak
adanya cairan hanya diinterpretasikan sebagai insersi yang tidak memuaskan ke cul-de-sac dan
tidak menyikirkan kehamilan ektopik, mengalami ruptur atau tidak.Cairan yang mengadung
fragmen bekuan darah atau cairan berdarah yang tidak membeku, sesuai dengan diagnosis
hemaperitoneum akibat kehamilan ektopik.Jika darah kemudian membeku, maka darah tersebut
mungkin berasal dari pembuluh pembuluh darah sekitar dan bukan dari perdarahan kehamilan
ektopik.6

Kehamilan Ektopik Terganggu


Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialah
kehamilan di tempat yang tidak biasanya. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim,
misalnya dalam tuba, ovarium, atau rongga perut. Akan tetapi, dapat juga terjadi di dalam rahim
di tempat yang tidak biasanya, misalnya dalam serviks, pars interstisialis tuba, atau dalam tanduk
rudimenter rahim. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di tuba. Kehamilan ektopik merupakan
kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk
tumbuh kembang mencapai aterm. Untuk lebih jelas mengenai lokasi kehamilan ektopik, dapat
dilihat pada gambar 1.3,7

Gambar 1. Tempat Implantasi pada Kehamilan Ektopik.8

13
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan atau tempat:1,9
A. Tuba fallopi
Dinding tuba merupakan lapisan luar dan kapsularis yang merupakan lapisan dalam dari hasil
konsepsi. Karena tuba tidak dan bukan merupakan tempat normal bagi kehamilan, maka
sebagian besar kehamilan tuba akan terganggu pada umur 6-10 minggu kehamilan.
Pada saat proses fertilisasi yaitu proses penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di
ampulla tuba. Dari sini ovum yang telah di buahi di gerakan ke kavum uteri dan di tempat
akhir ini mengadakan inplantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang menghambat atau
menghalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa implantasi terjadi pada endosalping;
selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang di buahi memberi
pradisposisi untuk implantasi di luar kavum uteri, akan tetapi hal ini kiranya tidak banyak
terjadi.

Perjalanan kehamilan ektopik dalam tuba fallopi, dapat dibagi lagi dalam beberapa tempat
atau bagian, yaitu :
 Pars interstisialis (2%)
Karena dinding agak tebal, dapat menahan kehamilan sampai 4 bulan atau lebih, kadang
kala sampai aterme, kalau pecah dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan
keluarnya janin dalam rongga perut.
 Isthmus (25%)
Dinding tuba disini lebih tipis, biasanya pada kehamilan 2 sampai 3 bulan sudah pecah
 Ampula (55%)
Dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1-2 bulan
 Fimbria (17%)
Dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1-2 bulan

B. Uterus
 Kanalis servikalis
Kehamilan ini jarang dijumpai, dan biasanya terjadi abortus spontan di dahului
perdarahan yang makin lama makin banyak. Jarang terjadi lebih dari 20minggu.
 Divertikulum

14
Kehamilan pada uterus jarang sekali terdapat, dan sangat sulit untuk mebuat
diangnosisnya. USG atau MRI kiranya dapat membantu menegakan diagnosis. Akibat
kehamilan ini adalah ruptur keluar dari uterus atau abortus. Kadang-kadang kehamilan
dapat berlangsung terus dan memerlukan laparatomi untuk melahirkan janin, diikuti
histeroktomi
 Kornua
 Tanduk rudimeter

C. Ovarium
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan
atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni :
a. Tuba pada sisi kehamilan harus normal
b. Kantong janin harus berlokasi pada ovarium
c. Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary proprium
d. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin
Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh jaringan ovarium
dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan ovarial biasanya terjadi rupture
pada kehamilan muda dengan akibat perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula
mengalami kematian sebelumnya sehingga tidak terjadi rupture, ditemukan benjolan dengan
berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, vili korialis dan mungkin
juga selaput mudigah.

