Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus Penyakit Kusta

Sesuai Pendekatan Kedokteran Keluarga


di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP
Wanakerta Kabupaten Karawang
September 2018

Andreas Anindito Hermawan


112017158
Latar Belakang
• Menurut WHO tahun 2010, kusta merupakan masalah dunia
sebanyak 211.903 kasus. Pada tahun 2000, dunia (termasuk
Indonesia) telah berhasil mencapai status eliminasi. Eliminasi
didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang
dari 1 kasus per 10.000 penduduk.
• Pada tahun 2018, tercatat 1,186 kasus baru di Kabupaten Karawang.
Sementara itu, prevalensi penyakit kusta di Kecamatan Teluk Jambe
Barat pada tahun 2017 mencapai 5.12:10.000 penduduk (target
<1:10.000). Cakupan keberhasilan Program Pengendalian Penyakit
Kusta di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2019 sampai dengan
Juni 2019 masih belum diketahui.
Rumusan Masalah
• Penyakit kusta menyebar di seluruh dunia mulai dari Afrika, Amerika, Asia
Tenggara, Mediterania Timur dan Pasifik Barat karena belum terputusnya rantai
penularan kusta.
• Jumlah kasus baru yang ditemukan di regional Asia pada tahun 2011 sebanyak
160.132 kasus. Selama tahun 2011, ada 18 negara yang melaporkan 1.000 atau
lebih kasus baru.
• Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2011 Indonesia
menempati urutan ketiga terbesar jumlah penemuan penderita kusta baru lebih
dari seribu kasus dalam setahun sebesar 20.032 kasus.
• Provinsi Jawa barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
angka kejadian kusta yang cukup tinggi yaitu 2.316 kasus.
• Menurut data tahun 2017 Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten
di Jawa Barat yang memiliki jumlah kasus kusta yang cukup tinggi yaitu sebanyak
1,186 kasus.
Tujuan
• Menambah wawasan mengenai penelusuran riwayat kesehatan
pasien dengan penyakit kusta secara menyeluruh dan komprehensif,
dengan melihat berbagai aspek disekitarnya secara langsung di
lapangan.
• Menambah pengetahuan yang lebih baik mengenai penyakit kusta
dan masalah-masalah lainnya yang ditemukan, seperti ada/tidaknya
masa reaksi kusta, riwayat keluarga dan lingkungan dengan kusta, dan
keparahan kecacatan pasien ditinjau dari sisi kedokteran keluarga
yang tidak hanya berfokus pada upaya kuratif dan rehabilitatif, tetapi
juga promotif dan preventif, sehingga jumlah pasien dengan penyakit
kusta di Indonesia, khususnya dalam hal ini Puskesmas Wanakerta,
Karawang tidak meningkat.
Sasaran
• Pasien dengan penyakit kusta, dan juga sekelompok masyarakat atau
komunitas yang harus diberikan edukasi guna meningkatkan
pengetahuan mereka akan pentingnya pengenalan dini terhadap
penyakit kusta, mengubah stigma masyarakat mengenai kusta dan
kepentingan berobat, sehingga diharapkan, kedepannya setiap orang
(masyarakat) dapat turut memantau keluarga dan lingkungan sekitar
sehingga apabila ditemukan tanda maupun gejala yang termasuk
dalam kelompok penyakit kusta dapat segera diobati.
BAB II
Materi dan Metode
Materi
• Pengenalan penyakit kusta.
• Klasifikasi dan manifestasi klinis
• Diagnosis
• Regimen pengobatan penyakit kusta.
• Reaksi Kusta.
• Pencegahan cacat dan prognosis.
• Upaya perilaku hidup bersih dan sehat.
• Upaya menciptakan rumah yang sehat.
Metode
• Mendapatkan data lengkap mengenai pasien dari aspek biologis,
psikologis, dan sosialnya.
• Mendapatkan data yang lengkap terkait dengan hal-hal yang
berhubungan dengan penyakit kustanya.
• Mendapatkan data lengkap mengenai keadaan rumah dan keluarga
pasien.
• Mendapatkan data lengkap tentang keadaan lingkungan tempat
tinggal pasien.
• Menganalisa dan memberikan penjelasan pada pasien mengenai
penanganan hal-hal yang terjadi selama menderita penyakit kusta.
BAB III
Definisi Kusta
• Merupakan penyakit infeksi granulomatous kronik yang disebabkan
