Anda di halaman 1dari 31

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : 21 Januari 2019
SMF ILMU KEBIDANAN
RUMAH SAKIT : RSUD Cengkareng

Tanda Tangan
Nama : Andreas Anindito Hermawan
NIM : 112017158
………………………

Dokter Pembimbing : dr. Prahadi Rahardjo, Sp.OG


………………………

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SS Nama : Tn. N


Umur : 23 Tahun Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi Suku Bangsa : Betawi
Alamat : Jakarta Barat, DKI Jakarta Alamat : Jakarta Barat, DKI Jakarta

Status Obstetri : G1P0A0 dengan usia kehamilan 38 minggu

ANAMNESIS

1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 1 hari smrs.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan sakit perut sejak 8 jam SMRS. Pasien mengeluh
perut terasa kencang dan tegang selama semalaman tanpa keluhan berhenti. Sakit
perut tidak dirasakan menjalar sampai pinggang. Pasien belum meminum obat apapun
selama keluhan.
Keluhan sakit perut ini disertai dengan keluarnya air dari kemaluannya sejak 8
jam SMRS. Pasien mengaku air yang keluar dari kemaluannya berwarna jernih, tidak
berbau. Keluarnya darah dari kemaluan disangkal oleh pasien. Keluhan pusing
maupun nyeri kepala disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengeluh mual, muntah dan
mulas. BAB dan BAK lancar dan baik. Keluhan demam, batuk, pilek maupun sesak
nafas dan nyeri dada disangkal oleh pasien.
Usia kehamilan pasien sudah mencapai 38 minggu. Pasien mengaku sering
mengontrol kehamilannya di puskesmas, rumah sakit maupun bidan swasta yang
terdekat dari rumahnya. Pasien mengaku tidak ada keluhan selama kehamilan. Dari
hasil kontrol kehamilan pada kehamilan 32 minggu tampak letak janin sungsang dari
hasil USG. Gerakan janin sudah dirasakan sejak usia kehamilan 20 minggu. Pasien
mengaku merakan gerakan bayinya di sekitar pusar.
Pasien mengaku tidak melakukan aktivitas ataupun pekerjaan berat dan
memiliki waktu istirahat yang cukup selama kehamilan. Pasien tidak ada riwayat
mengkonsumsi obat-obatan, merokok maupun konsumsi alkohol. Pasien menyangkal
pernah menderita hipertensi, dan kencing manis selama kehamilan.

3. Riwayat Haid
Pasien mengaku pertama kali haid berusia 14 Tahun. Siklus haid teratur 28
hari, selama 5 hari setiap bulannya. Pasien tidak merasakan kesakitan setiap kali haid.
Hari Pertama Haid Terakhir pasien adalah tanggal 17 Mei 2018.

4. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah sebanyak 1 kali. Dengan usia pernikahan sudah 1 tahun.

5. Riwayat Obstetri
Kehamilan kali ini merupakan kehamilan pertama. Tidak ada komplikasi
dalam kehamilan. Pasien kontrol kehamilan pertama kali di dokter terdekat pada
kehamilan 10 minggu. Kontrol kedua di dokter dekat dengan tempat tinggal pasien
pada usia kehamilan 14 minggu. Dan kontrol ketiga pada usia kehamilan 32 minggu.

6. Riwayat Pemakaian KB
Pasien tidak memakai pil KB maupun alat kontrasepsi lainnya.

7. Riwayat Penyakit Dahulu


(-) Cacar (-) Disentri (-) Peny. Prostat
(-) Cacar air (-) Hepatitis (-) Wasir
(-) Difteri (-) Tifus abdominalis (-) Diabetes
(-) Batuk rejan (-) Skrofula (-) Alergi
(-) Campak (-) Sifilis (-) Tumor
(-) Influensa (-) Gonore (-) Peny. Pembuluh
(-) Tonsilitis (-) Hipertensi (-) Perdarahan otak
(-) Chorea (-) Ulkus ventrikuli (-) Psikosis
(-) Demam rematik akut (-) Ulkus Duodeni (-) Neurosis
(-) Pneumonia (-) Gastritis Lain-lain:
(-) Pleuritis (-) Batu empedu (-) Operasi
(-) Tuberkulosis (-) Batu sal. Kemih (-) Kecelakaan
(-) Malaria (-) Hernia