D. Intraligamenter
E. Abdominal
 Primer
 sekunder
F. Kombinasi kehamilan di dalam dan di luar uterus

Diagnosis Banding
Kista Ovarii Terpuntir

15
Kista ovarium adalah kantung penuh cairan yang tumbuh dalam indung telur / ovarium,
salah satu bagian dari organ reproduksi wanita. Sebagian besar kista ovarium tidak berbahaya,
namun seringkali terjadi keadaan yang bersifat gawat darurat oleh karena kantung kista ovarium
pecah, tangkai terpuntir, mengalami perdarahan atau timbul rasa nyeri.10
Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut
akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa penuh di perut.
Tekanan terhadap alatalat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan
miksi dan defekasi.4apat terjadi penekanan terhadap kandung kemih sehingga menyebabkan
frekuensi berkemih menjadi sering.10

Abortus
Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih merah sesudah
amenore,rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah median dan adanya perasaan subjektif
penderita yangmerasakan rasa tidak enak di perut lebih menunjukkan ke arah abortus imminens
atau permulaanabortus incipiens. Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di
belakang uterus,dan gerakan servik uteri tidak menimbulkan rasa nyeri.

Apendisitis Akut
Apendisitis adalah suatu peradangan pada appendix. Peradangan ini pada umumnya
disebabkan oleh infeksi yang akan menyumbat appendix. Appendicitis adalah kondisi di mana
infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi
banyak kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Pada
apendisitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada gerakan servik uteri seperti ditemukan pada
kehamilan ektopik terganggu. Nyeri perut bagian bawah pada apendisitis tertelak pada titik
McBurney.11

Korpus Luteum Ruptur


Kista korpus luteum merupakan jenis kista non-neoplastik yang juga sering dijumpai
setelah kista folikel. Korpus luteum yang tidak mengecil dan menjadi korpus albikans atau
mempertahankan dirinya disebut korpus luteum persisten. Kista terbentuk dari terjadinya
pendarahan yang terbentuk di dalam korpus luteum persisten. Oleh karena itu, cairan di dalam

16
kista yang terbentuk akan berwarna merah kecoklatan. Dinding kista korpus luteum disusun oleh
sel-sel luteum yang berasal dari sel teka. Selain menimbulkan gangguan haid, kista korpus
luteum dapat memberikan rasa tidak nyaman pada abdomen karena cairan semakin lama akan
bertambah berat. Jika dibiarkan lama, kista dapat ruptur. Gambaran kista korpus luteum berupa
rasa nyeri perut dengan amenorrhea memiliki kesamaan dengan kehamilan ektopik terganggu
sehingga terkadang membingungkan dalam penegakkan diagnosis. Kista korpus luteum dapat
hilang sendiri, namun jika dilakukan operasi dengan dugaan kehamilan ektopik terganggu maka
kista korpus luteum dapat diangkat

Salpingitis akut
Salpingitis adalah infeksi dan peradangan di saluran tuba. Dalam salpingitis akut, saluran
tuba menjadi merah dan bengkak, dan cairan ekstra mengeluarkan sehingga dinding bagian
dalam tabung sering tetap bersatu. Penyakit yang paling sering dikelirukan dengan kehamilan
tuba adalah salpingitis, yang sering mempunyai riwayat serangan serupa tapi biasanya tanpa
riwayat haid yang terlambat. Pada salpingitis perdarahan abnormal tidak begitu sering seperti
gejala spotting yang menjadi ciri khas kehamilan tuba. Rasa nyeri dan nyeri tekan lebih besar
kemungkinannya terdapat bilateral pada salpingitis. Pada kehamilan tuba, benjolan pada panggul
bila teraba akan dijumpai unilateral, sedangkan pada salpingitis, kedua forniks kemungkinan
sama-sama memberikan tahanan dan rasa nyeri ketika ditekan. Sebenarnya benjolan uniteral
yang dijumpai pada salpingitis harus menimbulkan pemikiran segera terhadap pemikiran
kehamilan tuba dengan komplikasi infeksi. Dicker dkk. (1984) melaporkan seri kasus yang
terdiri atas 8 orang wanita dengan gambaran klinik abses pelvik atau tubo-ovarii unilateral.
Diagnosis prabedah yang benar dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan serum yang positif untuk
hormon korionik gonadotropin.
Suhu pada salpingitis akut biasanya melebihi 38 C. Jika ada kecurigaan terhadap
kemungkinan kehamilan ektopik, tes yang sensitif untuk korionik gonadotropin dapat segera
diminta. Hasil tes kehamilan yang positif merupakan informasi penting. Hasil tes kehamilan
yang negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan dan pemeriksaan kronik
gonadotropin serum harus dilakukan bila diagnosis kehamilan hendak disingkirkan.

17
Epidemiologi
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (1995), angka kehamilan ektopik
terus meningkat di Amerika Serikat sepanjang tahun 1990an (dapat dilihat pada gambar
2).Setelah itu, karena semakin luasnya penerapan tetapi rawat-jalan maka datapasti tentang
jumlah kehamilan ektopik yang sebenarnya tidak lagi tersedia setelah tahun 1990. Dengan
demikian, angka 1,9 persen pada tahun 1992 serupa dengan angka 2,1persen yang dilaporkkan
dari Kaiser Permanente of North California pada lebih dari 125.000 kehamilan dari tahun 1997
sampai 2000.6

Gambar 2. Angka Insiden Kehamilan Ektopik dan Kematian-Kasus.12

Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara patofisiologi mudah
dimengerti sesuai proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi di
luar cavum uteri atau diluar endometrium, maka terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian,
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium
menjadi penyebab kehamilan ektopik ini.. Faktor- faktor yang disebabkan sebagai berikut :1

1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau
buntu. Keadaan uterus mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang berkelok-kelok
panjang dapat menyababkan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik. Juga pada
keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinaya
kehamilan ektopik. Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
dipertikel saluran tuba yang bersifat congenital adanya tumor disekitar saluran tuba

18
misalnya mioma uteri atau tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan
patensi tuba, juga dapat menjadi etiologi kehamilan ektopik.
2. Faktor abnormalitas pada zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar maka zigot akan
tersendat dalam perjalan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh disaluran
tuba.
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontra lateral, dapat
membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinaan
terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
4. Faktor hormonal
Pada akseptor pil KB yang hanya mengandung progesterone dapat mengakibatkan
gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik.
5. Faktor lain
Termasuk disini antara lain pemakaian IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul
pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan trjadinya kehamilan ektopik.
Faktor umur penderita yang sudah menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan
dengan terjadinya kehamilan ektopik.

Patofisiologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk
proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami
beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu
media yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami
beberapa perubahan dalam bentuk berikut ini.1
 Hasil konsepsi mati dini dan di resorpsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi
kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak
mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari
 Abortus kedalam lumen tuba(abortus tubaria)

19
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi chorialis
pada dinding tuba pada tempat implantasi dapat melepaska mudigah dari dinding tersebut
bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian
atau seluruhnya, bergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan
menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian
didorong oleh darah ke arah ostium tuba pars abdominalis. Frekuensi abortus dalam tuba
bergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadi
pada kehamilan pars ampularis, sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili corialis ke
arah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars istmika. Perbedaan ini disebabkan
oleh lumen pars ampularis yang lebih luas sehingga dapat mengikuti lebih mudah
pertumbuhan hasil konsepsi jika dibandingkan dengan bagian istmus dengan lumen
sempit.

Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidah sempurna pada abortus, perdarahan akan terus
berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sehingga erubah menjadi mola kruenta.
Erdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan
(hematosalfings), dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba.
Darah ini akan berkumpul di cavum douglasi dan akn membentuk hematokel retrouterina.
 Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimpantasi pada istmus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya, ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan yang
lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi chorialis ke
dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan
atau karena truma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan
terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak,
sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah maka terjadi
pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui
ostium tuba abdominal.

Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam
hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas pecah karena tekanan darah
dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi di arah ligamentum itu. Jika janin hidup terus,
terdapat kehamilan intra ligamentum.
20
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba
kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Perdarahan dapat
berlangsung terus sehingga penderita akan tetap jatuh dalam keadaan anemia atau syok
oleh karena hemoragia. Darah tertampung pada rongga perut akan mengalir ke cavum
douglasi yang makin lama-makin banyak dan akhirnya dapat memenuhi rongga
abdomen. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak meninggal karena perdarahan, nasib
janin tergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan
masih kecil, dapat diresorpsi seluruhnya; bila besar, kelak dapat diubah menjadi
litopedion.

Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan
dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga
akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi
janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasi ke jaringan sekitarnya, misalnya ke
sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul, dan usus.

Manifestasi Klinis
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun
dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya
abortus tuba atau ruptur tuba. Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan
muda, dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan.
Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek walaupun mungkin tidak sebesar tuanya
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada
pemeriksaan bimanual. Pada pemeriksaan USG sangat membantu menegakkan diagnosis
kehamilan ini apakah intrauterin atau kehamilan ektopik. Untuk itu setiap ibu yang
memeriksakan kehamilan sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG.1
Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba tempat lokasi nidasi
kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda yang khas yaitu timbulnya sakit perut
mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan. Ini adalah pertanda khas terjadinya
kehamilan ektopik yang terganggu.1

21
Walau demikian, gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda, dari
perdarahan yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejal yang tidak jelas,
sehingga sukar dibuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan
ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi,
dan keadaan umum penderita sebelum hamil.1

Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba
nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan
yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam syok. Biasanya pada abortus tuba
nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus-menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi,
tetapi, setelah darah mausk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke
seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma, sehingga
menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retrouterina, menyebabkan nyeri
defekasi.1
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik yang
terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan
desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna cokelat tua.
Frekuensi perdarahan dikemukan dari 51 hingga 93%. Perdarahan berarti gangguan
pembentukan human chorionic gonadotropin. Jika plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan
seluruhnya.1
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik walaupun
penderita sering menyebutkan tidak jelasnya ada amenorea, karena gejala dan tanda kehamilan
ektopik terganggu bisa langsung terjadi beberapa saat setelah terjadinya nidasi pada saluran tuba
yang kemudian disusul dengan ruptur tuba karena tidak bisa menampung pertumbuhan mudigah
selanjutnya. Lamanya amenorea bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi.
Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid
berikutnya. Hal ini menyebabkan frekuensi amenorea yang dikemukakan berbagai penulis
berkisar 23 hingga 97%.1
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal bahwa usaha
menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, yang disebut dengan nyeri goyang (+) atau
slinger pijn (bahasa Belanda). Demikian pula kavum Douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan
oleh karena terisi oleh darah. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor di

22
samping uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak. Hematokel retrouterina
dapat diraba sebagai tumor di kavum Douglasi. Pada ruptur tuba dengan perdarahan banyak
tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat, perdarahan lebih banyak lagi menimbulkan
syok.1
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala
perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala
yang samar-samar, sehingga sukar membuat diagnosis. Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara
perabdominal atau pervaginam. Umumnya kita akan mendapatkan gambaran uterus yang tidak
ada kantong gestasinya dan mendapatkan bangunan massa hiperekoik yang tidak beraturan, tidak
berbatas tegas, dan di sekitarnya didapati cairan bebas gambaran darah intraabdominal). Gambar
USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pada usia kehamilan, ada tidaknya
gangguan kehamilan (ruptur, abortus) serta banyak dan lamanya perdarahan intraabdomen.
Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan bila terlihat kantong
gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri. Namun, gambaran ini
hanya dijumpai pada 5-10% kasus.1

Sebagian besar kehamilan ektopik tidak memberikan gambaran yang spesifik. Uterus
mungkin besarnya normal atau mengalami sedikit pembesaran yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Endometrium menebal ekogenik sebagai akibat reaksi desidua. Kavum utei sering
berisi cairan eksudat yang diproduksi oleh sel-sel desidua, yang pada pemeriksaan terlihat
sebagai struktur cincin anekoik yang disebut kantong gestasi palsu (pseudogestational sac).
Berbeda dengan kantong gestasi yang sebenarnya, kantong gestasi palsu letaknya simetris di
kavum uteri dan tidak menunjukkan struktur cincin ganda.1

Seringkali dijumpai massa tumor di daerah adneksa, yang gambarannya sangat bervariasi.
Mungkin terlihat kantong gestasi yang masih utuh dan berisi mudigah, mungkin hanya berupa
massa ekogenik dengan batas ireguler, ataupun massa kompleks yang terdiri atas sebagian
ekogenik dan anekoik. Gambaran massa yang tidak spesifik ini mungkin sulit dibedakan dari
gambaran yang disebabkan oleh peradangan adneksa, tumor ovarium, ataupun massa
endometrioma. Pada 15-20% kasus kehamilan ektopik tidak dijumpai adanya massa di adneksa.
Perdarahan intraabdomen yang terjadi akibat kehamilan ektopik terganggu juga tidak
memberikan gambaran spesifik, bergantung pada banyak dan lamanya proses perdarahan.

23
Gambarannya dapat berupa massa anekoik di kavum Douglasi yang mungkin meluas sampai ke
bagian atas rongga abdomen. Bila sudah terjadi bekuan darah, gambaran berupa massa ekogenik
yang tidak homogen. Gambaran perdarahan akibat kehamilan ektopik sulit dibedakan dari
perdarahan atau cairan bebas yang terjadi oleh sebab lain, seperti endometriosis pelvik,
peradangan pelvik, asites, pus, kista pecah, dan perdarahan ovulasi.1

Bila kita tidak mempunyai fasilitas USG diagnosis dapat dibantu ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan pungsi kavum Douglasi (kuldosentesis) di mana jendalan darah yang
melayang-layang di kavum Douglasi terisap saat dilakukan pungsi.1

Penatalaksanaan
Pada banyak kasus, diagnosis dini memungkinkan penanganan bedah atau medis definitif
kehamilan ektopik yang belum mengalami rupturkadang bahkan sebelum gejala timbul.Terapi
sebelum ruptur menurunkan morbiditas dan mortalitas serta peningkatan prognosis
kesuburan.Wanita D-negatif dengan kehamilan ektopik yang belum tersensitisasi ke antigen D
perlu diberi imunoglobulin anti-D.6

A. Penatalaksanaan Bedah
Laparoskopi adalah terapi bedah yang dianjurkan untuk kehamilan ektopik, kecuali jika
wanita yang bersangkutansecara hemodinamis tidak stabil.Hanya sedikit studi prospektif yang
pernah dilakukan untuk membandingkan bedah laparotomi dengan laparoskopik. Hajenius dkk.,
(2007) melakukan tinjauan terhadap basis data Cochrane dan temuan mereka diringkaskan
sebagai berikut:6

1. Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam patensi tuba secara keseluruhan setelah
salpingostomi yang dilakukan pada laparoskopi second look.
2. Setiap metode diikuti oleh kehamilan uterus berikutnya dengan jumlah yang sama.
3. Kehamilan ektopik berikutnya lebih jarang terjadi pada wanita yang diterapi secara
laparoskopis, meskipun hal ini secara statistik tidak bermakna.
4. Laparoskopimemerlukan waktu operasi yang lebih singkat, lebih sedikit menyebabkan
perdarahan, memerlukan lebih sedikit analgesik, dan mempersingkat rawat inap.

24
5. Bedah laparoskopik sedikit tetapi kurang berhasil secara signifikan dalam mengatasi
kehamilan tuba.
6. Biaya laparoskopi jauh lebih rendah, meskipun sebagian berpendapat bahwa biaya serupa
dengan kasus-kasus yang akhirnya dilaparotomi.

Bedah tuba dianggap konservatif jika tuba diselamatkan.Contohnya adalah


salpingostomi, salpingotomi, dan ekspresi kehamilan ektopik rnelalui fimbria.Bedah radikal
didefinisikan sebagai salpingektomi.Bedah konservatif dapat meningkatkan angka keberhasilan
kehamilan uterus berikutnya tetapi menyebabkan peningkatan angka persistensi fungsi trofoblas
(Bangsgaard dkk., 2003).

B. Penatalaksanaan Medis dengan Methotrexate


Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria
kasus yang diobati dengan cara ini ialah kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah, diameter
kantong gestasi <4cm, perdarahan dalam rongga perut <100ml, tanda vital baik dan stabil.1
Obat yang digunakan ialah metotreksat 1mg/kg I.V. dan faktor sitrovorum 0,1mg/kg I.M.
berselang-seling setiap hari selama 8 hari. Dari seluruh 6 kasus yang diobati, satu kasus
dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena gejala abdomen akut, sedangkan 5 kasus
berhasil diobati dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2. Terapi Metotreksat untuk Pengobatan Primer Kehamilan Ektopik.6

