Tanda Tangan
Nama : Andreas Anindito Hermawan
NIM : 112017158
………………………
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 1 hari smrs.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 8 jam SMRS. Pasien mengeluh
perut terasa kencang dan tegang selama semalaman tanpa keluhan berhenti. Sakit
perut tidak dirasakan menjalar sampai pinggang. Pasien belum meminum obat apapun
selama keluhan.
Keluhan sakit perut ini disertai dengan keluarnya air dari kemaluannya sejak 8
jam SMRS. Pasien mengaku air yang keluar dari kemaluannya berwarna jernih, tidak
berbau. Keluarnya darah dari kemaluan disangkal oleh pasien. Keluhan pusing
maupun nyeri kepala disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengeluh mual, muntah dan
mulas. BAB dan BAK lancar dan baik. Keluhan demam, batuk, pilek maupun sesak
nafas dan nyeri dada disangkal oleh pasien.
Usia kehamilan pasien sudah mencapai 38 minggu. Pasien mengaku sering
mengontrol kehamilannya di puskesmas, rumah sakit maupun bidan swasta yang
terdekat dari rumahnya. Pasien mengaku tidak ada keluhan selama kehamilan. Dari
hasil kontrol kehamilan pada kehamilan 32 minggu tampak letak janin sungsang dari
hasil USG. Gerakan janin sudah dirasakan sejak usia kehamilan 20 minggu. Pasien
mengaku merakan gerakan bayinya di sekitar pusar.
Pasien mengaku tidak melakukan aktivitas ataupun pekerjaan berat dan
memiliki waktu istirahat yang cukup selama kehamilan. Pasien tidak ada riwayat
mengkonsumsi obat-obatan, merokok maupun konsumsi alkohol. Pasien menyangkal
pernah menderita hipertensi, dan kencing manis selama kehamilan.
3. Riwayat Haid
Pasien mengaku pertama kali haid berusia 14 Tahun. Siklus haid teratur 28
hari, selama 5 hari setiap bulannya. Pasien tidak merasakan kesakitan setiap kali haid.
Hari Pertama Haid Terakhir pasien adalah tanggal 17 Mei 2018.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah sebanyak 1 kali. Dengan usia pernikahan sudah 1 tahun.
5. Riwayat Obstetri
Kehamilan kali ini merupakan kehamilan pertama. Tidak ada komplikasi
dalam kehamilan. Pasien kontrol kehamilan pertama kali di dokter terdekat pada
kehamilan 10 minggu. Kontrol kedua di dokter dekat dengan tempat tinggal pasien
pada usia kehamilan 14 minggu. Dan kontrol ketiga pada usia kehamilan 32 minggu.
6. Riwayat Pemakaian KB
Pasien tidak memakai pil KB maupun alat kontrasepsi lainnya.
8. Riwayat Keluarga
Hubungan Umur Jenis Keadaan Penyebab
(thn) Kelamin Kesehatan Meninggal
Kakek (dari Ayah) - L Meninggal -
Ayah 52 L Sehat -
Ibu 48 P Sehat -
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,7oC
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 84 kg
Kulit : warna kuning langsat, tidak ada sianosis
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
Mata : Konjungtiva normal
Sklera putih
Mulut / gigi : Tidak terdapat caries dentis
Leher : Tidak terdapat pembengkakan
Dada : Bentuk normal, simetris, tidak tampak adanya retraksi maupun
pelebaran sela iga.
Jantung : BJ I & BJ II Normal, regular, (-) murmur, (-) gallop
Paru-paru : Pergerakan dada simetris.
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Vesikuler pada seluruh lapang paru
Sensibilitas : Normal
Aspek Psikis : Tampak tenang
2. Pemeriksaan Payudara
Payudara tampak simetris. Putting susu menonjol dan tidak ada cairan yang keluar.
Tampak hiperpigmentasi areola mammae. Kebersihan pada payudara cukup.
3. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit.
Tidak tampak luka bekas operasi laparoskopi.
Tampak striae gravidarum dan linea nigra.
Palpasi :
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 27 cm, teraba bagian bulat, melenting, ballottement
(+), Tafsiran Berat Janin = (27 cm - 13) x 155 = 2170gr
Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba bagian
terkecil di sebelah kanan.
Leopold III : teraba bulat, lembek, dan tidak melenting.