8. Riwayat Keluarga
Hubungan Umur Jenis Keadaan Penyebab
(thn) Kelamin Kesehatan Meninggal
Kakek (dari Ayah) - L Meninggal -

Kakek (dari Ibu) - L Meninggal -

Nenek (dari Ayah ) - P Meninggal -

Nenek (dari Ibu) - P Meninggal -

Ayah 52 L Sehat -

Ibu 48 P Sehat -

Adakah kerabat yang menderita :


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - √ -
Asma - √ -
Tuberkulosis - √ -
HIV - √ -
Hepatitis B - √ -
Hepatitis C - √ -
Hipertensi - √ -
Cacat bawaan - √ -
Lain-lain - √ -

PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,7oC
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 84 kg
Kulit : warna kuning langsat, tidak ada sianosis
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
Mata : Konjungtiva normal
Sklera putih
Mulut / gigi : Tidak terdapat caries dentis
Leher : Tidak terdapat pembengkakan
Dada : Bentuk normal, simetris, tidak tampak adanya retraksi maupun
pelebaran sela iga.
Jantung : BJ I & BJ II Normal, regular, (-) murmur, (-) gallop
Paru-paru : Pergerakan dada simetris.
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Vesikuler pada seluruh lapang paru
Sensibilitas : Normal
Aspek Psikis : Tampak tenang

2. Pemeriksaan Payudara
Payudara tampak simetris. Putting susu menonjol dan tidak ada cairan yang keluar.
Tampak hiperpigmentasi areola mammae. Kebersihan pada payudara cukup.

3. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit.
Tidak tampak luka bekas operasi laparoskopi.
Tampak striae gravidarum dan linea nigra.
Palpasi :
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 27 cm, teraba bagian bulat, melenting, ballottement
(+), Tafsiran Berat Janin = (27 cm - 13) x 155 = 2170gr
Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba bagian
terkecil di sebelah kanan.
Leopold III : teraba bulat, lembek, dan tidak melenting.
Leopold IV : bokong belum masuk PAP
Auskultasi: DJJ: 135x/menit
4. Pemeriksaan Ginekologik
Inspeksi : Tidak ada cairan keluar pervaginam
Tidak ada lesi maupun massa
Perineum utuh, tidak ada bekas jahitan
Dengan Spekulum : Vagina tidak ada kelainan
Hymen robek
Cavum douglasi tidak menonjol
Pemeriksaan VT : Serviks tampak pembukaan 1 cm
Bagian bawah janin bokong, hodge I teraba sacrum
Pemeriksaan Lakmus : Kertas lakmus merah berubah menjadi biru
Pemeriksaan Penunjang

Tgl 3/9/18
USG: Jth/DJJ(+)/CRL: 8.8cm/GA: 14W5D/EDD:27-
02-2019

Tgl 3/2/19
USG: Jth/DJJ (+)/BPD: 8.32 cm/AC: 29.18 cm/FL:
6.87 cm/TBJ: 2347gr/ GA: 33 W 6D.

Laboratorium rutin
Hematologi
Hema I
Hb : 11,8 g/dL
Ht : 34,4 %
Eritrosit : 3,80 juta/uL
Leukosit : 10.000/mm3
Trombosit : 336.000/mm3
Golongan Darah
Golongan Darah : O
Rhesus : Positif
Hemostasis
Masa perdarahan : 2 menit
PT
Pasien : 12 detik
Kontrol : 13 detik
INR : 0,78
APTT
Pasien : 32.5 detik
Kontrol : 30.3 detik
Kimia Klinik
Gula darah
GDS : 113 mg/dL

