Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

MIOMA UTERI

ALBERT ARIFIN
112017189

DOKTER PEMBIMBING:
dr. Budi Santoso, SpOG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU OBSTETRI GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Presentasi Kasus : Rabu, 15 Mei 2019
SMF ILMU PENYAKIT OBSTETRI GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

Nama : Albert Arifin Tanda Tangan


Nim : 112017189

Dr. Pembimbing : Dr. Budi Santoso, SpOG

I. IDENTITAS
Nama : Ny. T H Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / tanggal lahir : Suku Bangsa : Sunda
Subang, 27 Agustus 1970 Usia : 49 tahun
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMP
Alamat : Sumur Batu kemayoran
Identitas Suami
Nama : Tn. AH Alamat : Sumur Batu kemayoran
Tempat tanggal lahir : Indramayu, 23 Januari Pendidikan : SMA
1968 (51 tahun)
Pekerjaan : Wiraswasta Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Pasien datang ke RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 29 April 2019
Diambil dari : Autoanamnesis, pada tanggal 29 April 2019

Keluhan Utama
Keluar darah dari vagina sejak 2 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan rujukan dari Rumah Sakit Hermina Kemayoran dengan keluhan
keluar darah dari vagina sejak 2 minggu SMRS. Keluar darah berwarna merah tua dan bergumpal.
Dalam sehari pasien sekitar 7 kali mengganti pembalut. Pasien mengaku lamanya haid 6 hari.
Pasien mengeluh nyeri pinggang. Nyeri pinggang tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain. Pasien
mengeluh lemas. Riwayat menstruasi pasien tidak teratur. Pasien mengeluh siklus menstruasi
sering memanjang >30 hari. Pasien memiliki riwayat penggunaan pil KB rutin selama 8 tahun.
Pasien memiliki riwayat persalinan sebanyak 2 kali secara pervaginam. Pasien sudah pernah
melakukan kuretase diagnostik 1 bulan SMRS.
Pasien tidak ada riwayat trauma, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri perut, keputihan BAB
dan BAK normal. Pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi, riwayat alergi dan kencing manis.
Pasien tidak memiliki riwayat operasi maupun opname sebelumnya. Pasien tidak merokok, minum
alkohol maupun mengonsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan tertentu.

Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 tahun.
 Siklus haid : 32 hari / tidak teratur.
 Lama haid : 6 hari.
 Jumlah darah haid : 7 kali ganti pembalut.
 Dismenorrhea : (-)
 Leukorrhea : (-)
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali dan lama menikah 24 tahun saat usia 25 tahun.

Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu


Hamil Jenis Usia Jenis BB/PB
Tahun Penyulit Penolong
ke- persalinan Kehamilan kelamin lahir
1 1996 Pervaginam 39 minggu - bidan P 2700/ 49
2 2001 Pervaginam 40 minggu - bidan L 3500/51

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


( + ) Pil KB ( - ) IUD
( - ) Suntikan 3 bulan ( - ) Lain-lain
( - ) Susuk KB

Riwayat Penyakit Dahulu


(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu Ginjal / Saluran Kemih
(-) Cacar air (-) Disentri (-) Burut (Hernia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Batuk Rejan

(-) Tifus Abdominalis (-) Wasir (-) Campak


(-) Diabetes (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh (-) Demam Rematik Akut
(-) Ulkus Ventrikuli (-) Perdarahan Otak (-) Pneumonia
(-) Ulkus Duodeni (-) Psikosis (-) Gastritis
(-) Neurosis (-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu
Lain-lain : (+) Operasi Kuretase Diagnostik (-) Kecelakaan

Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit Ya Tidak
Alergi - √
Asma - √
Tuberkulosis - √
Diabetes - √
Gastritis - √
HIV - √
Hepatitis - √
Hipertensi - √
Penyakit jantung - √

Riwayat Sosial
Pola Makan : 3 kali/ hari
Pola BAB : 1 kali sehari, tidak ada keluhan
Pola BAK : >4 kali sehari, tidak ada keluhan
Pola Seksual : 2x seminggu, tidak ada keluhan
Pola Kegiatan : Pekerjaan sehari-hari ibu rumah tangga, tidak ada olahraga
Pola Istirahat : Tidur malam 6 jam, tidur siang 1-2 jam

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 125/85 mmHg
Frekuensi nadi : 82 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,6o C
Berat Badan : 63 kg
Tinggi Badan : 151 cm
Keadaan gizi : berlebih , IMT=27,63 kg/m2 (obesitas)
Mobilisasi : Aktif
Cara berjalan : Normal
Kulit
Warna : Sawo Matang Effloresensi : Tidak Ada
Jaringan Parut : Tidak Ditemukan Pigmentasi : Tidak Ada
Pertumbuhan Rambut : Normal Pembuluh Darah : Normal
Suhu Raba : Sama dengan Pemeriksa Lembab / Kering : Normal
Keringat : Umum Turgor : Baik
Ikterus : Tidak Ada Lapisan Lemak : Merata
Edema : (-) Lain-Lain : (-)

Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata


Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Septum deviasi (-), rhinorrhea (-)
Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Telinga : Normotia, deformitas (-), otorrhea (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Kelenjar Getah Bening


Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran

Dada
Bentuk : Simetris, tidak ada pelebaran sela iga
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
Buah dada : Bentuk dada kanan dan kiri simetris, tidak tampak pembuluh
darah, kulit bersih, tidak ada retraksi puting
Paru-paru
Depan Belakang
Inspeksi Retraksi (-) Retraksi (-)
Pergerakan dada simetris Pergerakan dada simetris
Palpasi Nyeri raba & tekan negatif Nyeri raba & tekan negatif
Sela iga tidak melebar Sela iga tidak melebar
Vocal fremitus (simetris) Vocal fremitus (simetris)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler Vesikuler

Jantung

Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis tidak teraba, bentuk dada normal, simetris

Batas atas: sela iga 2 garis sternalis kiri


Batas kanan: sela iga 4 garis parasternalis kanan
Perkusi
Batas kiri: sela iga 5, garis mid-clavicularis kiri

Katup mitral BJ 1> BJ 2 ,murni regular, murmur(-), gallop (-),


Katup Tricuspid BJ 1> BJ 2, regular murmur(-), gallop (-),

Auskultasi Katup Pulmonal BJ 2 > BJ 1, regular murmur(-), gallop (-),


Katup Aorta BJ 2 > BJ 1, reguler murmur(-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : perut mendatar, massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normoperistaltik
Palpasi : fundus uteri tidak teraba, sedikit teraba massa kenyal pada bagian bawah
perut, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut

PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS

Genitalia
Inspeksi : vulva uretra tampak tenang, perdarahan aktif (-)
Inspekulo : portio licin, ostium tertutup, flour albus (-), fluxus (+)
Pemeriksaan dalam : portio kenyal, oue tertutup, massa pada adneksa (-), nyeri adneksa
(-)

Ekstremitas
Luka : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Reflek patella : +

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium: 29 April 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 8,5 g/dl 12,5 – 16, 0
Leukosit 8050 /Ul 4000 – 10.500
Hematokrit 27% 37,0 – 47,0
Trombosit 480000 /Ul 182.000 – 369.000
MCH 76 80 – 96 fL
MCV 25 27 – 32 pg
MCHC 33 32 - 36 g/dl

USG
Mioma submokusa pada uterus 4,5cm x 4,4cm

V. RESUME
Pasien datang dengan rujukan dari Rumah Sakit Hermina Kemayoran dengan keluhan
keluar darah dari vagina sejak 2 minggu SMRS. Keluar darah berwarna merah tua dan bergumpal.
Dalam sehari pasien sekitar 7 kali mengganti pembalut. Pasien mengaku lamanya haid 6 hari.
Pasien mengeluh nyeri pinggang. Riwayat menstruasi pasien tidak teratur. Pasien mengeluh siklus
menstruasi sering memanjang >30 hari. Pasien memiliki riwayat penggunaan pil KB rutin selama
8 tahun. pasien memiliki riwayat kuretase 1 bulan SMRS.
Pada pemeriksaan fisik umum tidak didapatkan adanya kelainan, dengan kesadaran compos
mentis, tekanan darah 125/85 mmHg, frekuensi nadi 82 x/menit, frekuensi nafas 20x/menit,
suhu 36,6o C. Pemeriksaan Ginekologis pada inspeksi didapatkan vulva uretra tampak tenang,
tidak terdapat perdarahan aktif. Pada inspekuko didapatkan portio licin. Pemeriksaan generalis
dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan jumlah Hemoglobin: 8,5 g/dL
Hematokrit 27 %, Leukosit 8.050/uL, Trombosit 480.000 /uL.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Abnormal Uterine Bleeding et causa Mioma uteri