25
C. Penatalaksanaan Ekspektansi
Pada kasus-kasus tertentu, kehamilan tuba yang sangat dini dengan kadarβ-hCG serum
yang stabil atau menurun dapat diobservasi (expectant management). Hampir sepertiga dari para
wanita ini akan memperlihatkan penurunan kadar β-hCG (Shalev dkk.. 1995. StovalI dan Ling
(1992) membatasi penatalaksanaan ekspektansi ini kepada wanita dengan 4 kritenia (hanya
kehamilan ektopik tuba, kadarβ-hCG serial menurun, garis tengah massa ektopik tidak >3:5 cm,
tidak ada tanda-tanda perdarahan intra-abdomen atau ruptur dengan sonografi transvagina.
Pada penatalaksanaan ekspektansi, angka kepatenan tuba dan kehamilan.intrauterus
selanjutnya setara dengan penatalaksanaan bedah atau medis. Konsekuensi ruptur tuba yang
dapat membahayakan, disertai oleh keamanan terapi medis dan bedah, mengharuskan bahwa
terapi ekspektansi hanya dilakukan pada wanita tertentu yang sudah mendapat konseling.
Menurut American College of Obstetricians, and Gynecologists (2008), 88 persen kehamilan
ektopik akan sembuh jika β-hCG<200 mIU/mL.6

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi jika tidak terdapat penanganan yang cepat dan tepat,pada
pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur tuba telah berlangsung (4-6minggu), terjadi perdarahan
ulang (recurrent bleeding) dan merupakan indikasi operasi, infeksi, subileus karena massa pelvis,
sterilitas.14

Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini
dan persediaan darah yang cukup. Hellman dan kawan-kawan (1971) melaporkan 1 kematian di
antara 826 kasus, dan Wilson dan kawan-kawan (1971) 1 antara 591. Akan tetapi, bila
pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970)
mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus, sedangkan Tarjiman dan kawan-kawan (1973) 4
darii 138 kehamilan ektopik.Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik
bersifat bilateral. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi
pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0% sampai
14,6%. Untuk perempuan dengan anak sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan
sapingektomi bilateralis. Dengan sendirinya hal ini perlu disetujui oleh suami-isteri sebelumnya.1

26
Daftar Pustaka
1.Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sawroko Prawirohardjo; 2014. H.
474-87.
2. Achadiat CM. Prosedur tetap obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC; 2008. H 100-4
3. Manuaba IBG. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri. Edisi kedua. Jakarta: EGC; 2004. H.
254-7
4. Hariadi R. Ilmu kedokteran fetomaternal. Surabaya: Himpunan kedokteran fetomaternal
perkumpulan obstetri dan ginekologi Indonesia; 2004. H. 336-59.
5. Lozeau AM, Potter B. Diagnosis and management of ectopic pregnancy. Am Fam Physician.
2005 Nov 1;72(9):1707-1714
6. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. Obstetri williams. Edisi 23. Volume 1.
Jakarta: EGC; 2012. H. 251-270.
7. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu kesehatan reproduksi: obstetri
patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. H. 16-27.
8. Cunningham, et al. Williams obstetrics. 24th ed. USA: McGraw Hill; 2014. P. 377-95
9. Norwitz RE, Schorge JO. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam : Norwitz RE, Schorge
JO. At a glance obstetri dan ginekologi. Jakarta : Erlangga 2007. H. 9, 17-20
10. Decherney A, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N, Roman A. Current diagnosis & treament:
obstetrics & gynecology. 11th ed. USA: McGraw-Hill; 2012.
11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid I. Edisi kelima. Cetakan pertama. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.591-7.
12. Cunningham, et al. Williams obstetrics. 23th ed. USA: McGraw Hill; 2010.
13. Suryawan A, Gunanegara RF, Hartanto H, Sastrawinata US. Profil penderita kehamilan
ektopik terganggu periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2004 di RS Immanuel
Bandung. JKM Vol. 6, No. 2, Februari 2007.
14.Benson, Ralph C. Kehamilan ektopik. Dalam : Benson, Ralph C. Buku saku obstetri dan
ginekologi. Jakarta: EGC. 2009. H.305-13;575;612-7.

27

Anda mungkin juga menyukai