RINGKASAN
Pasien merasakan sakit perut sejak 8 jam smrs disertai dengan keluar cairan jernih,
tidak berbau, tanpa disertai dengan darah dan lendir. Pasien juga mengeluh perut terasa
kencang dirasakan diseluruh lapang perut tanpa adanya penyebaran ke daerah lainnya.
Pusing, mual, muntah dan rasa mulas disangkal oleh pasien. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan:
Inspeksi : Perut tampak membuncit.
Tidak tampak luka bekas operasi laparoskopi.
Tampak striae gravidarum dan linea nigra.
Palpasi :
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 27 cm, teraba bagian bulat, melenting,
ballottement (+), Tafsiran Berat Janin = (27 cm - 13) x 155 = 2170gr
Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba
bagian terkecil di sebelah kanan.
Leopold III : teraba bulat, keras, dan tidak melenting.
Leopold IV : bokong sudah masuk PAP
Auskultasi: DJJ: 135x/menit
Dari hasil pemeriksaan ginekologi didapatkan:
Inspeksi : Tidak ada cairan keluar pervaginam
Tidak ada lesi maupun massa
Perineum utuh, tidak ada bekas jahitan
Dengan Spekulum : Vagina tidak ada kelainan
Hymen robek
Cavum douglasi tidak menonjol
Pemeriksaan VT : Serviks tampak pembukaan 1 cm
Bagian bawah janin bokong, hodge I+ teraba sacrum
Pemeriksaan Lakmus : Kertas lakmus merah berubah menjadi biru
DIAGNOSIS KERJA
- G1P0A0 hamil 38 minggu, janin tunggal hidup intra uterin, KPD + letak sungsang.
Dasar Diagnosis
Keluhan sakit perut ini disertai dengan keluarnya air dari kemaluannya sejak 8
jam SMRS. Pasien mengaku air yang keluar dari kemaluannya berwarna jernih,
tidak berbau. Keluarnya darah dari kemaluan disangkal oleh pasien. Pemeriksaan
Fisik Leopold didapatkan:
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 27 cm, teraba bagian bulat, melenting,
ballottement (+), Tafsiran Berat Janin = (27 cm - 13) x 155 = 2170gr
Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba
bagian terkecil di sebelah kanan.
Leopold III : teraba bulat, keras, dan tidak melenting.
Leopold IV : bokong belum masuk PAP
Pada pemeriksaan hasil laboratorium tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan Lakmus : Kertas lakmus merah berubah menjadi biru

RENCANA PERMULAAN
Rencana Diagnostik : SC
Rencana Terapi : Rawat Inap (Evaluasi)
IVFD RL+ Bricasma 3 amp
Konservatif:
- Pematangan paru Dexamethasone 2 x 6 mg IV (2 hari)
- Tokolitik Nifedipin 4 x 10 mg, Profenid 3 x 100 mg
Cefotaxime 1gr extra
Puasa Pro SC

PROGNOSIS
Power : bonam
Passage : bonam
Passanger : bonam

Operasi Sectio Caesarea


Tanggal 9 Februari 2018 jam 21.40
- insisi abdomen di linea mediana sepanjang 10 cm di atas symphisis
- insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka
- Tampak uterus sesuai umur hamil aterm
- Buka plica vesica uterina semilunar
- Insisi pada Segmen bawah rahim ± 10 cm
- Ekstraksi bokong bayi, bayi dilahirkan bokong, badan, bahu, kepala
- Bayi laki-laki 2300 gram, 46 cm, Apgar score 9-10-10
- Plasenta dilahirkan manual, kotiledon lengkap
- Jahit SBR dengan chromic catgut no 2 jelugur
- Over hecting dengan CC no 2
- Kontrol perdarahan, perdarahan berhenti
- Adneksa dalam batas normal
- Jahit peritoneum dengan plain catgut no 0
- Jahit fascia dengan polysorb no 2
- Jahit otot dengan plain catgut no 0
- Jahit lemak subkutan dengan plain catgut no 2-0
- Jahit kulit dengan jahitan subkutan nilon no 2.0 diskontinuitas
- Perdarahan selama op ± 200 cc
- Tindakan selesai
Instruksi pasca tindakan
- Infus RL : D5% 28 tpm
- Cefotaxim 2 x 1 gram
- Remopain inj 3 x 1 Amp
- Calnex inj 500 mg 3 x 1
- Drips sintokinon 2 amp/500 cc cairan
- Kateter 24 jam
- cek Hb post operasi