VII. PENATALAKSANAAN
 Observasi keadaan umum, TTV dan pendarahan
 Transfusi PRC 500 ml (target Hb > 10 gr/dl)
 Ketorolac 3 x 1 amp
 Asam Tranexamat 2x500 mg

VIII. PROGNOSIS
ad vitam : dubia ad bonam
ad functionam : dubia ad bonam
ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal 1 Mei 2019
S : Nyeri luka operasi (+), tidak ada keluhan mual maupun muntah, tidak terdapat perdarahan
pasien belum BAB, flatus (-), mobilisasi (+)
O : KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 130 / 80 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 83 x/menit T : 36,5°C
Status Generalis : Conjungtiva anemis -/- , dalam batas normal
Status Ginekologis : Inspeksi vulva, uretra tenang, rembes (-), perdarahan aktif (-)
A: POD I post HTSOB atas indikasi mioma uteri
P: - Ketorolac 3 x 1 amp
- Ceftiaxone 1x2 gr
- Foley catheter 1x24 jam

Tanggal 2 Mei 2019


S : Nyeri luka operasi (+), tidak ada keluhan mual maupun muntah, tidak terdapat perdarahan
pasien belum BAB, flatus (+), mobilisasi (+)
O : KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 130 / 70 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 78 x/menit T : 36,3°C
Status Generalis : Conjungtiva anemis -/- , dalam batas normal
Status Ginekologis : Inspeksi vulva, uretra tenang, rembes (-), perdarahan aktif (-)
A: POD II post HTSOB atas indikasi mioma uteri
P: - Asam Mefenamat 3x500 mg
- Bactesin 2x37,5 mg
- Foley kateter 1 x 24 jam
Tanggal 3 Mei 2019
S : Nyeri luka operasi (+), tidak ada keluhan mual maupun muntah, tidak terdapat perdarahan
pasien sudah dapat BAB, flatus (+), mobilisasi (+)
O : KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 130 / 80 mmHg RR: 19x/menit
HR : 81 x/menit T : 36,7°C
Status Generalis : Conjungtiva anemis -/- , dalam batas normal
Status Ginekologis : Inspeksi vulva, uretra tenang, rembes (-), perdarahan aktif (-)
A: POD III post HTSOB atas indikasi mioma uteri
P: - Asam Mefenamat 3x500 mg
- Bactesin 2x37,5mg
- Aff kateter
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos yang ditemukan
pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari sel- sel jaringan otot polos,
jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri berbentuk padat karena jaringan ikat dan
otot rahimnya lebih dominan. Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding
licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa
permukaan luarnya adalah kapsul.

Epidemiologi

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim.
Mioma uteri terjadi pada 20% -25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak
diketahui secara pasti. Insidensnya 3 - 9 kali lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan
dengan ras kulit putih. Selama 5 dekade terakhir, ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada
ras kulit berwarna.1

Etiologi

Etiologi pasti penyebab mioma uteri belum diketahui, dan diduga merupakan penyakit
multiaktorial. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri,
yaitu:9
Pengaruh Hormonal
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteriakan mengecil pada saat menopause
dan pada pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi
ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase sekretorik, siklus menstruasi dan kehamilan,
jumlah reseptor estrogen di miometrium normal berkurang. Pada mioma reseptor estrogen dapat
ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan selama
kehamilan.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium. Pada mioma reseptor ditemukan sepanjang
siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan mioma dengan dua cara yaitu: Mengaktifkan 17-Beta
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada mioma.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa, terlihat pada periode ini memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara hormon pertumbuhan dan estrogen.

Faktor Predisposisi

a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu mendekati
angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia menopause
hampir tidak pernah ditemukan. Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan
meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause. Pada wanita menopause
mioma uteri ditemukan sebesar 10%.9

b. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai
2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.9

c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan
dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak.
Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan
hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.9
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya perkembangan
mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali hamil. Statistik
menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya
hamil satu kali.9

e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan ditemukan
sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena
tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua
keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga
mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesteron lebih dominan.9

Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan
sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi, dan hanya bermanifestasi
selama usia reproduktif. Umumnya mioma terjadi di beberapa tempat. Pertumbuhan mikroskopik
menjadi masalah utama dalam penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan tampak secara
makroskopik yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata tumor ini
adalah 15 cm, tetapi cukup banyak yang melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45
kg (100 lbs).1

Walaupun seringkali asimtomatik, gejala yang mungkin ditimbulkan sangat bervariasi,


seperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas. Perdarahan hebat yang disebabkan oleh
mioma merupakan indikasi utama histerektomi di Amerika Serikat. Yang menyulitkan adalah
anggapan klasik bahwa mioma adalah asimtomatik karena hal ini seringkali meyebabkan gejala
yang ditimbulkan dari organ sekitarnya (tuba, ovarium, atau usus) menjadi terabaikan. Masalah
lain terkait dengan asimtomatik mioma adalah mengabaikan pemeriksaan lanjutan dari spesimen
hasil enukleasi atau histerektomi sehingga miosarkoma menjadi tidak dikenali.1

Tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi penyebab mioma.
Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor pertumbuhan miomatosa. Konsentrasi
reseptor estrogen dalam jaringan mioma memang lebih tinggi dibandingkan dengan miometrium
sekitarnya tetapi lebih rendah dibandingkan dengan di endometrium.1

Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar estrogen dan mengecil atau
menghilang setelah menopause. Walaupun progesteron dianggap sebagai penyeimbang esrrogen
tetapi efeknya rcrhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten. Walaupun mioma tidak
mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi jaringannya dengan sangat mudah dibebaskan dari
miometrium sekitarnya sehingga mudah dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif
bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar
sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul.1

Klasifikasi

Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat berdasarkan lokasinya:1

1. Mioma submukosa menempati lapisan di bawah endometrium dan menonjol ke dalam


(kavum uteri). Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas permukaan endometrium
menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler. Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang
sehingga dapat keluar melalui ostium serviks. Yang harus diperhatikan dalam menangani
mioma bertangkai adalah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko
infeksi sangatlah tinggi.
2. Mioma intramural atau insterstisiel adalah mioma yang berkembang di antara miometrium.
3. Mioma subserosa adalah miomayang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan dapat
bertumbuh ke arahfuar dan juga bertangkai. Mioma subserosa juga dapat menjadi parasit
omentum atau usus untuk vaskuiarisasi tambahan bagi pertumbuhannya.

Degenerasi

Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhantrya, maka mioma dapat mengalami
perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut:
Degenerasi Jinak

- Atrofi: ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah persalinan atau
menopause.1

- Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang di mana bagian yang semula aktif tumbuh
kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi
kekuningan, melunak atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya
degenerasi hialin. 1

- Kistik setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairnya gelatin
sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada
bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum
peritoneum, atau retroperitoneum. 1

- Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai mioma


subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan
pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor. 1

- Septik defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis di bagian tengah
tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut, dan
demam akut. 1

- Kaneus: disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh trombosis yang dikuti
dengan terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan
warna mioma. Degenerasi jenis ini, seringkali terjadi bersamaan dengan kehamilan
karena kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih diprioritaskan
sehingga mioma mengalami defisit pasokan dan terjadi degenerasi asepdk dan infark.
Degenerasi ini disertai rasa nyeri tetapi akan menghilang sendiri (self limited). Terhadap
kehamilannya sendiri, dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi diseminata
intravaskuler. 1
- Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak yangterjadi setelah proses degenerasi
hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimtomatik. 1

Degenerasi Ganas

- Transformasi ke arah keganasan (menjadi miosarkoma) terjadi pada 0,1% - 0,5%


penderita mioma uteri. 1

Manifestasi klinis

Gejala klinik hanya terjadi pada 35% - 50% penderita mioma. Hampir sebagian besar
penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya, terutama sekali pada
penderita dengan obesitas. Keluhan penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma
yang diderita. Berbagai keluhan penderita dapat berupa:1

Perdarahan Abnormal Uterus

Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi pada
30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan
bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan
suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh
hambatan pasokan darah endometrium, tekanan, dan bendungan pembuluh darah di area
tumor (terutama vena) atau ulserasi endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai
seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan
infeksi (vagina dan kaurm uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks).
Dismenorea dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal
miometrium.1

Nyeri

Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian
terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi akibat
oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya
untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi
bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi merah yang mengiritasi selaput
peritoneum (seperti peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan rektum sehingga
menimbulkan sensasi untuk mengedan. Nyeri pinggang dapat terladi pada penderita mioma
yang menekan persyarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.1

Efek Penekanan

Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah


mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma. Mioma intramural
sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat
menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan
strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal,
perdarahan, dispareunia, dan infertilitas.1

Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih
dan rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras
saluran cerna, rontgen, dan MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan
langsung mioma terhadap kavum uteri.1

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan
uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang- kadang menghasilkan eritropoetin
yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia
dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang
menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan
eritropoietin ginjal.10

b. Imaging

1) USG ( Ultrasonografi )
Untuk menghindari kesalahan sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG pada wanita dengan
gangguan perdarahan atau dengan nyeri perut bawah yang hebat. Pemeriksaan transvaginal
sonography dapat dilakukan untuk lebih memastikan gambaran uterus fibroid. Untuk lebih
memperjelas pemeriksaan terhadap dinding dalam uterus dapat dilakukan dengan
sonohisterography yaitu dengan mengisi cavum uteri dengan larutan salin selama pemeriksaan.
Uterus fibroid ini biasa didiagnosa banding dengan adenomiosis. Pada adenomiosis akan
menginfiltrasi lapisan dinding uterus yang akan menyebabkan dinding uterus menebal dan terjadi
pembesaran uterus. Dari pemeriksaan USG akan tampak sebagai penebalan dinding uterus yang
homogen, sementara fibroid dilihat sebagai area bula dengan batas tegas. Adenomiosis
merupakan proses yang difus sehingga biasanya pengelolaan dilakukan histerektomi.10

2) Histeroskopi
Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma kecil
serta bertangkai. dapat diangkat.10

3) MRI (Magnetic Resonance Imaging)


MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah dan ukuran mioma tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan
dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi
dengan jelas, termasuk mioma.10

Tatalaksana

Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi reproduksi,


keadaan umum, dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien sangat buruk, lakukan upaya
perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi, suplementasi zat esensial, ataupun transfusi. Pada
keadaan gawat darsrat akibat infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat
darurat untuk menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah terkait dengan mioma uteri adalah
miomektomi atau histerektomi.1 Secara umum penatalaksanaan mioma uteridibagi atas 2 metode :

1. Terapi medisinal (hormonal) Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing


Hormon (GnRH) agonis memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis
yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi
ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari suatu
penelitian multisenter didapati data pada pemberian GnRH agonis selama 6 bulan pada
pasien dengan mioma uteri didapati adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%. Efek
maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya
tidak terjadi pengurangan volume mioma secara bermakna. Pemberian GnRH agonis
sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor
sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti
kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang
abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran dari mioma.2

2. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun
histerektomi. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan
American Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien
dengan mioma uteri adalah :3
1.Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
2. Sangkaan adanya keganasan.
3.Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.
5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
7. Anemia akibat perdarahan. 3,4,5

Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan
untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma. Tindakan miomektomi
dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi. 5,6
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan
untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma. Tindakan miomektomi
dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi. 5,6
Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma dari
uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas
sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi
dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi
perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien. Disamping
itu masa penyembuhan paska operasi juga lebih lama, sekitar 4 – 6 minggu. 4,6 Miomektomi juga
dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang bertangkai diluar kavum uteri
dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma subserosum yang terletak didaerah
permukaan uterus juga dapat diangkat secara laparoskopi. Tindakan laparoskopi dilakukan dengan
ahlibedah memasukkan alat laparoskop kedalam abdomen melalui insisi yang kecil pada dinding
abdomen. Keunggulan laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi yang lebih cepat
antara 2 – 7 hari. 6

Histerektomi
Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Tindakan
histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan
menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar
usia kehamilan 12 – 14 minggu.7
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal
histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Pemilihan jenis pembedahan
ini memerlukan keahlian seorang ahli bedah yang bertujuan untuk kepentingan pasien. Masing-
masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Subtotal abdominal
histerektomi dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang
banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih, rektum. Pada TAH, jaringan granulasi yang
timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan paska
operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.8
Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur operasi
ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin
timbul pada usus dapat diminimalisasi. Oleh karena pendekatan operasi tidak melalui dinding
abdomen, maka pada histerektomi vaginal tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan
pasien dari segi kosmetik.8
Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga lebih minimal. Masa
penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi vaginal lebih cepat dibanding yang
menjalani histerektomi abdominal. 8

Komplikasi
a. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma,
serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.8
b. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi
terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi, hal ini harus dibedakan dengan suatu keadaan
di mana terdapat banyak mioma dalam rongga peritoneum. Massa mioma dapat mengalami
nekrosis dan infeksi yang diperkirakan kerana gangguan sirkulasi darah sekitarnya, misalnya
terjadi pada mioma yang keluar dari kavum uteri menuju rongga vagina dapat menimbulkan
metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari
uterus sendiri.8
c. Komplikasi lain
Anemia akibat perdarahan, perlekatan pasca miomektomi, dan dapat terjadinya ruptur uteri.8
KESIMPULAN

Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos yang ditemukan
pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari sel- sel jaringan otot polos,
jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Penyebab mioma uteri dapat dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu hormonal, genetik, dan faktor lingkungan sosial seperti usia, paritas, gizi, dan kehamilan.
Adanya mioma uteri tidak menimbulkan gejala yang spesifik karena gejala muncul berdasarkan
letak, ukuran, dan kecepatan tumbuh dari massa miom. Gejala yang umum adalah adanya
perdarahan uterus abnormal yang dapat menimbulkan anemia. Selain itu gejala yang dapat
ditimbukan yaitu nyeri pinggang, infertilitas,dan dapat terjadi penekanan. Diantara terapi
hormonal dan terapi pembedahan, terapi mioma uteri yang terbaik adalah pembedahan, yakni
melakukan histerektomi. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu dapat berdegenerasi menjadi ganas,
dapat terjadi torsi, dan dapat terjadi anemia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar M, Baziad A, Prabowo P. Ilmu kandungan. Ed.3. Jakarta : PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo ; 2011. h. 274-9.
2. Baziad A. Endokrinologi ginekologi. Edisi kedua. Media Aesculapius, Jakarta, 2003. p:
151 – 57.
3. Hurst BS, Matthews ML, Marshburn PB. Laparoscopic myomectomy for symptomatic
uterine myomas. Fertil Steril 2005;83(1): 1 – 22.
4. Thompson JD, Rock JA. Leiomyomata uteri and myomectomy. In: Te Linde’s Operative
Gynecology, Rock JA, Thompson JD, editors. Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia,
1997. p: 731 – 70.
5. Namnoum AB, Murphy AA. Diagnostic and operative laparoscopy. In: Te Linde’s
Operative Gynecology, Rock JA, Thompson JD, editors. Lippincott-Raven Publishers,
Philadelphia, 1997. p: 389 – 413.
6. Falcone T. Bedaiwy MA. Minimally invasive management of uterine fibroids. Curr Opin
Obstet Gynecol 2002;14:401 – 07.
7. Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Te Linde’s Operative Gynecology, Rock JA,
Thompson JD, editors. Lippincott- Raven Publishers, Philadelphia, 1997. p: 771 -854.
8. American Society for Reproductive Medicine. Uterine fibroids: A guide for patients.
Available at: http://www.asrm. org
9. Parker WH. 2007. Etiology, Syptomatology and Diagnosis of Uterin Myomas.87: 725-
733.
10. Goodwin, S dan Spies, T. 2009. Uterin fibroid embolization. 361: 690-697.

Anda mungkin juga menyukai