oleh Mycobacterium leprae, terutama mengenai sistem saraf perifer,
kulit, namun dapat juga terjadi mukosa traktus respiratorius bagian
atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
Epidemiologi
• Di Indonesia penderita anak-anak di bawah umur 14 tahun
didapatkan ±13 %, tetapi anak di bawah umur 1 tahun jarang sekali.
Frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur antara 25-35
tahun. Kusta terdapat dimana-mana, tertama di Asia, Afrika, Amerika
latin, daerah tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial
ekonominya rendah.
Etiologi
• Kuman penyebab lepra adalah Mycobacterium leprae. Kuman ini
bersifat obligat intrasel, aerob, tidak dapat dibiakkan secara in vitro,
berbentuk basil Gram positif dengan ukuran 3 – 8 μm x 0,5 μm,
bersifat tahan asam dan alkohol. Waktu pembelahan Mycobacterium
leprae sangat lama, yaitu 2-3 minggu, kuman ini dapat bereproduksi
optimal pada suhu 27°C – 30°C secara in vivo, tumbuh dengan baik
pada jaringan yang lebih dingin (kulit, sistem saraf perifer, hidung,
cuping telinga, anterior chamber of eye, saluran napas atas, kaki dan
testis), dan tidak mengenai area yang hangat (aksila, inguinal, kepala,
garis tengah punggung.
Gejala Klinis
BAB IV
Hasil dan Laporan Kunjungan Rumah
Identitas Pasien Riwayat Biologis Keluarga
• Keadaan kesehatan sekarang : Baik
• Nama : Ny. M • Kebersihan perorangan : Baik
• Usia : 33 tahun • Penyakit yang sering diderita : Tidak ada
• Penyakit keturunan : Tidak ada
• Jenis Kelamin : Perempuan • Penyakit kronis : Tidak ada
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga • Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
• Pendidikan : SMP • Pola makan : Baik (3 kali sehari)
• Pola istirahat : Baik (± 8 jam sehari)
• Alamat : Wanakerta Rt • Jumlah anggota keluarga : 4 orang
004/001, Desa Wanakerta, Teluk jambe (pasien, suami, anak perempuan pasien dan
barat ibu mertua)
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Sunda
Psikologis Keluarga
• Kebiasaan buruk : Tidak ada
• Pengambilan keputusan : Suami
• Ketergantungan obat : Tidak ada
• Tempat mencari pelayanan
kesehatan : Bidan dekat rumah,
pukesmas keliling, Puskesmas
Wanakerta
• Pola rekreasi : Kurang
Jenis bangunan : Permanen
Lantai rumah : Tanah
Luas rumah : 6 m x 7 m
Penerangan : Sedang
Kebersihan : Sedang
Keadaan Rumah Ventilasi : Sedang
dan Lingkungan Dapur : Ada
Jamban keluarga : Ada
Sumber air : Air bawah tanah
Sumber air minum : Air galon
Sumber pencemaran air : Tidak ada
Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
Sistem pembuangan air limbah : Ada
Tempat pembuangan sampah : Ada
Sanitasi lingkungan : Sedang
Spiritual Keluarga
• Ketaatan beribadah : Cukup Keadaan Sosial Keluarga
• Keyakinan tentang kesehatan :
Cukup • Tingkat pendidikan :Sedang
• Hubungan antar anggota keluarga:Baik
• Hubungan dengan orang lain:Baik
• Kegiatan organisasi sosial: Baik
• Keadaan ekonomi : Sedang
Diagnosis Penyakit Diagnosa Keluarga
• suspek Morbus Hansen. • Keluarga pasien dalam kondisi
sehat namun berisiko tertular
penyakit yang diderita oleh
pasien karena pasien masih
belum mulai pengobatan kusta
dan kondisi tempat tinggal yang
sempit memungkinkan
penularan terjadi.
Anjuran Penatalaksanaan Penyakit
• Promotif: Penyuluhan tentang pentingnya pengenalan dini terhadap
penyakit kusta dan penatalaksanaannya, yaitu teratur mengikuti regimen
pengobatan kusta sehingga selesai. Menjelaskan kepada pasien kepentingan
untuk mencegah kecacatan dan kemungkinan reaksi kusta.
• Preventif:
• Pencegahan penyakit kusta adalah sebagai berikut:
• Imunisasi BCG (bayi usia 1 bulan)
• Mengamalkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
• Kuratif : Teratur mengikuti regimen pengobatan MDT kusta selama 1
tahun
• Rehabilitatif : Tidak perlu
Prognosis