Follow Up Post Operasi


10 Februari 2018 pukul 06.45
S : Nyeri luka bekas operasi, flatus (+) BAB (-)
O : Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg N :80 x / menit
RR : 20 x/ menit S :36.3o C
Mata : CA -/- SI -/-
C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae : ASI (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik
TFU : 2 Jari di bawah pusat
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Hemoglobin post operasi : 10,4 g/ dl
A : PIA0 post SC hari I atas indikasi KPD + letak sungsang
P : Aff DC, tirah baring, terapi dilanjutkan

11 Februari 2018 pukul 06.45


S : Nyeri luka bekas operasi. ASI (-), flatus (+) BAB (-) BAK (+)
O : Keadaan Umum: Tampak sakit ringan,
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit
HR : 80x/menit T : 36,9C
Mata : CA -/- SI -/-
C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik
TFU : 2 Jari di bawah pusat
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A : PIA0 post SC hari II atas indikasi KPD + letak sungsang
P :- Tirah baring
- Minum, makan bubur halus
- Terapi dilanjutkan

12 Februari 2018 pukul 06.45


S : Nyeri berkurang, ASI (+) sedikit, flatus (+) BAB (+), BAK (+)
O : Keadaan Umum: Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit
HR : 80x/menit T : 36,6oC
Mata : CA -/- SI -/-
C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (+), kontraksi uterus baik
TFU : 2 Jari di bawah pusat
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A : PIA0 post SC hari III atas indikasi KPD + letak sungsang
P : Ganti Verban, Mobilisasi, pasien pulang
Tinjauan Pustaka

Ketuban Pecah Dini


Definisi

Ketuban pecah dini ( KPD) atau spontaneus/ early/ premature rupture of the membrane
(PROM) mempunyai bermacam-macam batasan/ teori/ definisi. Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum proses persalinan yang dapat terjadi pada kehamilan preterm dan
pada kehamilan aterm. Ketuban pecah dini preterm adalah ketuban yang pecah sebelum
kehamilan 37 minggu dan tidak sedang dalam masa persalinan.1 Ada teori yang menghitung
berapa jam sebelum in partu, dan ada juga yang menyatakan dalam ukuran pecahnya ketuban
sebelum inpartu , yaitu bila pembukaan serviks pada kala I kurang dari 2 cm pada primipara
dan pada multipara kurang dari 5 cm. Namun pada prinsipnya adalah ketuban yang pecah
sebelum waktunya.3

Etiologi

Penyebab PRM belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Kemungkinan
faktor predisposisi adalah:3
1. Infeksi langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau infeksi pada
cairan ketuban bisa menyebabkan PRM.3
2. Selaput ketuban lemah, serviks inkompeten, kanalis sevikalis yang selalu terbuka karena
kelainan serviks uteri (bekas persalinan, kuretase) disebut PRM spontan.3
3. Tekanan intrauterin yang meningkat berlebihan (overdistensi uterus) misalnya tumor,
hidramnion, dan gemeli.3
4. Trauma didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis
menyebabkan PRM karena biasanya disertai infeksi.3
5. Kelainan letak, misal lintang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.3
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan
antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan Chlamydia trachomatis dan
Neischeria gonorhoe.3
7. Faktor lain yaitu:3
a. Faktor disproporsi antara kepala janin dan panggul ibu.
b. Faktor multigraviditas, merokok, dan perdarahan antepartum
c. Defisiensi gizi dari tembaga (Cu) dan vitamin C.
Membran korioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Jika jaringan ini dipacu
oleh persalinan atau infeksi, jaringan akan menipis dan rentan pecah disebabkan aktivitas
enzim kolagenolitik. Infeksi merupakan faktor yang berperan pada persalinan preterm dengan
PRM. Grup B Streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis
Bacteroides fragilis, Lactobacilli, dan Staphylococcus epidermidis adalah bakteri yang sering
ditemukan di cairan ketuban pada preterm. Bakteri tersebut melepaskan mediator inflamasi
yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan
serviks serta pecahnya selaput ketuban.3

Patofisiologi

Ketuban pecah dalam persalinan disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan
berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh.4
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah
menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.4
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Ini berhubungan dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan
janin. Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia selaput ketuban. Pecah ketuban pada
kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. PRM pada kehamilan prematur disebabkan faktor
eksternal (infeksi dari vagina). Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada hidramnion,
inkompeten serviks, dan solusio plasenta.4

Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang tampak pada PRM adalah:5


1. Cairan berisi mekonium, verniks kaseosa, lanugo dan jika telah terinfeksi bau.
2. Janin mudah diraba.5
3. Konsistensi uterus lebih keras dan ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan usia
kehamilan.5
4. Pemeriksaan dalam : selaput ketuban tidak ada atau air ketuban kering.5
5. Pemeriksaan inspekulo tampak air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian
yang sudah pecah atau ada cairan ketuban pada forniks posterior.5
6. Terdapat infeksi genital (sistemik).5
7. Terdapat gejala korioamnionitis.
a. Maternal: demam, takikardi, uterine tenderness, cairan amnion keruh dan bau,
leukositosis, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/ urin (+).5
b. Fetal : takikardi (kardiotokografi), volume cairan ketuban berkurang.
Jika terjadi korioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar.
Sedangkan angka respiratory distress, sepsis, dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih
besar.5

Diagnosis

Diagnosis PRM didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Dari
anamnesis 90% dapat mendiagnosis PRM. Pengeluaran urin dan cairan vagina yang banyak
dapat disalahartikan sebagai PRM. Pemeriksaan fisik kondisi ibu dan janinnya. Tentukan ada
tidak infeksi. Tanda infeksi jika suhu ibu ≥ 38 °C. Janin yang takikardi mungkin mengalami
infeksi intrauterin.6,7
Pemeriksaan inspekulo steril merupakan langkah pemeriksaan pertama kecurigaan
PRM. Pemeriksaan dengan spekulum pada PRM akan tampak keluar cairan dari orifisium
uteri eksternum (OUE) jika belum keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk,
mengejan, manuver valsava, atau bagian terendah digoyang, akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior. Cairan dari vagina perlu diperiksa warna,
bau, dan PH-nya. Air ketuban yang keruh dan berbau menunjukkan adanya proses infeksi.6,7
Tentukan juga tanda-tanda in partu. Tentukan adanya kontraksi teratur. Mengenai
pemeriksaan vaginal toucher perlu dipertimbangkan. Periksa dalam dilakukan jika akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik dan
dibatasi sedikit mungkin. Pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan
tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.6,7
Pemeriksaan penunjang diagnosis antara lain:7
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes lakmus (tes nitrazin): jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis) karena pH air ketuban 7-7,5 sedangkan
sekret vagina ibu hamil pH nya 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap
berwarna kuning. Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif
palsu.7
b. Mikroskopik (tes fern/ pakis): teteskan air ketuban di gelas objek, biarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.7
c. Tes LEA (leukosit esterase): untuk menentukan terjadi infeksi atau tidak. Infeksi
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ibu (≥ 38 °C), air ketuban keruh dan bau,
serta tes LEA menunjukkan leukosit darah > 15.000 / mm.7
2. Amniosintesis : dengan mengambil cairan ketuban untuk mengetahui kelainan kongenital
pada janin, maturitas paru, dan penyakit hemolitik.7
3. Pemeriksaan ultrasonografi : untuk melihat kehamilan gemeli, anomali janin, jumlah
cairan ketuban dalam kavum uteri, dan konfirmasi usia kehamilan. Pada kasus PRM
terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.7
4. Peningkatan protein C-reaktif serum adalah peringatan adanya korioamnionitis.7

Komplikasi

1. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung
umur kehamilan. Pada hamil aterm, 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Kehamilan < 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.8
2. Hipoksia dan asfiksia
Terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau
hipoksia, semakin sedikit air ketuban janin maka semakin gawat.8
3. Infeksi
Ketuban yang utuh merupakan barier masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak
adanya selaput ketuban (PRM), flora vagina normal bisa menjadi patogen yang
membahayakan ibu atau janin. Morbiditas dan mortalitas neonatal meningkat dengan
makin rendahnya umur kehamilan.8
Komplikasi pada ibu adalah terjadinya risiko infeksi (korioamnionitis). Umumnya
korioamnionitis terjadi sebelum janin terinfeksi. Pemeriksaan histologis cairan ketuban
50% wanita yang lahir prematur didapatkan korioamnionitis (infeksi saluran ketuban)
tetapi ibu tidak memiliki keluhan klinis. Pada preterm PRM korioamnionitis lebih sering
daripada aterm. Insiden infeksi sekunder pada PRM meningkat sebanding dengan lama
periode laten.8
Infeksi janin dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis, infeksi traktus
urinarius, dan infeksi lokal misalnya konjungtivitis.8
4. Sindroma deformitas janin
Ketuban pecah terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmoner.8

Letak Sungsang

Definisi

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Tipe letak sungsang yaitu:
Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai
atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai
atas ekstensi, presentasi kaki.9,10

Epidemiologi

Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal.
Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi
bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-
4% dari seluruh kehamilan. 9-11 Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian
persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256
persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang. Sedangkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan
persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.11
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi daripada
presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi
bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia, trauma
persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada
presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.9-14
Etiologi

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas uterus


(malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher, aneploid),
overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan berkurangnya
kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor pelvis lain). Fianu
dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG bahwa prevalensi letak
sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal. Lebih dari 50 % kasus tidak
ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang.12

Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.15
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang.15

Diagnosis

Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian atas
dan gerakan lebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum
bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah
ada yang sungsang.15
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I
difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung
disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.15
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau
air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus
dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu
jari vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga
kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat
membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus
mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba
tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk
segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong
kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi
bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling
akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi.15

Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M R I
( M a g n e t i c R e s o n a n c e I m a g i n g ) . Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk
konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta,
menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk
menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan
adanya kelainan bawaan anak.13

Klasifikasi

1. Presentasi bokong murni (frank breech): bokong menjadi bagian depan sedangkan kedua
tungkai lurus ke atas.13
2. Presentasi bokong kaki (complete breech): di samping bokong teraba kaki. Disebut letak
bokong kaki sempurna atau tidak sempurna jika di samping bokong teraba kedua kaki
atau satu kaki saja.13
3. Presentasi lutut atau kaki (incomplete breech / footling): tergantung pada teraba kedua
kaki atau teraba satu kaki disebut letak kaki sempurna dan letak kaki atau lutut tidak
sempurna. Janin dengan presentasi kaki dan variannya direkomendasikan untuk tidak
dilakukan percobaan persalinan per vaginam.13

Tatalaksana

1. Versi luar, dilakukan dengan pertimbangan:13


a. Saat hamil usia kehamilan sekitar 35-36 minggu masih mudah dilakukan karena air
ketuban masih banyak dan bagian bawah belum masuk PAP.13
b. Saat in partu pembukaan kurang dari 4 cm, ketuban masih utuh, dan bagian terendah
belum masuk PAP. Keduanya dilakukan di rumah sakit sehingga aman dan jika perlu
segera dilakukan sectio caesarea.13
Versi luar tidak boleh dipaksakan karena mungkin ada faktor-faktor seperti
kelainan bentuk rahim atau tali pusat yang pendek, jadi jika dipaksa menimbulkan
kerusakan pada janin atau solusio plasenta.13
Tekniknya meliputi ekstensi yaitu mengeluarkan bagian terendah dari PAP,
mobilisasi yaitu mengarahkan bokong ke arah perut janin, rotasi yaitu memutar bokong/
kepala dengan putaran 90o (observasi DJJ, jika baik putaran diteruskan sampai kepala
janin berada di daerah pelvis), dan fiksasi yaitu memasukkan kepala ke PAP sehingga
terfiksasi.13
Kesukaran versi luar disebabkan karena dinding perut tegang seperti pada
primigravida, perasaan takut/ nyeri, janin letak bokong (frank breech), tali pusat pendek,
dan kelainan rahim seperti uterus bicornus, subseptus, atau mioma. Kontra indikasi untuk
versi luar yaitu riwayat obstetri buruk, hipertensi, kehamilan ganda, polihidramnion,
hidrosefalus, dan perdarahan.13
2. Posisi knee chest
Tindakan ini dilakukan pada kehamilan 7-7,5 bulan yaitu 3-4 kali/hari selama 15
menit. Situasi ruangan yang longgar diharapkan dapat memberi peluang kepala turun
menuju pintu atas panggul. Dasar pertimbangan kepala lebih berat dari bokong sehingga
akan mengarah ke pintu atas panggul.13

Jenis Persalinan

Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros telah
membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan
pervaginam atau perabdominal. Jika nilai kurang atau sama dengan 3 dilakukan persalinan
perabdominal, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan
janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam, jika nilai lebih dari 5 dilahirkan
pervaginam.16
ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis letak
sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi dan taksiran
berat janin 2500-3600 gram serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan diperbolehkan
pada janin letak sungsang.16
Persalinan pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan
penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna
(complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak
terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.16
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:16
 Persalinan bokong16
1. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.16
2. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.16
3. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.16
4. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.16
5. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan trokanter
depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.16
6. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.16
7. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.16
 Persalinan bahu16
1. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.16
2. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.16
3. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan
bertindak sebagai hipomoklion.16
4. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.16
5. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga
seluruh bahu janin lahir.16
6. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.16
7. Bahu melakukan putaran paksi dalam.16
 Persalinan kepala janin16
1. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi dagu
berada dibagian posterior.16
2. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan oleh
simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput sebagai
hipomiklion.16
3. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya.16
4. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi dapat
lahir.16
5. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan
mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa.
Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.16

Gambar 1. Persalinan letak sungsang16

Prinsip Dasar Persalinan Sungsang


1. Persalinan pervaginam14
a. Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara
ini disebut Bracht.
b. Manual aid (partial breech extraction); janin dilahirkan sebagian dengan tenaga
dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga penolong.
2. Persalinan perabdominan (sectio caesaria).
Prosedur persalinan sungsang secara spontan :14-17
1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak
berbahaya.
2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk
PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dari
ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah
sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan
intrakranial (adanya tentorium cerebellum).

Gambar 2. Prosedur persalinan sungsang secara spontan14


Teknik persalinan16
1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong mulai
membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi.
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua ibu
jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang
panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasi
anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan
dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten
melakukan ekspresi kristeller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga
fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan
menghindari ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak
terjadi lengan menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu,
mulut dan akhirnya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.
Keuntungan :16
 Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
 Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :16
 Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaki,
misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk.
Prosedur Manual Aid (partial breech extraction) :
Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi kemacetan saat
melahirkan bahu atau kepala.14
Tahapan :14
1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik
(Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin
Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.
Cara klasik :14
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang
berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan
di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar
menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan
kemudian lengan belakang dilahirkan.14

Gambar 3. Cara Klasik14


2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya
dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.14
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian
lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin.14
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti
dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu.14
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.14
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang.
Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan
sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran
diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang
kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.14
Cara Mueller14
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru
kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.14
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari
lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh
mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan
dengan mengait lengan di bawahnya.14
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang
secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu
belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan
mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.14

Gambar 4. Cara Mueller 14


Keuntungan :14
Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi
minimal.
Cara louvset :14
1. Prinsipnya: memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang
akhirnya lahir dibawah simpisis.14
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke
bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu
belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.14

Gambar 5. Cara louvset14

Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :14


1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4 mencengkram
fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan di atas
lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke
3 penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah punggung.14
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten
melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan
penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput
tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun
besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.14
Gambar 6. Cara Mauriceau14
Cara cunam piper :14
Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan pemasangan
lengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam dimasukkan pada arah
bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari
arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah
simpisis, maka cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-
turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.14

` Gambar 7. Cara cunam piper14

Prosedur Ekstraksi Sungsang14


1. Teknik ekstraksi kaki14
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke
bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari
ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis
janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang
kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun
lahir. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik
pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir.
Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang
sama seperti pada manual aid.14

Gambar 8. Teknik ekstraksi kaki14


2. Teknik ekstraksi bokong14
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar
panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang searah
bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha
depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah,
sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain
segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah
bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan
dengan cara manual aid.14
Prosedur persalinan sunggang perabdominan16
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus perabdominam
adalah :16
1. Primigravida tua
2. Nilai sosial tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
5. Dicurigai kesempitan panggul
6. Prematuritas
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat
apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominan, sebagai berikut :16--17
0 1 2
Paritas Primigravida Multigravida
Umur kehamilan >39 mgg 38 mgg < 37 mgg
Taksiran Berat Janin >3630 gr 3629 gr – 3176 gr < 3176 gr
Pernah letak sungsang Tidak 1x >2x
Pembukaan serviks <2 cm 3 cm >4 cm
Station <-3 <-2 -1 atau lebih
rendah

Arti nilai :16


< 3 persalinan perabdomen
4 evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin bila nilainya tetap maka
dapat dilahirkan pervaginam
> 5 dilahirkan pervaginam

Komplikasi 17

Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:17


1. Dari faktor ibu:17
 Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
 Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
 Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:17
 Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-alat
vital intra-abdominal.17
 Infeksi karena manipulasi17
 Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture
alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan
pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga,
mulut), asfiksisa sampai lahir mati.17
PROGNOSIS

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi Medan dan RS Hasan
Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan
16,8%. Eastmen melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian
perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan
lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit
umbilicus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin bernafas
sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat
menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal
ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,
tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.17
Daftar Pustaka

1. Wilkes, P.T, “Premature Ruptur of Membrane”, 2014 available at www. emedicine.


com / med/med/topic.3246.htm
2. Antonius BM (ed), “Ketuban Pecah Dini dan Infeksi Intrapartum”, Kuliah
ObstetriGinekologi FKUI, www.geocities.com/yosemite/rapids
http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt11.html
3. Svigos, J.M, Robinson, J.S, Vigneswaran,R. “Premature Rupture of the Membranes”,
High Risk Pregnancy Management Options, W.B Saunders Company, London, 2015,
h.163-171
4. Standard Operating procedure Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Fatmawati
No. HK.00.07.1.358. “Ketuban Pecah Dini”, Agustus, 2015
5. Elder, M.G, et al. “Preterm Premature Rupture of Membranes”, Preterm Labor, 1st ed,
Churchill Livingstone Inc. New York, 2016, hal 153-164
6. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, “Ketuban Pecah
Dini “, Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi, Jakarta, 1991, hal. 39-40.
7. Abdul Bari Saifuddin, Prof., dr., SpOG, MPH, (ed) “Ketuban Pecah Dini”, Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2018. h. M112-5
8. Arif M, Kuspuji T, dkk, (ed) “Ketuban Pecah Dini”, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid
I, Edisi ke-3, Penerbit Media Aesculapius FKUI: Jakarta. 2015. h. 310-3
9. Cunningham, F.G et al. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics.22st
edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division. 2015. p. 509-36.
10. Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available from:
http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. (Accessed: 2015, October 26).
11. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and
problem pregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd. 2017. p. 478-
90.
12. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome of
699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol 2015.
h. 187, 1694-8.
13. Manuaba, I.B. Persalinan Sungsang dalam: Operasi Kebidanan Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
2017. h. 174-201.
14. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian
patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin. Palembang. 2015. h. 15-
33.
15. Winkjosastro, Hanifa, dkk. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi keenam.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2018. h. 606-22
16. Winkjosastro, Hanifa, dkk. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama, cetakan kelima.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2018. h. 103-32.
17. Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu
Kebidanan, edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta. 2018. h. 607-22.

Anda mungkin juga menyukai