Leopold IV : bokong belum masuk PAP
Auskultasi: DJJ: 135x/menit
4. Pemeriksaan Ginekologik
Inspeksi : Tidak ada cairan keluar pervaginam
Tidak ada lesi maupun massa
Perineum utuh, tidak ada bekas jahitan
Dengan Spekulum : Vagina tidak ada kelainan
Hymen robek
Cavum douglasi tidak menonjol
Pemeriksaan VT : Serviks tampak pembukaan 1 cm
Bagian bawah janin bokong, hodge I teraba sacrum
Pemeriksaan Lakmus : Kertas lakmus merah berubah menjadi biru
Pemeriksaan Penunjang
Tgl 3/9/18
USG: Jth/DJJ(+)/CRL: 8.8cm/GA: 14W5D/EDD:27-
02-2019
Tgl 3/2/19
USG: Jth/DJJ (+)/BPD: 8.32 cm/AC: 29.18 cm/FL:
6.87 cm/TBJ: 2347gr/ GA: 33 W 6D.
Laboratorium rutin
Hematologi
Hema I
Hb : 11,8 g/dL
Ht : 34,4 %
Eritrosit : 3,80 juta/uL
Leukosit : 10.000/mm3
Trombosit : 336.000/mm3
Golongan Darah
Golongan Darah : O
Rhesus : Positif
Hemostasis
Masa perdarahan : 2 menit
PT
Pasien : 12 detik
Kontrol : 13 detik
INR : 0,78
APTT
Pasien : 32.5 detik
Kontrol : 30.3 detik
Kimia Klinik
Gula darah
GDS : 113 mg/dL
RINGKASAN
Pasien merasakan sakit perut sejak 8 jam smrs disertai dengan keluar cairan jernih,
tidak berbau, tanpa disertai dengan darah dan lendir. Pasien juga mengeluh perut terasa
kencang dirasakan diseluruh lapang perut tanpa adanya penyebaran ke daerah lainnya.
Pusing, mual, muntah dan rasa mulas disangkal oleh pasien. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan:
Inspeksi : Perut tampak membuncit.
Tidak tampak luka bekas operasi laparoskopi.
Tampak striae gravidarum dan linea nigra.
Palpasi :
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 27 cm, teraba bagian bulat, melenting,
ballottement (+), Tafsiran Berat Janin = (27 cm - 13) x 155 = 2170gr
Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba
bagian terkecil di sebelah kanan.
Leopold III : teraba bulat, keras, dan tidak melenting.
Leopold IV : bokong sudah masuk PAP
Auskultasi: DJJ: 135x/menit
Dari hasil pemeriksaan ginekologi didapatkan:
Inspeksi : Tidak ada cairan keluar pervaginam
Tidak ada lesi maupun massa
Perineum utuh, tidak ada bekas jahitan
Dengan Spekulum : Vagina tidak ada kelainan
Hymen robek
Cavum douglasi tidak menonjol
Pemeriksaan VT : Serviks tampak pembukaan 1 cm
Bagian bawah janin bokong, hodge I+ teraba sacrum
Pemeriksaan Lakmus : Kertas lakmus merah berubah menjadi biru
DIAGNOSIS KERJA
- G1P0A0 hamil 38 minggu, janin tunggal hidup intra uterin, KPD + letak sungsang.
Dasar Diagnosis
Keluhan sakit perut ini disertai dengan keluarnya air dari kemaluannya sejak 8
jam SMRS. Pasien mengaku air yang keluar dari kemaluannya berwarna jernih,
tidak berbau. Keluarnya darah dari kemaluan disangkal oleh pasien. Pemeriksaan
Fisik Leopold didapatkan:
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 27 cm, teraba bagian bulat, melenting,
ballottement (+), Tafsiran Berat Janin = (27 cm - 13) x 155 = 2170gr
Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba
bagian terkecil di sebelah kanan.
Leopold III : teraba bulat, keras, dan tidak melenting.
Leopold IV : bokong belum masuk PAP
Pada pemeriksaan hasil laboratorium tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan Lakmus : Kertas lakmus merah berubah menjadi biru
RENCANA PERMULAAN
Rencana Diagnostik : SC
Rencana Terapi : Rawat Inap (Evaluasi)
IVFD RL+ Bricasma 3 amp
Konservatif:
- Pematangan paru Dexamethasone 2 x 6 mg IV (2 hari)
- Tokolitik Nifedipin 4 x 10 mg, Profenid 3 x 100 mg
Cefotaxime 1gr extra
Puasa Pro SC
PROGNOSIS
Power : bonam
Passage : bonam
Passanger : bonam
Ketuban pecah dini ( KPD) atau spontaneus/ early/ premature rupture of the membrane
(PROM) mempunyai bermacam-macam batasan/ teori/ definisi. Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum proses persalinan yang dapat terjadi pada kehamilan preterm dan
pada kehamilan aterm. Ketuban pecah dini preterm adalah ketuban yang pecah sebelum
kehamilan 37 minggu dan tidak sedang dalam masa persalinan.1 Ada teori yang menghitung
berapa jam sebelum in partu, dan ada juga yang menyatakan dalam ukuran pecahnya ketuban
sebelum inpartu , yaitu bila pembukaan serviks pada kala I kurang dari 2 cm pada primipara
dan pada multipara kurang dari 5 cm. Namun pada prinsipnya adalah ketuban yang pecah
sebelum waktunya.3
Etiologi
Penyebab PRM belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Kemungkinan
faktor predisposisi adalah:3
1. Infeksi langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau infeksi pada
cairan ketuban bisa menyebabkan PRM.3
2. Selaput ketuban lemah, serviks inkompeten, kanalis sevikalis yang selalu terbuka karena
kelainan serviks uteri (bekas persalinan, kuretase) disebut PRM spontan.3
3. Tekanan intrauterin yang meningkat berlebihan (overdistensi uterus) misalnya tumor,
hidramnion, dan gemeli.3
4. Trauma didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis
menyebabkan PRM karena biasanya disertai infeksi.3
5. Kelainan letak, misal lintang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.3
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan
antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan Chlamydia trachomatis dan
Neischeria gonorhoe.3
7. Faktor lain yaitu:3
a. Faktor disproporsi antara kepala janin dan panggul ibu.
b. Faktor multigraviditas, merokok, dan perdarahan antepartum
c. Defisiensi gizi dari tembaga (Cu) dan vitamin C.
Membran korioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Jika jaringan ini dipacu
oleh persalinan atau infeksi, jaringan akan menipis dan rentan pecah disebabkan aktivitas
enzim kolagenolitik. Infeksi merupakan faktor yang berperan pada persalinan preterm dengan
PRM. Grup B Streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis
Bacteroides fragilis, Lactobacilli, dan Staphylococcus epidermidis adalah bakteri yang sering
ditemukan di cairan ketuban pada preterm. Bakteri tersebut melepaskan mediator inflamasi
yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan
serviks serta pecahnya selaput ketuban.3
Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan
berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh.4
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah
menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.4
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Ini berhubungan dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan
janin. Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia selaput ketuban. Pecah ketuban pada
kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. PRM pada kehamilan prematur disebabkan faktor
eksternal (infeksi dari vagina). Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada hidramnion,
inkompeten serviks, dan solusio plasenta.4
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Diagnosis PRM didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Dari
anamnesis 90% dapat mendiagnosis PRM. Pengeluaran urin dan cairan vagina yang banyak
dapat disalahartikan sebagai PRM. Pemeriksaan fisik kondisi ibu dan janinnya. Tentukan ada
tidak infeksi. Tanda infeksi jika suhu ibu ≥ 38 °C. Janin yang takikardi mungkin mengalami
infeksi intrauterin.6,7
Pemeriksaan inspekulo steril merupakan langkah pemeriksaan pertama kecurigaan
PRM. Pemeriksaan dengan spekulum pada PRM akan tampak keluar cairan dari orifisium
uteri eksternum (OUE) jika belum keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk,
mengejan, manuver valsava, atau bagian terendah digoyang, akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior. Cairan dari vagina perlu diperiksa warna,
bau, dan PH-nya. Air ketuban yang keruh dan berbau menunjukkan adanya proses infeksi.6,7
Tentukan juga tanda-tanda in partu. Tentukan adanya kontraksi teratur. Mengenai
pemeriksaan vaginal toucher perlu dipertimbangkan. Periksa dalam dilakukan jika akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik dan
dibatasi sedikit mungkin. Pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan
tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.6,7
Pemeriksaan penunjang diagnosis antara lain:7
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes lakmus (tes nitrazin): jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis) karena pH air ketuban 7-7,5 sedangkan
sekret vagina ibu hamil pH nya 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap
berwarna kuning. Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif
palsu.7
b. Mikroskopik (tes fern/ pakis): teteskan air ketuban di gelas objek, biarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.7
c. Tes LEA (leukosit esterase): untuk menentukan terjadi infeksi atau tidak. Infeksi
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ibu (≥ 38 °C), air ketuban keruh dan bau,
serta tes LEA menunjukkan leukosit darah > 15.000 / mm.7
2. Amniosintesis : dengan mengambil cairan ketuban untuk mengetahui kelainan kongenital
pada janin, maturitas paru, dan penyakit hemolitik.7
3. Pemeriksaan ultrasonografi : untuk melihat kehamilan gemeli, anomali janin, jumlah
cairan ketuban dalam kavum uteri, dan konfirmasi usia kehamilan. Pada kasus PRM
terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.7
4. Peningkatan protein C-reaktif serum adalah peringatan adanya korioamnionitis.7
Komplikasi
1. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung
umur kehamilan. Pada hamil aterm, 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Kehamilan < 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.8
2. Hipoksia dan asfiksia
Terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau
hipoksia, semakin sedikit air ketuban janin maka semakin gawat.8
3. Infeksi
Ketuban yang utuh merupakan barier masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak
adanya selaput ketuban (PRM), flora vagina normal bisa menjadi patogen yang
membahayakan ibu atau janin. Morbiditas dan mortalitas neonatal meningkat dengan
makin rendahnya umur kehamilan.8
Komplikasi pada ibu adalah terjadinya risiko infeksi (korioamnionitis). Umumnya
korioamnionitis terjadi sebelum janin terinfeksi. Pemeriksaan histologis cairan ketuban
50% wanita yang lahir prematur didapatkan korioamnionitis (infeksi saluran ketuban)
tetapi ibu tidak memiliki keluhan klinis. Pada preterm PRM korioamnionitis lebih sering
daripada aterm. Insiden infeksi sekunder pada PRM meningkat sebanding dengan lama
periode laten.8
Infeksi janin dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis, infeksi traktus
urinarius, dan infeksi lokal misalnya konjungtivitis.8
4. Sindroma deformitas janin
Ketuban pecah terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmoner.8
Letak Sungsang
Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Tipe letak sungsang yaitu:
Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai
atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai
atas ekstensi, presentasi kaki.9,10
Epidemiologi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal.
Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi
bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-
4% dari seluruh kehamilan. 9-11 Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian
persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256
persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang. Sedangkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan
persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.11
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi daripada
presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi
bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia, trauma
persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada
presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.9-14
Etiologi
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.15
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang.15
Diagnosis
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian atas
dan gerakan lebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum
bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah
ada yang sungsang.15
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I
difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung
disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.15
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau
air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus
dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu
jari vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga
kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat
membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus
mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba
tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk
segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong
kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi
bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling
akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi.15
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M R I
( M a g n e t i c R e s o n a n c e I m a g i n g ) . Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk
konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta,
menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk
menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan
adanya kelainan bawaan anak.13
Klasifikasi
1. Presentasi bokong murni (frank breech): bokong menjadi bagian depan sedangkan kedua
tungkai lurus ke atas.13
2. Presentasi bokong kaki (complete breech): di samping bokong teraba kaki. Disebut letak
bokong kaki sempurna atau tidak sempurna jika di samping bokong teraba kedua kaki
atau satu kaki saja.13
3. Presentasi lutut atau kaki (incomplete breech / footling): tergantung pada teraba kedua
kaki atau teraba satu kaki disebut letak kaki sempurna dan letak kaki atau lutut tidak
sempurna. Janin dengan presentasi kaki dan variannya direkomendasikan untuk tidak
dilakukan percobaan persalinan per vaginam.13
Tatalaksana
Jenis Persalinan
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros telah
membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan
pervaginam atau perabdominal. Jika nilai kurang atau sama dengan 3 dilakukan persalinan
perabdominal, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan
janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam, jika nilai lebih dari 5 dilahirkan
pervaginam.16
ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis letak
sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi dan taksiran
berat janin 2500-3600 gram serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan diperbolehkan
pada janin letak sungsang.16
Persalinan pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan
penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna
(complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak
terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.16
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:16
Persalinan bokong16
1. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.16
2. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.16
3. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.16
4. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.16
5. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan trokanter
depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.16
6. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.16
7. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.16
Persalinan bahu16
1. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.16
2. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.16
3. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan
bertindak sebagai hipomoklion.16
4. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.16
5. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga
seluruh bahu janin lahir.16
6. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.16
7. Bahu melakukan putaran paksi dalam.16
Persalinan kepala janin16
1. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi dagu
berada dibagian posterior.16
2. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan oleh
simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput sebagai
hipomiklion.16
3. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya.16
4. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi dapat
lahir.16
5. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan
mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa.
Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.16
Komplikasi 17
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi Medan dan RS Hasan
Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan
16,8%. Eastmen melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian
perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan
lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit
umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin bernafas
sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat
menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal
ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,
tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.17
Daftar Pustaka