• Penyakit
• Prognosis dubia ad bonam bila pasien patuh minum obat dan melakukan
pemeriksaan secara rutin di fasilitas kesehatan yang ada.``
• Keluarga
• Hubungan dengan keluarga baik jika pasien tetap menjaga waktu
kebersamaan tiap harinya dengan keluarga. Dan menyempatkan waktu
untuk berekreasi bersama keluarga.
• Masyarakat
• Prognosis di masyarakat dubia. Anggota keluarga, kerabat maupun
masyarakat harus berhati-hati terkait dan mampu mengenal gejala dini
kusta supaya dapat terus terobati dan dicegah penularannya.
Resume
• Seorang perempuan berusia 33 tahun, datang ke Puskesmas
Wanakerta dengan bercak baal di kaki kanan dan tangan kiri. Bercak
pada awalnya putih dan kemudian berubah kemerahan, gatal dan
nyeri sejak dua minggu yang lalu. Pasien juga mengaku kadang
demam. Pasien mengaku ibu dan kakek pernah menderita seperti ini
tetapi tidak pernah berobat. Dari pemeriksaan fizik didapatkan TD
110/70 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu
36.6oC. Pemeriksaan sensoris didapatkan baal (+) di tempat bercak.
Pemeriksaan penunjang Ziehl Nielseen diperlukan untuk melihat
kuman BTA pada pasien untuk menentukan klasifikasi penyakit kusta
dan regimen pengobatan MDT yang sesuai dengan pasien.
BAB V
Analisis Kasus
Analisa Kunjungan Rumah
• Kondisi Pasien
• Pasien dalam keadaan baik, tetapi merasa tidak nyaman dengan bercak
baal yang dideritainya.
• Pendidikan
• Pendidikan pasien terakhir adalah SMP (sedang).
• Keadaan Rumah
• - Lokasi: rumah pasien di sebelah jalan
• - Kondisi: jenis bangunan rumah pasien adalah permanen. Rumah tersebut
lantainya terbuat dari keramik, beratap genteng.
• - Luas Rumah: 6 m x 7 m = 42 m²
Analisa Kunjungan Rumah
• Ventilasi
• Untuk sirkulasi udara dirumah ibu M sudah cukup. Udara dapat masuk
kedalam rumah melalui jendela rumah.
• Pencahayaan
• Untuk pencahayaan ada dan sudah cukup, pada siang hari cahaya dari luar
bisa masuk, pada malam hari menggunakan lampu neon.
• Kebersihan
• Kebersihan dalam rumah sedang. Rumah tidak terlalu kotor dan sering
dibersihkan 2 kali dalam 1 minggu
• Sumber air bersih
• Sumber air berasal dari air bawah tanah.
Analisa Fungsi Keluarga
• Keadaan Biologis
• Keadaan biologis pasien baik.
• Keadaan Psikologis
• Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik.
Pasien dan suaminya sangat mendamba-dambakan kehadiran anak
mereka.
• Keadaan Ekonomi
• Keadaan ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
• Keadaan Religius
• Pasien dan suaminya menjalankan ibadah mereka dengan baik. Keluarga
pasien tetap mengikuti kegiatan keagamaan, seperti acara pengajian yang
dilangsungkan oleh lingkungannya
BAB VI
Penutup
Kesimpulan
• Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian
petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/pengertian,
kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Dengan
kemajuaan teknologi dibidang promotif, pencegahan, pengobatan serta pemulihan
kesehatan dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta sudah dapat diatasi dan
seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Akan tetapi mengingatkan
kompleks masalah penyakit kusta, maka program pengendalian penyakit kusta harus
dilaksanakan dengan baik secara terpadu dan menyeluruh, melalui strategi yang sesuai
dengan endemisitas penyakit kusta. Selain itu, harus diperhatikan juga rehabilitas medis
dan rehabilitas sosial ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup orang yang mengalami
kusta. Dengan demikian peran dan fungsi keluarga serta masyarakat sekitar sangat
penting disaat salah satu anggota menderita penyakit kusta. Mereka dapat memberikan
motivasi kepada pasien, mengingatkan pasien minum obat dan memantau kesehatannya.
Saran
• Puskesmas
• Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif
dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Dalam hal ini berhubungan dengan upaya pencegahan
penyakit menular kusta dan kesehatan masyarakat terutama akan
pentingnya mengenalpasti gejala dini penyakit kusta dan untuk segera
mengikuti pengobatan dengan teratur. Dengan demikian dapat
mengurangi penularan penyakit kusta kepada keluarga dan
lingkungan masyarakat.
Saran
• Pasien
• - Mengetahui pentingnya minum obat MDT kusta dengan teratur,
kemungkinan terjadinya reaksi
kusta, dan kepentingan mencegah kecacatan akibat kusta
• - Memelihara lingkungan sekitar supaya penyakit tidak mudah tertular
pada keluarga dan
lingkungan
• - Tetap rajin mengontrol kesehatan dan mengambil obat MDT di
Puskesmas
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai